• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. Definisi Operasional

I. Sistematika Penulisan

2. Hambatan Dinas Sosial terhadap pendidikan anak jalanan

Hambatan besar dari tugas Dinas Sosial yang dilakukan oleh Dinas Sosial kota Surabaya dalam menyelesaikan permasalahan anak jalanan khususnya dalam pendidikan yaitu masih minimnya partisipasi serta kesadaran dari masyarakat kota Surabaya. Partisipasi masyarakat yang menjadi salah satu faktor penghambat dari pelaksanaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial kota Surabaya. Dapat diubah menjadi suatu faktor pendukung dengan cara meningkatkan kembali sosialisasi yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan hingga berubahnya cara pandang dari masyarakat

74

mengenai pola penyelesaian permaslahan anak jalanan khususnya dalam pendidikan anak.

Perlunya Dinas Sosial kota Surabaya untuk memiliki setiap alat bantu yang diperlukan, bertujuan agar Dinas Sosial kota Surabaya dapat melaksanakan kegiatan pemberdayaan bagi para anak jalanan secara maksimal, sesuai dengan salah satu misi dari Dinas Sosial kota Surabaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan berwawasan kebangasaan dan berkualitas global yang terjangkau bagi warga kota serta menyiapkan generasi muda yang siap menghadapi tantangan kemajuan jaman. Dan meningkat daya jangkau penanggulangan masalah sosial di kota Surabaya.

Ada beberapa faktor pendukung yang membantu pelaksanaan dari Kepala Dinas Sosial kota Surabaya dalam menyelesaikan permasalahan anak jalanan khususnya bidang pendidikan. Salah satu faktor pendukung tersebut seperti adanya mitra kerja yang senantiasa membantu berbagai macam hal yang diperlukan oleh Dinas Sosial kota Surabaya, baik itu berupa instansi Pemerintah maupun lembaga-lembaga swadaya masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat disampaikan bahwa Peraturan Daerah ini tidak berjalan secara maksimal, hal ini ditandai dengan masih adanya anak jalanan yang kita temukan berkeliaran di kota Surabaya. Hasil wawancara yang penulis peroleh dari pegawai rehabsos Dinas Sosial dalam pelaksanaan Perda Nomor 6 Tahun 2011 yang memberikan pemaparan sebagai berikut:

75

“ pelasananaan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 belum berjalan secara maksimal karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam mematuhi peraturan Perda ini, contohnya memberikan uang kepada anak jalanan”.2

Kondisi demikian, juga dipengaruhi dengan adanya kesulitan dalam penerapan sanksi secara maksimal bagi yang melakukan pelanggaran terhadap perda ini, selama ini sanksi yang diberikan Dinas Sosial hanya bersifat sanksi pembinaan. Bahwa hal lain yang menyebabkan Perda ini tidak dapat berjalan dengan maksimal karena adanya respon negatif dari masyarakat.

Hadirnya mitra kerja yang dapat membantu pelaksaan dari Dinas Sosial kota Surabaya dalam menyelesaikan permasalahan anak jalanan khususnya pendidikan anak-anak jalanan perlu dimaksimalkan demi meminimalisir faktor-faktor penghambatan yang dapat menggangu berjalannya program pemberdayaan bagi anak jalanan di kota Surabaya.

Anak jalanan yang terlahir dari kompleknya permasalahan sosial seperti minimnya pemenuhan kesejahteran yang diberikan oleh Pemerintah kepada masyarakatnya, hingga mengakibatkan terjadinya kesenjangan sosial di dalam tatanan masyarakat, masalah yang menjadi pedoman bagi Dinas Sosial Kota Surabaya, merupakan dasar dari serangkaian proses pengambilan keputusan.

Menurut peneliti, pembangunan kampung anak negri bagi para anak jalanan dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di kota Surabaya, merupakan suatu kebijakan yang tepat dari Dinas Sosial kota

2

Wawancara dengan pegawai Dinas Sosial dibidang rehabsos bernama Anwar Arifin pada tanggal 17 April 2018 pada pukul 07.00 WIB bertempat di kantor Dinas Sosial Surabaya.

