• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap III. Uji organoleptik pada es krim dan margarin

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan analisa tahap I

1. Intensitas Warna Merah dan Kuning

Berdasarkan analis ragam (Lampiran 2), diketahui bahwa perbandingan jenis pelarut berpengaruh nyata terhadap intensitas warna. Nilai rata–rata intensitas warna merah dan kuning pada perlakuan perbandingan jenis pelarut dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Intensitas warna pada perlakuan perbandingan pelarut.

Intensitas warna merah Intensitas warna kuning Perbandingan pelarut Nilai DMRT 5% Notasi Nilai DMRT 5% Notasi (heksan:aseton) 50 : 50 298,24 0,84 f 64,19 0,17 d (heksan:aseton:etanol) 50 : 25 : 25 224,43 0,83 e 58,55 0,17 c (heksan:aseton:etanol) 25: 50 : 25 159,63 0,76 b 84,16 0,18 e (petroleum eter : aseton) 50 : 50 197,97 0,82 d 49,44 0,16 b (petroleum eter:aseton: etanol) 50 : 25 : 25 166,42 0,79 c 42,39 - a (petroleum eter : etanol) 50 : 50 151,07 - a 143,27 0,19 f

Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa intensitas warna merah buah palem Licuala grandis berkisar antara 151,07 - 298,24. Penggunan pelarut heksan:aseton pada perbandingan (50:50) menghasilkan intensitas warna merah yang paling tinggi yaitu 298,24. Sedangkan penggunaan pelarut petroleum eter:etanol pada

Bab IV .Hasil dan Pembahasan 32

perbandingan (50:50) menghasilkan intensitas warna merah yang paling rendah yaitu 151,07. Intensitas warna kuning buah palem berkisar antara 42,39 - 143,27. Penggunaan pelarut petroleum eter:etanol pada perbandingan (50:50) menghasilkan intensitas warna kuning yang paling tinggi yaitu 143,27. Sedangkan penggunaan pelarut petroleum eter:aseton:etanol pada perbandingan (50:25:25) menghasilkan intensitas warna kuning yang paling rendah yaitu 42,39. Grafik pengaruh antara perbandingan jenis pelarut dan intensitas warna merah dan kuning dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan 4.2.

Keterangan: A= heksan:aseton (50:50) B= heksan:aseton:etanol (50:25:25) C= heksan:aseton:etanol (25:50:25) D= petroleum eter:aseton (50:50) E= petroleum eter:aseton:etanol (50:25:25) F= petroleum eter:etanol (50:50)

Gambar 4.1. Hubungan antara jenis pelarut dan intensitas warna merah ekstrak buah palem Licuala grandis.

Pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa intensitas warna merah ekstrak Licuala grandis tertinggi dengan adanya proporsi pelarut heksan dan aseton. Hal ini di sebabkan polaritas pelarut heksan dan aseton hampir sama dengan larutan warna merah Licuala grandis, sehingga menghasilkan intensitas warna merah yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Fennema (1985) bahan - bahan dan

Bab IV .Hasil dan Pembahasan 33

senyawa kimia akan mudah larut dalam bahan yang sama polaritasnya dengan bahan yang akan dilarutkan.

Keterangan: A= heksan:aseton (50:50) B= heksan:aseton:etanol (50:25:25) C= heksan:aseton:etanol (25:50:25) D= petroleum eter:aseton (50:50) E= petroleum eter:aseton:etanol (50:25:25) F= petroleum eter:etanol (50:50)

Gambar 4.2. Hubungan antara jenis pelarut dan intensitas warna kuning buah palem Licuala grandis.

Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa intensitas warna kuning ekstrak Licuala grandis tertinggi dengan adanya proporsi pelarut petroleum eter dan etanol. Hal ini di sebabkan polaritas pelarut petroleum eter dan etanol hampir sama dengan larutan warna kuning Licuala grandis, sehingga menghasilkan intensitas warna kuning yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Fennema (1985) bahan - bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam bahan yang sama polaritasnya dengan bahan yang akan dilarutkan.

