BAB II LANDASAN TEORI
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
D. Hasil Analisis Deskriptif
Analisis dskriptif dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung hasil persepsi dari masing-masing responden terhadap item pernyataan yang diajukan, kemudian mengkategorikan hasilnya menurut jumlah atau persentase dari skor yang sudah dihitung. Setelah itu hasil penghitungan dijumlahkan secara keseluruhan untuk mengetahui hasil penelitian.
Untuk mengetahui hasil selengkapnya dari analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV.8
Persepsi Nasabah Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Perbankan Syariah Terhadap Bentuk-Bentuk Pembinaan Nasabah
No Pernyataan Skor Jumlah
Responden Jumlah Nilai Rata-Rata Nilai Kategori 1 2 3 4 5
1. Pembinaan dilakukan melalui kunjungan langsung dengan memantau perkembangan UMKM secara berkala.
- - - 21 9 30 129 4,.30 Setuju
2. Pembinaan dilakukan melalui review laporan kinerja (laporan keuangan, laporan portofolio, NPF ) yang dilakukan secara berkala.
- - 4 21 5 30 121 4,03 Setuju
3. Bimbingan teknis (Bintek) terkait dengan organisasi UMKM dilakukan secara berkala.
- 4 17 9 - 30 95 3,17 Ragu-Ragu
4. Bimbingan teknis (Bintek) terkait dengan usaha UMKM dilakukan secara berkala.
- 2 18 10 - 30 99 3,30 Ragu-Ragu
pengelolaan administrasi keuangan UMKM dilakukan secara berkala.
6. Peningkatan kemampuan usaha UMKM melalui pengadaan training terkait dengan strategi marketing (Price, Product, Promotion, Place) yang dibutuhkan oleh UMKM.
- - - 22 8 30 128 4,27 Setuju
7. Peningkatan kemampuan usaha UMKM melalui pengadaan training terkait dengan
managemen control yang dibutuhkan oleh UMKM.
- - 8 21 1 30 112 3,73 Setuju
8. Peningkatan kemampuan usaha UMKM melalui pengadaan training terkait dengan Sumber Daya Manusia yang dibutuhkan oleh UMKM.
- - 3 25 2 30 119 3,97 Setuju
9. Peningkatan kemampuan usaha UMKM melalui pengadaan training terkait dengan Sistem Informasi Akuntansi yang dibutuhkan oleh UMKM.
10. Peningkatan kemampuan usaha UMKM melalui pengadaan training terkait dengan Sistem Informasi Managemen yang dibutuhkan oleh UMKM.
- 5 6 17 2 30 106 3,53 Setuju
11. Peningkatan kemampuan usaha UMKM melalui pengadaan training terkait dengan pelaporan kinerja yang dibutuhkan oleh UMKM.
- - 6 21 3 30 115 3,83 Setuju
12. Sosialisasi terkait dengan skim pembiayaan / pendanaan diperlukan guna perkuatan permodalan UMKM dilakukan secara berkala.
- - - 20 10 30 130 4,33 Setuju
13. Pemberian fasilitas khusus terkait dengan jaminan pembiayaan yang diperoleh guna perkuatan permodalan UMKM.
- - 5 21 4 30 119 3,97 Setuju
14. Pemberian fasilitas khusus terkait dengan jumlah pembiayaan yang diperoleh guna perkuatan permodalan UMKM.
15. Pemberian fasilitas khusus terkait dengan bagi hasil atas pembiayaan yang diperoleh guna perkuatan permodalan UMKM.
- 9 10 11 - 30 92 3,07 Ragu-Ragu
16 Pemberian fasilitas khusus terkait dengan jangka waktu pengembalian pembiayaan yang diperoleh guna perkuatan permodalan UMKM.
- 7 8 15 - 30 98 3,27 Ragu-Ragu
Pada tabel IV.8 menunjukkan bahwa secara keseluruhan tanggapan atau persepsi responden sebagai nasabah UMKM perbankan syariah terhadap bentuk-bentuk pembinaan nasabah dapat disimpulkan dalam kategori setuju, hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai akhir yaitu sebesar 3,74. Hasil ini dapat dikatakan bahwa PT. Bank Muamalat Indonesia telah melakukan pembinaan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada nasabah dalam rangka pemberian bimbingan, bantuan perkuatan permodalan, dan peningkatan kemampuan nasabah walaupun dengan proporsi yang berbeda-beda untuk masing-masing pernyataan. Pernyataan no. 1 sebanyak 21 responden menjawab setuju dan 9 responden menjawab sangat setuju, dengan rata-rata nilai 4,30. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pembinaan yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia dalam rangka melakukan pemantauan secara langsung melalui kunjungan kepada nasabah telah dilakukan secara efektif dan efisien. Kunjungan ini dilakukan oleh pihak bank minimal satu kali dalam satu bulan, dimana dari kunjungan tersebut bertujuan untuk:
1. Terciptanya komunikasi yang baik dengan nasabah. Sehingga akan menciptakan suatu hubungan kemitraan antara pihak bank dengan nasabah atau antara shahibul maal dengan mudharib.
