• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

2. Hakikat Pondok Pesantren

Secara etimologi, istilah pondok berasal dari kata funduk, (bahasa arab) yang berarti rumah atau penginapan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam kamar-kamar merupakan asrama bagi para santri (Rahman Saleh, 1978: 8). Pendapat lain tentang pesantren adalah sebuah sistem yang unik, tidak hanya unik dalam pendekatan pembelajarannya, tetapi juga unik dalam pandangan hidup dan tata nilai yang dianut, cara hidup yang ditempuh, struktur pembagian kewenangan, dan semua aspek-aspek kependidikan dan kemasyarakatan lainnya (Dirjen Bagais Departemen Agama RI, 2003: 28).

Kata “Pesantren” bisa merujuk pada santri atau murid

pesantren. Sedangkan kata “santri” diduga terilhami oleh terminologis sansekerta “sastri” yang berarti “melek huruf”, atau mungkin juga bersandar pada bahasa jawa “cantrik” yang berarti seseorang yang

mengikuti kemanapun gurunya pergi (Affan Hasyim, 2003: 183). Sedangkan pondok pesantren adalah lembaga pendidikan islam yang minimal terdiri dari tiga unsur berupa kyai/syekh/ustadz yang

23

mendidik serta mengajar, santri dengan asramanya, dan masjid (Rahman Saleh, 1978: 8).

Pondok pesantren secara definisi tidak dapat diberikan batasan yang tegas, melainkan makna yang luas tentang pengertian yang memberikan ciri-ciri pondok pesantren, pada zaman dahulu pondok adalah tempat pendidikan tradisional yang di kelola oleh kyai, bu nyai dan ada muridnya melakukan kegiatan pembelajaran untuk mendalami ilmu agama Islam dan ilmu yang lainnya, sampai sekarang pondok pesantren ini berkembang luas mempunyai pengertian yang luas sesuai dengan kebutuhan di era sekarang ini.

b. Macam-macam Pondok Pesantren

Seiring dengan perkembangan di masa sekarang, pondok pesantren baik tempat, sistem pengajaran, sistem pengorganisasian yang telah mengalami perubahan. Pesantren di zaman sekarang ada yang sudah tidak memakai kebiasaan-kebiasaan tradisional pada zaman dahulu, akan tetapi pesantren ini mengalami perubahan sesuai dengan berkembangnya zaman dimasa sekarang.

1) Pondok Pesantren Tradisional

Pondok pesantren tradisional adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab islam klasik sebagai inti pendidikannya. Di pesantren ini pengajaran kitab umum tidak

24

diberikan. pada umumnya pesantren dalam bentuk inilah yang menggunakan sistem sorogan dan wetonan (Yasmadi, 2002: 70).

Sedangkan menurut pendapat lain, Pondok pesantren tradisional adalah pondok pesantren yag menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan tradisional, dilakukan dengan individual ataupun kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik berbahasa Arab (Departemen Agama RI, 2003: 29).

Menurut pendapat Zamaksyari Dhofier (dalam Muhtarom, 2005: 263) pondok pesantren tradisional adalah lembaga pendidikan islam yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik sebagai inti dari pendidikan. Satu hal yang penting menunjukkan bahwa pondok pesantren tradisional itu terpusat pada kepemimpinan seorang kyai yang memegang kekuasaan mutlak. Kyai dalam hal ini tidak menghendaki adanya campur tangan atau pengaruh dari luar.

2) Pondok Pesantren Modern

Pondok Pesantren Modern adalah pesantren yang menerima hal-hal baru yang dinilai baik disamping tetap mempertahankan tradisi lama yang baik. pesantren jenis ini mengajarkan pelajaran umum di madrasah dengan sistem klasikal dan membuka sekolah-sekolah umum di lingkungan pesantren. Tetapi pengajaran kitab islam klasik masih tetap dipertahankan.

25

Pesantren dalam bentuk ini diklasifikasikan sebagai pesantren modern dimana tradisi salaf sudah ditinggalkan (Yasmadi, 2002: 71).

Pondok pesantren modern adalah tipe pondok pesantren yang mempergunakan sistem madrasah, mamun masih tetap mempergunakan sistem pondok tradisional. Kyai yang memimpinnya bersikap lebih terbuka dan demokratis daripada yang dijumpai di pondok pesantren tradisional (Muhtarom, 2005: 264).

3) Pondok Pesantren Terpadu/ Kombinasi

Menurut Ronald Alan Lukens Bull (dalam Muhtarom, 2005: 264) tipe pondok pesantren terpadu adalah tipe pondok yang memadukan sistem salaf dengan sistem khalf. Pemahaman dari istilah ini adalah bahwa pondok pesantren tersebut mengajarkan kitab kuning sebagai inti pendidikan dan mempergunakan metode sorogan, bandongan atau weton, kemudian dipadu dengan sistem madrasah yang memasukkan pelajaran umum.

