• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisis data diperoleh dari data kondisi awal, siklus I, dan siklus II yang meliputi data tes evaluasi siswa pada akhir siklus. Dari data tersebut kemudian dianalisis dengan membandingkan data pada tiap siklus yaitu dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Berdasarkan hasil penelitian yang dikakukan di SD Kanisius cungkup Salatiga diketahui bahwa dari hasil belajar siswa kelas 1 dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran STAD.

Berhasil atau tidaknya model pembelajaran STAD dapat dilihat dari hasil belajar PKn siswa. Hasil belajar diperoleh dari hasil tes evaluasi siswa dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Hasil tes evaluasi siswa kondisi awal diperoleh dari data hasil tes siswa kelas I. Sedangkan data pada siklus I dan siklus II diperoleh dari tes evaluasi akhir siklus.

a) Kondisi Awal

Kondisi awal diperoleh dari data hasil tes PKn siswa kelas I. Data hasil ulangan PKn dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.12

Destribusi Frekuensi Hasil Belajar PKn Kondisi Awal

No. Rentang

Nilai Frekuensi Persentase

Keterangan Ketuntasan Jumlah 1. 80-94 4 19 % Tuntas 8 2. 65-79 4 19 % Tuntas 3. 50-64 12 57 % Tidak tuntas 13 4. 35-49 0 0 % - 5. 20-34 1 5 % Tidak tuntas Jumlah 21 100 % Nilai Rata-rata 64,3

Nilai maks. 94

Nilai min. 20

Berdasarkan tabel 4.12 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran PKn dapat dikatakan hasil belajar masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran yaitu dibawah KKM 65. Dari tabel tersebut diketahui skor nilai antara 20-24 frekuensinya ada 1 dengan persentase 5% dari jumlah keseluruhan siswa, 45-54 frekuensinya ada 4 dengan persentase 19% dari jumlah keseluruhan siswa, skor nilai anatara 55-64 frekuensinya ada 8 dengan persentase 40% dari jumlah keseluruhan siswa, dan skor nilai antara 65-74 frekuensinya ada 2 dengan persentase 9% dari jumlah keseluruhan siswa, skor nilai 75-84 frekuensinya 3 dengan persentase 14% dari jumlah keseluruhan siswa, skor nilai 85-94 frekuensinya 3 dengan persentase 14% dari jumlah keseluruhan siswa, nilai 95-100 frekuensinya 0 dengan persentase 0% dari jumlah siswa dan dapat dilihat pada daftar nilai siswa (terlampir).

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) data hasil perolehan nilai kondisi awal dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.13

Tabel 4.13

Ketuntasan Belajar Kondisi Awal No. Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase (%) 1. Tuntas 8 39 2. Belum tuntas 13 61 Jumlah 21 100

Ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 13 siswa atau 61%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 8 siswa dengan persentase 39%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan diatas KKM lebih sedikit daripada jumlah siswa yang tidak tuntas. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.13 dapat dilihat pada diagrma 4.1 berikut:

Diagram 4.1

Ketuntasan Belajar Kondisi Awal b) Siklus I

Hasil belajar PKn siswa kelas SD Kanisius Cungkup diperoleh dengan mengadakan tes evaluasi diakhir siklus yaitu pada pertemuan ketiga. Dari hasil tes tersebut diketahui terjadi peningkatan hasil belajar PKn. Hasil belajar PKn siswa kelas 1 SD Kanisius Cungkup pada Kompetensi Dasar menerapkan hidup rukun dalam perbedaan disajikan pada tabel daftar nilai PKn (terlampir), dan berikut disajikan pada tabel 4.14.

39%

61%

tuntas 39%

tidak tuntas 61%

Tabel 4.14

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKn Siklus I No. Rentang

Nilai Frekuensi Persentase

Keterangan Ketuntasan Jumlah 1. 86-93 3 14 % Tuntas 16 2. 78-85 7 33 % Tuntas 3. 70-77 6 29 % - 5 4. 62-69 0 0 % - 5. 53-61 5 24 % Tidak tuntas Jumlah 21 100% Nilai Rata-rata 74,7 Nilai maks. 93 Nilai min. 53

Berdasarkan tabel 4.14 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran PKn dapat dikatakan bahwa hasil belajar PKn siswa kelas 1 mengalami peningkatan dari kondisi awal, ditandai dengan nilai rata-rata hasil belajar kondisi awal meningkat menjadi 74,7, untuk nilai tertinggi menjadi 93 sedangkan untuk nilai terendah 53.

