• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN

B. Hasil analisis univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menganalisa variabel-variabel karakteristik individu yang ada secara deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan proporsi. Analisis univariat pada penelitian ini berupa data karakteristik : usia, jenis persalinan, paritas, serta persentase IMD dan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.

1. Karakteristik Responden di wilayah Kelurahan Cempaka Putih a. Usia

Mayoritas usia responden adalah kelompok usia ideal berjumlah 32 orang (76,2%), sedangkan responden pada kelompok usia tidak ideal berjumlah 10 orang (23,8%). Hal tersebut bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur

(n=42)

Usia Frekuensi Presentase

Kelompok usia tidak ideal (<20 tahun dan >35

tahun) 10 23,8%

Kelompok usia ideal (20 – 35 tahun) 32 76,2%

Total 42 100,0%

b. Jenis Persalinan

Pengelompokkan responden berdasarkan kategori jenis persalinan digambarkan pada tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Persalinan di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur

(n=42)

Jenis Persalinan Frekuensi Presentase

Persalinan tidak normal (vakum, caesar,

forsep) 20 47,6%

Persalinan normal 22 52,4%

Total 42 100,0%

Tabel 5.2 menunjukkan hasil bahwa jenis persalinan normal lebih banyak yaitu 22 orang (52,4%) daripada jenis persalinan tidak normal yaitu 20 orang (47,6%).

c. Paritas

Sebagian besar responden adalah multipara sebanyak 25 orang (59,5%) dengan paritas terkecil pada grand multipara yaitu 3 orang (7,1%) dan primipara 14 orang (33,3%).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Paritas di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur

(n=42)

Paritas Frekuensi Presentase

Primipara 14 33,3%

Multipara 25 59,5%

Grand Multipara 3 7,1%

Total 42 100,0%

2. Persentase Pemberian ASI Eksklusif

Pengelompokkan responden berdasarkan kategori pelaksanaan ASI Eksklusif dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini :

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelaksanaan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur

(n=42)

Pelaksanaan ASI Ekslusif Frekuensi Presentase

Tidak ASI Eksklusif 21 50,0%

ASI Eksklusif 21 50,0%

Total 42 100,0%

Jumlah responden ASI eksklusif dan yang tidak ASI Eksklusif adalah sama. Hal ini dikarenakan penentuan jumlah responden sesuai dengan desain yang digunakan yaitu case controldimana jumlah pada kelompok kasus sama dengan jumlah kelompok kontrol.

3. Persentase Pelaksanaan IMD

Pengelompokkan responden berdasarkan kategori pelaksanaan IMD dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini :

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pelaksanaan IMD di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur

(n=42)

Pelaksanaan IMD Frekuensi Presentase

Tidak IMD 28 66,7%

IMD 14 33,3%

Total 42 100,0%

Dari hasil tabel di atas disimpulkan bahwa sebagian besar responden tidak melakukan IMD dengan jumlah 28 orang (66,7%), sedangkan yang melakukan IMD sebanyak 14 orang (33,3%).

B. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis data dari dua variabel yang berbeda. Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. Teknik analisis dilakukan dengan ujiChi Square.

1. Hubungan IMD Terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur

Tabel 5.6

Hasil analisisChi-Squarepada desaincase control (n=42)

ASI Eksklusif Tidak ASI

Eklsusif ASI Eksklusif P-value

n % n %

IMD Tidak IMD 17 81,0 11 52,4 0,102

IMD 4 19,0 10 47,6

Total 21 100 21 100

Dari tabel 5.6 di atas, hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,102. Hal tersebut menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara variabel IMD dengan keberhasilan ASI Eksklusif (p<0,05) sehingga hipotesis H0 diterima bahwa tidak ada hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.

64

Pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada pembahasan tentang karakteristik responden, persentase IMD, persentase ASI Eksklusif, serta hubungan IMD terhadap keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur. Pada akhir pembahasan, peneliti juga menyertakan keterbatasan dari penelitian ini.

