• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan-hambatan Dalam Pembuatan Peraturan Desa (PERDES) di Desa

Dalam dokumen KEWENANGAN PEMERINTAHAN DESA (Halaman 47-56)

BAB III PEMBAHASAN

C. Hambatan-hambatan Dalam Pembuatan Peraturan Desa (PERDES) di Desa

Sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan di Desa Mbetung, Kec.Djuhar. Kabupaten Karo, pada Tanggal 13 Mei-18 Mei 2013, Penulis

43

memperoleh Data tentang bagaimana Proses Pembuatan hingga penetapan suatu Peraturan Desa (Perdes) di Desa Mbetung Kec. Djuhar Kabupaten Karo.

Desa Mbetung yang berdiri pada Tahun 1880 dengan luas + 410 ha, dan luas hutannya + 140 ha, dan di huni + 161 Kepala Keluarga. Ternyata memiliki retribusi pajak Desa sebesar + Rp. 3 Jt pertahunnya, tetapi pembangunan infra struktur di Desa tersebut masih sangat minim.

Di desa Mbetung, Kec. Djuhar, Kabupaten Karo hanya memiliki 8 (delapan) Peraturan Desa (Perdes), dua diantaranya adalah Perdes yang masih bertahan dan

berlaku dari zaman dulu dan masih dijalankan oleh masyarakat/penduduk desa sampai sekarang.

Ke 8 Peraturan Desa (Perdes) tersebut adalah:

1. Gantang Tumba (Peradatan Erdemu Bayu Desa Mbetung) atau lebih dikenal dengan sebutan Mas Kawin.

2. Sistem Gotong Royong

3. ADD (Alokasi Dana Desa) tahun 2008 4. ADD (Alokasi Dana Desa) tahun 2009 5. ADD (Alokasi Dana Desa) tahun 2010 6. ADD (Alokasi Dana Desa) tahun 2011 7. ADD (Alokasi Dana Desa) tahun 2012 8. ADD (Alokasi Dana Desa) tahun 2013

44

Dari Perdes yang tertera tersebut, dapat kita ketahui bahwa sistem Pemerintahan Desa Mbetung masih sangat lemah, terbukti dari 6 Perdes yang sama dimulai dari Tahun 2008-2013, dan semua hanya mengatur tentang alokasi Dana Desa (ADD).

Padahal sesuai dengan Data yang diperoleh penulis dari wawancara langsung dengan Kepala Desa (Kades) dan Sekretaris Desa (Sekdes) bahwa proses pembentukan hingga penetapan Perdes (Peraturan Desa) di Desa Mbetung, Kec. Djuhar, Kabupaten Karo harus melalui langkah-langkah berikut.

1. Melakukan musyawarah yang di laksanakan di Balai Desa (Loss) , (begitu penduduk menyebutnya) yang dihadiri oleh, ketua adat, Penduduk Desa, Kepala Desa (Kades) , dan BPD (Badan Permusyawaratan Desa, termasuk juga Sekretaris Desa).

2. Yang membuat peraturan adalah : BPD (Badan Permusyawaratan Desa) di rancang oleh Kepala Desa (kades) dan Sekdes (Sekretaris Desa) dan disahkan bersama tetapi belum menjadi UU.

Setelah itu, Peraturan Desa (Perdes) yang dimusyawarahkan tersebut dibawa oleh Kepala Desa (Kades) ke kecamatan untuk diserahkan kepada Camat dan Camat akan menyerahkan rancangan Perdes tersebut kebagian hukum di tingkat Kabupaten untuk diundangkan agar sah menjadi peraturan Desa (Perdes).

Setelah disahkan dibagian hukum ditingkat Kabupaten, PerDes tersebut dibawa kembali oleh Camat dan menyerahkannya kepada Kades (Kepala Desa) untuk

45

disahkan bersama-sama menjadi PerDes dan dijalankan oleh Pemerintahan Desa beserta penduduk Desa dalam kehidupan sehari-hari karena telah menjadi Undang- undang dan sifatnya mengikat.