Berbagai macam pondok pesantren yang berkembang pada masa sekarang, pasti mempunyai kelebihan sendiri-sendiri untuk mencetak manusia sebagai khalifah di bumi (khalifatu filard), untuk menghidupkan agama Allah dengan berbagai cara menurut ajaran agama islam.

26

c. Elemen-elemen Pondok Pesantren

Pesantren terdiri dari lima elemen pokok, yaitu: kyai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab Islam Klasik. Kelima elemen tersebut merupakan ciri khusus yang dimiliki pesantren dan membedakan pendidikan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan dalam bentuk lain (Yasmadi, 2002: 63). Adapun lima elemen sebagai berikut:

1) Masjid

Sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar. masjid merupakan sentral sebuah pesantren karena disinilah pada tahap awal bertumpu seluruh kegiatan di lingkungan pesantren, baik

yang berkaitan dengan ibadah, sholat berjama’ah, zikir, do’a, i’tiqaf, dan juga kegiatan belajar mengajar (Yasmadi, 2002: 64).

2) Pondok

Pondok adalah tempat tinggal santri mukim dengan kyai pimpinan pesantren serta anggota lainnya, biasanya tinggal dalam suatu lingkungan tersendiri. Adanya pondok sebagai tempat tinggal bersama antara kyai dengan para santri sangat bermanfaat dalam rangka bekerja sama memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini merupakan pembeda dengan lembaga pendidikan lainnya (Yasmadi, 2002: 66).

27 3) Kyai/nyai

Dapat dikatakan sebagai tokoh non-formal yang ucapan-ucapan dan seluruh perilakunya akan dicontoh oleh komunitas di sekitarnya. Kyai berfungsi sebagai sosok model atau teladan yang baik tidak saja bagi para sntrinya, tetapi juga bagi seluruh komunitas disekitar pesantren (Yasmadi, 2002: 64). Menurut pendapat lain kyai mengandung pengertian pensucian dan penghormatan kepada orang-orang yang terhorma. Mereka memperoleh gelar kyai karena kelebih-kelebihan yang dimiliki, seperti kelebihan moral dan intelektual yang ditransmisikan dipesantren kepada para santri mereka (Abdullah Ali, 2011: 171). 4) Santri

Menurut Nurcholis Majid (dalam Yasmadi, 2002: 61) asal usul santri berasal dari dua pendapat. Pertama, pendapat pertama yang mengatakan bahwa santri berasal dari kata sastri, sebuah kata dari bahasa sansekerta yang artinya melek huruf. yaitu didasarkan pada kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa dari kata Cantrik yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang Guru kemana Guru pergi menetap.

28 Santri terbagi menjadi dua: a) Santri Mukim

Santri mukim adalah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam pondok pesantren (Yasmadi, 2002: 66).

b) Santri Kalong

Santri kalong adalah santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka pulang kerumah mereka masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren (Yasmadi, 2002: 66).

5) Pengkajian Kitab-kitab Kuning

Kitab Kuning sebagai salah satu unsur mutlak dari proses belajar-mengajar di pesantren sangat penting dalam membentuk kecerdasan intelektual dan moralitas kesalehan (kualitas keberagamaan) pada diri santri. Setidaknya kitab-kitab klasik ini mencakup cabang ilmu-ilmu: fiqih, tauhid, tasawuf, dan nahwu sharf (Yasmadi, 2002: 68). Menurut pendapat Mahmud Yunus (dalam Abdullah Ali, 2011: 153) kitab kuning dijadikan sebagai dijadikan sebagai sumber utama dipesantren dan baru terjadi pada 1900-an. Sebelumnya, para kyai menulis dengan tangan kitab-kitab yang dijadikan bahan dalam pembelajaran pesantren.

29

Pengajaran kiab-kitab islam klasik merupakan salah satu cara yang ditemouh oleh pesantren untuk membekali para calon ulama akan ilmu-ilmu keislaman yang kelak akan ditransfer kepada masyarakat secara lebih luas.

d. Metode Pengajaran dalam Pondok Pesantren

Di bawah ini disebutkan metode pembelajaran di pondok pesantren sebagai berikut :

1) Metode Bandhongan

Metode ini disebut juga metode wetonan yaitu dilakukan dengan cara kyai/guru membacakan teks-teks kitab yang berbahasa arab, menerjemahkannya ke dalam bahasa lokal, dan sekaligus menjelaskan maksud yang terkandung dalam kitab tersebut. metode ini dilakukan dalam rangka memenuhi kompetensi kognitif santri dan memperluas referensi keilmuan bagi mereka (Dian Nafi, 2007: 67).

Sistem pengajaran wetonan adalah kyai membaca sesuatu kitab dalam waktu tertentu, dan santri membawa kitab yang sama, kemudian mendengarkan dan menyimak tentang bacaan kyai tersebut (Rahman Shaleh, 1978: 11).

Weton adalah pengajian yang inisiatifnya berasal dari kyai sendiri baik dalam menentukan tempat, waktu, maupun kitabnya (Yasmadi, 2002: 67).