A. Hasil Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden di wilayah Kelurahan Cempaka Putih a. Usia

Pada kategori usia dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu kelompok usia ideal dan kelompok usia tidak ideal. Kelompok usia ideal adalah responden yang memiliki usia 20-35 tahun dan kelompok usia tidak ideal adalah responden yang memiliki usia < 20 tahun dan > 35 tahun. Pengelompokkan usia berdasarkan kesiapan secara fisiologis tubuh dalam kehamilan. Secara fisiologis usia yang ideal untuk hamil adalah 20 - 35 tahun (Marshall, 2000). Usia < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan usia kehamilan resiko tinggi yang akan mempengaruhi pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Eksklusif. Misalkan, melahirkan kurang bulan dan preeklampsia yang merupakan salah satu faktor yang tidak dibenarkan ibu untuk pemberian ASI (Manuaba, 1998).

Menurut penelitian Wadud (2013) hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan bermakna antara umur ibu dengan pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya dengan nilai p = 0,026. Sebanyak 46 responden, 24 responden yang berumur lebih dari 30 tahun 54,2% memberikan ASI Eksklusif dan 22 responden berumur kurang dari 30 tahun 18,2% yang memberikan ASI Eksklusif.

Penelitian Fikawati dan Syafiq (2009) juga menunjukkan bahwa rata-rata informan ASI eksklusif berusia 30 tahun, sedangkan rata rata informan ASI tidak eksklusif berusia 26 tahun. Beberapa hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ibu yang berusia 20 - 35 tahun lebih banyak yang berhasil memberikan ASI Eksklusif.

b. Jenis Persalinan

Menurut hasil penelitian Hikmawati (2008) bahwa jenis persalinan bukan merupakan faktor resiko kegagalan pemberian ASI. Akan tetapi, jenis persalinan dapat mempengaruhi pelaksanaan IMD yang disebabkan karena adanya penggunaan obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari atau tindakan, seperti operasi caesar, vakum, forcep sehingga dapat menganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya (Roesli, 2012).

Hasil Penelitian Desmawati (2010) menyatakan bahwa pengeluaran ASI juga lebih cepat pada ibu post partum normal dibandingkan ibu post sectio caesarea. Hal ini diantaranya disebabkan karena ibu post sectio caesarea

mengalami nyeri luka setelah operasi yang mengganggu pengeluaran oksitosin dalam merangsang refleks aliran ASI dan efek anestesi.

c. Paritas

Masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Oleh karena itu, ibu menyusui perlu diberi penjelasan tentang pentingnya perawatan payudara, cara menyusui yang benar dan hal-hal lain yang erat hubungannya dengan proses menyusui (Bahiyatun, 2009). ASI Eksklusif cenderung banyak dilaksanakan oleh ibu multipara dan grand multipara, karena ibu akan belajar dari pengalaman menyusui sebelumnya. Tampak bahwa pengetahuan lebih menunjuk pada pengalaman seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman itu, seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan (Suparno, 2001).

Menurut von glasersfeld, pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan dapat berarti dua macam. Pertama, bila kita berbicara tentang diri kita sendiri, lingkungan menunjuk pada keseluruhan objek dan semua relasinya yang kita abstraksikan dari pengalaman. Kedua, bila kita memfokuskan diri pada suatu hal tertentu, lingkungan menunjuk pada sekeliling hal itu yang telah kita isolasikan. (Von Glasesfeld 1996 dalam Suparno, 2001).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah paritas dapat menentukan keberhasilan ASI Eksklusif yang dilihat dari pengalaman ibu. Rata-rata informan ASI eksklusif memiliki 3 anak. Sedangkan rata rata informan ASI

tidak eksklusif memiliki 2 anak (Fikawati dan Syafiq, 2009). Jumlah paritas yang mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif disini lebih dititik beratkan pada pengalaman seorang ibu dalam menyusui. Pengalaman ibu dalam menyusui akan membentuk pengetahuan ibu dengan sendirinya mengenai menyusui, baik itu pemberian ASI Eksklusif, manfaat ASI, cara menyusui yang baik dan benar, gizi ibu menyusui, serta cara agar ASI tetap diproduksi. 2. Pemberian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan (Purwanti, 2004). Sistem pencernaan bayi dibawah usia 6 bulan belum mampu menyerap makanan/minuman selain ASI. Akibatnya, walaupun bayi menelan makanan yang diberikan kepadanya selain ASI, tetapi tidak ada zat-zat gizi yang mampu diserap oleh tubuhnya (Damayanti, 2010).

