• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan yang Dihadapi Pengurus KOPMA UNPAS

Dalam dokumen S PE 1005761 Chapter4 (Halaman 40-44)

4.3 Gambaran Hambatan yang Dihadapi Pengurus KOPMA di Kota Bandung dalam Mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012

4.3.8 Hambatan yang Dihadapi Pengurus KOPMA UNPAS

Kendala yang dihadapi KOPMA UNPAS salah satunya adalah pemahaman pengurus mengenai UU No. 17 Tahun 2012 yang masih kurang. Pemahaman pengurus ini sangat penting dalam menjalankan koperasi khususnya dalam mengimplemntasikan UU ini. Pemahaman setiap pengurus koperasi dipengaruhi oleh sosialisasi dari pemerintah. saat ini sosialisasi dari pemerintah dirasa masih kurang, sehingga pemahaman pengurus ini masih rendah karena tidak ada yang membantu menjelaskan secara rinci kepada pengurus KOPMA.

Iya sih masih le bih kurang paham kare na kan be rbe da ya de ngan yang dulu...kalau saya sih mending yang dulu...kalau yang sekarang tuh masih belum paham...karena juga menurut saya sosialisasinya juga kurang ya...”

Sama halnya dengan bidang keuangan yang khusus mengurusi masalah permodalan koperasi, pengurus dibidang ini masih belum paham mengenai permodalan dalam UU ini. Pergantian istilah dari simpanan menjadi sertifikat membuat pengurus semakin bingung karena penyebabnya ketidakpahaman terhadap UU perkoperasian secara menyeluruh. Bidang keuangan KOPMA UNPAS membutuhkan waktu yang banyak untuk menyesuaikan sistem permodalan yang saat ini dirasa semakin sulit.

“Kalau dari keuangan paling dari penyesuaiannya ya teh...dan...simpanan jadi sertifikat modal...sertifikat modal kan jadi emang gitu kan emang bener belum paham soal itu...kalau pengalihan dari simpanan jadi iuran itu seperti apa gitu...” Koperasi Mahasiswa yang merupakan sarana pembelajaran bagi generasi muda yang masih belum memahami benar menjadi kendala selanjutnya. KOPMA UNPAS bahkan KOPMA di Kota Bandung pun masih bingung mengenai penjenisan koperasi, satu jenis koperasi dalam suatu koperasi. Kopererasi Mahasiswa yang mempunyai banyak jenis koperasi menjadi faktor yang membingungkan menentukan penjenisan koperasinya. KOPMA UNPAS sendiri dalam menjalankan usahanya tidak hanya satu jenis koperasi melainkan ada beberapa jenis usaha koperasi, mulai dari usaha konsumsi, produksi, hingga jasa.

Paling tadi sih teh...kita kan koperasi mahasiswa...sedangkan diundang-ndang yang baru itu kita dituntut memilih seperti yang tadi...jadi kita masih bingung gitu...soalnya permasalahan di KOPMA yang...bukan di KOPMA UNPAS aja sih...di KOPMA se-Bandung juga...itu permasalahannya soalnya...kita produksi ada...kaya apa...kaya perdagangan umum dsb....konsumsi juga ada...kafe...jasa juga ada yang ritel itu...jadi bingung gitu pilihnya kemana...soalnya kan kita di KOPMA itu sendiri ada semua gitu...”

Pemahaman pengurus yang masih rendah menjadi kendala utama yang dihadapi KOPMA UNPAS dalam upaya mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012. Pemahaman yang masih kurang ini salah satunya disebabkan kurangnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah. Sosialisasi sangat diperlukan dalam membantu menjelaskan secara menyeluruh khususnya dalam aspek permodalan yang sistemnya sangat jauh berbeda dengan UU perkoperasian sebelumnya.

Kurangnya penjelasan mengenai penjenisan koperasi pun menjadi sangat membingungkan pengurus KOPMA. KOPMA yang notabene sarana pembelajaran dituntut untuk mengikuti segala seuatu yang ada dalam UU No. 17 Tahun 2012 termasuk penjenisan koperasi. Setiap KOPMA tidak hanya menjalankan satu jenis koperasi tetapi beberapa jenis koperasi termasuk KOPMA UNPAS yang menjalankan beberapa jenis koperasi mulai dari konsumsi, produksi, hingga jasa.

Berbagai kendala dihadapi oleh pengurus KOPMA di Kota Bandung dalam mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012. Tabel berikut merupakan kesimpulan kendala yang dihadapi oleh pengurus KOPMA di Kota Bandung dalam mengimplemetasikan UU tersebut.

Tabel 4.4

Kendala yang Dihadapi Pengurus KOPMA di Kota Bandung mengenai UU No. 17 Tahun 2012 dari Hasil Wawancara

No Jawaban Pengurus Kesimpulan

1. KOPMA BS UPI

- “...ga semuanya memahami detail tentang Undang-Undang yang baru...”

