• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan dalam Pelaksanaan Administrasi Bongkar dan Muat Petikemas dengan Sistem Alih Kapal (Transshipment)

Dalam dokumen BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN (Halaman 33-39)

Dalam melaksanakan kegiatan bongkar muat petikemas khususnya dengan sistem alih kapal (transshipment) PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak di Terminal Petikemas Serbaguna (Multipurpose) Nilam Timur Surabaya selaku penyedia jasa kepelabuhanan khususnya bongkar dan muat petikemas dituntut untuk melaksanakan kegiatannya baik secara realisasi di lapangan maupun secara administratif dengan penuh tanggung jawab dan berjalan lancar sesuai dengan perencanaan demi kepuasan pengguna jasa dan citra perusahaan yang baik. Namun pada dasarnya dalam setiap kegiatan selalu terdapat kemungkinan untuk terjadinya hambatan yang menjadi kendala jalanya kegiatan. Utamanya karena proses

kegiatan bongkar muat petikemas berhubungan langsung dengan alam dan peralatan yang dikendalikan oleh manusia. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya suatu hambatan yang mengganggu baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses yang sedang berjalan.

Sejalan dengan hal tersebut Bapak Nur Pribadianto selaku Supervisor Perencanaan Terminal Petikemas Serbaguna (Multipurpose) Nilam Timur Surabaya menuturkan dalam kegiatan bongkar muat petikemaspun pasti terdapat hambatan meskipun sebelumnya telah dilakukan proses perencanaan yang matang sekalipun.

“Hambatan yang terjadi biasanya terjadi akibat dari berbagai faktor yang beragam. Mulai dari kendala teknis, ketidaksesuaian antara perencanaan dengan relalisasi kegiatan di lapangan bahkan faktor cuaca dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan bongkar muat petikemas apalagi lokasi bongkar muat petikemas dilakukan di daerah pelabuhan yang dekat dengan laut, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya hambatan utamnaya dari alam.” (wawancara, Kamis 25 Februari 2016)

Adapun pengamat berdasarkan analisa menggunakan metode penelitian trianggulasi yang menggabungkan antara teknik observasi, wawancara dan dokumentasi akan mendeskripsikan hambatan dalam pelaksanaan administrasi bongkar dan muat petikemas dengan sistem alih kapal (transshipment) berdasarkan tiga tahap utama dalam pelaksanaan kegiatan bongkar muat petikemas yakni pada tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan kegiatan bongkar muat petikemas dan tahapan laporan akhir kegiatan. Adapun deskripsi dan penjelasannya sebagai berikut :  Tahap Perencanaan Kegiatan Bongkar Muat Petikemas

Adapun hambatan yang terjadi pada tahapan perencanaan kegiatan bongkar muat petikemas sebagai berikut :

1. Terjadinya rebutan sandar kapal dari masing-masing Perusahaan Pelayaran. Hal tersebut biasanya terjadi saat pelaksanaan meeting perencanaan dan pengendalian. Walaupun sudah ada monthly schedule per Perusaahaan Pelayaran namun, dengan alasan jadwal dari otoritas kapal yang berubah, maka harus mengatur ulang jadwal sandar kapal. Selain itu alasan lain yakni adanya penambahan muatan sehingga menyebabkan persiapan kapal menjadi lama dan harus memundurkan jadwal atau sebaliknya yakni adanya pengurangan muatan yang menyebabkan majunya jadwal kapal. Pada dasarnya semua kapal sudah mendapat jadwal sandar yang sudah

direncanakan oleh Petugas Perencanaan Terminal dengan berdasarkan monthly schedule, namun dikarenakan alasan tersebut sehingga memicu terjadinya rebutan sandar.

2. Sistem aplikasi perencanaan yang eror/ jaringan putus.

Dalam melaksanakan kegiatan perencanaan pihak Terminal menggunakan sistem aplikasi C-Tos untuk mempermudah melakukan proses perencanaan. Namun tidak jarang saat melakukan proses perencanan dan input data, sistem mengalami eror yang menyebabkan aplikasi harus berhenti sehingga tertundanya proses perencanaan. Hal tersebut dikarenakan pada sistem aplikasi sudah terhubung dengan berbagai aplikasi lain yang menunjang kegiatan perencanaan yang berada di Kantor Cabang sebagai proses monitoring dan pengendalian seperti verifikasi tarif EPB. Dalam hal tertundanya proses perencanaan, maka hal tersebut berdampak pada hasil meeting yang digunakan sebagai acuan kegiatan bongkar muat pada hari itu ikut tertunda pula. Imbas yang lebih besar yakni pada kegiatan bongkar muat yang ikut tertunda sehingga menimbulkan kerugian baik materiil maupun non materiil antara kedua pihak yakni Perusahaan Pelayaran dan pihak Terminal. 3. Sistem pembayaran CMS (Content Management System) mengalami masalah.

