• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.3 Harga Perolehan Aktiva Tetap Berdasarkan Akuntansi Pajak

Dalam materi kuliah akuntansi pajak menurut Afly Yessie (2009 : 2) ada berbagai cara yang dapat dilakukan dalam memperoleh aktiva tetap diantaranya adalah :

a. Perolehan Aset Tetap secara gabungan

Aset yang diperolah secara gabungan, maka harga perolehan masing-masing aset tetap ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan beradasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan. Contoh:

Harga bangunan termasuk tanah seharga Rp 500.000.000 (termasuk biaya notaris, bea balik nama, bea perolahan hak atas tanah dan atau bangunan, dan lain-lain) alokasi harga perolehannya dapat dihitung sebagai berikut:

Tabel 2.1

Perhitungan Harga Perolehan

No Jenis Asset Harga Wajar Alokasi Harga Perolehan

1 Tanah 250.000.000 25

40 x 500.000.000=312.500.000

2 Bangunan 150.000.000 15

40 x 500.000.000=187.500.000 Jumlah 400.000.000 500.000.000

Ayat jurnal yang disusun saat pembelian tunai adalah :

Tanah Rp. 312.500.000

Bangunan Rp. 187.500.000

Kas dan bank Rp. 500.000.000

b. Perolehan Aset Secara Angsuran

Terhadap aset tetap yang diperoleh secara angsuran, perlu diperhatikan mengenai kontrak pembeliannya, sebagai contoh aset tetap dibeli secara angsuran dalam sepuluh kali angsuran.

Contoh:

Aset tetap yang dibeli berupa mobil harga perolehan Rp 120.000.000 dibayar dalam 24 kali angsuran, masing-masing Rp 5.000.000 per bulan dengan bunga 20% per tahun

Perhitungan Angsuran Pertama

Angsuran bulanan Rp 5.000.000

Bunga 1/12 x 20% x Rp 120.000.000 Rp 2.000.000

Jumlah pembayaran Rp 7.000.000

Angsuran bulan kedua :

Angsuran bulanan Rp 5.000.000

Bunga 1/12 x 20% (120.000.000 – 5.000.000) Rp 1.916.700

Jumlah pembayaran Rp 6.916.700

Ayat jurnal yang disusun:

1) Saat pembelian aset tetap

Mobil/ kendaraan (dalam angsuran) Rp. 120.000.000

Utang angsuran Rp. 120.000.000

2) Saat pembayaran angsuran pertama

Utang angsuran Rp. 5.000.000

Beban bunga Rp. 2.000.000

Kas dan bank Rp. 7.000.000

3) Saat pembayaran angsuran kedua

Utang angsuran Rp. 5.000.000

Beban bunga Rp. 1.916.700

Kas dan bank Rp. 6.916.700

Cara lain yang dapat dilakukan untuk pembelian angsuran ini, bergantung pada perjanjian. Terdapat pula harga angsuran ditetapkan terlebih dahulu dan

angsuran yang harus dibayar setiap bulan. Maka setiap angsuran terdiri atas dua komponen, yaitu angsuran dan bunga. Besarnya bunga dan setiap angsuran ditetapkan dengan menggunakan tingkat bunga tetap.

Contoh:

Sebuah kendaraan dibeli dengan harga perolehan tunai sebesar Rp 120.000.000, kendaraan dapat dibeli dengan harga angsuran, yaitu sebanyak 24 kali dengan bunga 25% per tahun

Harga beli dengan angsuran dihitung sebagai berikut :

Harga perolehan tunai Rp 120.000.000

Bunga Rp 120.000.000 x 25% x 24/12 Rp 60.000.000

Harga beli dengan angsuran Rp 180.000.000

Angsuran yang dibayar setiap bulan sebesar 1/24 x Rp 180.000.000 = Rp 7.500.000

Jumlah tersebut termasuk angsuran dan bunga, ayat jurmal yang dibuat sama dengan ayat jurnal terdahulu, tetapi harus tetap memisahkan antara beban bunga dan angsuran.

