• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI LEMBAGA

C. Hambatan dalam Penerbitan SKA

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staff Daglu di Disperindag dalam melakukan penerbitan SKA, seringkali Disperindag mengalami beberapa hambatan yang dapat memperlambat kelancaran proses penerbitan SKA. Hambatan tersebut bisa berasal dari eksportir yang ingin menerbitkan SKA atau dari instansi dan pihak negara tujuan ekspor itu sendiri. Adanya keraguan atas keabsahan atau kebenaran data SKA dari pihak yang menjadi tujuan ekspor, merupakan salah satu dari hambatan yang sering dihadapi oleh Disperindag yang kemudian akan dilakukan permintaan penerbitan surat verifikasi untuk dimintai jawaban verifikasi dari Disperindag hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh staff Daglu di Disperindag.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 43/M-DAG/PER/10/2007, Verifikasi merupakan suatu proses penyidikan atau penelitian yang dilakukan atas permintaan pemerintah di negara tujuan ekspor barang kepada instansi penerbit atas keabsahan dan kebenaran pengisian dokumen SKA tersebut. Terjadinya verifikasi dapat disebabkan karena adanya keraguan pihak negara tujuan ekspor terhadap SKA yang telah diterbitkan tentang keabsahan atau kebenaran formulir (tanda tangan pejabat dan cap stempel dinas), kebenaran data dan informasi yang dicantumkan dalam SKA, maupun persyaratan untuk memenuhi ketentuan asal barang yang telah berlaku. Staff Daglu di Disperindag mengungkapkan bahwa untuk mengatasi permasalahan tersebut, Disperindag melakukan upaya dengan cara meneliti kembali bukti dokumen pendukung, pengadaan bahan baku, dan proses pengerjaan barang ke perusahaan eksportir yang bersangkutan. Apabila dijumpai kendala dalam proses penelitian maka, Disperindag dapat berkonsultasi dengan Direktorat Ekspor, Direktorat Hubungan Bilateral atau Direktorat Hubungan Perdagangan multilateral dan Regional. Setelah diperoleh jawaban atas permintaan verifikasi, Disperindag akan mengirimkannya langsung kepada pihak negara tujuan dengan tembusan kepada instansi penerbit tingkat pusat dan Direktorat Ekspor.

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu unsur utama dalam kemajuan suatu negara, sehubungan dengan hal tersebut kendala yang paling sering dihadapi oleh Disperindag adalah kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat sebagai pelaku ekspor tentang tata cara penerbitan SKA terutama dengan sistem otomasi, hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh staff Daglu di Disperindag. Padahal SKA mempunyai peranan yang penting sebagai salah satu dokumen ekspor, dimana tanpa adanya SKA maka akan menghambat kelancaran kegiatan ekspor sehingga dapat menjadi kendala dalam proses kegiatan perdagangan internasional. Salah satu staff Daglu di Disperindag mengungkapkan bahwa Disperindag telah menyusun berbagai program untuk mengatasi kendala tersebut, diantaranya adalah dengan melaksanakan sosialisasi maupun seminar mengenai kebijakan tentang tata cara dalam melakukan penerbitan SKA terutama dengan

menggunakan sistem otomasi yang menggunakan teknologi dalam pelaksanaan penerbitannya kepada masyarakat sebagai pelaku ekspor. Dapat juga dengan melakukan koordinasi program untuk pengembangan ekspor dengan instansi terkait, maupun asosiasi dan pengusaha pelaku ekspor.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 43/M-DAG/PER/10/2007 tentang instansi penerbitan SKA sebagai instansi yang berwenang dalam melakukan penerbitan SKA, Disperindag harus memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan kepada masyarakat pelaku ekspor. Namun, hal tersebut masih terkendala dengan kurangnya teknologi sebagai unsur utama dalam melakukan proses penerbitan misalnya komputer sebagai sarana penunjang dalam proses penerbitan SKA hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh staff Daglu di Disperindag. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staff Daglu di disperindag, upaya yang dapat dilakukan Disperindag khususnya Departemen Luar Negeri adalah dengan melakukan koordinasi dengan kepala instansi terkait dengan permasalahan tersebut sehingga dapat meningkatkan kinerja para staff dalam melakukan penerbitan SKA.

