• Tidak ada hasil yang ditemukan

Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold)

Dalam dokumen Memahami Logika Laporan Keuangan (Halaman 39-43)

Demikian juga kalau ada retur, misalnya: 1 monitor dikembalikan, maka dicatat: [Debit]. Penjualan = Rp 800,000

[Kredit]. Piutang Dagang = Rp 800,000 (Untuk diskon 1 monitor @800,000)

―Pendapatan Lain-Lain‖ – Akun ini untuk menampung pendapatan-pendapatan yang berasal dari aktivitas yang BUKAN merupakan aktivitas utama perusahaan. Misalnya: hasil menjual aktiva tetap yang sudah ditarik dari opersional perusahaan, mengontrakan salah satu ruangan kantor untuk perusahaan lain, dan lain sebagainya.

Kita lanjut ke akun berikutnya, yaitu ―Harga Pokok Penjualan.‖ Khusus mengenai Harga Pokok Penjualan—yang dalam bahasa inggrisnya disebut ‗Cost of Goods Sold‘, pembahasannya sedikit agak panjang dan rumit. Untuk itu saya jadikan sub-topik khusus di bawah ini.

Tetapi jangan khawatir, sepanjang anda cukup sabar, telaten—terutama sekali mau menelaah secara serius, saya yakin anda akan bisa mengikuti tanpa hambatan. Saya akan berusaha untuk menjelaskan sejelas dan segamblang mungkin. Mudah-mudahan waktu yang anda pergunakan untuk membaca di sini tidak akan sia-sia. Lanjut….

Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold)

Yang nampak pada laporan laba-rugi, pada umumnya, hanya ―harga pokok penjualan‖—ditampilkan dalam satu baris saja. TETAPI, sesungguhnya, harga pokok penjualan terdiri dari beberapa akun yang dikalkulasi secara terpisah. Sehingga, laporan laba-rugi disertai dengan satu lampiran yang disebut dengan ―Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan‖ yang item-itemnya bervariasi antara satu jenis perusahaan dengan perusahaan lainnya. Sebagai contoh, saya sajikan format ―Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan‖ untuk perusahaan

MANUFAKTUR saja. Dengan penjelasan yang akan saya berikan, mudah-mudahan anda bisa membuat rincian perhitungan harga pokok penjualan untuk jenis usaha lainnya.

Berikut adalah contoh ―Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan‖ yang saya maksudkan:

Penjelasan:

Seperti terlihat dalam contoh di atas, ―Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan‖ terdiri dari 2 komponen utama, yaitu: (I) Harga Pokok Produksi (Manufacturing Cost) ; dan (II) Persediaan Barang Jadi. Kita bahas satu-per-satu:

I. Harga Pokok Produksi (‗Cost of Goods Manufactured‗ bisa juga disebut ‗Manufacturing Cost‟) – Komponen ini hanya ada pada laporan laba rugi perusahaan manufaktur. Setiap cost dan biaya yang timbul akibat proses

produksi (proses mengolah ‗bahan baku‘ dan ‗barang dalam proses‘ menjadi ‗barang jadi‘) ditampung di dalam akun-akun komponen ini, itu sebabnya mengapa disebut dengan ―Harga Pokok Produksi.‖ Komponen harga pokok produksi dibagi lagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu:

Persediaan Bahan Baku – Nilai yang ditampilkan (1700 dalam contoh ini) adalah total bahan baku yang digunakan dalam periode pelaporan. Dengan kata lain, total penggunaan bahan baku adalah total bahan baku yang dioleh menjadi barang dalam proses (setengah jadi). Mengenai perhitungannya bisa dilihat dalam contoh (saldo awal persediaan ditambah pembelian lalu dikurangi saldo akhir).

Persediaan Barang Dalam Proses (Work-in-Process yang sering disingkat dengan ―WIP‖) – Nilai yang ditampilkan dalam WIP (4000 dalam contoh ini) adalah total barang setengah jadi yang digunakan dalam periode pelaporan (1-31 januari 2012 dalam hal ini) beserta ‗Biaya Tenaga Kerja Langsung‘ yang

dipergunakan dalam proses pengolahan. Perhitungannya bisa dilihat di dalam contoh: ‗Persediaan awal‘ ditambah ‗Mutasi dari bahan baku ke WIP‘ ditambah ‗Biaya Tenaga Kerja Langsung‘, lalu dikurangi Saldo akhir.

Overhead – Setahu saya, overhead ini yang paling sering menimbulkan kebingungan: ―pengeluaran atau biaya apa saja yang masuk ke dalam kelompok overhead?‖ Silahkan lihat di dalam contoh. Logika dasarnya: Aktivitas mengolah ‗bahan baku‘ menjadi ‗barang dalam proses‘, lalu mengolah ‗barang dalam proses‘ menjadi ‗barang jadi‘, tidak bisa dihindari PASTI menimbulkan cost (beban). Nah beban inilah yang disebut dengan ―overhead‖. Terdiri dari cost apa saja? Bisa berbeda antara suatu perusahaan dengan

perusahaan lainnya. Apa yang saya tampilkan di dalam contoh di atas hanya dasar, pada prakteknya mungkin anda perlu tambahkan atau kurangkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Yang jelas semua biaya produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, masuk kelompok overhead. Catatan: Dalam perusahaan jasa, cost yang timbul karena aktivitas untuk menghasilkan jasa yang dijual juga masuk kelompok overhead.