c. Perolehan Aset Tetap secara Pertukaran

Pertukaran sebagian dapat dilakukan untuk suatu aset tetap yang tidak sama dengan aset lain, biaya ini diukur pada nilai wajar aset yang dipertukarkan atau diperoleh paling andal, sebanding denga nilai wajar aset yang dipertukarkan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang di transfer. contoh:

PT.Adil merupakan sebuah merupakan sebuah perusahaan jasa pengangkutan dengan truk sejenis yang baru. Berdasarkan pembukuan, harga perolehan truk

lama adalah Rp 60.000.000 telah disusutkan sebesar Rp 40.000.000 ditukar dengan truk baru yang harga perolehannya Rp 80.000.000 dan sisanya dibayar tunai.

Perhitungan laba dan atau rugi pertukaran

Harga perolehan truk lama Rp. 60.000.000

Penyusutan Rp. 40.000.000 -

Nilai sisa buku Rp. 20.000.000

Nilai truk baru Rp. 80.000.000

Harga tukar tambah aset lama Rp. 20,000.000 -

Tambah uang tunai Rp. 60.000.000

Dalam hal ini tidak terdapat laba atau rugi, karena truk lama dihargai sama dengan harga sisa buku. Apabila harga tukar tambah aset lama (trade in allownce) sebesar Rp. 24.000.000, maka perhitungannta adalah:

Harga perolehan truk lama Rp. 60.000.000

Penyusutan Rp. 40.000.000 -

Harga sisa buku Rp. 20.000.000

Harga tukar tambah truk lama Rp. 24.000.000 -

Laba penukaran Rp. 4.000.000

Harga truk lama Rp. 80.000.000

Harga tukar tambah truk lama Rp. 24.000.000 -

Ayat jurnal yang disusun atas pertukaran tersebut adalah :

Akumulasi penyusutan Rp. 40.000.000

Alat pengangkutan baru Rp. 80.000.000

Kas dan bank Rp. 56.000.000

Alat pengangkutan lama Rp. 60.000.000

Laba pertukaran Rp. 4.000.000

Apabila nilai tukar tambah aset lama berdasarkan kesepakatan sebesar Rp. 18.000.000 perhitungan laba atau rugi dapat dihitung sebagai berikut:

Harga perolehan truk lama Rp. 60.000.000

Penyusutan Rp. 40.000.000 -

Harga sisa buku Rp. 20.000.000

Harga pertukaran truk lama Rp. 18.000.000 -

Rugi pertukaran Rp. 2.000.000

Harga truk baru Rp. 80.000.000

Harga pertukaran Rp. 18.000.000 -

Tambahan uang tunai Rp. 62.000.000

Ayat jurnal atas pertukaran melalui pertukaran adalah:

Akumulasi penyusutan Rp. 40.000.000

Alat pengangkutan baru Rp. 80.000.000

Rugi pertukaran Rp. 2.000.000

Kas dan bank Rp. 60.000.000

Alat pengangkutan lama Rp. 62.000.000 Aset yang diperoleh dari pertukaran melalui pertukaran dengan :

1) Aset nonmoneter, baik dengan aset tetap yang sejenis atau yang tidak sejenis.

2) Sekuritas berupa obligasi atau saham yang dikeluarkan oleh perusahaan sendiri atau emisi oleh badan lain.

d. Perolehan Asset Tetap dengan Cara Membangun Sendiri

Karena membangun sendiri, tertentu saja menggunakan prinsip sama dengan aset yang diperoleh yaitu meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan aset sampai siap pakai.

Biaya tidak langsung (overhead cost), efisiensi atau inefesiensi, dan bunga selama masa konstrusi juga termasuk biaya aktiva tetap, karena membangun sendiri perlu diperhatikan setiap laba internal dieliminasi dan menetapkan biaya. Contoh:

Biaya pembangunan Rp 250.000.000 sedangkan harga pasar aset tetap Rp 300.000.000 maka penghematan Rp 50.000.000 tidak diakui sebagai penghasilan. Demikianlah halnya biaya dan jumlah yang abnormal dari bahan baku yang tidak terpakai, tenaga kerja, sumber daya lain yang terjadi dalam memproduksi suatu aset yang dikonstruksi sendiri tidak dimasukkan dalam biaya perolehan, tetapi segera diakui sebagai kerugian pada tahun yang bersangkutan.