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Surat Keterangan Asal (SKA) merupakan suatu dokumen ekspor berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian bilateral, regional, dan multilateral serta kesepakatan sepihak dari suatu negara yang wajib menyertakan SKA pada saat barang ekspor akan memasuki wilayah negara tersebut. SKA penting keberadaannya sebagai dokumen pelengkap dalam perdagangan internasional. Ada dua jenis SKA yang diterbitkan oleh Disperindag sebagai instansi yang berwenang dalam menerbitkan SKA, ada SKA Preferensi untuk mendapatkan keringanan bea masuk ekspor dan SKA Non Preferensi sebagai dokumen pengawas dan penyerta asal barang untuk dapat memasuki wilayah suatu negara tertentu.

Dalam menerbitkan SKA sesuai dengan peraturan menteri perdagangan RI nomor: 43/M-DAG/PER/10/2007 tentang penerbitan surat keterangan asal. Disperindag dapat menerbitkan SKA dengan dua cara, yang pertama penerbitan SKA dengan cara manual yang merupakan suatu cara yang digunakan dalam proses penyampaian dan pengisian formulir, pengolahan data, penyimpanan dan pengadministrasian SKA serta kegiatan lainnya yang terkait dalam penerbitan SKA tanpa menggunakan teknologi informasi. Yang mempunyai beberapa tahapan, antara lain pemohon membeli formulir yang diperlukan kemudian diisi sesuai dengan ketentuan, setelah itu formulir dan dokumen pendukung diserahkan kepada petugas untuk diperiksa dan dikoreksi, kemudian formulir SKA diserahkan kepada petugas yang berkepentingan untuk diberi paraf persetujuan, setelah mendapatkan pengesahan formulir SKA dapat diterbitkan setelah ditandatangani oleh pejabat penandatanganan SKA.

Penerbitan SKA yang kedua dengan sistem otomasi yang menggunakan media penyimpanan data berupa flash disk atau CD yang merupakan suatu cara yang digunakan dalam proses penyampaian dan pengisian formulir, pengolahan data, penyimpanan dan pengadministrasian SKA serta kegiatan lainnya yang terkait dalam penerbitan SKA dengan menggunakan teknologi informasi. Penerbitan dengan sistem otomasi mempunyai beberapa tahapan antara lain pemohon menyerahkan data yang disimpan pada media penyimpanan elektronik melalui flash disk atau CD kepada petugas untuk diproses menjadi formulir SKA yang kemudian diserahkan kepada petugas lain untuk diberi paraf persetujuan, setelah mendapat pengesahan formulir SKA dapat diterbitkan setelah ditandatangani oleh pejabat penandatanganan SKA. Solusi terhadap permasalahan dalam penerbitan SKA yang dilakukan oleh Disperindag, melalui adanya kerja sama dengan instansi-instansi tekait yang berhubungan dengan masalah penerbitan SKA, dan dengan dilaksanakannya program sosialisasi tentang kebijakan penerbitan dokumen ekspor terhadap masyarakat pelaku ekspor.

B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dipaparkan diatas, penulis mencoba untuk memberikan beberapa saran dan masukan kepada Disperindag Surakarta khususnya terkait dalam hal penerbitan SKA. Saran-saran tersebut antara lain :

1. Meningkatkan ketelitian dalam proses pemeriksaan pengisian data SKA, beserta dokumen pendukung lainnya yang dilakukan oleh para staff Departemen Luar Negeri Disperindag Surakarta.

2. Adanya pembinaan dan penyuluhan kepada dunia usaha tentang tata cara memperoleh dokumen ekspor sebagai persyaratan dalam melakukan ekspor. 3. Meningkatkan sarana pendukung dalam kegiatan penerbitan SKA, misalnya

dengan menambah dan memperbaharui komputer yang tersedia untuk memperlancar proses penerbitan SKA.

Dokumen terkait