Sehingga secara kesuluruhan, ―Harga Pokok Produksi‖ (cost of goods manufactured) adalah cost atau beban yang timbul akibat adanya aktivitas produksi, yang dalam contoh ini senilai 6700.

II. Persediaan Barang Jadi – Dari penjelasan di atas, jika sungguh-sungguh mengikuti, saya yakin anda sudah bisa menemukan jawaban mengapa komponen ‗Persediaan Barang Jadi‘ dipisahkan dari komponen ‗Harga Pokok

Produksi‘, yaitu: oleh karena ‗persediaan barang jadi‘ sudah tidak memerlukan proses produksi (manufacturing) lagi. Disebut persediaan barang jadi, karena barangnya sudah jadi dan siap untuk dijual. Nila yang ditampilkan dalam komponen Persediaan barang jadi (7200 dalam contoh ini) adalah total nilai barang jadi yang siap untuk dijual, sehingga disebut ―Total Barang Tersedia Untuk Dijual―. Perhitungannya bisa dilihat dalam contoh: ‗Persediaan Awal‘ ditambah ‗Mutasi Dari WIP ke Barang Jadi‘ (setelah ditambahkan overhead).

Harga Pokok Penjualan baru bisa diketahui setelah barang terjual. Berapa harga pokok barang yang terjual? Nilai ‗Total Barang Tersedia Untuk Dijual (7200)‘ dikurangi ‗Saldo Akhir‘ (50), yang hasilnya menunjukan angka 7150. Itulah total ―Harga Pokok Penjualan―.

Catatan: Yang sangat penting untuk dipahami disini adalah, bagaimana ketiga kelompok (bahan baku, barang dalam proses dan overhead) tersebut saling terkait antara yang satu dengan lainnya. Misalnya: Bagimana bahan baku dimutasikan ke barang dalam proses (work in process/WIP)? Bagimana WIP bersama-sama dengan Overhead dimutasikan ke ‗Persediaan Barang Jadi? Dan seterusnya. Dalam contoh saya sudah sertakan tanda panah berwarna biru yang menunjukan alur tersebut. Memahami hal ini, bisa menjawab berbagai ganjalan pertanyaan yang mungkin timbul di wilayah ini.

Sampai pada titik ini, pertanyaan yang sering muncul: Bagaimana “Rincian Harga Pokok Penjualan” jika perusahaan saya bukan manufaktur? Bisa kasih contohnya tidak?

Jika anda sudah memahami apa itu penggunaan bahan baku, apa itu penggunaan barang dalam proses, apa itu overhead, dan mengapa timbul overhead—sehingga secara keseluruhan anda memahami apa itu harga pokok produksi, apa itu penggunaan persediaan barang jadi dan bagiamana harga pokok penjualan terbentuk, saya yakin anda tidak memerlukan contoh lagi.

Apakah ada penjualan barang jadi? JIKA TIDAK SAMASEKALI, berarti perusahaan anda murni

perusahaan jasa, sehingga dalam ―Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan‖-nya hanya ada overhead— yang timbul dari aktivitas menghasilkan jasa yang diserahkan (di jual). JIKA IYA, lanjut ke check list berikutnya

Apakah barang jadi yang dijual adalah hasil pembelian dari perusahaan lain? JIKA TIDAK, berarti

perusahaan anda adalah perusahaan manufaktur, sehingga ―Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan‖-nya sama seperti contoh yang saya tampilkan (haPenjualan‖-nya perlu disesuaikan dengan kebutuhan). JIKA IYA, lanjut ke checklist berikutnya.

Apakah barang jadi yang dibeli harus melalui proses tertentu lagi, sebelum dijual? JIKA IYA, berarti

perusahaan anda semi-manufaktur, sehingga ―Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan‖-nya tidak berisi kelompok ―Bahan Baku‖, anda bisa menggunakan contoh di atas, tinggal hilangkan kelompok ‗Persediaan Bahan Baku‘ dan beberapa penyesuaian di kelompok ‗Overhead‘. JIKA TIDAK SAMASEKALI, berarti perusahaan anda adalah murni perusahaan dagang, sehingga ―Rincian Perhitungan Harga Pokok

Penjualannya‖ hanya berisi kelompok ‗Persediaan Barang Jadi‘ dan ‗Overhead‘ saja.

Catatan: Mengenai penilaian persediaan (inventory valuation) untuk menentukan harga pokok penjualan (apakah memakai metode LIFO, FIFO, Weighted Average, Dollar Value, Lower Market Value, dll), akan saya bahas secara terpisah di kesempatan lain.

