• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Analisis Data Penelitian 1.Partisipan 1 1.Partisipan 1

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Analisis Data Penelitian 1.Partisipan 1 1.Partisipan 1

a. Kategorisasi Data

a.1 Awalnya menyadari diri sebagai waria No. Baris Kata Kunci

6 – 12 Lebih banyak berperilaku dan mulai berpenampilan seperti perempuan

Awal partisipan menyadari diri sebagai waria ketika dirinya lebih banyak berperilaku seperti perempuan dibandingkan dengan kondisi fisiknya, yakni laki-laki.

a.2 Perasaan terhadap diri sendiri No. Baris Kata Kunci

26 – 27 Tidak bisa menjadi laki-laki meskipun dipaksa

Partisipan meyakini bahwa dirinya sebagai waria merupakan kodratnya sehingga tidak merasa nyaman ketika menjadi laki-laki.

a.3 Reaksi terhadap diri sendiri No. Baris Kata Kunci

59 – 62 65 – 67

68 – 71

Ingin menolak keadaan sebagai waria

Mempertimbangkan norma di masyarakat bahwa jenis kelamin yang ada hanyalah laki-laki dan perempuan Ingin mengikuti norma dengan belajar menjadi seperti laki-laki pada umumnya

Pada awalnya partisipan memandang untuk hidup sesuai norma dan berperilaku sesuai dengan jenis kelaminnya, yaitu laki-laki

a.4 Reaksi yang diterima dari lingkungan di masa awal No. Baris Kata Kunci

10 – 13

13 – 17

31 – 36

Penolakan dari orang tua, terutama ketika berpenampilan seperti perempuan

Mendapatkan penerimaan dari masyarakat di lingkungan tempat tinggal

Melarang penampilan seperti perempuan dan orang tua menyuruh untuk berpenampilan dan berperilaku seperti laki-laki

Partisipan memperoleh reaksi yang berbeda-beda, yakni ditolak oleh keluarga namun diterima oleh lingkungan sekitar tempat tinggal.

a.5 Tanggapan terhadap reaksi lingkungan No. Baris Kata Kunci

20 – 28

37 – 41

41 – 42

Mencoba menjelaskan kepada orang tua bahwa hidup sebagai waria sudah merupakan kodratnya sehingga tidak bisa dipaksa menjadi laki-laki

Mengikuti larangan orang tua untuk membuktikan bahwa dirinya tidak mengada-ngada

Tidak berlangsung lama karena bukan dirinya sendiri Partisipan menanggapi reaksi keluarga dengan mencoba menjelaskan keadaan diri dan mengikuti larangan, namun merasa tidak nyaman

a.6 Cara menampilkan diri kepada lingkungan ketika dewasa No. Baris Kata Kunci

98 – 106 109 – 115

Berpenampilan seperti perempuan sepulang sekolah Merasa bebas mengekspresikan diri sebagai waria setelah bebas dari seragam dan berpenampilan utuh sebagai waria

Partisipan menampilkan diri sebagai waria dengan mulai berpenampilan dan berperilaku seperti perempuan

a.7 Reaksi yang diterima dari lingkungan No. Baris Kata Kunci

117 – 123

129 – 131 136 – 139 140 – 142

Memperoleh pengertian dari keluarga tentang dirinya sebagai waria

Memperoleh penerimaan dari lingkungan sekitar Tidak ada penolakan di ruang publik

Mendapatkan reaksi yang kurang menyenangkan dari lingkungan kampus

Partisipan mulai memperoleh pengertian dari keluarga dan lingkungan, namun terdapat penolakan dari lingkungan kampus

a.8 Tanggapan terhadap reaksi lingkungan No. Baris Kata Kunci

145 – 148

156 – 163

Mempersiapkan diri menghadapi reaksi lingkungan di kampus

Biasa saja menghadapinya karena telah mempersiapkan diri

Partisipan menanggapi reaksi lingkungan dengan biasa saja karena telah mempersiapkan diri

a.9 Reaksi yang diterima di lingkungan sekarang No. Baris Kata Kunci

212 – 219

231 – 234 244 – 246

Masih ada konotasi negatif terhadap komunitas waria sehingga ingin memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa waria juga identitas seksual

