• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

5 Menganalisis dan mengevaluasi

2.6. Hands on Activity

Hands on Activity menurut Freudenthal sebagaimana dikutip oleh

Ardiyanto (2013), “Mathematic is human activity.” Pernyataan bahwa matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia menunjukkan bahwa Freudenthal menempatkan matematika bukan sebagai produk jadi, melainkan sebagai suatu bentuk kegiatan dalam mengkonstruksi konsep matematika. Freudenthal mengenalkan istilah guided reinvention sebagai proses yang dilakukan siswa secara aktif untuk menemukan kembali suatu konsep matematika dengan bimbingan guru (Ardiyanto, 2013: 179).

Sejalan dengan ide Freudenthal tersebut, salah satu cara yang dapat digunakan adalah melalui Hands on Activity. Berikut merupakan penjelasan terkait dengan Hands on Activity.

2.7.1. Pengertian Hands on Activity

Hands on Acivity menurut Cook sebagaimana dikutip oleh Ardiyanto

(2013: 179) menyatakan bahwa Hands on Acivity merupakan pembelajaran dengan melibatkan siswa untuk melakukan kegiatan matematika dengan benda-

benda fisik sehingga siswa memiliki pengalaman konkret sebelum belajar matematika. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Dedi dalam Pertiwi et al.

(2013: 107) yang menjelaskan bahwa Hands on Activity adalah pembelajaran yang dirancang untuk melibatkan siswa dalam menggali informasi dan bertanya, beraktivitas dan menemukan, mengumpulkan data dan menganalisis, serta membuat kesimpulan sendiri. Dengan demikian Hands on Activity dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dirancang untuk melibatkan siswa dalam menggali informasi dan bertanya, beraktivitas dan menemukan, mengumpulkan data dan menganalisis, serta membuat kesimpulan sendiri dengan menggunakan benda- benda fisik.

Hands on Activity menurut Wijaya sebagaimana dikutip oleh Ardiyanto

(2013: 179) menyatakan bahwa tidak diposisikan sebagai tujuan pembelajaran, melainkan sebagai alat untuk membentuk pemahaman matematika. Melalui

Hands on Activity akan dibentuk suatu penghayatan dan pengalaman untuk

menetapkan suatu pengertian (penghayatan) karena mampu membelajarkan secara bersama-sama kemampuan psikomotorik (keterampilan), pengertian (pengetahuan), dan afektif (sikap) yang biasanya menggunakan sarana laboratorium dan sejenisnya. Juga dapat memberikan penghayatan secara mendalam terhadap apa yang dipelajari, sehingga apa yang diperoleh oleh siswa tidak mudah dilupakan. Pada kegiatan Hands on Activity siswa akan memperoleh pengetahuan tersebut secara langsung melalui pengalaman (Kartono, 2010: 23- 24).

2.7.2. Hands on Activity dalam Pembelajaran Geometri

Geometri menurut Alders sebagaimana dikutip oleh Ismi dan Hidayatulloh (2012), menjelaskan bahwa adalah salah satu cabang matematika yang mempelajari tentang titik, garis, bidang dan benda-benda ruang beserta sifat- sifatnya, ukuran-ukurannya, dan hubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Objek geometri adalah benda-benda pikiran yang bersifat abstrak. Karena sifatnya tersebut berakibat pada sulitnya siswa mempelajari materi geometri.

Terkait sulitnya siswa dalam mempelajari geometri, maka dibutuhkan suatu cara untuk mempermudah siswa mempelajari geometri. Salah satunya adalah dengan Hands on Activity. Dengan Hands on Activity guru dapat membuat objek yang terkandung dalam geometri menjadi konkret. Hal ini jelas membantu siswa dalam memvisualisasikan konsep-konsep abstrak tersebut.

Pembelajaran geometri akan menjadi lebih menarik dengan adanya hands

on activity. Hal ini terjadi karena siswa berhubungan langsung dengan aplikasi

kehidupan nyata ketika melakukan Hands on Activity. Konsep yang diajarkan pada kegiatan ini akan lebih bermakna daripada dengan menghafal.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya pembelajaran matematika, khususnya geometri dengan Hands on Activity

merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa mudah untuk mempelajari matematika. Adapun Hands on Activity yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan dimana siswa diminta untuk membuat model persegi dan persegi panjang dengan menggunakan kawat dan benang serta kertas lipat yang disediakan guru. Pertama siswa akan membuat model persegi dan

persegi panjang dengan menggunakan kawat dan benang. Dari model yang dibuat tersebut, siswa diminta untuk mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang dan persegi. Selanjutnya siswa diminta membuat model daerah persegi panjang dan persegi dari kertas lipat untuk menemukan rumus luasnya. Berikut Gambar 2.1.

hands on activity yang dihasilkan siswa adalah sebagai berikut.

Gambar 2.2. Hasil Hands on Activity Siswa 2.7. Pembelajaran Ekspositori

Pembelajaran ekspositori merupakan bentuk pembelajaran yang berorientasi kepada guru. Dikatakan demikian, sebab dalam pembelajaran ekspositori guru memegang peranan yang sangat dominan (Sanjaya, 2011: 179).

Tujuan utama pembelajaran ekspositori adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai pada siswa (Dimyati & Mudjiono, 2013: 172).

Menurut Sanjaya (2011: 185-190), langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran ekspositori, sebagai berikut.

(1) Persiapan (preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan: (a) berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif; (b) mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai; dan (c) bukalah file dalam otak siswa.

(2) Penyajian (presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini: (a) penggunaan bahasa; (b) intonasi suara; (c) menjaga kontak mata dengan siswa; dan (d) menggunakan joke-joke

yang menyegarkan.

(3) Korelasi (correlation)

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat

menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.

(4) Menyimpulkan (generalization)

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.

(5) Mengaplikasikan (application)

Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini: (a) dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan; (b) dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran.

Dokumen terkait