76

Surabaya. Pada tahap ini petugas memberikan penyadaran tentang pernyadaran melalui pendekatan kepada penyandang masalah kesejahteraan. Sedangkan kampung anak Negri tersebut dapat dijadikan suatu tempat untuk menjamin pendidikan yang dibutuhkan, seperti, mengenali berbagai macam aktifitas para anak jalanan di kota Surabaya, mempererat hubungan kerjasama anatara Dinas Sosial kota Surabaya dengan Lembaga yang menangani permasalahan anak jalanan di kota Surabaya, dan menjadi tempat mengindentifikasi setiap permaslahan anak jalanan guna menyeleksi pelayanan yang akan diberikan.

Kewenangan Dinas Sosial kota Surabaya, menyangkut pembangunan kampung anak negri hanya satu tempat di kota Surabaya, dari hasil observasi belum dapat dimaksimalkan dengan semestinya, karena saat ini masih kurangnya yang mengajar di Kampung Anak Negri sedangkan anak jalanannya tertampung lumayan banyak.

Kampung Anak Negri yang memiliki lebih sebagai tempat untuk belajar dan mendapat pendidikan secara langsung terkait aktivitas yang dilakukan anak jalanan yang tidak bersekolah formal. Perlu untuk dimaksimalkan oleh Dinas Sosial kota Surabaya beserta unit kerjanya, karena dengan minimnya pemanfaatan Kampung Anak Negri tersebut akan memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pelaksaaan dari Dinas Sosial kota Surabaya. Yang dilakukan Dinas Sosial kota Surabaya akan memberikan kemudahan bagi Dinas Sosial Kota Surabaya untuk mengenal berbagai macam karakteritis, minat, bakat,

77

dan mobilitas yang berbeda-beda dari setiap anak jalanan demi memaksimalkan pelayanan yang akan diberikan.

Menurut penulis, Kewenangan Dinas Sosial dalam Penanganan Hak Anka khususnya bidang pendidikan menurut Peraturan Pemerintah Daerah Kota Surabaya Nomor 6 Tahun 2011. Adanaya masalah dalam pembinaan pada anak jalanan, dan kurangnya yang membimbing anak jalanan dalam bidang pendidikan di Kampung Anak Negri. Serta sulitnya memberikan partisipasi kepada masyarakat, terutama orang tua.

B.Analisis Kewenangan Dinas Sosial Surabaya dalam Pemenuhan Hak Pendidikan untuk Anak Jalanan Menurut Fiqih Siya>sah Dustu>riyah

Fiqh Siya>>>>>>>>>sah adalah cabang ilmu yang mempelajari pengaturan urusan umat dan negara dengan segala bentuk hukumnya, peraturan, dan kebijakansanaan yang dibuat oleh pemegang kekuasaan yang sejalan dengan dasar-dasar ajaran dan ruh syariat untuk mewujudkan kemaslahatan umat. Istilah populer Fiqh Siya>sah seringkali disebut sebagai ilmu tata negara, dalam hal ini berada pada konsep negara Islam.

Maka dari itu peninjauan tentang Kewenangan Dinas Sosial dalam Peraturan Daerah digunakan peninjauan dari sudut ilmu hukum tata negara dalam konsep negara Islam (fiqh siya>>>>>>>>sah). Mengingat, pembentukan Peraturan Daerah oleh Pemerintah adalah permasalahan-permasalahan berkenaan dengan konstitusi, lembaga negara dengan kewenangannya, dan terkait peraturan perundang-undangan yang merupakan objek kajian ilmu hukum tata negara.

78

Sehingga penulis mencoba menggunakan pendekatan dalam permasalahan Kewenangan Dinas Sosial Pemerintah kota Surabaya menggunakan tinjauan fiqh siya>>>>sah (ilmu tata negara dalam konsep negara Islam. Di dalam fiqh siya>sah terdapat beberapa pembagian bidang yang merupakan objek kajian fiqh siya>sah itu sendiri. Objek kajian dibagi menjadi tiga bagian yaitu Siya>>>>sah Dustu>>>riyah, Siyasah dauliya/Siyasah Kharijiyah, Siayasah Amaliyah. Dalam hal ini penulis mengkaitkan dengan Fiqh Siya>>>>>>>>>>>sah Dustu>>riyah yang mengkaji tentang administrasi Pemerintah atau Idariyah oleh birokrasi/eksekutif.