Penerimaan dari keluarga dan lingkungan sekitar Komunitas waria juga sudah mulai diterima di pemerintahan

Saat ini, lebih banyak memperoleh penerimaan dari keluarga, lingkungan dan pemerintah, namun konotasi negatif terhadap komunitas waria terus ada

a.10 Pandangan terhadap diri sendiri sekarang No. Baris Kata Kunci

226 - 227 236 – 237 242 – 243

Hidup sebagai waria bukanlah dosa

Hidup sebagai waria sudah merupakan kodratnya Harus dijalani karena merupakan bagian dari diri Partisipan memandang diri bahwa hidup sebagai waria sudah merupakan kodratnya dan bukanlah dosa sehingga harus dijalani

a.11 Perasaan terhadap diri sendiri No. Baris Kata Kunci

Saat ini, partisipan merasa lebih nyaman dan tentram dengan dirinya

a.12 Proses mencapai kenyamanan diri No. Baris Kata Kunci

257 – 258 264 – 282

Berdamai dengan diri sendiri dan kewariaan

Menjalani hidup sebagai waria karena sudah bagian dari dalam diri

Tidak berdosa secara agama, ketika hidup sebagai waria sehingga merasa dikuatkan dan lebih tentram Kenyamanan dalam diri, partisipan peroleh ketika telah menerima diri dan menjalani hidupnya tanpa beban

b. Analisis Naratif i. Awal

Proses resiliensi partisipan dalam menjalani hidup sebagai waria dimulai dengan partisipan yang menyadari diri bahwa dirinya merupakan seorang waria ketika menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama. Partisipan mulai berperilaku dan berpenampilan layaknya perempuan. Dalam prosesnya, partisipan memperoleh penolakan, terutama dari lingkungan keluarga yang ingin partisipan berperilaku layaknya laki-laki pada umumnya. Awalnya partisipan mengikuti saran tersebut

karena merasa dapat memperbaiki keadaan dirinya dengan dapat berperilaku seperti laki-laki. Pada saat itupun partisipan memiliki keinginan untuk menolak keadaa dirinya karena merasa tidak sesuai dengan norma umum yang berlaku di masyarakat. Namun hal ini justru membuat partisipan tidak dapat menjadi diri sendiri dan memperoleh kasadaran bahwa hidup sebagai waria merupakan kodratnya. Partisipan kemudian memberikan penjelasan kepada lingkungan agar lebih diterima karena merasa bahwa dirinya tidak bisa menjadi laki-laki. Partisipan tetap menampilkan dan menerima diri seperti apa adanya dan seperti yang diyakininya, yakni sebagai seorang waria. Partisipan mempertahankan nilai dan identitas diri terlepas dari pandangan sosial sehingga merasa nyaman dengan diri sendiri.

ii. Tengah

Partisipan pun menampilkan diri sebagai waria dan bebas mengekspresikan diri sehingga memperoleh penerimaan dari orang tua dan lingkungan sekitar. Dalam menghadapi lingkungan baru, partisipan selalu mempersiapkan diri terhadap reaksi yang akan diterimanya. Partisipan tetap mencoba beradaptasi karena penerimaan tidak dapat diperoleh dengan serta merta. Ketika ada reaksi negatif lain yang partisipan terima, hal itu dianggap biasa saja oleh partisipan karena telah

adanya penerimaan terhadap diri sendiri, penerimaan dari lingkungan serta partisipanyang telah mempersiapkan diri. iii. Akhir