Bayi yang mendapat suplemen makanan lain selain ASI (mis. Susu formula, air buah, atau makanan tambahan lain) akan merasa kenyang dan harus menunggu lebih lama untuk menyusu berikutnya. Oleh karena itu, frekuensi menyusu bayi akan menurun dan akhirnya produksi ASI akan menurun juga (Bahiyatun, 2009).

Menyusui secara eksklusif merupakan cara pemberian makan bayi yang alamiah. Namun, seringkali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi yang salah tentang manfaat ASI esklusif tentang bagaimana cara menyusui yang benar

dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya (Roesli, 2009 ).

ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada makanan di dunia ini yang sesempurna ASI (Hubertin 2003 dalam Purwanti, 2004). ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan faktor pertumbuhan, antialergi, serta anti inflamasi (Purwanti, 2004 ).

ASI memberi manfaat tidak hanya untuk bulan-bulan pertama kehidupan bayi. Pemberian ASI akan memberi dampak positif bagi bayi sampai ke masa dewasanya (Damayanti, 2010). Beberapa penelitian memberikan hasil positif terhadap keterkaitan antara pemberian ASI dengan peningkatan kecerdasan anak. ASI merupakan sumber AA dan DHA yang membuat kadar AA dan DHA pada bayi yang disusui tetap tinggi di plasma dan sel darah merahnya.asupan DHA dan AA secara alami telah diatur dalam ASI (Kasdu, 2004).

Menurut Kemenkes (2014) persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 54,3%. Persentase ini masih terbilang cukup rendah. Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif antara lain pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yg tidak ada masalah medis, masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau belum berpihak pada pemenuhan

hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif, yaitu masih mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan, masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, serta belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait pemberian ASI, dan belum semua rumah sakit melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) (Kemenkes, 2014).

3. Pelaksanaan IMD

IMD didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi menyusu sendiri setelah kelahiran. Bayi diletakkan di dada ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala upayanya mencari puting untuk segera menyusu. Jangka waktunya adalah sesegera mungkin setelah melahirkan (Yuliarti, 2010 ).

Kebanyakan bayi baru lahir sudah siap mencari puting dan menghisapnya dalam waktu satu jam setelah lahir. Isapan bayi penting dalam meningkatkan kadar hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Isapan itu akan meningkatkan produksi susu 2 kali lipat. Itulah bedanya isapan dengan perasan (Yuliarti, 2010). Rangsangan ini harus segera dilakukan karena jika terlalu lama dibiarkan, bayi akan kehilangan kemampuan ini (Aprilia, 2010).

Menurut UNICEF (2006) dalam Aprilia (2010), ada banyak sekali masalah yang dapat menghambat pelaksanaan IMD yaitu kurangnya kepedulian terhadap pentingnya IMD, kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan tentang praktik IMD, masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa

ibu memerlukan istirahat yang cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit dilakukan, adanya kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa kolostrum yang keluar pada hari pertama tidak baik untuk bayi, adanya kepercayaan masyarakat yang tidak mengizinkan ibu untuk menyusui dini sebelum payudaranya dibersihkan.

B. Hasil Analisis Bivariat

1. Hubungan IMD terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur

Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui (Roesli, 2012). Isapan bayi yang penting dalam meningkatkan kadar hormon prolaktin, yaitu hormon yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Isapan tersebut akan meningkatkan produksi susu 2 kali lipat (Yuliarti, 2010).

