• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAAF HALAMAN INI HILANG

selama bertahun-tahun istilah itu telah beredar dalam bahasa Latinnya - novus ordo seclorum - pada uang satu dolar AS, dan juga telah disinggung dalam pidato Presiden Wilson dan Presiden Roosevelt, ketika menjerumuskan Amerika ke dalam perang "dunia" kesatu dan perang "dunia" kedua.

Pada tanggal 2 April 1917, Presiden Wilson menyatakan kepada Kongres Amerika bahwa tujuan perang itu adalah "untuk mendirikan sebuah tata internasional baru" - dan begitu perang "dunia" pertama berakhir pada tahun 1920, Liga Bangsa Bangsa segera berdiri. Mirip pula ketika Presiden Roosevelt konon merumuskan "sebuah rencana pemeliharaan perdamaian" yang ia beri nama "Persatuan Bangsa Bangsa" - yaitu sebuah nama yang diberikan kepada lembaga yang menggantikan Liga Bangsa Bangsa tak lama setelah perang "dunia" kedua usai, pada tahun 1946.

Bagaimana pun juga, baru sejak dirampungkannya Perang Teluk pada tahun 1991 - yang memastikan kebangkrutan total negara-negara Muslim Timur Tengah yang dahulunya "kaya minyak" - istilah "tata dunia baru" digunakan secara terbuka di media massa, yang langsung diikuti dengan penempatan "pasukan-pasukan" PBB atas nama "perdamaian" guna memperburuk stabilitas politik di negara-negara, yang katanya, harus mereka "lindungi".

Hasilnya, cukup satu contoh, para Muslim Bosnia di Yugoslavia "dilindungi" melalui embargo senjata PBB atas mereka, sementara para agresor Serbia - pada saat yang sama diperbolehkan mendapat persenjataan dan perlengkapan militer yang tanpa batas - hanya "terhalang", atau lebih tepatnya hanya ditunda saja, guna melibas habis para Muslim Bosnia yang tanpa daya itu melalui pendirian "zona-zona aman" dan "daerah perlindungan" dan tentunya sekali-kali ditambah dengan bumbu wajib berupa latihan serangan udara pihak NATO atas Ser-bia. Setelah cukup banyak Muslim terkumpul di zona-zona aman itu, dan setelah berhasil membujuk mereka untuk menyerahkan persenjataannya, para pasukan PBB pun kemudian meninggalkan mereka untuk menghadapi takdirnya sendiri - untuk lelaki biasanya berarti kematian dan pekuburan massal, dan untuk wanita pemerkosaan dan hidup sebagai pengungsi, dan untuk anak-anak trauma yang tidak akan sembuh.

Nabi Muhammad saw, bersabda bahwa kufr adalah sebuah sistem, maka edisi awal saya tulis secara umum tanpa banyak mengacu ke contoh-contoh khusus, agar buku itu dapat menjadi semacam cermin kehidupan di mana pun buku itu dibaca - apakah di Sydney, atau Singapura, atau Shiraz, atau Santiago, atau Seattle, atau San Francisco, atau Srinagar, atau Strasbourg, atau Sokoto, atau Soweto, atau Shanghai, atau Sharjah, atau Sofia, atau Sinkiang, atau Swansea. Dan untuk maksud yang sama, pendekatan seperti itu pun diusahakan langgeng dalam edisi revisi ini.

Sebagian pembaca edisi perdana pernah mengusulkan agar buku itu dibagi ke dalam beberapa bab supaya lebih jelas dan mudah dibaca. Tetapi, sebenarnya salah satu pokok bahasan yang ingin kusampaikan adalah bahwa setiap sesuatu terletak langsung di sisi kebalikannya, dan di dalam kenyataannya kutub-kutub senantiasa saling mempengaruhi. Walaupun berhadapan, tetapi tidak bercampur - dan walaupun tidak bercampur, tidak pernah terpisah dari sisi lainnya. Kedua sisi uang logam terletak di kebalikannya masing-masing - tetapi keduanya merupakan bagian dari seluruhnya, dan walaupun anda berusaha untuk memisahkan uang itu menjadi dua "belahan" maka setiap "belah" itu pun tetap mempunyai dua sisi.

Dengan demikian, dengan satu "bab" yang panjang, aku berusaha menyajikan bunga rampai kata-kata - sebuah bayangan pikiran - yang menyajikan sebuah tampilan pada satu saat dan kemudian langsung menampilkan yang lain, yaitu kebalikannya, dengan maksud meniru sebagian yang nampak sebagai pola-pola dasar kehidupan, seraya aku menyadari bahwa itu tidak mungkin! Untuk maksud yang sama, maka pendekatan itu diusahakan langgeng pada edisi revisi ini, masih dengan kesadaran penuh bahwa tidak akan mungkin, misalnya, menyampaikan rasa madu dan rasa lengkeng melalui kata-kata belaka.