Dari jawaban respoden dapat disimpulkan bahwa kendala yang dihadapi pengurus KOPMA di Kota Bandung yaitu pemahaman pengurus dan anggota yang masih kurang terhadap UU No. 17 Tahun 2012.

2. Ekuitas

- “Dari kita....ya itu sosialisasi ke anggota pertama itu...”

3. KOKESMA ITB

- “Kendalanya paling kita tuh sebenernya sama-sama ga ngerti...”

4. KOPMA ITENAS

- “Banyak sih kendalanya... kita belum berbadan hukum...”

5. KOPMA STT TEKSTIL

- “Kalau secara detail belum detail banget... kan kita juga masih..apa ya...belajar...”

6. KOPMA UNISBA

- “Kalau kendala kita jelas ada... Kalau kendala mah mungkin kan kita kan baru tahunya poin per poin gitu...”

7. KOPMA UNPAD

- “Paling kendalanya...yang tadi saya bilang gitu...sudah

disosialisasikan...cuma suka ada pengurus yang belum paham...” 8. KOPMA UNPAS

- “Iya sih masih lebih kurang paham karena kan berbeda ya dengan yang dulu...”

Pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA yang sudah cukup namun masih ragu-ragu menjadi kendala utama dalam persiapan yang dilakukan untuk mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012. Salah satu penyebab rendahnya pengetahuan pengurus KOPMA adalah sebagian besar pengurus KOPMA merupakan anggota atau mahasiswa angkatan 2011-2013 yang masih belum paham tentang koperasi. Pengetahuan dan pemahaman pengurus sangat berpengaruh terhadap hasil dari dilakukannya pengimplemensian UU ini. Selain pengetahuan pengurus, pengetahuan dan kesadaran dari anggota pun menjadi kendala yang dihadapi oleh masing-masing KOPMA. Pengetahuan anggota masih rendah karena kedasaran dari anggota terhadap perubahan UU ini masih rendah, juga dikarenakan sosialisasi yang dilakukan pengurus masih rendah. Pengetahuan dan pemahaman pengurus dan anggota pun tidak terlepas dari peran pemerintah dalam melakukan sosialisasi mengenai UU No. 17 Tahun 2012 ini.

Kedudukan Koperasi Mahasiswa sebagai wadah pembelajaran bagi mahasiswa yang bisa dibilang masih awam menjadi kendala selanjutnya khususnya dalam penjenisan koperasi. Setiap koperasi dalam UU No. 17 Tahun 2012 harus memiliki satu jenis usaha, seperti koperasi simpan pinjam, koperasi jasa, koperasi konsumsi dan koperasi produksi harus berdiri secara terpisah satu sama lain. Kendala penerapan penjenisan koperasi ini di Koperasi Mahasiswa adalah sebagian besar Koperasi Mahasiswa di Kota Bandung memiliki lebih dari satu usaha, misalnya KOPMA sebagai koperasi konsumsi juga menyediakan usaha jasa dan produksi. Hal tersebut masih membuat bingung pengurus KOPMA saat ini.

Kendala dalam aspek permodalan yang dirasakan pengurus KOPMA se-Kota Bandung adalah menyesuaikan sistem simpanan wajib menjadi SMK yang dirasa sistemnya sama seperti saham karena dapat diperjual-belikan. Penyesuaian akun-akun dalam neraca pun masih membuat bingung pengurus KOPMA karena dalam UU No. 17 Tahun 2012 banyak akun yang diubah. SMK dirasa berat bila diimplementasikan di KOPMA karena dari segi keanggotaan, anggota KOPMA ada jangka waktunya bila sudah lulus maka secara otomatis sudah bukan menjadi anggota KOPMA lagi sementara SMK yang besarannya berbeda harus dikembalikan kepada anggota dengan cara dijual kepada anggota lain atau dibeli terlebih dahulu oleh koperasi. Pengurus KOPMA khawatir tidak dapat membeli semua SMK anggota bila ada anggota ada yang keluar karena terkendala nominal SMK dengan modal yang dimiliki oleh KOPMA saat ini.

Saat ini masih ada KOPMA yang belum berbadan hukum, hal ini juga menjadi kendala bagi pengurus KOPMA yang bersangkutan. KOPMA tersebut belum bisa mengimplementasikan UU No. 17 Tahun 2012 dikarenaka pengimplementasian UU ini hanya untuk koperasi yang sudah berbadan hukun sesuai dengan pengertian koperasi dalam UU tersebut.

4.4 Gambaran Solusi dari Pengurus KOPMA di Kota Bandung Mengenai

Dalam dokumen S PE 1005761 Chapter4 (Halaman 40-44)

Dokumen terkait