Perasaan penerimaan diri dapat partisipan pertahankan hingga sekarang dan ada keinginan untuk berbagi dengan komunitas waria. Berbagi dalam artian bahwa partisipan dapat mengajar komunitas waria untuk bermasyarakat dan mengikuti kegiatan bermasyarakat dan keagamaan. Perlu adanya pandangan bahwa waria juga sama seperti identitas seksual lainnya (laki-laki dan perempuan) yang dianggap umum yang ada di masyarakat. Hal ini membuat munculnya perasaaan nyaman karena merasa hidup sebagai waria sudah merupakan kodratnya. Hal ini juga didukung dengan pandangan agama bahwa hidup sebagai waria tidaklah berdosa. Penerimaan diri juga berkaitan dengan berdamai dengan diri sendiri serta kewariaan yang ada di dalam diri tersebut. Hal ini membantu karena merasa bahwa itulah hidup yang harus dijalani dan tidak berusaha menolaknya lagi. Penerimaan terhadap diri apa adanya juga membuat pandangan tentang diri tidak mudah tergoyahkan oleh pandangan yang diterima dari lingkungan sehingga mampu bersosialisasi dan meraih penerimaan dari lingkungan sosial. Mempertahankan identitas seksual sebagai waria dirasa semakin mantap dan tentram ketika memperoleh penguatan dari sisi agama bahwa

hidup sebagai waria bukanlah dosa. Partisipan juga merasa ingin berguna bagi komunitas waria dan masyarakat sehingga masyarakat memperoleh pemahaman lebih tentang waria. Hal ini tentunya dapat membantu waria lain agar dapat nyaman bergabung dengan masyarakat dan di ruang publik. Perasaan nyaman yang partisipan miliki juga ingin partisipan bagikan dengan komunitas sehingga waria yang lain juga memperoleh perasaan yang sama dan tidak lagi menganggap dirinya berdosa.

Skema 2. Proses Resiliensi Pada Partisipan 1

Ingin menolak diri karena merasa tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat

Belum diterima secara utuh mengenai keadaan diri oleh keluarga

Mempersiapkan diri terhadap reaksi lingkungan dan beradaptasi dengan lingkungan baru dan masyarakat umum

Masih ada konotasi negatif yang diterima sebagai waria

Mempertahankan pandangan dan tampilan diri sebagai waria Paksaan dari keluarga

untuk berperilaku seperti laki-laki pada umumnya

Ingin mencoba menjadi laki-laki karena merasa dapat memperbaiki diri dan adanya tuntutan lingkungan

1. Memperoleh penerimaan dari lingkungan dan keluarga

2. Berdamai dengan diri sendiri dan kewariaan: memunculkan perasaan yang tidak mudah goyah, terlepas dari pandangan lingkungan

3. Penguatan dari segi agama bahwa hidup sebagai waria tidaklah berdosa karena sama dengan identitas seksual lainya (laki-laki dan perempuan)

Nyaman dan tentram terhadap diri Menyadari kecenderungan

identifikasi sebagai perempuan

Mencoba menjelaskan kepada keluarga bahwa dirinya tidak bisa menjadi laki-laki, kodratnya adalah hidup sebagai waria

Merasa tidak nyaman karena bukan dirinya

2. Partisipan 2

a. Kategorisasi Data

a.1 Awalnya menyadari diri sebagai waria No. Baris Kata Kunci

6, 9 – 11

35 – 36

Lebih menyukai permainan perempuan dari pada permainan laki-laki

Muncul ketertarikan seksual terhadap laki-laki

Partisipan menyadari diri bahwa dirinya memiliki kecenderungan perilaku seperti perempuan dan ketertarikan secara seksual terhadap laki-laki

a.2 Perasaan terhadap diri sendiri No. Baris Kata Kunci

26 Menyukai diri yang demikian

Saat menyadari diri sebagai waria dan menerima keadaan dirinya

a.3 Reaksi terhadap diri sendiri No. Baris Kata Kunci

10 – 11 Suka menjadi diri sendiri sehingga tetap dijalani Partisipan tetap menjalani perannya sebagai perempuan dan nyaman terhadap keadaan dirinya yang demikian

a.4 Reaksi yang diterima dari lingkungan di masa awal No. Baris Kata Kunci

6 – 13

14 – 21 22 – 24 36 – 63

Diingatkan oleh orang tua untuk bermain layaknya anak laki-laki tetapi tidak dilarang