2. Kadar Karotenoid

Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 4), diketahui bahwa perbandingan jenis pelarut berpengaruh nyata terhadap kadar karotenoid. Nilai

Bab IV .Hasil dan Pembahasan 34

rata–rata kadar karotenoid pada perlakuan perbandingan jenis pelarut dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Kadar karotenoid pada perlakuan perbandingan pelarut. Perbandingan Pelarut Konsentrasi Karotenoid (mgr/100ml) DMRT 5% Notasi (heksan : aseton) 50 : 50 42,03 0,46 F (heksan : aseton : etanol)

50 : 25 : 25 37,94 0,45 E

(heksan : aseton : etanol)

25: 50 : 25 33,53 - A

(petroleum eter : aseton)

50 : 50 35,56

0,44

D (petroleum eter : aseton : etanol)

50 : 25 : 25 34,54 0,43 C

(petroleum eter : etanol)

50 : 50 33,97 0,41 B

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf berbeda berarti berbeda nyata

Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata–rata kadar karotenoid buah palem berkisar antara 33,53–42,03 mgr/100 ml. Heksan:aseton (50:50) menghasilkan kadar karotenoid yang paling tinggi yaitu 42,03 mgr/100 ml. Sedangkan heksan:aseton:etanol (50:25:25) menghasilkan kadar karotenoid yang paling rendah yaitu 33,53 mgr/100 ml. Grafik hubungan antara perbandingan jenis pelarut dan karotenoid dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Bab IV .Hasil dan Pembahasan 35 Keterangan: A= heksan:aseton (50:50) B= heksan:aseton:etanol (50:25:25) C= heksan:aseton:etanol(25:50:25) D= petroleum eter:aseton (50:50) E= petroleum eter:aseton:etanol (50:25:25) F= petroleum eter:etanol (50:50)

Gambar 4.3. Hubungan antara perbandingan jenis pelarut terhadap kadar karotenoid.

Pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa kadar karotenoid warna merah

ekstrak Licuala grandis tertinggi dengan adanya proporsi pelarut heksan dan

aseton. Hal ini di sebabkan polaritas pelarut heksan dan aseton hampir sama dengan larutan warna merah Licuala grandis, sehingga menghasilkan kadar karotenoid yang tinggi. Hal ini didukung oleh Pujaatmaka (1986) yang menyatakan bahwa kelarutan suatu zat ke dalam suatu pelarut sangat ditentukan oleh kecocokan sifat antara zat terlarut dengan zat pelarut.

3. Rendemen Produk

Rendemen produk menunjukkan kandungan dari semua zat-zat yang terkandung dalam buah palem Licuala grandis yang mampu terekstrak oleh pelarut seperti lemak, protein, karbohidrat, serat, abu, vitamin, fenol, tannin dan zat-zat lain termasuk juga karotenoid (Anonim, 2009).

Bab IV .Hasil dan Pembahasan 36

Tabel 4.3. Rendemen produk pada perlakuan perbandingan pelarut. Perbandingan Pelarut Rendemen

Produk (%)

DMRT

5% Notasi

(heksan : aseton)

50 : 50 18,86 0,102 F

(heksan : aseton : etanol)

25:50:25 17,22 0,101 E

(heksan : aseton : etanol)

50: 25 : 25 17,14 0,099 D

(petroleum eter : aseton)

50 : 50 15,45 0,092 B

(petroleum eter : aseton : etanol)

50 : 25 : 25 15,70 0,097 C

(petroleum eter : etanol)

50 : 50 15,40 - A

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf berbeda berarti berbeda nyata

Hasil penelitian diperoleh rendemen produk tertinggi sebesar 18,86% pada ekstraksi menggunakan perbandingan pelarut heksan:aseton (50:50). Sedangkan rendemen produk terendah sebesar 15,40% pada ekstraksi dengan menggunakan perbandingan pelarut petroleum eter:etanol (50:50).

Keterangan: A= heksan:aseton (50:50) B= heksan:aseton:etanol (50:25:25) C= heksan:aseton:etanol (25:50:25) D= petroleum eter:aseton (50:50) E= petroleum eter:aseton:etanol (50:25:25) F= petroleum eter:etanol (50:50)

Gambar 4.4. Hubungan antara perbandingan jenis pelarut dan rendemen produk.

Bab IV .Hasil dan Pembahasan 37

Pada Gambar 4.4. menunjukkan bahwa perbandingan proporsi pelarut heksan dan aseton adalah rendemen karotenoid tertinggi. Hal ini di sebabkan polaritas pelarut heksan dan aseton hampir sama dengan larutan warna merah Licuala, sehingga menghasilkan kadar karotenoid yang tinggi. Semakin tinggi konsentrasi karotenoid maka semakin besar rendemen yang dihasilkan. Hal ini didukung oleh Pujaatmaka (1986) yang menyatakan bahwa kelarutan suatu zat ke dalam suatu pelarut sangat ditentukan oleh kecocokan sifat antara zat terlarut dengan zat pelarut.

Dokumen terkait