• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN ANALISIS

Hasil observasi data primer dan hasil uji coba simulasi di laboratorium dijabarkan lebih detil pada bab ini yang selanjutnya digunakan sebagai alat bantu analisis.

4.1. Hasil Simulasi

Hasil skenario simulasi pada bab ini membahas lebih rinci mengenai tabel hasil simulasi yang telah dijabarkan pada bab 3 dan grafik hasil simulasi.

4.1.1 Hasil Skenario I

Berikut ini hasil skenario simulasi dengan rekayasa trafik MPLS. a. Skenario I - Kondisi Normal

Tabel 3.16 merupakan hasil simulasi skenario kondisi normal pada jaringan IP (non MPLS).Dari Tabel 3.16 diperoleh jalur yang dilewati paket IP saat melintasi jaringan dengan menggunakan protokol routing standar yaitu OSPF. Pada tabel tersebut delay yang ditampilkan yaitu delay antrian pada R7. Delay antrian diukur dari saat paket datang memasuki antrian di buffer suatu node sampai paket tersebut keluar dari buffer tersebut untuk dikirim. Untuk trafik best effort mempunyai delay antrian yang sangat besar dari trafik yang lain. Selain itu, jumlah packet loss sangat besar terjadi di trafik best effort, sedangkan trafik lain terkirim dengan sempurna sampai ke tujuan. Hilangnya paket yang besar pada trafik best effort diakibatkan

terjadi kemacetan pada R7 menuju R12. Pada trafik IP ini tidak terdapat mekanisme reroute, sehingga paket banyak berjatuhan pada R7. Dapat dilihat pada jalur yang dilewati IP, untuk trafik Real Time, Critical, dan Best Effort bertemu pada suatu titik yang sama yaitu R7 dengan tujuan R12. Meski pada R7 terdapat banyak jalur menuju R12, akan tetapi karena pada jaringan IP menggunakan protokol routing default dan standar yaitu OSPF dengan mekanisme jalur terpendek, sehingga dipilihlah oleh protokol tersebut pada jalur yang sama menuju tujuan R12 yaitu R7-R12. Paket yang diterima untuk trafik real time, critical, dan kontrol sebesar jumlah paket yang dikirimkan, sehingga performansi throughput untuk ketiga trafik tersebut sebesar 100%. Sedangkan paket yang diterima trafik best effort hanya 1/8 dari total jumlah paket yang dikirim, sehingga performansi throughput untuk trafik best effort hanya sebesar 12,5%.

Hasil Tabel 3.16 digambarkan secara rinci dalam bentuk grafik performansi throughput, packet loss, dan delay. Gambar 4.1 menunjukkan grafik performansi throughput yang dilihat pada R12 yaitu node terakhir menuju host. Pada performansi throughput di R12 hanya terdapat 3 trafik yang melewati node tersebut yaitu trafik real time, trafik critical, dan trafik best effort. Pada grafik tersebut dapat terlihat bahwa untuk trafik real time dan critical, grafik menunjukkan performansi throughput sebesar 100%, sesuai dengan waktu simulasi.

Gambar 4.1. Grafik Throughput - Skenario I, Kondisi Normal

Gambar 4.2 menunjukkan performansi paket hilang yang terjadi pada trafik best effort pada node R7. Packet loss terjadi karena terjadi penumpukan trafik (over load) pada titik R7.

Gambar 4.3 menunjukkan performansi delay pada jaringan IP. Dapat dilihat bahwa untuk trafik best effort yang berwarna merah mempunyai delay yang lebih besar dibandingkan dengan trafik yang lain. Hal ini disebabkan karena banyaknya antrian yang terjadi di buffer trafik best effort, sehingga delay yang dibutuhkan sangat lama.

Gambar 4.3. Grafik Delay - Skenario I, Kondisi Normal

b. Skenario I - Kondisi Kemacetan (Congestion)

Skenario simulasi kemacetan dititikberatkan terjadi kemacetan pada node R7. Tabel 3.17 merupakan hasil simulasi skenario kondisi kemacetan pada jaringan IP (non MPLS). Hasil Tabel 3.17 menunjukkan jaringan IP saat terjadi kemacetan di titik R7. Untuk jalur yang dilewati IP merupakan jalur yang didapat dari perhitungan protokol routing OSPF yaitu menggunakan mekanisme jarak terpendek. Jalur yang didapat dapat dilihat, hampir semua trafik melewati/bertemu pada jalur yang sama. Dari hasil terlihat bahwa jalur R7-R12 dilewati oleh 6 trafik, sedangkan jalur R6-R13 dilewati oleh 2 trafik. Pada jaringan IP tidak dipersiapkan terlebih dahulu mekanisme

back-up link untuk reroute jika terjadi kemacetan, sehingga, saat terjadi kemacetan pada satu titik yaitu R7, banyak paket yang jatuh/hilang, sehingga throughput yang didapatkan juga tidak dapat maksimal mencapai 100%. Terlihat bahwa terdapat paket hilang yang sangat besar pada 2 trafik jenis best effort.