Disukai lingkungan sekitar tempat tinggal dan guru Diejek di lingkungan sebaya

Digoda oleh laki-laki yang lebih tua hingga diajak melakukan hubungan seks

Partisipan memperoleh reaksi yang saling bertentangan, yakni orang tua yang menghendaki dirinya berperilaku seperti jenis kelaminnya, laki-laki, sementara teman laki-laki mengejek dan melecehkan karena partisipan berperilaku seperti perempuan, namun diterima oleh guru dan lingkungan sekitar tempat tinggal.

a.5 Tanggapan terhadap reaksi lingkungan No. Baris Kata Kunci

23 53 73 – 75

Tidak marah terhadap ejekan lingkungan Santai menjalani hidup

Menyukai pengalaman seksual dengan laki-laki karena merasa diperlakukan seperti perempuan

Partisipan cenderung santai, tidak marah dan menyukai reaksi lingkungan yang diterima karena merasa diperlakukan layaknya seorang perempuan

a.6 Cara menampilkan diri kepada lingkungan ketika dewasa No. Baris Kata Kunci

63 – 65 Menyadari diri sehingga terhadap keinginan yang semakin kuat untuk berpenampilan seperti perempuan Partisipan semakin ingin menampilkan dirinya seperti perempuan setelah menyadari dirinya sebagai waria

a.7 Reaksi yang diterima dari lingkungan No. Baris Kata Kunci

83 – 84, 104 – 105 128 – 129

Memperoleh penolakan dari saudara karena hidup sebagai waria

Diperlakukan kasar saat menjadi pekerja seks

Subjek memperoleh perlakuan kasar dari saudara dan lingkungan ketika berpenampilan dan hidup sebagai waria

a.8 Tanggapan terhadap reaksi lingkungan No. Baris Kata Kunci

83, 91 - 94

85 – 91

126 – 130

Keluar dari rumah dan hidup sebagai pekerja seks waria di jalan

Tetap berpenampilan sebagai waria karena merasa sudah merupakan kodrat dan pemberian Tuhan

Tetap menjalani dan menikmati hidup sebagai pekerja seks dan kekerasan dianggap sebagai resiko pekerjaan

Partisipan tetap mempertahankan diri sebagai waria dan menikmati hidup yang dijalaninya karena merasa hal ini merupakan kodratnya sehingga bersedia menanggung konsekuensi dari pilihannya

a.9 Reaksi yang diterima di lingkungan sekarang No. Baris Kata Kunci

185 – 187 188 – 190 190 – 192

Pandangan masyarakat yang sudah mulai berbeda Memperoleh penerimaan dari lingkungan sekitar Diterima dalam kegiatan masyarakat

Reaksi masyarakat yang diterima sekarang cenderung lebih positif

a.10 Pandangan terhadap diri sendiri sekarang No. Baris Kata Kunci

171 – 172 204 – 205 209 – 212 223 – 225

226 – 231

Peduli dan bertanggung jawab terhadap waria Menikmati hidup yang dijalani

Tidak ingin mengecewakan komunitas waria

Memperoleh nilai lebih ketika dapat membantu banyak orang

Menerima keadaan dan reaksi dari orang lain tanpa sakit hati

Subjek menikmati hidupnya dengan merasa peduli, bertanggung jawab dan tidak ingin mengecewakan komunitas waria karena memperoleh nilai lebih ketika dapat menolong orang lain.

a.11 Perasaan terhadap diri sendiri No. Baris Kata Kunci

234 235 – 237

244 – 246

Nyaman terhadap diri

Memperoleh kedamaian karena dapat membantu komunitas

Hidup haruslah dinikmati

Partisipan merasa bahwa hidupnya sekarang menemukan kenyamanan dengan membantu orang lain, merasa damai dan dapat menikmati hidup

a.12 Proses mencapai kenyamanan diri No. Baris Kata Kunci

251 – 258

259 – 267

Nyaman setelah mengambil keputusan untuk mengubah profesi dan dibutuhkan banyak orang Adanya keinginan untuk melakukan terobosan