Bayi yang dibiarkan menyusu sendiri, setelah berhenti menyusu baru dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan diukur. Pada usia 10 jam saat bayi diletakkan kembali di bawah payudara ibunya, ia tampak dapat menyusu dengan baik (Rigard dan Alade 1990 dalam Roesli, 2012). Hasil penelitian Juliastuti (2011) pada ibu yang mempunyai bayi umur 6-12 bulan di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto dengan jumlah sampel 85 responden menunjukkan bahwa makin dilaksanakan IMD maka akan semakin tinggi pemberian ASI Eksklusif (OR = 5,3; p = 0,002).

nilai p = 0,548 yaitu tidak ada perbedaan pemberian ASI Eksklusif antara ibu IMD dan tidak IMD. Pola pemberian ASI dalam penelitian kuantitatif meliputi pemberian kolostrum, pemberian pralakteal, pemberian ASI eksklusif, frekuensi dan lama pemberian ASI. Peneliti menyimpulkan dari hasil penelitian bahwa ibu tidak memberikan ASI eksklusif disebabkan ibu yang tidak mengetahui manfaat ASI Eksklusif dan kriteria yang dikatakan ASI Eksklusif sehingga ibu cenderung memberikan makanan atau minuman tambahan kepada bayinya sebelum usia 6 bulan. Pemberian makanan ataupun minuman tambahan inilah yang memutuskan mata rantai yang dikatakan keberhasilan ASI Eksklusif.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh 121 responden menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara keberhasilan IMD terhadap lama pemberian ASI dengan nilai p = 0,008 (Rahayu, dkk, 2012). Pada penelitian tersebut tidak melihat keberhasilan ASI Eksklusif melainkan lamanya pemberian ASI. Inilah yang membuktikan bahwa benar IMD dapat mempengaruhi lama pemberian ASI. Pelaksanaan IMD yang dapat mempercepat waktu pengeluaran ASI ini dapat mencegah pemberian makanan prelaktal lebih awal (Susanti, 2011).

Akan tetapi, keberlangsungan dalam pemberian ASI Eksklusif ini tergantung dari pengetahuan ibu serta peran tenaga kesehatan dalam memberikan penjelasan mengenai kriteria keberhasilan ASI Eksklusif serta manfaatnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian Afifah (2007) dimana salah satu faktor penyebab kegagalan ASI Esklusif yaitu kurangnya pengetahuan dan tidak ada motivasi kuat dari subjek untuk memberikan ASI Eksklusif.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini. Keterbatasan penelitian tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Desain penelitian yang bersifat retrospektif (case control) sehingga recall bias sangat mungkin terjadi. Peneliti mencoba meminimalkan bias recall dengan memilih responden dengan bayi usia 6-7 bulan.

2. Jumlah responden yang terbatas kemungkinan dapat mempengaruhi hasil hipotesis.

3. Adanya kemungkinan bias pada hasil penelitian ini bahwa keberhasilan ASI Eksklusif bukan hanya dipengaruhi oleh IMD saja, melainkan bisa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti: pengetahuan, pengalaman, budaya, orang tua, serta kunjungan antenatal.

4. Instrumen penelitian belum baku dan dikembangkan sendiri oleh peneliti sehingga hasilnya masih belum dapat mewakili secara keseluruhan.

73 PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan dan dijabarkan pada bab-bab sebelumnya, kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Gambaran karakteristik ibu yang mempunyai bayi usia 6-7 bulan di Posyandu Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur yang menjadi responden dalam penelitian ini, yaitu : usia responden berkisaran 20 - 35 tahun dengan paritas 59,9% multipara dan jenis persalinan normal 52,4%.

2. Sebagian besar responden tidak melakukan IMD (66,7%). Tampaknya tenaga kesehatan masih kurang mengetahui manfaat dari pelaksanaan IMD itu sendiri sehingga untuk pelaksanaannya pun masih kurang.

3. Persentase pada ASI Eksklusif adalah sama yaitu ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 21 responden (50%) dan ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebanyak 21 responden (50%). Hal ini dikarenakan sesuai dengan desain penelitian yang digunakan yaitucase control.

4. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara variabel IMD dengan variabel keberhasilan ASI Eksklusif (p = 0,102).