Gambar 4.4 merupakan performansi throughput yang terjadi pada 4 trafik pada node R12. Sedangkan performansi throughput trafik lainnya pada node lain dapat dilihat pada lampiran. Dapat dilihat bahwa throughput pada trafik BE-1 dan BE-2 tidak mencapai 100%.

Gambar 4.4. Grafik Throughput - Skenario I, Kondisi Kemacetan

Gambar 4.5 merupakan grafik paket hilang untuk trafik BE-1, BE-2, RT-1, dan C-1 pada node R7. Hal ini disebabkan terjadi kemacetan pada titik R7 dan tidak adanya mekanisme backup link untuk reroute, sehingga menyebabkan trafik keempat trafik tersebut mengalami paket hilang sangat besar.

Gambar 4.5. Grafik Paket Hilang - Skenario I, Kondisi Kemacetan

Pada Gambar 4.6, delay sangat tinggi dialami trafik RT-1, RT-2 (real time) dan BE-1, BE-2, BE-3 (best effort). Delay yang tinggi untuk trafik real time sangat tidak baik, karena trafik real time merupakan trafik yang case-sensitive sehingga seharusnya tidak boleh mengalami delay tinggi. Inilah kelemahan jaringan IP tidak dapat membedakan kelas layanan mana yang lebih penting untuk didahulukan dalam pengiriman.

c. Skenario I - Kondisi Kegagalan Link (Link Failure)

Skenario simulasi kegagalan link ini dititikberatkan terjadi link putus pada link antara node R7 dan node R12. Tabel 3.18 merupakan hasil simulasi skenario kondisi kegagalan link pada jaringan IP (non MPLS). Hasil Tabel 3.18 menunjukkan bahwa jalur IP yang dilewati merupakan hasil metrik dari protokol OSPF. Terjadi kegagalan link dalam hal ini terjadi link putus antara jalur R7-R12. Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa jumlah paket diterima untuk 3 jenis trafik yaitu BE, RT, dan C tidak sama dengan jumlah paket yang dikirim. Hal ini berarti throughput yang dicapai untuk ketiga trafik tersebut tidak mencapai 100%. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa jumlah paket hilang sangat banyak sekali, dikarenakan pada pengiriman IP tidak ada mekanisme backup link (reroute) saat terjadi kegagalan link di jaringan. Sedangkan untuk trafik kontrol jumlah paket diterima sama dengan jumlah paket dikirim, dalam hal ini throughput mencapai 100% karena jalur yang dilalui IP tidak melewati titik R7. Sedangkan untuk ketiga trafik yang mengalami packet loss, jalur IP melewati titik R7, sehingga dengan adanya kegagalan link (link putus), maka terjadi kemacetan pada titik R7. Efek dari kemacetan karena link putus ini menyebabkan banyaknya paket hilang. Delay antrian pada node R7 juga sangat besar pada ketiga trafik tersebut karena kemacetan yang terjadi di R7.

Berikut ini grafik performansi throughput, packet loss, dan delay untuk trafik di atas.Gambar 4.7 merupakan grafik throughput untuk semua trafik yang lewat. Dapat terlihat bahwa trafik K mempunyai throughput 100%, sedangkan trafik lainnya melum mencapai throughput 100%.

Gambar 4.7. Grafik Throughput - Skenario I, Kondisi Kegagalan Link

Gambar 4.8 menunjukkan grafik packet loss yang terjadi pada ketiga trafik yaitu trafik C, BE, RT. Trafik BE mempunyai tingkat packet loss yang sangat tinggi, disusul kemudian dengan trafik C, dan trafik RT. Grafik ini merupakan grafik yang datanya diambil pada node R7.