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) data hasil perolehan nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.15 berikut:

Tabel 4.15

Ketuntasan Belajar Siklus I No. Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase (%) 1. Tuntas 16 76 2. Belum tuntas 5 24 Jumlah 21 100

Ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 5 siswa atau 24%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 16 siswa dengan persentase 76%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan diatas KKM lebih banyak dari pada jumlah siswa yang tidak tuntas, namun indikator kinerja hasil belajar yang peneliti tentukan belum tercapai yaitu 80%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.15 dapat dilihat dapat dibuat diagram yang tertuang pada diagram 4.2 berikut:

Diagram 4.2

Ketuntasan Belajar siklus I

76%

24%

tuntas 76%

belum tuntas 24%

c) Siklus II

Hasil belajar PKn siswa kelas 1 SD Kanisius Cungkup pada Kompetensi Dasar menerapkan hidup rukun dalam perbedaan disajikan pada tabel daftar nilai PKn (terlampir), dan berikut disajikan pada tabel 4.16 yaitu tentang distribusi frekuensi nilai PKn, siswa kelas 1 SD Kanisius Cungkup Tahun Pelajaran 2015/2016.

Tabel 4.16

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar PKn Siklus II

No. Rentang

Nilai Frekuensi Persentase

Keterangan Ketuntasan Jumlah 5. 94-100 3 14 % Tuntas 21 6. 87-93 7 33 % Tuntas 7. 80-86 9 43 % Tuntas 8. 73-79 1 5 % Tuntas 9. 66-72 1 5 % Tuntas Jumlah 21 100% Nilai Rata-rata 87,3 Nilai maks. 100 Nilai min. 66

Dilihat dari tabel 4.16 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran PKn dapat dikatakan bahwa hasil belajar PKn siswa kelas I mengalami peningkatan dari hasil belajar siklus I, ditandai dengan nilai rata-rata yang meningkat menjadi 87,3 untuk nilai tertinggi menjadi 100 sedangkan untuk nilai terendah 66.

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) data hasil perolehan nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.17.

Tabel 4.17

Ketuntasan Belajar Siklus II No. Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase (%) 1. Tuntas 21 100 2. Belum tuntas 0 0 Jumlah 21 100

Ketuntasan belajar siswa pada siklus II dapat diketahui bahwa tidak ada siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 21 siswa dengan persentase 100%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mengalami ketuntasan diatas KKM lebih banyak daripada jumlah siswa yang tidak tuntas, ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.17 dapat dilihat dapat dibuat diagram 4.3 berikut:

Diagram 4.3

Ketuntasan Belajar siklus II

100%

tuntas 100%

belum tuntas 0%

d) Analisis Komparatif

Pada analisis komparatif ini akan diuraikan tentang perbandingan hasil belajar dan ketuntasan belajar PKn siswa kelas 1 dari kondisi awal, siklus I dan siklus II untuk mengetahui peningkatan hasil belajar. Perbandingan hasil belajar siswa ditunjukkan pada tabel 4.18 berikut.

Tabel 4.18

Perbandingan Nilai Hasil Belajar PKn Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II No. Ketuntasan

Belajar

Skor Kondisi awal Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Belum Tuntas < 65 13 62 5 24 0 0 2. Tuntas 65 8 38 16 76 21 100 Jumlah 21 100 21 100 21 100 Skor 94 93 100 Skor 20 53 66 Rata-rata 64,3 74,7 87,3

Berdasarkan tabel di 4.18 nilai rata-rata dari tiap siklus mengalami peningkatan, pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 74,7 yang semula 64,3 pada pembelajaran kondisi awal sedangkan pada siklus II nilai rata-rata menjadi 87,3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:

Diagram 4.4

Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar PKn Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Sedangkan ketuntasan hasil belajar PKn dapat dijelaskan bahwa pada kondisi awal ada 13 siswa (62%) yang belum tuntas karena mendapat nilai di bawah KKM (65), sedangkan 8 siswa (38%) telah tuntas karena mendapat nilai di atas KKM (65). Pada Siklus I terlihat peningkatan tentang ketuntasan pembelajaran siswa yang cukup banyak dibanding kondisi awal, siswa kelas 1 SD Kanisius Cungkup telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 76% karena dari 21 siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM 65 sebanyak 16 siswa dan 5 siswa lainnya masih memperoleh nilai di bawah KKM. Kemudian tindakan dilanjutkan dengan Siklus II agar ketuntasan belajar PKn siswa bisa mencapai lebih dari indikator kinerja yang diharapkan yaitu 80%. Pembelajaran PKn pada siklus II siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM yang ditentukan yaitu 65 sebanyak 21 (100%). Perbandingan ketuntasan belajar tiap siklus dapat dilihat pada gambar diagram 4.5 di bawah ini:

64.7 74.7 87.3

0 20 40 60 80 100

kondisi awal siklus 2 siklus 3

Peningkatan Rata-Rata Hasil Belajar PKN

Diagram 4.5

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar PKn Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