Sewaktu edisi perdana ditulis, saya menganggap para pembaca sudah akrab dengan hadits-hadits mengenai Dajjal, sehingga aku pun tidak banyak mengutipnya, hanya disinggung saja. Namun karena tentu tidak semuanya begitu, para pembaca yang belum mengenai hadits-hadits itu sebaiknya mencari bacaan tambahan dari kumpulan-kumpulan hadits shahih. Para pembaca juga bisa mendapatkan manfaat jika Tanda-tanda Sebelum Hari Akhir rangkuman Ibnu Katsir dibaca, karena di dalamnya terdapat banyak hadits yang bertalian.

Dalam limabelas tahun terakhir ini, banyak pembaca yang bertanya perihal maksud dan tujuan sub-judul yang tampil pada edisi perdana - yaitu "raja yang tak punya baju" - yang telah diganti dengan "si AntiKristus1" pada edisi ini.

Sub-judul itu digunakan terutama karena keterkaitannya dengan cerita kanak-kanak yang cukup kondang mengenai para penjahit yang menipu seorang raja, para penjahit membuat si raja berfikir bahwa mereka telah menja-itkan baju terbaik di negeri itu untuknya, yang sebenarnya mereka hanya ber-buat seolah-olah nyata dan mengambil uangnya saja. Mereka berpura-pura bahwa "semuanya baik-baik saja" dan bahwa sang raja pun berpakaian lengkap dengan pakaian yang terbagus - hingga datang seorang anak kecil merusak impian itu dengan bertanya secara jujur: kenapa raja telanjang bulat!

Sub-judul itu pun beralamat tak langsung kepada Nabi Muhammad saw, yaitu manusia yang paling bijak dan paling manusiawi di antara seluruh manusia hingga akhir jaman - seorang raja yang sebenarnya - tetapi harta milik-nya amatlah sedikit dan tiadalah ia dekat dengan segala kemewahan, keadaan dan dandanan yang biasa meliputi kebanyakan mereka yang konon jadi raja.

Sayyidina 'Umar ra mengabarkan, bahwa ia pernah mengunjungi Nabi Muhammad saw, ketika beliau sedang berbaring di atas alas yang sederhana di bilik yang kecil, 'Umar menangis ketika ia melihat betapa sedikit milik Nabi.

Ketika Nabi menanyakan kenapa 'Umar menangis, sayyidina 'Umar men-jawab, "Ya Rasulullah, bagaimana saya tidak menangis? Alas itu telah membuat bekas pada sisi tubuhmu dan aku hanya dapat melihat apa yang nampak dari simpananmu. Kaisar dan Kisra hidup dalam kemewahan, sedangkan engkau adalah Rasulullah, yang telah DipilihNya - dan lihat apa yang engkau miliki!", "Ibnu Khattab", jawabnya, "tidakkah cukup bagimu akhirat untuk kita, dan dunia ini untuk mereka?"

Memang selalu begitulah keadaannya, keadaan para pembangun kerajaan di satu sisi dan pada sisi lainnya keadaaan para pengikut sejati para Nabi dan Rasul, semoga Allah memberkati, meridhai dan menyejahterakan mereka, kepada keluarga-keluarga mereka, kepada para sahabat mereka, dan kepada siapa pun yang mengikuti mereka di setiap jaman.

1

Untuk edisi Indonesia penerbit menamakan edisi revisi "Dajjal - the AntiChrist" sebagai "Sistem Dajjal" saja. tentu dengan persetujuan Ahmad Thomson dan Ta-Ha Publishers. §

Sub-judul edisi pertama itu juga mengacu kepada Allah, Pemelihara Dunia-Dunia, Raja Ciptaan, Raja di atas semua raja - tetapi tidak perlu baju!

Tidak perlu diragukan lagi bahwa, tujuan mengganti sub-judul buku ini menjadi "si AntiKristus" tentu sudah sangat jelas. Karena pada umumnya - khususnya para non-Muslim - lebih kenal dengan istilah ini dan setidaknya punya sedikit bayangan mengenai apa maksudnya, walaupun di zaman ini di mana pendidikan sekuler telah menjamin kebanyakan khalayak tidak sadar betul akan apa yang terkandung dalam Bibel dibanding dengan jaman dahulu! Dan bagi para non-Muslim yang pernah membaca Bibel, ataupun pernah mendapatkan pendidikan agama, tentu akan tergugah dan tertarik seperti saya ketika membaca dan membandingkan ramalan-ramalan yang terkandung di dalamnya mengenai si AntiKristus, dan Gog dan Magog, dan kedatangan kembalinya Nabi 'Isa as.