Gambar 4.9 sesuai dengan hasil Tabel 3.18 yang menunjukkan bahwa trafik RT mempunyai delay paling tinggi, kemudian disusul trafik BE, dan trafik C. Untuk trafik K, tidak ada delay antrian. Hal ini juga sesuai dengan data yang diperoleh dalam bentuk tabel. Pada jaringan IP, karena tidak adanya penjaminan kualitas layanan yang baik, maka dapat dilihat bahwa trafik RT yang seharusnya mempunyai delay sangat rendah, justru menunjukkan delay yang sangat tinggi.

Gambar 4.9. Grafik Delay - Skenario I, Kondisi Kegagalan Link

d. Skenario I - Kondisi Link Sibuk (Busy Link)

Skenario simulasi link sibuk ini dititikberatkan terjadi link sibuk pada link antara node R7 dan node R12. Tabel 3.19 merupakan hasil simulasi kondisi link penuh pada jaringan IP (non MPLS). Hasil Tabel 3.19 untuk jalur IP yang dilewati menggunakan hasil perhitungan protokol routing standar yaitu OSPF dengan mekanisme jalur terpendek. Pada skenario busy link, terjadi link sibuk antara R7 dan R12. Dari hasil simulasi ditunjukkan bahwa untuk 4 trafik yaitu BE-1, RT, BE-2, dan

K bertemu pada link yang sama yaitu link R7-R12. Hal ini mengakibatkan link R7- R12 menjadi sangat sibuk untuk melewatkan paket dalam jaringan. Efek dari busy link ini adalah terjadinya kemacetan di R7, karena pada pengiriman IP tidak terdapat mekanisme backup link untuk reroute, sehingga trafik harus menunggu sampai link tersebut dapat tersedia kembali. Dalam masa menunggu, karena kapasitas buffer antrian juga terbatas, mengakibatkan banyaknya packet loss. Dari hasil simulasi didapatkan bahwa terjadi packet loss untuk 2 jenis trafik yaitu BE-2 dan C, sehingga throughput untuk kedua trafik tersebut tidak dapat mencapai 100%.

Gambar 4.10 menunjukkan bahwa trafik RT, K dan BE-1 mempunyai throughput yang bagus yaitu 100%. Sedangkan trafik BE-2 hanya mempunyai throughput sebesar 14,29%. Grafik di atas adalah grafik throughput pada titik R12.

Gambar 4.11 merupakan grafik packet loss untuk 2 (dua) jenis trafik yaitu trafik C dan trafik BE-2, sesuai data yang ditunjukkan pada Tabel 3.19. Untuk trafik critical tingkat packet loss sebesar 50%, sedangkan untuk trafik BE-2 tingkat packet loss sebesar 87,5%. Tingkat packet loss sangat tinggi sekali terjadi pada jaringan IP, hal ini disebabkan tidak adanya backup-link sehingga trafik tidak dapat melakukan reroute ke jalur alternatif. Efeknya adalah terjadi packet loss yang sangat besar karena antrian di buffer sudah tidak mampu menampung banyaknya paket yang datang. Terjadi tumpukan antrian yang besar pada titik R7 karena adanya link sibuk. Pada jaringan IP berlaku prinsip FIFO untuk mode pengirimannya. Sedangkan untuk mekanisme yang digunakan di antrian yaitu drop-tail queue, sehingga paket yang datang terakhir akan dibuang.

Gambar 4.11. Grafik Paket Hilang - Skenario I, Kondisi Link Sibuk

Gambar 4.12 merupakan grafik delay antrian pada titik R7. Ditunjukkan pada Gambar 4.12 bahwa trafik BE-1 mengalami delay yang sangat panjang, yang kemudian disusul dengan trafik RT. Delay terlihat sangat lama pada titik R7, karena

terjadi kemacetan pada titik tersebut yang diakibatkan oleh banyaknya trafik yang memakai jalur R7-R12 (busy link pada R7-R12).