Hambatan yang biasa terjadi adalah sistem tidak dapat membaca transaksi deposit yang telah dilakukan oleh Perusahaan Pelayaran. Hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja administrasi sebab jika tidak terbaca, maka EPB (Estimasi Perhitungan Biaya) tidak dapat diterbitkan. Seperti sudah dijelaskan bahwa EPB merupakan dokumen yang sangat berperan penting dalam perencanaan kegiatan bongkar muat petikemas karena berfungsi pula sebagai tanda jadi atau jaminan pelaksanaan bongkar muat petikemas.

 Tahap Pelaksanaan Kegiatan Bongkar Muat Petikemas

Cukup banyak hambatan yang terjadi pada tahap pelaksanaan kegiatan bongkar muat petikemas baik hambatan secara teknis maupun non teknis sebagai berikut : 1. Realisasi pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan hasil meeting perencanaan

dan pengendalian.

Yang biasa terjadi terkit dengan hal tersebut yakni adanya kerusakan alat crane baik container crane maupun derek kapal. Hal lain adalah terjadinya keterlambatan konfirmasi perubahan perencanaan bongkar muat

dari pihak Perusahaan Pelayaran. Untuk kerusakan alat berdampak pada waktu yang terbuang sehingga kinerja berkurang yang berdampak pada berkurangnya pendapatan baik dari pihak PT. Pelindo III (Persero) maupun dari pihak Perusahaan Pelayaran. Dalam hal keterlambatan konfirmasi perubahan perencanaan bongkar muat, akan menyebabkan perusahaan merugi karena yang dilayani hanyalah petikemas yang sudah masuk daftar bongkar muat yang telah disepakati saat meeting. Bapak Nur Pribadianto selaku Supervisor Perencanaan Terminal Petikemas Serbaguna (Multipurpose) Nilam Timur Surabaya menambahkan :

“Barang yang tersisa karena keterlambatan konfirmasi dianggap sebagai petikemas ganti kapal sehingga mengharuskan Perusahaan Pelayaran membuat EPB (Estimasi Perhitungan Biaya) yang baru. Hal tersebut berarti Perusahaan Pelayaran harus mengulangi prosedur dari awal dan menyebabkan biaya akan semakin besar.” (wawancara, Rabu 24 Februari 2016)

2. Keterlambatan jadwal kapal yang akan sandar di dermaga.

Hal tersebut akan mengakibatkan perubahan jadwal sandar kapal untuk semua kapal secara mendadak karena berkaitan dengan kesiapan alat yang terbatas. Apabila satu kapal terlambat, maka semua kapal akan terkena imbasnya yakni megalami keterlambatan bongkar muat. Hal tersebut berarti akan mengurangi kinerja bongkar muat petikemas karena waktu yang terbuang sehingga menyebabkan kerugian berupa pendapatan yang berkurang karena kinerja tidak maksimal baik pada Perusahaan Pelayaran maupun pihak PT. Pelindo III (Persero).

3. Proses waiting truck, yakni kemacetan truk di lapangan penumpukan/ CY untuk mengantri baik untuk melakukan penumpukan petikemas maupun pengambilan petikemas.

Bapak Nur Pribadianto selaku Supervisor Perencanaan Terminal Petikemas Serbaguna (Multipurpose) Nilam Timur Surabaya menjelaskan :

“Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya waiting truck salah satunya yakni kerusakan alat RS (reach stacker) dan FL (forklift). Karena terjadi kerusakan, maka harus menunggu untuk diperbaiki kecuali bila ada lebih dari satu alat, namun hal tersebut tetap

akan mempengaruhi kinerja bongkar muat. Terjadinya waiting truck akan berimbas pada kinerja yang berkurang karena waktu bongkar muat menjadi semakin lama.” (wawancara, Kamis 25 Februari 2016)