Dalam hal ini, negara melakukan kebijakan Dinas Sosial baik yang berhubungan dengan dalam negeri maupun yang menyangkut dengan hubungan sesama negara. Pelaksanaan tertinggi kekuasaan ini adalah Pemerintah (Kepala Negara) dibantu oleh para pembantunya yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan situasi yang berbeda antara satu Negara dengan negara Islam lainnya. Kewajiaban yang harus dilakukan oleh Dinas Sosial itu meliputi semua kewajiban umum baik yang berkenaan dengan tugas-tugas keagamaan maupun kemasyarakat, yang terdapat dalam al-Quran dan sunnah Rasulullah seperti mempertahankan agama, mencegah kerusahan dan melindungi hak-hak rakyat. Kewajiban utama dari seorang imam adalah mempraktikan totalitas syariah di dalam umat.

Bukan hanya merupakan lembaga penasihat kepala negara, yang nasihatnya dapat diterima dan dapat juga ditolak sesuai dengan kehendak kepala negara yang bersangkutan, dalam kaitan ini Al-Quran memerintahkan:

79

























Artinya: dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. Ash-Shura/42: 38)

Ayat ini mewajibkan dilaksanakannya musyawarah dan juga mengarahkan Kepala Negara bahwa setelah musyawarah tersebut beliau telah mengambil keputusan, maka beliau harus menegakkan dengan tekad yang bulat, dengan bertakwa kepada Allah.

Melihat pembagian objek kajian diatas, pengkajian terhadap Kewenangan Dinas Sosial masuk dalam pembahasan siya>sah dustu>riyah, karena dalam bagian siya>sah dustu>riyah mengkaji tentang peraturan perundang-undangan, penetapan hukum oleh lembaga legislatif, peradilan dalam kekuasaan yudikatif, dan pelaksaan Pemerintah oleh kekuasaan eksekutif.

Menurut Abdul A’la al-Maududi hubungan antar lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif di dalam Negara Islam tidak terdapat perintah-perintah yang jelas. Tetapi konvensi-konvensi memberi cukup pedoman bahwa Kepala Negara Islam merupakan pimpinan tertinggi dari semua

80

lembaga negara yang berbeda ini, dan posisi ini diperuntukan oleh semua empat Khlifah.3

Menurut konsep hukum tata negara Islam tugas untuk melaksanakan undang-undang untuk melaksanakannya, negara memiliki kekuasaan eksekutif yaitu disebut (al-sultah al-tanfidi’iyyah). Di sini negara memiliki kewenangan untuk menjabarkan dan mengantrualisasikan perundang-undangan yang telah dirumuskan tersebut. Dalam hal ini, negara melaksanakan kebijakan baik yang berhubungan dengan dalam negeri, maupun yang menyangkut dengan hubungan negara. Dalam konteks hukum tata negara Islam Dinas Sosial dipadankan dengan gubernur yang mana gubernur merupakan lembaga eksekutif yang berada di daerah provinsi. Dalam hal ini tugasnya adalah melaksanakan undang-undang yang telah dibuat oleh lembaga legislatif dalam konteks negara Islam itu disebut dengan al-tasri’iyyah, lembaga ini adalah lembaga negara yang menjalankan kekuasaan untuk membuat undang-undang. Menurut Imam Al-Mawardi dijelaskan bahwasanya tugas dari gubernur adalah sebagai berikut:4

1. Pengelola pasukan, meningkatkan kemapuan mereka dalam semua aspek, melindungi agama, memungut sedekah, dan menentukan siapa yang berhak menerima sedekah, meneggakan dalam hak-hak Allah dan hak-hak manusia. 2. Memutuskan hukum, mengangkat jaksa, dan hakim.

3. Menjadikan imam dalam shalat-shalat juma, ia sendiri yang menjadi imamnya atau mewakilkannya kepada orang lain.

3

Abdul A’la Maududi , The Islamic Law And Constitution, terj. Asep Hilmat,”Sistem Politik Islam”.hlm. 249.

4

Imam Al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, “Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syariat Islam”. Hlm 53

81

4. Memberi kemudahan kepada warganya yang hendak mengerjakan ibadah haji, dan orang-orang yang tidak termasuk warganya, hingga mereka dapat menunaikan ibadah haji dengan lancar.

