• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan dan Upaya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta Dalam pelaksanan penagihan aktif yang dilaksanakan oleh Kantor

Dalam dokumen BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN (Halaman 32-37)

Pelayanan Pajak Pratama Surakarta tidak serta merta dapat berjalan secara lancar. Dalam penagihan pajak aktif ini terdapat kendala yang ditemui dalam pelaksanaanya, antara lain :

a. Pengetahuan Wajib Pajak mengenai peraturan perpajakan masih rendah Tingkat ketaatan dalam melakukan pembayaran pajak yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan pemahaman Wajib Pajak terhadap peraturan perpajakan masih rendah. Namun terdapat juga Wajib Pajak yang sengaja mengindari pajak. Wajib Pajak baru menyadari dan merespon penagihan atas utang pajaknya ketika diterbitkannya Surat Teguran

Dalam hal ini untuk menyelesaikan permasalah tersebut Jurusita Pajak melakukan tindakan yaitu:

“Jurusita memberikan pengertian dari awal mengenai peraturan perpajakan serta sanksi-sanksi yang dapat dikenakan oleh Wajib Pajak apabila tidak mau atau menolak untuk melunasi utang pajak, karena pelaksanaan penagihan aktif ini akan tetap dilanjutkan walaupun Wajib Pajak tidak merespon atau justru dengan sengaja menghindari pajak. Wajib Pajak yang beritikad baik untuk melunasi utang pajaknya, Jurusita akan membantu dengan bernegosiasi dalam rangka tercapainya pelunasan utang pajak”. (Wawancara, 2 Mei 2016)

b. Wajib Pajak/Penanggung Pajak menolak Surat Paksa

Adakalanya Wajib Pajak/Penanggung Pajak menolak untuk menerima Surat Paksa yang disampaikan oleh Jurusita Pajak dengan berbagai alasan. Apabila alasan penolakan tersebut dikarenakan tunggakan menurut Surat Paksa berbeda dengan tunggakan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang dimiliki oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak, maka Jurusita Pajak tidak boleh mengubah, apa yang ditertulis dalam Surat Paksa tersebut ataupun mencoret dan menambahkan pembetulannya.

Dalam hal kesalahan yang dikarenakan oleh pihak Kantor Pelayanan Pajak Surakarta maka keputusan yang diambil untuk menyelesaikan permasalahan tersebut yaitu:

“Penyelesaian dapat dilakukan dengan cara Jurusita Pajak mengembalikan Surat Paksa tersebut kepada Kepala Seksi Penagihan dengan disertai laporan dan usul agar dikeluarkan Surat Paksa yang baru dengan menggunakan nomor dan tanggal yang sama (Pengganti Surat Paksa yang salah tersebut) sesuai dengan data yang sebernarnya. Namun apabila alasan penolakan karena Wajib Pajak/Penanggung Pajak sedang mengajukan keberatan atau banding, maka Surat Paksa dapat diberikan pada Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Akan tetapi bila Wajib Pajak/Penanggung Pajak tetap menolak dengan alasan yang tidak jelas, maka Surat Paksa tetap diberikan dengan menuliskan pada Berita Acara Pelaksanaan Surat Paksa bahwa Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak mau menerima Surat Paksa. Dengan demikian Surat Paksa dianggap telah diberitahukan/disampaikan”. (Wawancara, 2 Mei 2016)

c. Wajib Pajak melakukan perlawanan dengan menyembunyikan aset Perlawanan yang dilakukan Wajib Pajak yang tidak memiliki itikad baik dengan menyembunyikan aset-aset hak miliknya dengan diatas namakan orang lain. Hal ini dilakukan oleh Wajib Pajak agar terhindar dari pengenakan pajak. Untuk menyelesaikan permasalah tersebut yaitu:

“Dalam hal ini diperlukan keahlian Jurusita Pajak dalam melihat dan menelusur harta kekayaan Wajib Pajak. Jika benar ditemukan bahwa Wajib Pajak menyembunyikan aset dengan diatasnamakan orang lain yang biasanya dalam bentuk uang/aset yang tersimpan di

bank. Jurusita Pajak mengajukan permohonan pemblokiran baik pada bank tempat Wajib Pajak menyimpat asetnya. Jika perlu Jurusita melakukan permohonan pemblokiran langsung pada pusat yang memiliki kewanganan lebih untuk memblokir aset Wajib Pajak yang tersimpan di daerah lain”. (Wawancara, 2 Mei 2016) d. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)

Permasalahan intern yang dihadapi ketika pelaksanaan penagihan aktif ini yaitu keterbatasan SDM (Jurusita Pajak). Pada umumnya setiap Kantor Pelayanan Pajak terdapat sedikitnya 2-3 Jurusita Pajak, namun jumlah tersebut terlalu sedikit bila dibandingkan dengan jumlah Wajib Pajak yang memiliki tunggakan pajak atau utang pajak.