4. Faktor cuaca yakni terjadinya hujan lebat yang menganggu kegiatan operasional bongkar muat petikemas.

Dalam pelaksanaanya jika terjadi hujan proses bongkar muat petikemas tetap akan berlangsung namun yang menjadi kendala yakni kinerja bongkar muat yang berkurang. Jika hujan terjadi dengan lebat, maka kegiatan bongkar muat akan berhenti. Hal tersebut dikarenakan sebagai langkah antisipasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat tempat pelaksanaan kegiatan bongkar muat petikemas berada di tepi dermaga dan berbatasan langsung dengan laut lepas. Sangat jelas dampak dari terjadinya hujan lebat menjadi hambatan proses kegiatan bongkar muat petikemas berupa penurunan kinerja, waktu yang terbuang, perubahan jadwal sandar kapal maupun perubahan jadwal bongkar muat. Kesemua hal tersebut akan berdampak pada perolehan pendapatan dari masing-masing pihak yakni PT. Pelindo III (Persero) sebagai penyedia jasa pelayanan petikemas dan Perusahaan Pelayaran sebagai pengguna jasa pelayanan petikemas.

5. Waktu penumpukan petikemas alih kapal (trasshipment) yang terlalu lama. Kadangkala saat petikemas ditumpuk di lapangan penumpukan/ CY waktu tunggu petikemas akan menjadi hambatan manakala kapal pengangkut kedua lama datang ke pelabuhan. Bapak Nur Pribadianto selaku Supervisor Perencanaan Terminal Petikemas Serbaguna (Multipurpose) Nilam Timur Surabaya menjelaskan :

“Hal tersebut jarang terjadi tetapi jika terjadi tentu akan menjadi kendala karena semakin lama petikemas di lapangan penumpukan, maka petikemas alih kapal (transshipment) yang lain tidak akan mendapat tempat untuk penumpukan. Bahkan bisa jadi blok untuk petikemas biasa dipakai untuk penumpukan petikemas alih kapal (transshipment) dikarenakan tempat yang tidak cukup lagi. Sebenarnya hal tersebut bisa saja menjadi keuntungan bagi PT. Pelindo III (Persero) karena semakin lama petikemas “dititipkan” di CY biayanya juga semakin mahal. Namun, demi menjaga profesionalitas perusahaan hal tersebut tentu akan menjadi kendala.” (wawancara, Kamis 25 Februari 2016)

 Tahap Laporan Akhir Kegiatan Bongkar Muat Petikemas

Hambatan yang terjadi pada tahap laporan akhir kegiatan bongkar muat petikemas ini yakni :

1. Kesalahan input data hasil pelaksanaan kegiatan bongkar muat petikemas. Apabila terjadi kesalahan data, maka mau tidak mau data tersebut harus diperbaiki. Perbaikan data harus dimulai dari awal proses bongkar muat petikemas. Itu artinya akan memakan waktu yang tidak sedikit yang berakibat kepada terlambatnya pencetakan nota akhir bukti pelayanan kegiatan bongkar muat petikemas.

2. Sistem nota yang mengalami kerusakan (eror). Dalam melaksanakan administrasi akhir yang berupa nota akhir, Supervisor Administrasi menggunakan aplikasi C-Tos yang dari awal pelaksanaan kegiatan bongkar muat petikemas sudah digunakan dan terhubung ke Kantor Cabang yang letaknya cukup jauh dari Terminal. Apabila terjadi kerusakan dalam sistem tersebut, hal tersebut akan berimbas kepada kinerja administrasi akhir yakni keterlambatan pencetakan nota akhir. Itu berarti sama saja dengan menumpuk pekerjaan sehingga dapat dikatakan kinerja tidak efektif dan efisien.

Demikian adalah deskripsi dari hasil pengamatan di lapangan mengenai hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan administrasi bongkar dan muat petikemas dengan sistem alih kapal (transshipment) di PT. Pelindo III (Persero) khususnya di Terminal Serbaguna (Multipurpose) Nilam Timur Surabaya. Pada dasarnya hambatan yang dialami berupa kendala teknis maupun non teknis baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga laporan akhir. Adanya hambatan-hambatan tersebut akan berpengaruh kepada kinerja perusahaan dan citra perusahaan di mata pengguna jasa.

Pihak yang merugipun dialami oleh kedua pihak baik dari Perusahaan Pelayaran selaku pengguna jasa pelayanan petikemas maupun dari pihak PT. Pelindo III (Persero) sebagai penyedia jasa pelayanan petikemas. Pada akhirnya kerugian yang dialami kedua belah pihak yakni terkait dengan tingkat pendapatan yang berkurang.

C. Cara untuk Mengatasi Hambatan yang Terjadi dalam Pelaksanaan

Dalam dokumen BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN (Halaman 33-39)

Dokumen terkait