Biaya-Biaya

Tak banyak yang perlu saya jelaskan di wilayah ini, masing-masing akun biaya sudah self-explanatory. Yang jelas, dalam setiap perusahaan—apapun jenis usahanya, pasti timbul biaya-biaya, hanya saja jenisnya mungkin bervariasi. Dalam akuntansi biaya (cost accounting) kelompok biaya-biaya ini sering disebut dengan istilah ―fixed cost.‖ Bukan berarti nilainya tetap dari waktu-ke-waktu, disebut fixed karena ―Biaya-Biaya‖ ini adalah biaya rutin yang besar-kecilnya tidak dipengaruhi oleh volume aktivitas produksi (dalam perusahaan manufaktur), tidak dipengaruhi volume aktivitas jual-beli barang (dalam perusahaan dagang), tidak dipengaruhi oleh volume aktivitas sehubungan dengan proses pembentukan jasa yang diserahkan (dalam perusahaan jasa.)

―Di tempat kerja saya, macam biayanya banyak, mengapa dalam contoh anda sangat sedikit?‖; atau

―Ditempat kerja saya, semua biaya penyusutan dijadikan satu, mengapa dalam contoh anda dipisah-pisah?‖ Pada kenyataannya, anda BISA membuat akun biaya SEBANYAK atau SESEDIKIT yang anda inginkan (lebih tepatnya yang anda butuhkan)—bebas-bebas saja, karena memang TIDAK ada aturan baku untuk hal itu. Misalnya:

PT. ABC mungkin memasukan pembelian tissue untuk kamar mandi kantor, kertas untuk mesin photo copy, isi staples, clip papers, dan yang sejenisnya ke dalam akun ―Office Supplies‖ saja. Nah, jika anda mau akunnya lebih banyak lagi, anda bisa membuat akun yang berbeda-beda untuk masing-masing pengeluaran tersebut (misal: ‗Biaya Tissue Paper‘, ‗Biaya Kertas Photo Copy‘, ‗Biaya Isi Staples‘ dan seterusnya).

Sebaliknya, anda juga bisa membuat akun biaya sesedikit mungkin. Misalnya: Akun ‗Biaya Stationary, Biaya Listrik dan Biaya Telepon menjadi satu akun saja, mungkin disebut akun ―Biaya Kantor‖. Tak masalah. Sekalilagi, TIDAK ADA aturan baku untuk hal itu.

Hal yang penting untuk dipertimbangkan adalah untung-rugi-nya bagi perusahaan dan anda sendiri sebagai orang yang menjalankan tugas tersebut sehari-hari:

Di satu sisi, semakin banyak akun biaya yang anda buat, makin detail laporan yang akan anda hasilkan sehingga mendekati kondisi realnya, dan pengendalian biaya menjadi semakin efektif—karena semua pengeluaran bisa anda pantau sampai ke hal yang paling kecil. Demikian sebaliknya.

Di sisi lainnya, semakin banyak akun biaya yang anda buat, kemungkinannya untuk menjadi tidak konsisten semakin tinggi—anda akan sering menemukan biaya-biaya yang sulit untuk dikelompokan ke dalam akun-aku yang spesifik. Disamping itu, dalam proses tutup buku, akan semakin banyak pula akun-akun yang harus anda periksa (review), rekonsiliasi, lalu anda tutup satu-persatu.

Saya menyebut fenomena ini dengan ―account paradox‖. Di sini anda harus mempertimbangkan matang-matang sejauh mana kemanfaatan yang timbul antara pilihan ‗menjadi detail‘ atau ‗general.‘ Setiap pilihan yang anda ambil sudah pasti ada risikonya. Tinggal pintar-pintar menentukan titik trade-off yang paling optimum bagi perusahaan dan anda.

Secara keseluruhan, Format Laporan Laba-Rugi terdiri dari: Pendapatan – Harga Pokok Penjualan = Laba Kotor

Laba Kotor – Biaya-biaya = Laba/Rugi Bersih Sebelum Pajak

Sekiranya ada yang kurang atau salah, mohon dikoreksi. Di Format Laporan Keuangan bagian berikutnya saya akan bahas mengenai format Neraca, format Laporan Arus Kas, dan format Laporan Perubahan Modal, satu per-satu secara bertahap. Setelah format laporan keuangan rampung, bisa lanjut ke pembuatan badan akun (Chart of Accounts) dan prosedur tutup buku. Tanpa memahami format laporan keuangan terlebih dahulu, anda tidak akan bisa membuat bagan akun maupun melakukan prosedur tutup buku. Selamat berakhir pekan!

Tags: berita, Contoh Format Laporan Keuangan, Format Laporan Keuangan, Format Laporan Laba Rugi, Format Standar Laporan Keuangan, Harga Pokok Penjualan, Harga Pokok Produksi, Laporan Keuangan, Laporan Laba Rugi, Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan, slider

Sikap Auditor Terhadap Materialitas dan Salah-Saji

Dalam dokumen Memahami Logika Laporan Keuangan (Halaman 39-43)

Dokumen terkait