Seperti saya, mereka pun mungkin saja tidak sadar akan pengetahuan rinci yang dimiliki para Muslim mengenai hal-hal yang menyangkut hari akhir, dan adalah untuk orang-orang semacam inilah - bagi mereka yang tahu bahwa mereka sebenarnya tidak tahu, tetapi ingin tahu - buku ini ditujukan, dan segera saya harus tambahkan bahwa ini tentu bukan sebuah bahasan yang menyeluruh, tetapi lebih sebagai bumbu penyedap agar ingin lebih tahu, karena pada akhirnya pengetahuan yang sebenarnya tidak bisa ditemukan pada buku-buku -la hanya dapat disampaikan oleh mereka yang diberi kebijakan.

Banyak juga yang menanyakan kenapa pernyataan berikut ini, ada di depan buku saya - "Buku ini adalah karya fiksi. Adanya kesamaan antara apa yang ditulis dengan apa yang anda lihat hanyalah sebuah berbetulan saja. Ia adalah sebuah mimpi seorang pemimpi dalam mimpi mengenai Allah." - sedangkan sebagaimana banyak yang lekas paham, pada kenyataannya buku itu malah sering seolah-olah merinci dengan jelas setidaknya sebagian dari apa yang sedang terjadi di dunia ini.

Jawabannya adalah, bahwa pada saat buku itu selesai ditulis aku amat sadar bahwa sebagai upaya merinci kehidupan buku itu tidak mungkin lengkap, terlalu disederhanakan, dan tak terelakkan dari warna pengalamanku, penafsiranku dan pengertianku yang terbatas - maka itu buku tersebut bukanlah merupakan gambaran hidup yang seutuhnya. Karena betapa pun banyaknya pengetahuan kita, kita hanya tahu sedikit.

Dan, aku pun amat menyadari perkataan Ibnu al-Arabi yang terkenal: "Ketahuilah bahwa seluruh ciptaan adalah khayalan, dan engkau adalah sebuah khayalan di dalam khayalan, dan apa pun yang anda pikirkan pun khayalan, yang ada di dalam khayalan, yang di dalam khayalan."

Jadi, bagaimana seseorang yang berakal sehat bisa memberi kenyataan ke atas sebuah khayalan, dan bukan ke atas sumber khayalan itu - yaitu kepada Allah yang Maha Nyata?

Tiada seorang pun yang telah menciptakan Allah - walaupun sebagian pakar modern dalam lab-jasnya dan baju bergarisnya, menginginkan agar kita berpikir demikian, bahwa kita telah mengkhayalkan keberadaan Tuhan guna mencoba mencari jawaban atas hakikat kehidupan, atau guna mengadu saat mengalami kesulitan.

Kenyataannya adalah bahwa kitalah yang telah "dikhayalkan" oleh Allah. Allah-lah yang telah memberikan kita kenyataan, bukan sebaliknya. Allah-lah yang telah menciptakan kita. Setiap sesuatu dalam ciptaan ada mula dan ada

akhirnya dan akan berhenti menjadi kenyataan. Allah tiada mula dan tiada akhir. la belum pernah tiada dan tidak akan pernah tiada. Ia sebagaimana Ia sebelum Ciptaan diadakan, dan Ia akan tetap sebagaimana Ia setelah Ciptaan berhenti berada. Tentunya setiap sesuatu dalam ciptaan datang dari Allah dan tentu kepadaNya semua ciptaan akan kembali.

Allah adalah Nyata. Allah adalah Benar. Segala sesuatu yang selain Allah adalah fiksi belaka. la, apa pun itu, seolah nyata tetapi tak terhindari pasti menguap bagaikan impian yang memudar - termasuk "anda", dan "saya", dan "mereka", dan "itu", dan "apa" pun juga.

Sebagai penutup, sewaktu edisi awal buku ini mulai ditulis, aku sadar betul bahwa tidaklah mungkin menyimpulkan dan membungkus seluruh kehidupan ke dalam sebuah tulisan. Yang paling banyak bisa dicapai adalah menampilkan rangkuman dan gabungan "judul-judul" dan "gambaran-gambaran", yang diharapkan dapat menjadi penanda keadaan dunia pada saat ini. Sudah begini adanya hingga sekarang dan akan tetap selalu demikian, dan saya pun semakin sadar bahwa perbedaan-perbedaan kecil yang tak terhitung dalam kehidupan ini pasti tidak mungkin dirinci dan dikelompok-kelompokkan: Kita semua selalu berusaha untuk membuat segala sesuatu di dalam kehidupan dan di dalam apa-apa yang tejadi di dalamnya menjadi "masuk akal" - untuk diri kita maupun untuk orang lain - tetapi pada akhirnya kita tentu tidak akan terlalu bodoh untuk mengira bahwa kita sudah tahu semuanya, dan kita akan tersadarkan bahwa Allah yang tahu dan kita tidak tahu, dan dengan demikian kita akan tunduk dan meletakkan dahi-dahi kita ke atas tanah dalam perserahan diri yang menyeluruh dan tak bersyarat di hadapan Pemelihara kita.

Allah

Ahmad Thomson London 1417/1997

Dokumen terkait