Aspek perpajakan perolehan aset tetap dengan cara membangun sendiri tersebut sebagai objek pajak yang terutang Pajak Pertambahan Nilai.

e. Perolehan Secara Hibah, Bantuan, dan Sumbangan

Terhadap aset tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal yang berasal dari sumbangan atau modal donasi.

Modal donasi dari sisi akuntansi pajak mengacu pada Pasal 10 ayat (4) Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 STDD No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang mengatur bahwa apabila terjadi pengalihan harta:

a. yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b , maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai sisa buku dari pihak yang melakukan pengalihan atau nilai yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak;

b. yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a, maka dasar penilaian bagi yang menerima pengalihan sama dengan nilai pasar dari harta tersebut.

Dengan memperhatikan penggolongan dan implikasinya terhadap bantuan, sumbangan, dan hibah, maka perlakuan akuntansi bagi pihak penerima bantuan akan dikreditkan pada akun “ekuitas dan modal”, sehingga diperlakukan secara fiskal sebagai penghasilan. Sebaliknya, pihak pemberi bantuan membukukannya berdasarkan harga atau nilai sisa buku. Dalam memberikan bantuan atau sumbangan, timbul aliran uang kas.

Contoh:

1) Memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3)

Kas dan bank Rp 600.000.000

Modal donasi Rp. 600.000.000

Ayat jurnal tersebut ditinjau dari pihak yang menerima bantuan atau sumbangan. Dan pihak yang memberikan bantuan atau sumbangan tersebut benar-benar dikeluarkan ke kas, tetapi ditinjau dari ketentuan Undang-Undang Perpajakan tidak diperkenankan untuk dibebankan sebagai biaya.

2) Tidak memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3), berarti bantuan atau sumbangan dianggap sebagai penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan. Sebagaimana contoh sebelumnya, akan disusun ayat jurnal:

Kas dan bank Rp 600.000.000

Penghasilan sumbangan/bantuan Rp 600.000.000 Ditinjau dari pihak yang memberikan bantuan atau sumbangan ayat jurnal :

Biaya sumbangan/bantuan Rp 600.000.000

Kas dan bank Rp 600.000.000

Berdasarkan Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang No.7 Tahun 1983 STDD No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan maka hibah pun dapat dikelompokakan ke dalam:

1) Memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3)

Bentuk aset yang dihibahkan berupa kendaraan dengan rincian:

Harga perolehan Rp 100.000.000

Akumulasi penyusutan Rp 60.000.000 -

Harga sisa buku Rp 40.000.000

Ayat jurnal yang disusun dari pokok pemberi adalah sebagai berikut: Biaya tidak dapat dibebankan/saldo laba Rp 40.000.000 Akumulasi penyusutan kendaraan Rp 60.000.000

Kendaraan Rp 100.000.000

Sedangkan ayat jurnal bagi penerima hibah adalah:

Kendaraan Rp 40.000.000

Modal hibahan Rp 40.000.000

2) Tidak memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3)

Dalam hal tidak memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) pemberian hibah tersebut dimaksudkan menjadi penghasilan bagi yang menerimanya karena ternyata pemberian hibah ini mempunyai hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan dengan pihak penerima hibah. Transaksi hibah ini dipandang sebagai transaksi pertukaran, sehingga dasar pengukurannya harga pasar.

Contoh:

Biaya hibah Rp 55.000.000

Akumulasi penyusutan kendaraan Rp 60.000.000

Kendaraan Rp 100.000.000

Keuntungan dari hibah kendaraan Rp 15.000.000 Sedangkan ayat jurnal bagi penerima hibah adalah:

Kendaraan Rp 55.000.000

Penghasilan hibah Rp 55.000.000

Dokumen terkait