Gambar 1. Proses Pelaksanaan dan Pengawasan Dalam Menjalankan PerDes di Desa Mbetung.38

Pada tahun 2014, Kades dan BPD (termasuk SekDes) akan mengajukan rancangan Peraturan Desa sesuai dengan hasil musyawarah dengan penduduk desa kepada bagian Hukum di tingkat Kabupaten untuk disahkan seperti:39

- Pengesahan Jalan Pertanian - Pengesahan Jalan Kuburan - Pembuatan Parit Limbah Desa - Pembuatan Pagar Batas Desa

38

Hasil wawancara langsung dengan Bpk. Firdaus Tarigan selaku KaDes dan Bpk. Raslan Pinem selaku SekDes 39

Hasil Wawancara langsung dengan Bpk. Mawan Tarigan Selaku Ketua BPD Desa Mbetung pada tanggal 15 Mei 2013. Merancang

Kades BPD

(Badan Permusyawaratan Desa)

Menjalankan

Keputusan bersama Bersama Keputusan

46

Dalam Proses pembuatan Peraturan Desa di desa Mbetung, ada beberapa faktor yang menjadi penghambat, diantaranya adalah:40

1. Faktor Kekeluargaan

Karena masih eratnya hubungan kekeluargaan sehingga dalam pembuatan Pengesahan Perdes, Kades dan BPD, kesulitan untuk mensahkan pendapatseseorang karena, jika pendapat orang tersebut disahkan oleh Kades dan BPD, maka ada orang yang sakit hati karena pendapatnya di tolak, Padahal pendapat orang yang ditolak itu masih mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Kades (Kepala Desa).

2. Faktor Tingkat Pendidikan yang masih rendah (Ilmu Pengetahuan yang minim) Mayoritas Penduduk di Desa Mbetung, Kec. Djuhar Kab. Karo masih berpendidikan rendah, di Zaman modern seperti saat ini saja kebanyakan pemuda- pemudi Desa hanya mengecap pendidikan sampai tingkat SMA. Sangat jarang sekali yang melanjut ke perguruan tinggi.

Dengan keadaan yang seperti ini, ketika mereka di hadapkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan pasti akan terjadi Pro dan kontra antara sesama mereka, sehingga timbul rasa ketidak percayaan antara satu sama lain penduduk desa. Begitu juga dengan musyawarah pembuatan peraturan desa.

3. Faktor menyatukan Paham (Pola Pikir)

40

47

Dalam hal menyatukan paham (Pola Pikir) juga sering menjadi faktor penghambat dalam pembuatan Perdes, karena masing-masing peserta musyawarah ingin pendapatnya dijadikan prioritas utama yang akan dicantumkan dalam pembuatan peraturan desa.

Sehingga kembali dapat terjadi pro dan kontra antara sesama peserta musyawarah. Biasanya jika sudah terjadi adu mulut antara sesama peserta musyawarah, Kades dan BPD (termasuk Sekdes) secara langsung menunda musyawarah dengan tujuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Solusi yang diambil jika terjadi pro dan kontra dalam musyawarah pembuatan Peraturan Desa, Kades dan BPD (termasuk SekDes) akan melakukan voting (suara terbanyak) untuk menentukan Peraturan Desa.

Dalam menjalankan roda Pemerintahan Desa, Kades beserta fungsionalis Desa memegang teguh PP No.72 Tahun 2005, untuk menjadi landasan kewenangan dalam menjalankan Roda Pemerintahan Desa.41

Pemerintah Desa juga membuat Program Kerja yang bernama : Tipoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) seperti :

- Menjalankan roda pemerintahan - Melayani masyarakat

- Mendengarkan / menerima / mempertimbangkan masukan / keluhan dari masyarakat desa.

41

Sumber : Hasil Wawancara langsung dengan Bpk Firdaus Tarigan selaku Kades Desa Mbetung Kec. Djuhar, Kabupaten Karo, pada tanggal 17 Mei 2013.

