• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Analisis Regresi Berganda Hubungan Status hara tanah dengan Produksi Salak. Salak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Hasil Analisis Regresi Berganda Hubungan Status hara tanah dengan Produksi Salak. Salak

a. Tanaman berproduksi tinggi (PT1)

Untuk mengetahui hubungan status hara dengan produksi salak serta mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi produksi dilakukan analisis berganda dengan uji stepwise dapat dilihat pada lampiran 23. Hasil analisis diperoleh seperti persamaan pada tabel berikut:

Ŷ=20.948–0,421pH-10.660N-0,014P-0,521K+1.777Mg R = 0,629 R2 = 0,395 ns

Pada persamaan dapat dilihat bahwa status hara mempunyai korelasi sedang pada tanaman berproduksi Tinggi (PT1) dengan determinasi 39,5%. Hal ini berarti

bahwa 39,5% produksi pada tanaman berproduksi Tinggi dipengaruhi status hara sedangkan 61,5% ditentukan faktor lain.

Dari hasil analisis regresi diatas diketahui bahwa pH, Nitrogen dan Fosfor merupakan faktor yang memiliki hubungan negatif dengan produksi pada tanaman berproduksi Tinggi (PT1). Hal ini berarti bahwa kondisi pH, kadar Nitrogen, dan Fosfor tanah memberikan pengaruh negatif terhadap produksi dimana kondisi status pH, Nitrogen dan Fosfor tanah cendrung menurunkan produksi tanaman. Terjadinya hubungan negatif status hara pada tanaman berproduksi Tinggi(PT1) diduga disebabkan kondisi pH, kadar N-total dan P-tersedia tanah belum optimal pada tanaman tersebut dan bilamana kondisi pH dan hara tersebut ditingkatkankan akan memberikan pengaruh yang positif menaikkan produksi tanaman. Sebagaimana Suharno dkk (2007), menjelaskan keberadaan unsur nitrogen sangat penting terutama kaitannya dengan pembentukan klorofil. Klorofil dinilai sebagai “mesin” tumbuhan karena mampu mensintesis karbohidrat yang akan menunjang pertumbuhan tanaman. Keberadaan nitrogen dalam struktur tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama ketersediaan air. Untuk membentuk klorofil dibutuhkan ATP (energi ) yang cukup tinggi untuk assimilasi CO2 juga diperlukan enzim yang sebagian besar berupa protein. Selanjutnya Efendi (2010), juga menyatakan bahwa secara umum pertumbuhan dan hasil tanaman ditentukan oleh status hara dan lingkungan komoditas itu dikembangkan. Tanah dinyatakan susbur bila dapat menyediakan hara dalam jumlah cukup dan seimbang aerta mempunyai aerasi optimum (Jumin, 2002).

b. Tanaman berproduksi sedang (PT2)

Untuk mengetahui hubungan status hara dengan produksi salak pada tanaman berproduksi sedang (PT2) dilakukan analisis berganda dengan uji Regresi korelasi dapat dilihat pada lampiran 24. Hasil analisis diperoleh seperti persamaan berikut :

Ŷ=-25.115+6.62pH+30.780N-0,47P+5.536K+6.393Mg R = 0,803 R2 = 0,644 ns

Dari persamaan regresi diatas diketahui bahwa status hara mempunyai korelasi kuat pada tanaman berproduksi sedang (PT2) dengan determinasi 64,4%. Yang berarti bahwa 64,4% produksi pada tanaman berproduksi sedang ditentukan faktor status hara sedangkan 36,6% ditentukan faktor lain. Pada Tanaman berproduksi sedang (PT2) terlihat bahwa kadar Nitrogen dan fosfor tanah merupakan faktor yang memiliki hubungan yang negatif dengan produksi tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa kadar Nitrogen dan Fosfor tanah tersebut belum ideal untuk produksi yang optimal dan bilamana kadar hara tersebut berimbang akan dapat meningkatkan produksi tanaman. Terjadinya hubungan yang negative antaraNitrogen, Fosfor dengan produksi diduga disebabkan kadar Nitrogen dan fosfor tanah yang tidak berimbang dengan unsure lain sehingga memberikan pengaruh negative terhadap produksi tanaman walaupun kadar Nitrogen dan Fosfor tanah tergolong kriteria sedang.