Kenyamanan diri diperoleh partisipan setelah berani mengambil keputusan untuk mengubah profesi dari PSK dan berani menanggung resiko terhadap keputusan tersebut

b. Analisis Naratif i. Awal

Awal partisipan menyadari diri sebagai waria adalah karena adanya kecenderungan perilaku seperti perempuan dalam

dirinya. Orang tua partisipan menghendaki dirinya berperilaku sesuai dengan jenis kelaminnya, yakni laki-laki.Partisipan juga memperoleh perlakuan negatif berupa ejekan dari lingkungan sebaya. Namun demikian, lingkungan sekitar tempat tinggal dan guru di sekolah cenderung menerima partisipan. Selain itu, partisipan juga memiliki ketertarikan seksual terhadap laki-laki pada masa remajanya. Dorongan ini disadari dan diterima oleh partisipan serta dijalani dan dinikmati karena nyaman terhadap dirinya yang demikian. Partisipanmengalamiejekan dari teman dan pelecehan orang yang lebih tua karena perilaku partisipan yang lebih kemayu dari anak laki-laki pada umumnya. Pengalaman ini juga dinikmati oleh partisipan karena merasa bahwa dirinya diperlakukan seperti perempuan yang dirasa merupakan kodratnya. Hal ini membuat partisipan memiliki keinginan untuk hidup sebagai waria dengan mengikuti dorongan untuk berpenampilan layaknya seorang perempuan. ii. Tengah

Setelah berpenampilan seperti perempuan, partisipan mengalami penolakan dari para saudara laki-lakinya. Hal ini membuat partisipan memiliki meninggalkan keluarga dan hidup mandiri karena ingin mempertahankan identitasnya sebagai waria yang dirasa sudah merupakan kodratnya. Hidup sebagai waria dianggap sebagai pemberian Tuhan yang

diterima dan dinikmati oleh partisipan dalam hidupnya. Ketika telah hidup sendiri, partisipan menjalani pekerjaan sebagai pekerja seks waria. Dalam pekerjaannya sebagai pekerja seks, partisipan memperoleh perlakuan kasar dari pelanggan. Namun demikian, hal ini tetap dijalani dan dinikmati oleh partisipan dengan bersedia menanggung konsekuensi terhadap pilihan pekerjaannya tersebut.Dengan adanya resiko penyebaran virus HIV di komunitas waria dan homoseksual, partisipanmengambil keputusan untuk berhenti bekerja sebagai pekerja seks dan mencari pekerjaan lain.

iii. Akhir

Masih adanya pandangan negatif terhadap waria dan waria yang awalnya diperlakukan sebagai objek pelecehan membuat partisipan juga ingin melakukan sesuatu. Partisipan merasa peduli dan memiliki tanggung jawab terhadap komunitas waria serta ingin melakukan suatu tindakan yang berguna bagi komunitas waria. Hal ini membuat partisipan untuk berani mengubah profesi dan ingin melakukan terobosan dalam komunitas waria. Partisipan pun mendirikan Yayasan Kebaya dengan concern utama dalam bidang kesehatan komunitas waria. Dengan adanya komunitas dan kegiatan positif yang dilakukan waria, partisipan merasa pandangan masyarakat terhadap waria telah banyak berubah menjadi lebih positif. Hal

ini dapat terjadi karena komunitas waria juga diajak untuk bersosialisasi di tengah masyarakat sehingga diterima oleh mayarakat umum. Partisipan merasa bahwa dengan bergabung dengan kelompok masyarakat, waria akan memiliki kenyamanan tersendiri dalam diri dan hidupnya. Pengalaman dan pandangan negatif yang diterima juga sejatinya dinikmati karena bagian dari hidup tanpa sakit hati. Hal ini justru membuat partisipan lebih mau mengintrospeksi diri untuk menjadi lebih baik. Dengan mendirikan yayasan, partisipan merasa memperoleh manfaat positif bagi dirinya, yakni dengan memiliki kedamaian dan nilai positif terhadap diri karena dapat membantu banyak orang. Perasaan paling dominan yang dialami partisipan adalah rasa nyaman terhadap diri, memperoleh kedamaian dalam diri serta dapat menikmati hidup.