Dalam hal ini untuk bisa menyelesaikan atau memenuhi tugasnya, Kantor Pelayanan Pajak Surakarta khususnya pada bagian penagihan melakukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu :

“Jurusita Pajak membagi tugas wilayah kerja dan menjadwalkan pelaksaan penagihan pajak yang harus dilakukan. Sehingga dapat diketahui tindakan yang dilakukan kepada Wajib Pajak untuk melaksanakan penagihan dalam rangka melunasin utang pajaknya”. (Wawancara, 2 Mei 2016)

70 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan mengenai pelaksanaan penagihan pajak aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang telah penulis sampaikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pejabat menerbitkan Surat Teguran, surat peringatan, atau surat lain yang sejenis apabila Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya dalam jangka waktu 7 hari setelah jatuh tempo.

2. Surat Paksa diterbitkan apabila dalam jangka waktu 21 hari setelah Surat Teguran, surat peringatan, atau surat lain yang sejenis diterbitkan namun Penanggung Pajak masih juga belum melunasi utang pajaknya. Kewajiban pajak sebagaimana tertuang dalam Surat Paksa harus dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam.

3. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) diterbitkan yang disertai pelaksanaan penyitaan apabila dalam jangka waktu 2x24 setelah Surat Paksa diberitahukan, namun Wajib Pajak/Penanggung Pajak belum melunasi utang pajaknya.

4. 14 hari setelah diterbitkannya SPMP ternyata Wajib Pajak/Penanggung Pajak belum melunasi utang pajaknya, maka pejabat menerbitkan surat perintah tentang pengumuman lelang. Pengumuman lelang untuk barang tidak bergerak dilakukan dua kali melalui surat kabar harian sekurang-kurangnya 7 hari sebelum pelaksanaan lelang. Sedangkan untuk barang bergerak dilakukan satu kali melalui surat kabar harian sekurang-kurangnya 5 hari sebelum pelaksanaan lelang.

5. 14 hari setelah pengumuman lelang ternyata Penanggung Pajak masih belum juga melunasi utang pajaknya, maka pejabat berwenang melakukan penjualan secara lelang terhadap barang yang telah disita melalui Kantor Lelang. Terlebih dahulu Jurusita Pajak mengajukan permohonan lelang

6. secara tertulis yang disertai dengan dokumen yang disyaratkan kepada Kepala Kantor Lelang.

7. Setiap pelaksanaan lelang harus ada nilai limit yang merupakan nilai minimal dari barang yang akan dilelang. Nilai limit ditentukan oleh penjual dengan melihat kondisi dari barang yang akan dilelang dan diserahkan kepada pejabat lelang selambat-lambatnya pada saat akan dimulainya pelaksanaan lelang.

8. Bagi Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang beritikad baik untuk melunasi utang pajaknya namun merasa keberatan atau tidak bisa melunasi sekaligus utang pajaknya dapat mengajukan permohonan angsuran dan penundaan pembayaran utang pajak diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 242/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Pajak.

9. Dalam melaksanakan penagihan aktif ini ditemukan beberapa hambatan antara lain:

a. Pengetahuan Wajib Pajak mengenai peraturan perpajakan masih rendah

b. Wajib Pajak/Penanggung Pajak menolak Surat Paksa

c. Wajib Pajak melakukan perlawanan dengan menyembunyikan aset d. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) Jurusita Pajak

B. Saran

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis mengenai pelaksanaan penagihan pajak aktif di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta, maka saran yang dapat penulis berikan yaitu:

a. Mengadakan sosialisasi dengan memberikan pemahaman atau pengetahuan mengenai peraturan perpajakan khususnya yang berkaitan dengan penagihan pajak aktif kepada Wajib Pajak atau kepada instansi terkait melalui komunikasi secara langsung kepada

mereka. Diharapkan masyarakat menjadi tahu dan paham, patuh dan sadar dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

b. Memberikan informasi mengenai peraturan perpajakan khususnya yang berkaitan dengan penagihan pajak aktif melalui media cetak yaitu dengan memberikan buku panduan kepada Wajib Pajak, atau melalui media elektronik yaitu bisa melalui website yang dapat di akses oleh masyarakat umum.

c. Memberikan edukasi perpajakan kepada masyarakat sebagai upaya melakukan pendekatan kepada Wajib Pajak dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan kewajibannya membayar pajak. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan berinteraksi langsung kepada Wajib Pajak atau Calon Wajib Pajak dengan bekerjasama dengan suatu instansi atau organisasi masyarakat.

Dalam dokumen BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN (Halaman 32-37)

Dokumen terkait