48

Dengan memperhatikan hambatan-hambatan tersebut, perlu adanya solusi (upaya) untuk mengatasinya.

1. Faktor Kekeluargaan

Untuk mengatasi hambatan ini perlu dilakukannya upaya pendekatan antar sesama penduduk Desa Mbetung Kec.Djuhar Kabupaten Karo melalui jalurkekeluargaan.Sebagaimana yang kita ketahui, suku Karo adalah Suku yangmempunyai berbagai macam marga dan tutur adat istiadat.

Dikatakan tutur adat istiadat, berarti suku karo memiliki tingkatan- tingkatan dalan hubungan kekeluargaan antara satu orang dengan yang lainnya. Tingkatan itu seperti:

- Kalimbubu sebagai tingkat pertama - Sembuyak sebagai tingkat kedua - Anak Beru sebagai tingkat ketiga

Kemudian, tingkatan-tingkatan ini yang diharapkan menjadi solusi ketika faktor kekeluargaan menjadi penghambat dalam musyawarah terutama dalam pengambilan keputusan.

Dengan tujuan untuk menghindari rasa sakit hati antara sesama peserta musyawarah yang masing-masing memiliki hubungan keluarga

2. Faktor tingkat pendidikan yang masih rendah (Ilmu Pengetahuan yang minim) Untuk menyelesaikan hambatan ini, peranan keluarga dan Pemerintah Desa mutlak diperlukan karena, harus adanya program-program atau kegiatan kerja

49

yang mampu menimbulkan rasa kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk kesejahteraan bersama dan untuk kemajuan Desa.

Rasa kesadaran akan pentingnya pendidikan inilah yang harus diajarkan dan ditanamkan kepada setiap Pemuda-Pemudi yang menjadi penerus di Desa Mbetung Kec. Djuhar Kabupaten Karo untuk merubah nasib demi kemajuan Desa.

3. Faktor menyatukan Paham (Pola Pikir)

Solusi untuk menyelesaikan hambatan ini sedikit lebih rumit dari dua faktor penghambat lainnya.

Di Desa Mbetung Kec. Djuhar Kabupaten Karo, ada dua pihak yang selalu pro dan kontrak jika melakukan musyawarah dalam pengambilan keputusan.

Yang Pertama: Kaum Tua yang masih menganut paham zaman dahulu/tempo dulu.

Yang Kedua: Kaum Muda yang sudah menganut Paham Modern.

Kaum Tua, dalam mengambil keputusan selalu mengutamakan atau mengingat nasehat-nasehat dari orang-orang tua zaman dahulu yang sudah tiada berbeda dengan Kaum Muda yang lebih mengutamakan pola pikir yang mengikuti perkembangan Zaman.

Pro dan Kontra dari kedua pihak ini terlihat jelas ketika Pemerintah Desa Mbetung, Kec. Djuhar, Kabupaten Karo melakukan Musyawarah dalam pembuatan

50

rancangan Perdes untuk tahun 2014 tentang pengesahan Jalan Pertanian dan Pengesahan jalan kuburan.

Kaum Tua lebih memilih untuk tidak membuat peraturan tentang pengesahan kedua jalan tersebut, jikapun dibuat jalan tersebut tidak usah diaspal tetapi tetap tanah biasa karena dapat menimbulkan perbedaan antara Desa Mbetung yang terdahulu dengan yang sekarang, sedangkan Kaum Muda lebih memilih jalan tersebut diaspal dengan tujuan untuk mempermudah melakukan kegiatan pertanian dan sebagainya.

Dalam hal ini, keputusan mutlak ada ditangan Tetua Adat Desa Mbetung, Kec. Djuhar, Kabupaten Karo yang akan melakukan pertimbangan bersama-sama dengan Kades dan BPD Desa Mbetung, Kec. Djuhar, Kabupaten Karo untuk mengambil keputusan.

51

Dalam dokumen KEWENANGAN PEMERINTAHAN DESA (Halaman 47-56)

Dokumen terkait