B. Saran

1. Bagi Perawat

Perawat harus memahami pelaksanaan IMD dengan tepat serta mengetahui akan manfaat dari pelaksanaan IMD maupun pemberian ASI Eksklusif. Adanya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif adalah jelas mengenai keharusan bagi setiap ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 24 bulan. Disini peran perawat dan tenaga kesehatan yaitu sangat penting dalam memberikan edukasi kepada setiap ibu tentang pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Eksklusif.

2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur

Adanya PP nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif merupakan landasan awal dalam pembuatan kebijakan mengenai penatalaksanaan program IMD dan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Ciputat Timur. Pihak Puskesmas Ciputat Timur harus membuat kebijakan tersebut. Kebijakan yang tidak serta merta hanya dibuat saja melainkan harus ada pihak yang selalu memonitoring dan mengevaluasi jalannya kebijakan tersebut sehingga ketika didapatkan tenaga kesehatan yang tidak melaksanakan kebijakan tersebut dengan tepat maka harus diberi sanksi. Pelaksanaan program IMD dapat diobservasi langsung di tempat bersalin dan pemberian edukasi prenatal pada ibu agar ibu paham tentang IMD sehingga ibu bisa kooperatif saat pelaksanaan IMD berlangsung, sedangkan untuk pemberian ASI Eksklusif

dilaksanakan dengan cara pemberian pendidikan kesehatan oleh tenaga kesehatan kepada ibu dan ayah di setiap kunjungan antenatal dan imunisasi. 3. Bagi penelitian selanjutnya

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam mengenai faktor-faktor lain yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif seperti pengetahuan dan budaya sehingga hasil penelitian yang didapatkan menjadi lebih baik.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengobservasi dari bayi baru lahir sampai usia enam bulan untuk mengetahui keberhasilan ASI Esklusif dengan baik.

c. Peneliti selanjutnya dapat mengkaji mengenai tingkat pengetahuan tentang pelaksanaan IMD dan manfaat ASI Eksklusif dari tenaga kesehatan ataupun kader posyandu, karena hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi dan pengetahuan oleh tenaga kesehatan atau kader posyandu kepada ibu tentang IMD dan ASI Eksklusif.

Eksklusif.Artikel Universitas Diponegoro.

Aprillia,Y. (2010). Hipnostetri: rileks, nyaman dan aman saat hamil & melahirkan. Jakarta: GagasMedia.

Arifah, I.N. (2009). Perbedaan Waktu Keberhasilan Inisiasi Menyusui Dini antara Persalinan Normal dengan Caesar di Ruang An Nisa RSI Sultan Agung Semarang. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Arvin, B.K. (2000). Nelson ilmu kesehatan anak edisi 15 volume 3. Jakarta: EGC.

Danim, S. (2003). Metode penelitian kebidanan: prosedur, kebijakan, dan etik. Jakarta: EGC.

Damayanti, D. (2010). Asyiknya Minum ASI Tips Nikmati Memberi ASI plus Resep-resep praktis untuk ibu menyusui. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Djaja, S. & Soemantri, S. (2003). Penyebab kematian bayi baru lahir (neonatal) dan sistem pelayanan kesehatan yang berkaitan di Indonesia survei kesehatan rumah tanga (SKRT) 2001. Jurnal. Bul.Penel.Kesehatan, Vol.31. No.3. 2003: 155 - 165.

Arikunto, S. (2010). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Aritonang, I. & Priharsiwi, E. (2006). Busung lapar. Yogyakarta: Media Pressindo.

Bahiyatun. (2009). Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta:EGC. Budiarto, E. (2003). Metodelogi penelitian kedokteran: sebuah pengantar.

Jakarta: EGC.

Budiasih, K.S. (2008). Handbook ibu menyusui. Bandung: Hayati Qualiti. Budirahardja. (2011). Pedoman teknis pemberian injeksi vitamin K1

profilaksis pada bayi baru lahir. Direktorat bina kesehatan dirjen bina gizi dan kesehatan Ibu dan Anak.

Danim, S. (2003). Riset keperawatan: sejarah dan metodelogi. Jakarta: EGC.

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. 22(1): 11-6 Dinartiana, A. & Ni Luh, S. (2011). Hubungan pelaksanaan inisiasi

menyusu dini dengan keberhasilan pemberian ASI Ekslusif pada ibu yang mempunyai bayi usia 7-12 bulan di kota semarang.