Gambar 4.12. Grafik Delay - Skenario I, Kondisi Link Sibuk

4.1.2. Hasil Skenario II

Berikut ini hasil skenario simulasi yang dilakukan pada jaringan MPLS dengan menerapkan rekayasa trafik.

a. Skenario II - Kondisi Normal

Tabel 3.20 merupakan hasil skenario simulasi kondisi normal pada jaringan MPLS. Pada Tabel 3.20 dimana merupakan tabel hasil simulasi kondisi normal pada jaringan MPLS, terlihat bahwa untuk jalur yang dilalui paket MPLS sudah dirancang sebelumnya, hal ini dinamakan rekayasa trafik. Hasil penerapan rekayasa trafik MPLS ini memperlihatkan hasil paket yang diterima sama dengan jumlah paket yang dikirim, sehingga throughput mencapai 100%. Waktu simulasi juga terlihat lebih pendek daripada waktu simulasi pada jaringan IP untuk kondisi yang sama. Delay terjadi pada trafik critical dan best effort. Untuk trafik kontrol dan real time, delay

nya sangat kecil sekali hampir mendekati 0, sehingga terlihat tidak ada delay. Hal ini sangat bagus sekali untuk trafik kontrol dan real time, karena trafik tersebut merupakan trafik yang memiliki critical proses yang sangat tinggi, sehingga delay harus sangat kecil mendekati 0. Berbeda dengan jaringan IP, dimana delay pada kondisi skenario yang sama terjadi pada trafik RT dan BE. Tingkat packet loss pada jaringan ini juga sangat bagus yaitu 0%. Hal ini menunjukkan bahwa rekayasa trafik MPLS memberikan kualitas layanan yang lebih tinggi daripada jaringan IP.

Berikut ini grafik throughput, packet loss dan delay untuk kondisi normal pada jaringan MPLS.Gambar 4.13 merupakan grafik throughput pada titik R12 dimana pada titik R12 hanya terdapat 3 (tiga) jenis trafik yaitu trafik BE, RT, dan C. Sedangkan grafik throughput pada trafik K dapat dilihat pada titik R10 (terlampir). Grafik diatas menunjukkan tingkat throughput 100%.

Gambar 4.14 merupakan grafik packet loss pada titik R12 dimana pada titik R12 hanya terdapat 3 (tiga) jenis trafik yaitu trafik BE, RT, dan C. Grafik diatas menunjukkan tingkat packet loss 0%.

Gambar 4.14. Grafik Paket Hilang - Skenario II, Kondisi Normal

Gambar 4.15 merupakan grafik delay pada jaringan MPLS. Terlihat bahwa delay untuk trafik BE sangat tinggi.

b. Skenario II - Kondisi Kemacetan (Congestion)

Skenario simulasi kemacetan dititikberatkan terjadi kemacetan pada node R7. Tabel 3.21 merupakan hasil simulasi kondisi kemacetan pada jaringan MPLS. Pada Tabel 3.21 terlihat bahwa jalur yang dilewati paket MPLS (LSP) sudah dirancang terlebih dahulu dengan menggunakan rekayasa trafik. Pada kondisi kemacetan yang terjadi pada R7, dimana semua jalur sangat padat dan kemungkinan untuk trafik lewat pada jalur yang disediakan tersebut sangat kecil, pada jaringan MPLS masih mampu memberikan tingkat performansi kualitas layanan yang lebih bagus daripada jaringan IP. Hal ini terlihat bahwa dari kondisi kemacetan yang sangat tinggi, hanya terjadi packet loss pada trafik BE-3, dengan tingkat packet loss (21.45%). Sedangkan pada kondisi yang sama untuk jaringan IP, dari hasil simulasi menunjukkan bahwa terjadi packet loss pada 4 (empat) jenis trafik yaitu RT-1, C-1, BE-1, dan BE-2. Waktu simulasi pada jaringan MPLS juga lebih pendek daripada jaringan IP. Hal ini benar membuktikan bahwa proses pengiriman paket dengan menggunakan MPLS lebih cepat daripada proses pengiriman paket pada jaringan IP.

Berikut ini grafik throughput, packet loss, dan delay untuk kondisi kemacetan pada jaringan MPLS.Gambar 4.16 merupakan grafik throughput kondisi kemacetan pada jaringan MPLS di titik R12.

Gambar 4.16: Grafik Throughput - Skenario II, Kondisi Kemacetan

Gambar 4.17 merupakan grafik packet loss yang terjadi pada trafik BE-3.

Gambar 4.18 merupakan grafik delay. Untuk beberapa trafik mempunyai delay yang sangat kecil hampir mendekati 0.