Jumin (2002) menyatakan bahwa tanah dinyatakan subur bila dapatmenyediakan hara dalam jumlah cukup dan seimbang serta mempunyai aerasi optimum.

c. Tanaman berproduksi rendah (PT3)

Untuk mengetahui hubungan status hara dengan produksi salak pada tanaman berproduksi tinggi (PT3) dilakukan analisis berganda dengan uji Regresi korelasi dapat dilihat pada lampiran 25. Hasil analisis diperoleh seperti persamaan berikut :

Ŷ=18.748-0.773pH–5.812N-697P +5.726K+8.210Mg R = 0,863 R2 = 0,744 ns

Dari persamaan regresi diatas diketahui bahwa status hara mempunyai korelasi kuat pada tanaman berproduksi rendah (PT3) dengan determinasi 74,4%. Yang berarti bahwa 74,4% produksi tanaman berproduksi rendah ditentukan factor status hara sedangkan 26,6% dipengaruhi factor lain. Kemudian terlihat bahwa pH, Nitrogen dan fosfor tanah merupakan fakstor yang dominan mempengaruhi produksi, dengan kata lain rendahnya produksi tanaman pada tanaman berproduksi rendah (PT3) disebabkan oleh faktor pH, Nitrogen, dan Fosfor yang belum ideal atau tidak berimbang untuk produksi yang optimal, kemudian pH memiliki hubungan yang erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman. Munawar (2011) menyatakan banyak unsur di dalam tanah mengalami perubahan bentuk akibat perubahan reaksi di dalam tanah. Hal ini terkait dengan perubahan tingkat kelarutan senyawa dengan unsur-unsur tersebut di dalam tanah dengan pH lingkungan. Oleh karena itu pH tanah bertanggung jawab terhadap ketersediaan hara bagi tanaman.

Kemudian unsur nitrogen merupakan unsur hara makro yangberperan dalam pembentukan sel, jaringan, dan organ tanaman. Ia berfungsi sebagai sebagai bahan sintetis klorofil, protein , dan asam amino. Karena itu kehadirannya dibutuhkan dalam jumlah besar, terutama saat pertumbuhan vegetatif.

Suharno dkk (2007), menjelaskan keberadaan unsur nitrogen sangat penting terutama kaitannya dengan pembentukan klorofil. Klorofil dinilai sebagai “mesin” tumbuhan karena mampu mensintesis karbohidrat yang akan menunjang pertumbuhan tanaman. Keberadaan nitrogen dalam struktur tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa factor terutama ketersediaan air. Untuk membentuk klorofil dibutuhkan ATP (energy)

yang cukup tinggi untuk assimilasi CO2 juga diperlukan enzim yang sebagian besar berupa protein.

Sehubungan dengan fungsi Nitrogen sebagai hara essensial makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak maka kadar hara fosfor juga sangat penting dan essensial sebagai penyusun senyawa kunci dan energy tanaman. Supardi (1983) menerangkan bahwa fosfor mempunyai peranan penting dalam metabolisme energy. Ia diinkorporasikan dalam adenosine trifosfat, ATP yang merupakan bagian dan paket dari “energy umum” semua sel hidup dari species apapun. Fosfor dijumpai juga sebagai fosfolipida termasuk yang terdapat dalam selaput sel, dalam fosfat-gula berbagai nukleotida dan koenzim.

Terjadinya hubungan yang negatif antara Fosfor dengan produksi pada tanaman berproduksi Rendah (PT3) diduga kadar fosfor tanah diduga dipengaruhi status unsur lain yang tidak optimal atau tidak berimbang seperti kadar kalium dan magnesium tanah yang rendah sehingga walaupun kadar fosfor tanah pada tanaman ini termasuk kategori tinggi atau optimal namun tidak memberikan pengaruh yang positif meningkatkan produksi tanaman. Terutama kadar Kalium tanah yang diperoleh pada tanaman berproduksi Rendah (PT3) tergolong rendah yakni 0,20 m.e/100 g bila dibandingkan dengan kadar Kalium tanah ideal yaitu 0,3-0,5m.e/100 g. Sebagaimana diketahui bahwa fosfor dan Kalium dalam tanaman saling ketergantungan, dimana rendahnya Kalium akan menghambat pengangkutan fosfor dari dalam tanah sehingga mempengaruhi produksi tanaman. Taufik (2002) menyatakan Kalium di dalam tanaman dan P saling ketergantungan. Unsur K berfungsi sebagai media transportasi yang membawa dari akar termasuk hara P ke daun dan mentraslokasi assimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman, kurangnya K dalam tanaman dapat menghambat transportasi dalam tanaman

oleh karena itu agar proses transportasi dalam tanaman dapat berlangsung optimal maka K dalam tanaman harus optimal.

4.4.Hasil Analisis Stepwise Hubungan Status hara dengan Produksi Tanaman