Menyadari diri sebagai waria karena lebih menyukai permainan perempuan

- Menikmati dorongan dan menjalainya

- Diingatkan oleh orang tua namun tetap dijalani karena menyukai

- Digoda dan dilecehkan di lingkungan

- Mengalami penolakan dan diperlakukan kasar oleh saudara

- Menyadari diri sebagai waria merupakan kodrat, memilih meninggalkan keluarga dan hidup mandiri Muncul ketertarikan seksual

terhadap laki-laki

Masih menerima pandangan negatif dari lingkungan, waria sebagai objek pelecehan

- Nyaman terhadap diri

- Damai dan memperoleh nilai positif

- Membuktikan bahwa waria memiliki kegiatan positif

- Dapat bermasyarakat dan mengasuh anak

- Ingin berguna bagi komunitas waria

- Berani mengubah profesi

- Mendirikan yayasan untuk mewadahi komunitas waria

- Merasa peduli dan bertanggung jawab terhadap komunitas waria

- Tidak senang dengan pekerjaan sebelumnya

Keinginan untuk berpenampilan sebagai waria semakin kuat: menyadari, menjalani dan menikmatinya

- Menikmati hidup

- Menanggungsegala resiko dengan sepenuh hati

- Tetap menjalani dan menikmati yang dialami

- Bertindak atas dasar kesadaran dan pilihan

- Diterima oleh keluarga

- Pandangan masyarakat terhadap waria mulai berubah

- Pandangan negatif terhadap waria mulai berkurang

3. Partisipan 3

a. Kategorisasi Data

a.1 Awal menyadari diri sebagai waria No. Baris Kata Kunci

4 - 7 Dibully oleh teman sebaya sehingga mengetahui bahwa dirinya berbeda

Partisipan menyadari diri sebagai waria karena adanya ejekan dari teman sebaya ketika kecil karena berperilaku layaknya perempuan dengan jenis kelaminnya yang sebagai laki-laki

a.2 Perasaan terhadap diri sendiri No. Baris Kata Kunci

73 - 74 Menyadari dan meyakini bahwa dirinya adalah seorang waria

Partisipan menerima dirinya yang memiliki kecenderungan seperti perempuan

a.3 Reaksi terhadap diri sendiri No. Baris Kata Kunci

12 - 17 77 – 83

Menerima diri sejak kecil karena diajarkan oleh ibu Merasa dirinya seperti perempuan sehingga berteman dengan perempuan dan memiliki ketertarikan seksual pada laki-laki

Partisipan dapat menerima dirinya dengan bantuan ibunya, semakin merasa diri seperti perempuan ketika lebih banyak berteman dengan perempuan dan memiliki ketertarikan seksual terhadap laki-laki

a.4 Reaksi yang diterima dari lingkungan No. Baris Kata Kunci

4 – 7 34 – 44

56 – 60

Dibully oleh teman sebaya

Diberi pengertian oleh ibunya bahwa dirinya berbeda dan menerima pengertian dan tidak ada tekanan dari keluarga

Biasanya orang yang mengejek adalah yang tidak mengenal partisipan

Partisipan menerima reaksi yang berbeda di lingkungannya, yakni diejek oleh teman sebaya dan orang yang tidak dikenal, namun mendapat penerimaan dan pengertian dari pihak keluarga

a.5 Tanggapan terhadap reaksi lingkungan No. Baris Kata Kunci

19 – 22 Melawan, namun dinasehati oleh ibu untuk tidak menanggapi sehingga menjadi biasa saja terhadap reaksi orang lain