4.3 Pembahasan

Pada siklus 1 proses dan hasil belajar PKn siswa kelas I meningkat seiring dengan diterapkannya model pembelajaran STAD pada aktivitas siswa selama pembelajaran, yaitu rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus I adalah 81,5 dan rata-rata hasil observasi aktivitas siswa siklus I adalah 83,5. Dalam hal ini siswa dapat lebih berpartisipasi aktif untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan bekerjasama dalam kelompok. Peningkatan proses dan hasil belajar hasil belajar PKn dengan menerapkan model pembelajaran STAD juga dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai hasil tes evaluasi dari tiap-tiap siklus. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, hasil belajar PKn siswa kelas 1 sudah mengalami peningkatan nilai rata-rata siswa 74,7. Ketuntasan siswa pada siklus I juga sudah meningkat dari 21 siswa, siswa yang tuntas atau di atas KKM berjumlah 16 siswa atau 76% dan siswa yang tidak tuntas berkurang menjadi 5 siswa atau 24%. Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa pembelajaran sudah meningkat tetapi hasil tersebut

8 16 21 13 5 0 0 5 10 15 20 25

kondisi awal siklus 1 siklus 2

ju m lah s is wa tuntas belum tuntas

masih dibawah indikator keberhasilan, karena indikator keberhasilan yang ditetapkan adalah 80%.

Hasil analisis lembar observasi kinerja guru pada siklus II dan aktivitas siswa semakin meningkat. Rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus II yaitu 89 dan rata-rata hasil observasi aktivitas siswa siklus I yaitu 90,5. Pada pembelajaran siklus II ini indikator kinerja hasil belajar yang peneliti tentukan telah tercapai, yaitu nilai rata-rata hasil tes PKn mencapai 87,3 sementara indikator kinerja yang ditentukan sebesar 80%, untuk persentase ketuntasan juga telah tercapai yaitu sebesar 100% dengan jumlah siswa yang tuntas diatas KKM sebanyak 21 siswa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari 21 siswa kelas 1 SD Kanisius Cungkup.

Peningkatan hasil belajar ini terjadi karena model pembelajaran STAD dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru. Dalam pembelajaran ini guru dibantu dengan media belajar sehingga siswa dapat lebih mudah mengerti. Siswa bekerja secara tim, adanya tim dalam pembelajaran ini memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar. Hal ini juga membuat siswa merasa senang, tidak tegang dan takut selama pelajaran berlangsung. Selain itu adanya penghargaan yang diberikan pada tim yang menang, dapat menumbuhkan persaingan antar tim dan membuat siswa menjadi semangat untuk belajar. Dengan suasana yang demikian sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar.

Berdasarkan uraian penelitian yang telah disajikan, maka penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran PKn pada kelas 1 Semester II SD Kanisius Cungkup Tahun Pelajaran 2015/2016 membuktikan adanya peningkatan hasil belajar PKn. Berdasarkan hasil penelitian Seno (2011) peningkatan hasil belajar mencapai 80%, hasil penelitian Heri Tri Guntari (2012) peningkatan hasil belajar sebesar 90%. Dalam penelitian ini ketuntasan belajar mencapai 95%. Jadi ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan kinerja guru dan aktivitas siswa terhadap hasil belajar siswa. Karena sesuai dengan kajian teori sebelumnya bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD bertujuan bahwa partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran akan meningkatkan hasil belajarnya. Selain itu

dengan pembelajaran kooperatif bisa memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman yang baik secara individu maupun kelompok Johnson & Johnson (dalam Trianto 2011:57).

Berdasarkan dari hasil analisis data, dapat dilihat beberapa temuan, diantaranya kualitas pembelajaran yang dilaksanakan selama peneltian dari kondisi awal sampai siklus II. Guru hanya sebagai fasilitator siswa dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini guru sudah mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat bekerja sama dalam kelompok. Sehingga dapat menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis dan kemampuan komunikasi yang dapat terlihat dari solidaritas siswa selama pelaksanaan pembelajaran PKn. Penggunaan media gambar juga dapat mempengaruhi daya serap siswa. Peran media juga sangat berpengaruh dalam pembelajaran PKn. Melalui media pembelajaran dapat mengurangi kebingungan penjelasan guru. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar pada kondisi awal yang meningkat lebih baik pada siklus I dan lebih meningkat lagi pada silklus II dimana semua siswa memperoleh nilai di atas KKM (65).

Oleh karena itu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif menurut siswa lebih mudah dalam memahami materi PKn serta proses pembelajaran terasa lebih menyenangkan. Dengan meningkatnya hasil belajar PKn berdasarkan data-data yang telah diuraikan di atas, maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terbukti berhasil dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas 1 SD Kanisius Cungkup Salatiga.

Dokumen terkait