2. Pertumbuhan dan produktivitas asset UMKM dapat terpantau.
3. Mengetahui perkembangan UMKM, berikut dengan masalah dan kendala-kendala yang dihadapi dalam menjalankan usahanya.
Pernyataan no.2 terkait dengan upaya pembinaan yang dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia melalui review laporan kinerja diketahui dalam tabel IV.8
bahwa terdapat 21 responden memberi tanggapan setuju dan 5 responden memberi tanggapan sangat setuju. Menurut pendapat responden review ini dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indoensia setelah tutup buku tahunan melalui laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT), yang meliputi laporan keuangan KJKS, Laporan kolektibilitas KJKS, Laporan portofolio pembiayaan KJKS, laporan likuiditas KJKS, sampai pada Laporan Pertanggungjawaban Pengurus, dan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja (RAPB). Hal ini sangat dirasakan manfaatnya oleh nasabah karena selain untuk memantau perkembangan finansial KJKS, juga untuk memantau rasio-rasio kesehatan KJKS.
Pada tabel IV.8 pernyataan 3-5 menunjukkan bahwa sebagian responden memberi tanggapan ragu-ragu atas pernyataan yang diajukan peneliti kepada responden terkait dengan bimbingan teknis yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia kepada nasabahnya. Sebagian responden yang memberi tanggapan tidak setuju, mereka memberikan pendapat bahwa bimbingan teknis membutuh biaya yang cukup besar, sehingga menjadi beban bagi KJKS, selain itu mereka juga berpendapat bahwa pengadaan bintek terlalu banyak menyita waktu dan tenaga bagi pengelola KJKS. Sedangkan dari responden yang memberi tanggapan setuju atas pernyataaan yang diajukan oleh peneliti, mereka berpendapat bahwa salah satu bentuk bimbingan Teknis PT. Bank Muamalat Indonesia yang bekerjasama dengan KJKS melalui Baitul Maal Muamalat (BMM) ikut berperan aktif dalam penyusunan dan pembuatan petunjuk dan pelaksanaan Sistem Oprasional Prosedur ( SOP) dan Sistem Oprasional Manajemen (SOM), serta Ketentuan teknis lainnya.
Pada table IV.8 untuk pernyataan no 6-11 terkait dengan upaya pembinaan PT. Bank Muamalat Indonesia dalam rangka meningkatkan kemampuan bagi pengelola KJKS melalui training yang difasilitasi, secara umum responden memberi tanggapan setuju. Training atau pelatihan yang dilakukan terkait dengan strategi marketing, managemen control, pemberdayaan dan peningkatan sumber daya insani , pemutakhiran sistem teknologi dan informasi, dan terkait dengan pelaporan kinerja KJKS dilakukan dengan bekerjasama dengan lembaga penyelenggaraan LPDB melalui PT. Microfin Indonesia. Sedangkan untuk pernyataan no 9-11 terdapat responden yang memberi tanggapan tidak setuju mereka berpendapat bahwa:
1. Pelatihan tersebut hanya dilakukan untuk beberapa peserta, dan sangat terbatas.
2. Pelatihan yang dilakukan membutuhkan biaya yang cukup besar.
3. Rata-rata KJKS belum terlalu menerapkan SPI, dan pelaporan yang memadai. Pembiayaan yang diberikan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia diberikan kepada KJKS yang telah memiliki portofolio dan kemampuan skill serta
knowledge yang baik dalam mengelola jasa keuangan syariah. Untuk pernyataan no 12-16 terkait dengan adanya sosialisasi terkait dengan informasi perkuatan permodalan dan beberapa fasilitas khusus untuk nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia, secara rata-rata responden memberi tanggapan setuju. Hal ini didasarkan pada pendapat responden bahwa beberapa kemudahan yang diperoleh antara lain:
1. Kemudahan dalam persyaratan dan prosedur dalam proses pengajuan perkuatan permodalan KJKS.
2. Kemudahan dalam negosiasi antara jumlah pengajuan perkuatan permodalan yang bisa diatas jaminan yang diberikan nasabah KJKS.
3. Adanya fasilitas asuransi bagi nasabah pembiayaan terkait dengan modal yang diperoleh dari PT. Bank Muamalat Indonesia.
Untuk pernyataan no. 15-16 terdapat responden yang memberi tanggapan tidak setuju untuk pernyataan yang diajukan. Mereka berpendapat bahwa terkait dengan bagi hasil merupakan kebijakan internal PT. Bank Muamalat Indonesia yang tidak bisa ubah. Selain itu mereka berpendapat bahwa hal tersebut sulit untuk dinegosiasikan dengan pihak terkait. Sedangkan untuk masalah jangka waktu pengembalian, hal tersebut sudah menjadi satu rangkaian kesepakatan yang dikeluarkan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, serta juga menyesuaikan kewajiban lembaga terhadap perbankan.
BAB V