Partisipan tidak lagi menanggapi reaksi lingkungan dengan impulsif setelah diberi pengertian oleh ibunya

a.6 Cara menampilkan diri kepada lingkungan ketika dewasa No. Baris Kata Kunci

94 - 104

134 – 136

Mulai menampilkan diri seperti perempuan dengan menggunakan jarik dan kebaya serta rambut panjang Tidak mau menggunakan celana ketika mengajar Partisipan mulai menampilkan diri secara fisik seperti perempuan ketika bekerja dan tidak ingin menampilkan diri seperti laki-laki

a.7 Reaksi yang diterima dari lingkungan No. Baris Kata Kunci

108 – 114

125 – 128

Dipandang aneh oleh murid dan teman guru, namun setelah saling berkenalansemakin diterima

Merasa ditakuti oleh guru-guru lain saat berkomunikasi

Partisipan menerima reaksi yang kurang menyenangkan dari lingkungan tempat bekerja namun diterima setelah saling mengenal

a.8 Tanggapan terhadap reaksi lingkungan No. Baris Kata Kunci

117 – 121

132 - 134

Ingin marah terhadap reaksi murid, namun diredam karena merasa harus memberikan teladan

Mengikuti kegiatan keagamaan di masyarakat dengan tetap menampilkan diri sebagai waria

Dalam menanggapi reaksi lingkungan, partisipan dapat mengontrol emosinya, tetap mempertahankan tampilkan diri sebagai waria dan bergabung dengan masyarakat lewat kegiatan keagamaan

a.9 Reaksi yang diterima di lingkungan sekarang No. Baris Kata Kunci

341 – 344 Masih ada diskriminasi dan stigma yang diterima dari masyarakat yang sulit diubah

Partisipan masih memperoleh diskriminasi dan stigma dari masyarakat umum

a.10 Pandangan terhadap diri sendiri sekarang No. Baris Kata Kunci

379 391– 393

Merasa sangat nyaman terhadap diri

Bangga terhadap diri, nyaman dan pas terhadap apa yang dilakukan sekarang

Partisipan merasa lebih nyaman dan bangga terhadap diri dan apa yang dilakukannya sekarang

a.11 Perasaan terhadap diri sendiri No. Baris Kata Kunci

401 – 406 Semakin nyaman dengan diri, penerimaan diri semakin baik dan semakin bijak menanggapi reaksi dari lingkungan

Partisipan merasa nyaman dan memiliki penerimaan diri yang lebih baik dan reaksi lingkungan tidak ditanggapi secara impulsive

a.12 Proses mencapai kenyamanan diri No. Baris Kata Kunci

418 – 427 Berdamai dengan diri sendiri serta menerima diri apa adanya. Juga didukung dengan pasrah dan ibadah kepada Tuhan dan komunikasi yang baik dengan sesama.

Kenyamanan diri diperoleh partisipan dengan menerima diri sendiri, beribadah dan pasrah kepada Tuhan, serta membangun komunikasi yang baik sesama

b. Analisis Naratif i. Awal

Partisipan telah menerima perlakuan negatif dan ejekan dari teman sebayanya sejak kecil. Hal ini justru membuat partisipan menyadari bahwa dirinya memang berbeda dari anak laki-laki pada umumnya. Sewaktu kecil, partisipan menanggapi ejekan teman sebayanya secraa lebih impulsif. Namun partisipan memperoleh dukungan dan pengertian dari orang tua, terutama ibu, untuk tidak terlalu menanggapi ejekan dari teman-temannya. Partisipan merasa terbantu dalam menerima diri karena adanya pengertian oleh ibunya bahwa dirinya berbeda. Ibu partisipan dianggap memiliki peranan pentingkarena membantu menjelaskan kepada lingkungan mengenai diri partisipan. Di samping itu, partisipan cenderung membangun pertemanan dengan perempuan dan memiliki ketertarikan seksual kepada laki-laki. Perlakuan negatif yang diterima oleh partisipan cenderung diperoleh dari orang yang tidak mengenal partisipan. Saat itu, partisipan telah menyadari dan meyakini bahwa dirinya merupakan seorang waria sehingga partisipan tidak menanggapi perlakuan negatif yang diterimanya. Partisipan dapat menerima dirinya yang memiliki

Dokumen terkait