Gambar 4.18. Grafik Delay - Skenario II, Kondisi Kemacetan

c. Simulasi II – Kondisi Kegagalan Link (Link Failure)

Skenario simulasi kegagalan link ini dititikberatkan terjadi link putus pada link antara node R7 dan node R12. Tabel 3.22merupakan hasil simulasi kondisi kegagalan link pada jaringan IP (non MPLS).Hasil Tabel 3.22 menunjukkan bahwa jalur paket MPLS sudah dirancang dengan rekayasa trafik. Dari Tabel 3.22 terlihat bahwa meski terjadi kegagalan link di jaringan (link fisik putus) yaitu pada R7-R12, jumlah paket yang diterima dengan rekayasa trafik MPLS besarnya sama dengan jumlah paket yang dikirimkan. Hal ini dikarenakan pada rekayasa trafik MPLS terdapat metode dual-homing yaitu metode backup link dengan melakukan reroute untuk antisipasi jika terjadi kegagalan di jaringan. Sehingga pada saat trafik mendeteksi adanya kegagalan link, maka trafik segera direroute ke jalur lain, sehingga trafik dapat

mencapai tujuan dengan sempurna meskipun jalur reroute yang ditempuh sedikit lebih panjang. Dari hasil simulasi ditunjukkan bahwa throughput mencapai 100% dan tingkat packet loss 0%. Untuk delay antrian pada hasil simulasi di atas merupakan delay antrian pada titik R7 interface 9, karena terjadi kegagalan link pada interface tersebut, maka delay antrian menunjukkan delay 0. Delay antrian terjadi pada titik yang sama dengan interface yang berbeda yang merupakan jalur reroute untuk trafik- trafik tersebut.

Berikut ini grafik throughput, packet loss, dan delay pada kondisi kegagalan link.Gambar 4.19 merupakan grafik throughput untuk semua trafik yang menunjukkan nilai throughput mencapai 100%.

Gambar 4.20 merupakan grafik packet loss untuk semua trafik yang menunjukkan tingkat packet loss 0% sesuai hasil Tabel 3.22.

Gambar 4.20. Grafik Paket Hilang - Skenario II, Kondisi Kegagalan Link

Gambar 4.21 merupakan grafik delay antrian pada titik R7 untuk interface 9 sesuai hasil Tabel 3.22.

Gambar 4.21. Grafik Delay - Skenario II, Kondisi Kegagalan Link d. Skenario II – Kondisi Link Sibuk (Busy Link)

Skenario simulasi link sibuk ini dititikberatkan terjadi link sibuk pada link antara node R7 dan node R12. Tabel 3.23merupakan hasil simulasi kondisi link penuh pada jaringan MPLS.Hasil Tabel 3.23 menunjukkan bahwa jalur paket MPLS

sudah dirancang dengan rekayasa trafik. Dari Tabel 3.23 terlihat bahwa meski terjadi busy link yaitu pada R7-R12, jumlah paket yang diterima dengan rekayasa trafik MPLS besarnya sama dengan jumlah paket yang dikirimkan. Hal ini dikarenakan pada rekayasa trafik MPLS terdapat metode dual-homing yaitu metode back-up link dengan melakukan reroute untuk antisipasi jika terjadi kegagalan di jaringan. Sehingga pada saat trafik mendeteksi adanya kegagalan link, maka trafik segera reroute ke jalur lain, sehingga trafik dapat mencapai tujuan dengan sempurna meskipun jalur reroute yang ditempuh sedikit lebih panjang. Dari hasil simulasi ditunjukkan bahwa throughput mencapai 100% dan tingkat packet loss 0%. Delay antrian terlihat lebih panjang lama daripada delay pada jaringan IP, karena pada titik ini paket sedang melakukan proses reroute yang membutuhkan waktu. Sedangkan waktu simulasi tetap menunjukkan hasil yang lebih pendek daripada waktu simulasi pada jaringan IP untuk kondisi skenario yang sama.

Berikut ini grafik throughput, packet loss, dan delay untuk skenario busy link pada jaringan MPLS. Gambar 4.22 merupakan grafik throughput untuk semua trafik yang mencapai tingkat throughput 100%.

Gambar 4.23 merupakan grafik packet loss untuk semua trafik yang mencapai tingkat packet loss 0%.

Gambar 4.23. Grafik Paket Hilang - Skenario II, Kondisi Link Sibuk

Gambar 4.24 merupakan grafik delay untuk semua trafik yang menunjukkan delay yang sangat tinggi dikarenakan paket melakukan proses reroute yang membutuhkan waktu.