Vol.1 No.2. Jurnal Dinamika Kebidanan.

Dharma, K.K. (2011). Metodelogi penelitian keperawatan (pedoman melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian). Jakarta: TIM. Djaali & Muljono, P. (2008). Pengukuran dalam bidang pendidikan.

Jakarta: Grasindo.

______ Early initiation of breastfeeding (http://www.who.int/elena/titles/early_breastfeeding/en/

Edmon, dkk. (2006). Delayed Breastfeeding Initiation Increases Risk of Neonatal Mortality.PEDIATRICS (ISSN Numbers: Print, 0031 4005;Online, 1098-4275).

______(2001). Early initiation of breastfeeding. e-Library of Evidence for Nutrition Actions (eLENA) (http://www.who.int/elena/titles/early_breastfeeding/en/ dikutip pada 5 November 2014)

______(2014). Health Statistic. Sekretariat Jenderal Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. ISBN 978-602-235-645-5

Eriyanto. (2007). Teknik sampling analisi opini publik. Yogyakarta: LkiS. Fikawati, S. & Ahmad, S. (2009). Penyebab Keberhasilan dan

Kegagalan praktik Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Fakultas Kesehatan Masyaraka Universitas Indonesia. 4(3): 120-131.

Fikawati, S. & Syafiq, A. (2010). Kajian implementasi dan kebijakan air susu ibu eksklusif dan inisiasi menyusu dini di Indonesia. Makara Kesehatan. Vol.14. No.1 : 17-24.

Ganong, W.F. (2008).Buku ajar fisiologi kedokteran.Jakarta: EGC. Hegar, B., Suradi, R., Hendarto, A. & Pratiwi, I.G.A., editor. (2008).

Bedah ASI: kajian dari berbagai sudut pandang ilmiah.Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta.

Hikmawati, I. (2008). Faktor-faktor risiko kegagalan pemberian ASI selama dua bulan (Studi Kasus pada bayi umur 3-6 bulan di Kabupaten Banyumas). Tesis Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro Semarang.

______ (2014). Inisiasi Menyusu Dini. 26 Desember (http://www.bayi.web.id/iniasi-menyusu-dini.html dikutip pada tanggal 25 Januari 2015)

Jannah, A.W. (2012). Enjoy your pregnancy, mom!. Jakarta: AgroMedia.

Jennifer, H.G. & Muthukumar. (2012). A Cross-sectional Descriptive Study to Estimate the Prevalence of Early Initiation and Exclusive Breast Feeding in the Rural Health Training Centre of a Medical College in Tamilnadu, Southern India. Journal of Clinical and Diagnostic Research.Vol-6(9): 1514 15171514 .

Juliastuti, R. (2011).Hubungan tingkat pengetahuan, status pekerjaan dan pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan pemberian ASI eksklusif. Tesis Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Selebas Maret.

Karnadi, A. (2014). Bayi prematur dan berat badan lahir rendah. Dunia sehat. http://duniasehat.net/2014/10/31/bayi-prematur-dan beratbadan-lahir-rendah/ (akses tanggal 14 april 2015, pukul 22:08 WIB)

Kemenkes. (2014). Profil kesehatan indonesia tahun 2013. Jakarta Kementrian Kesehatan RI

KESMAS. (2014). Manfaat Inisiasi Menyusu Dini. Public Health (http://www.indonesian-publichealth.com/2014/01/manfaat

inisiasi-menyusu-dini.html dikutip pada 28 Desember 2014 pukul 23:39 WIB)

Manuaba, I.G.G. (1998). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC.

Manuaba, Manuaba,C & Manuaba, F. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri.

Jakarta : EGC.

_______(2009).Anatomi dan Fisiologi Payudara. http://www.lusa.web.id/anatomi-dan-fisiologi-payudara/ (akses pada tanggal 5 April 2015 pukul 09:00 WIB)

kotabumi II lampung utara. Tesis Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Marshall, C. (2000). Awal Menjadi Ibu. Jakarta: Arcan.

Dokumen terkait