30 2) Metode Sorogan

Pelaksanaan sistem pengajaran sorogan ini adalah santri yang pandai mensorogankan sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca dihadapan kyai itu. Dan kalau ada salahnya maka kesalahan itu langsung dibetulkan oleh kyai (Rahman Shaleh, 1978: 11).

Sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan dari seseorang atau beberapa orang santri kepada kyainya untuk diajarkan kitab tertentu (Yasmadi, 2002: 67).

3) Metode Munazharah (Diskusi)

Munazharah adalah kelompok santri tertentu membahas permasalahan, baik yang diberikan oleh kyai/ pengasuh pondok

pesantren maupun masalah Waqi’ah yaitu masalah yang benar -benar terjadi dalam masyarakat. Munazharah tersebut dipimpin oleh seorang santri dengan pengamatan dari pengasuh/ kyai yang mengoreksi hasil munazharah itu (Rahman Shaleh, 1978: 79). 4) Metode Muhawarah

Muhawarah ialah kyai menyampaikan pertanyaan kepada kelompok santri dan masing-masing santri dalam kelompok santri dan masing-masing santri diharuskan memberikan jawaban atau pendapatnya masing-masing. Setelah masing-masing santri memberikan jawaban, maka kyai memberikan keterangan secara

31

umum yang menjurus kepada jawaban yang benar (Rahman Shaleh, 1978: 80).

5) Metode Menghafal (Mahfudzat)

Metode menghafal adalah cara menyajikan materi pembelajaran bahasa Arab, dengan jalan menyeluruh santri atau peserta didik untuk menghafal kalimat-kalimat berupa syair, cerita, kata-kata hikam, dan lain-lain yang menarik hati (Zainal Aqib, 2016: 326).

6) Metode Pengajian Pasaran

Metode pengajian pasaran adalah kegiatan belajar para santri melalui pengkajian materi (kitab) tertentu pada seorang kyai/ustadz yang dilakukan oleh sekelompok santri dalam kegiatan terus menerus (maraton) selama tenggang waktu tertentu (Dirjen Bagais Departemen Agama RI, 2003: 45).

7) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan memperagakan suatu keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan perorangan maupun kelompok di bawah petunjuk dan bimbingan kyai atau ustadz (Dirjen Bagais Departemen Agama RI, 2003: 47).

32

e. Pendidikan yang Diajarkan di Pondok Pesantren

Pendidikan yang diajarkan di dalam pondok pesantren menurut (Dirjen Bagais Departemen Agama RI, 2003: 20) yaitu:

1) Pendidikan agama atau pengajian kitab. 2) Pendidikan dakwah.

3) Pendidikan formal. 4) Pendidikan seni.

5) Pendidikan Kepramukaan.

6) Pendidikan olah raga dan kesehatan. 7) Pendidikan keterampilan atau kejuruan. 8) Pengembangan masyarakat.

9) Penyelenggaraan kegiatan sosial. f. Tri Darma Pondok Pesantren

Menurut pendapat Rahman Shaleh (1978: 8) tri darma pondok pesantren yaitu:

1) keimanan dan ketaqwaan tarhadap Allah Swt. 2) Pengembangan keilmuan yang bermanfaat.

3) Pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara. g. Fungsi Pondok Pesantren

Pondok pesantren pada dasarnya memiliki fungsi meningkatkan kecerdasan bangsa, baik ilmu pengetahuan, keterampilan maupun moral. Fungsi utama pondok pesantren

33

memberikan pendidikan agama islam kepada para santri. terutama dalam hal mendalami faham dan ilmu alat, seperti ilmu fiqih, ushul fiqih, hadits, nahwu, sharaf dan sebagainya. Fungsi ini telah mengantarkan pondok pesantren menjadi institusi penting yang dilirik oleh semua kalangan masyarakat dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan derasnya arus informasi di era globalisasi. fungsi pondok pesantren menurut Rahman Shaleh (1978: 30) adalah sebagai berikut:

1) Pesantren sebagai lembaga pendidikan

Pengembangan apapun yang dilakukan dan dijalani oleh santri tidak mengubah ciri pokoknya sebagai lembaga pendidikan dalam arti luas. Keteraturan pendidikan didalamnya terbentuk karena pengajian yang bahannya diatur sesuai urutan penjejangan

kitab (Dian Nafi’, 2007: 12).

2) Pesantren sebagai penyebaran agama (dakwah). 3) Fungsi sebagai komunikator pembangunan.

4) Fungsi pemeliharaan nilai-nilai kemasyarakatan yang masih diperlukan.

Fungsi pondok pesantren disini sangat mempengaruhi menjadikan citra pondok pesantren benar-benar baik untuk mencetak generasi yang islami dan siap untuk di terjunkan ketengah-tengah

34

masyarakat untuk diharapkan menyebarkan ilmu-ilmu islam yang telah di dapatkannya ketika di pondok pesantren.

3. Hakikat Globalisasi

Dokumen terkait