Dapat disimpulkan bahwasanya Dinas Sosial hal itu dipadankan dengan Gubernur dengan adanya tugas dari Gubernur itu salah satunya memberi kemudahan kepada warganya yang hendak mengerjakan ibadah haji, dan orang-orang yang tidak termasuk warganya, hingga mereka dapat menenuaikan ibadah haji dengan lancar. Maka dari itu Dinas Sosial dapat dipadankan dengan Gubernur dalam konteks hukum tata negara Islam.

dalam konteks fiqh siya>sah segala kebijakan harus bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat, dan segala yang berpotensi menimbukan mudarat harus dijauhi dan dihindari. Ketika sebuah Peraturan yang diberikan Pemerintah bertentangan dengan melanggar hak-hak konstitusional atau dapat dikatakan hal ini tidak sejajar dengan kemaslahata, dapat pula dikatakan hal ini mengandung kemudaratan bagi rakyat serta tidak menciptakan keadilan sosial. Oleh karenanya harus diputuskan kebijakan yang tegas, bijaksana dalam pemenuhan yang terkait hal tersebut.

Menurut penulis bahwasanya dapat dikatakan bahwa Dinas Sosial itu disetarakan dengan gubernur dalam konteks negara Islam yang dapat dilihat dalam tugasnya yaitu memberi kemudahan kepada warganya yang hendak mengerjakan ibadah haji, dan orang-orang yang tidak termasuk warganya, hingga mereka dapat menunaikan ibadah haji dengan lancar. Dasarnya bahwanya gubernur itu disepadankan dengan Dinas Sosial dalam konteks Indonesia.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari pembahasan skripsi yang telah diuraikan di atas, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah sebagaimana berikut:

1. Kewenangan Dinas Sosial Surabaya dalam pemenuhan hak pendidikan untuk anak jalanan adalah adanya pelatihan yang diberikan kepada anak jalanan dan UPTD yaitu Kampung Anak Negri, untuk pelaksanaan peraturan daerah Surabaya Nomor 6 tahun 2011 tentang penyelenggaraan perlindungan anak kurang efektif karena kurang kesadaran dalam masyarakat kota Surabaya.

2. Kewenangan Dinas Sosial Surabaya dalam Fiqh Siya>sah Dustu>riyah sesuai dan tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah yang ada dalam Fiqih siya>sah. Bahwasanya dinas sosial disetarakan dengan gubernur dalam konteks negara Islam. Keduanya memiliki tugas yang sama yaitu untuk mewujudkan kemaslahatan umat.

B. Saran

Mengenai Peraturan Daerah yang ada saat ini berkaitan dengan penyelenggara perlindungan anak kurang bisa menjamin kesejahteraan anak khususnya dalam hal pendidikan. Kebijakan lainnya dengan mempertimbangkan masalah yang ditemukan dalam penelitian penyusun.

83

Melihat kepentingan masa depan anak sangat penting khususnya anak jalanan. Dinas Sosial kota Surabaya harus mendapatkan solusi untuk menangani anak jalanan yang masih berkeliaran di jalanan walaupun mayoritas mereka bukan berasal dari Surabaya, jika hanya mengantar kerumahnya akan tidak membuat mereka jera dan bisa kembali lagi ke jalanan. Kemudian menambah tenaga kerja sosial untuk mendamping dalam program pendidikan anak jalananan di Kampung Anak Negri.

DAFTAR PUSTAKA BUKU :

Affandi, Muchtar. ilmu-ilmu kenegaraan, Alumni. Bandung, 1971

Al-Maududi, Abu A’la. Sistem Politik Islam, cet. II. Bandung: Mizan, 1993

Al-Mawardi, Imam. Hukum Tata Negara dan Kepemimpinan dalam Takaran Islam. Jakarta: gema Insani, 2000

Al-Mawardi, Imam. Hukum-Hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syariat Islam. Jakarta: Darul Falah, 2006

Ash Shiddieqy, M. Hasbi. Pengantar Hukum Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki putra, 1997

Bungin, Burhan. Metodelogoi Penelitian kualitatif (Aktualisasi Metodelogi ke arab Ragam Varian Kontemporer). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003

Djazuli, H.A. Fiqh Siyasah. Damascus: Dar al-qalam, 2007

Djazuli, H.A. Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-Rambu Syariah. Jakarta: Kencana, 2003

Djazuli, H. A. Fiqh Siyasah “Implimentasi kemaslahatan umat dalam rambu-rambu syariah”, Jakarta, Kencana, 2004

Gultom, Maidin. perlindungan hukum anak dalam sistem peradilan anak di Indonesia, Bandung: Refika Aditama. 2008