4.1.3. Hasil skenario III

Berikut ini hasil uji coba skenario simulasi yang dilakukan peneliti: a. Skenario III - Kondisi Normal

Tabel 3.24 merupakan hasil simulasi skenario kondisi normal pada jaringan MPLS dengan DiffServ.Tabel 3.24 merupakan tabel hasil simulasi kondisi normal pada jaringan MPLS dengan DiffServ, dimana terlihat bahwa untuk jalur yang dilalui paket MPLS sudah dirancang sebelumnya, hal ini dinamakan rekayasa trafik. Hasil penerapan rekayasa trafik MPLS ini memperlihatkan hasil paket yang diterima sama dengan jumlah paket yang dikirim, sehingga throughput mencapai 100%. Waktu simulasi juga terlihat lebih pendek daripada waktu simulasi pada jaringan IP untuk kondisi yang sama, akan tetapi lebih lama dari jaringan dengan rekayasa trafik MPLS tanpa DiffServ. Hal ini dikarenakan pada jaringan MPLS dengan DiffServ terjadi tambahan proses di awal router domain MPLS yaitu proses klasifikasi paket ke dalam kelas-kelas layanan, sedangkan pada penerapan rekayasa trafik MPLS tanpa DiffServ tidak terdapat proses klasifikasi kelas-kelas layanan, sehingga waktu simulasi untuk pengiriman dengan DiffServ memakan waktu lebih lama. Delay terjadi pada trafik critical dan best effort. Untuk trafik kontrol dan real time, delay nya sangat kecil sekali hampir mendekati 0, sehingga terlihat tidak ada delay. Hal ini sangat bagus sekali untuk trafik kontrol dan real time, karena trafik tersebut merupakan trafik yang memiliki proses critical yang sangat tinggi, sehingga delay harus sangat kecil mendekati 0. Berbeda dengan jaringan IP, dimana delay pada kondisi skenario yang sama terjadi pada trafik RT dan BE. Tingkat packet loss pada jaringan ini juga sangat

bagus yaitu 0%. Hal ini menunjukkan bahwa rekayasa trafik MPLS dengan DiffServ juga memberikan kualitas layanan yang lebih bagus daripada jaringan IP.

Berikut ini grafik throughput, packet loss dan delay untuk kondisi normal pada jaringan MPLS.Gambar 4.25 merupakan grafik throughput pada titik R12 yaitu untuk trafik BE, RT, dan C. Grafik throughput menunjukkan tingkat throughput 100%.

Gambar 4.25. Grafik Throughput - Skenario III, Kondisi Normal

Gambar 4.26 merupakan grafik packet loss untuk trafik BE, RT, dan C. Grafik packet loss menunjukkan tingkat packet loss 0%.

Dari Gambar 4.27 terlihat bahwa terjadi delay yang sangat besar pada trafik BE dimana merupakan trafik dengan prioritas terendah yaitu 0.

Gambar 4.27. Grafik Delay - Skenario III, Kondisi Normal

b. Skenario III - Kondisi Kemacetan (Congestion)

Skenario simulasi kemacetan dititikberatkan terjadi kemacetan pada node R7. Tabel 3.25merupakan hasil simulasi skenario kondisi kemacetan pada jaringan MPLS dengan DiffServ.Pada Tabel 3.25 terlihat bahwa jalur yang dilewati paket MPLS (LSP) sudah dirancang terlebih dahulu dengan menggunakan rekayasa trafik. Pada kondisi kemacetan yang terjadi pada R7, dimana semua jalur sangat padat dan kemungkinan untuk trafik lewat pada jalur yang disediakan tersebut sangat kecil, pada jaringan MPLS dengan DiffServ mampu memberikan tingkat performansi kualitas layanan yang sangat bagus daripada jaringan IP maupun jaringan dengan rekayasa MPLS saja. Hal ini terlihat bahwa dari kondisi kemacetan yang sangat tinggi, tidak terjadi packet loss. Sedangkan pada kondisi yang sama untuk jaringan IP, dari hasil simulasi menunjukkan bahwa terjadi packet loss pada 4 (empat) jenis

trafik yaitu RT-1, C-1, BE-1 dan BE-2 dan pada kondisi yang sama untuk jaringan MPLS terjadi packet loss pada trafik BE-3. Waktu simulasi pada jaringan MPLS dengan DiffServ juga lebih pendek daripada jaringan IP. Hal ini benar membuktikan bahwa proses pengiriman paket dengan menggunakan MPLS lebih cepat daripada proses pengiriman paket pada jaringan IP.

Dokumen terkait