Hidjaz, Kamal. Efektivitas Penyelenggaraan Kewenangan Dalam Sistem Pemerintah Daerah Di Indonesia. Pustaka Refleksi. Makasar. 2010

HR, Ridwan. Hukum Admistrasi Negara. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta 2013

Ibnu Syarif, Mujar dan Zada, Khamami. Fiqh Siyasah; Doktrin dan pemikiran politik islam. Jakarta: Erlangga, 2008

Jailani, Imam Amrusi dkk. Hukum Tata Negara Islam. Surabaya: IAIN Press, 2011

Jindan, Khalid Ibrahim. Teori Politik Islam Telah Kritis Ibnu Taimiyah Tentang Pemerintah Islam. Surabaya: Risalah Gusti, 1995

Kamil, Ahmad. Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak Di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008

Mahadi. Falsafah Hukum: Suatu Pengantar. Bandung: Alumni, 2003

Manzhur,Ibn. Lisan al-‘Arab jilid 6. Bierut : Dar al-shadir, 1986

Maududi, Abdul A’la. The Islamic Law And Constitution, terj. Asep Hilmat,”Sistem Politik Islam”

Mialaret, Gaston. Hak Anak-anak Untuk Memperoleh Pendidikan, alih bahasa Idris M.T Hutapea, Cet ke-1. Jakarta: Balai Pustaka, 1993

P. Sibuea, Hotma. asas negara hukum, peraturan kebujakan, asas-asas umum pemerintahan yang baik. Jakarta: Erlangga

Palguna, Dewa Gede. Pengaduan Konstitusioanl (constitusional Complaint), Jakarta; Sinar Grafika

Prist, Darwan. Hukum Anak Indonesia. Bandung:PT.Citra Aditiya Bakti, 2003

Pulungan, J. Suyuthi. Fiqih Siyasah (Ajaran, sejarah dan pemikiran). Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014

Prodjodikiro, Wirjono. asas-asas ilmu negara dan politik, PT Eresco, Bandung, 1971

Ridwan. Fiqih Politik Gagasan, Harapan dan Kenyataan. Yogyakarta : FH UII Press,2007

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, petunjuk penulisan Skripsi. Surabaya: Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014 W. Eddyono, Supriyadi. Pengantar Konvensi Hak Anak. Jakarta:ELSAM, 2005

JURNAL :

Ali, Haidir. “peran lembaga perlindungan anak bagi anak jalanan di makasar

Hasan, Mustofa. “Aplikasi Teori Politik Islam Perspektif Kaidah-Kaidah Fikih”, Madania, No. 1, Vol. XVII (Juni, 2014)

Sofyan, Andi Muhammad. “ketentuan hukum perlindungan anak jalanan bidang pendidikan

Rudiansyah, Arif . “Hak Pengasuh Anak Akibat Perceraian dalam pandangan Hukum Islam dan Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang perlindungan Anak”

Shidiq, Ghofar. “Teori Maqashid Al-Syari’ah dalam Hukum Islam”, Sultan Agung, No. 118,Vol. XLIV (Juni-Agustus, 2009)

Wiratraman, R. Herlambang Perdana. Hak-Hak Konstitusional Warga Negara Setelah Amandemen UUD 1945: Konsep, Pengaturan dan Dinamika Implementasi, Jakarta: Konsorsium Reformasi Hukum Nasiona, Jurnal Hukum Panta Rei, Vol. 1, No. 1 Desember 2007

UNDANG-UNDANG :

Pasal 10 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 6 Tahun 2011

Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.

Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 6 Tahun 2011.

Peraturan Mentri Sosial Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2016.

Undang-undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

https://id.wikipedia.org/wiki/anak_jalanan.

Aziz, F. Aminuddin. dalam http:www.aminazizcenter.com/2009/artikel-62-September-2008-kuliah-fiqh-syiasah-politik-islam.html.diakses.18 Oktober 2011

Wawancara dengan pegawai Dinas Sosial dibidang rehabsos bernama Anwar Arifin pada tanggal 17 April 2018 pada pukul 07.00 WIB bertempat di kantor Dinas Sosial Surabaya

http//Undang-undang tentang sistem pendidikan nasional.com.Diakses pada tanggal 15 Mei 2018.

http//www. Kompas.com/anak-jalanan. Html diakses tanggal 1 Mei 2018

AL-QUR’AN : QS.al-kahf ayat 66

Dokumen terkait