• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN

A. Kajian Teori

3. Hasil Belajar

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana pengaruh pendekatan Contekstual Teaching and Learning terhadap hasil

belajar siswa pada konsep Bunyi?” E.Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan Contekstual Teaching and Learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep Bunyi.

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa : Memberikan pengalaman belajar bermakna dan berkesan

2. Bagi guru : memberikan informasi dan memberikan masukan sebagai alternatif kegiatan yang menekankan pada pendekatan CTL

3. Bagi peneliti : meningkatkan kekayaan intelektual tentang strategi yang digunakan dalam pembelajaran fisika khususnya pendekatan CTL dan memberikan pengalaman meneliti

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teori

1. Contextual Teaching and Learning (CTL) a. Landasan Filosofis CTL

Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi harus merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya6. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita

sendiri. Pengetahuan bukanlah hasil dari “pemberian” dari orang lain seperti guru ,

tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu7. Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan-aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengertahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya.

Menurut teori kontruktivis ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menyadari dan menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru

6

Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta:Bumi Aksara, 2007), cet.2, h.41

7

Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(Jakarta::Kencana,2010), cet 7,h257

dapat menjadi anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut8.

b. Pengertian CTL

CTL adalah singkatan dari Contextual Teaching and learning. Konteks berasal dari kata kerja latin contexere yang berarti “menjalin bersama”. Kata konteks merujuk pada “keseluruhan situasi, latar belakang atau lingkungan” yang

berhubungan dengan diri, yang terjalin bersamanya (Webster’s New World

Dictionary).9 Teaching adalah refleksi sistem kepribadian sang guru yang bertindak secara profesional; Learning adalah refleksi sistem kepribadian siswa yang menunjukkan prilaku yang terkait dengan tugas yang diberikan.10 Sesuai dengan kedua definisi ini, dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator tanpa henti, yakni membantu siswa menemukan makna (pengetahuan). Pada dasarnya siswa memiliki responsi potensiality (potensi diri) yang bersifat kodrati. Keinginan untuk menemukan makna adalah sangat mendasar bagi manusia. Tugas utama pendidik adalah memperdayakan potensi diri ini sehingga siswa terlatih menangkap makna dan materi yang diajarkan. Ada beberapa pengertian mengenai CTL yang diberikan oleh beberapa para ahli, disini ditampilkan lima pengertian yang berbeda.

Pertama, pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara

8

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Beroriantasi Konstruktivistik (Jakarta :Prestasi Pustaka, 2007),h.13

9

Elain B. Johnson, Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung:Mizan Learning Center, 2006), h. 83

10

menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.11 Kelebihan konsep belajar ini yaitu hasil pembelajaran diharapkan alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Kedua, CTL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.12

Ketiga, CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.13

Keempat, pendekatan kontekstual (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan tenaga kerja (US. Departement of Education the National school-to-Work Office yang dikutip oleh Blanchard, 2001). 14

Kelima, Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengkaitkan antara materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran efektif15

11

Agus Suprijono, CoopertiveLearningTeori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009), h. 79-80

12

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:Kencana, 2008), h. 255

13

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional”Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan”, (Bandung:Rosdakarya, 2005), cet 2 h. 102

14

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik, (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2007), h. 101

15

Nurdin, Implementasi Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar, Jurnal Administrasi PendidikanVol. IX No. 1 (April, 2009), h. 109

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan CTL dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah dari pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, CTL menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam kehidupannya. CTL menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi tersebut digunakan, serta berhubungan dengan bagaimana siswa belajar.

Materi belajar akan semakin berarti jika siswa mempelajari materi pelajaran yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka dan menemukan arti di dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan menjadi lebih berarti dan menyenangkan. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran dan selanjutnya siswa akan memanfaatkan kembali pemahaman pengetahuan dan kemampuannya itu dalam konteks diluar sekolah untuk menyelesaikan permasalahan dunia nyata, baik secara mandiri maupun secara kelompok.

c. Karakreristik Pembelajaran CTL

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).

2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

3) Pembelajaran yang dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing).

4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in group).

5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerjasama dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).

6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).

7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).16

d. Manfaat CTL dalam Proses Pembelajaran

Manfaat CTL dalam proses pembelajaran, konsep akan lebih bermakna bagi siswa jika pengetahuan baru siswa diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi, berkomunikasi dengan orang lain dan menghubungkan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan tujuh komponen dalam CTL yaitu:

1) Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, pengetahuan terbentuk dari dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Kedua faktor tersebut sama pentingnya, dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis akan tetapi bersifat dinamis tergantung individu yang melihat dan mengkonstruksinya. Lebih jauh Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut:

a) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. b) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang perlu

untuk pengetahuan.

c) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.

16

Asumsi itu yang kemudian melandasi CTL. Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa dapat mengonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman17.

2) Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materi yang diajarkannya18. Menemukan akan melalui proses siklus inquiry yaitu observasi, bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data dan penyimpulan. Langkah-langkah kegiatan inquiry adalah sebagai berikut:

a) Merumuskan masalah.

b) Mengamati atau melakukan observasi.

c) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya.

d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien yang lain.

3) Bertanya

Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, dan aspek penting dari pengetahuan.menggunakan pertanyaan dalam pembelajaran berbasis inkuiri sangatlah mendasar. Guru menggunakan pertanyaan untuk menuntun siswa berpikir dan membuat penilaian secara kontinyu terhadap pemahaman siswa. Pengetahuan yang dimiliki seseorang

selalu bermula dari “bertanya” . Pertanyaan dapat digunakan untuk berbagai

17

Wina Sanjaya,op cit, h.264

18

Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching and Learning/CTL dan penerapannya dalam KBK (Malang :2004, Universitas Negeri Malang)edisi ke 2(revisi), cet 1 , h 43

macam tujuan, berbagai macam bentuk dan berbagai macam jawaban yang ditimbulkannya19.

4) Masyarakat Belajar

Dalam masyarakat belajar, hasil pembelajaran dapat diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar dapat dipaeroleh dari sharing antar teman, antar kelompok dan antter mereka yang tahu ke mereka yang belum tahu20. Kerja sama dapat menghilangkan hambatan mental dan cara pandang yang sempit. Jadi akan lebih mungkin untuk menemukan kekuatan dan kelemahan diri, belajar untuk menghargai orang lain dan membangunpersetujuan bersama. Dengan bekerja sama, para anggota kelompok akan mampu mengatasi berbagai rintangan, bertindak mandiri dengan penuh tanggung jawab, mengandalkan bakat setiap anggota, mempercayai ornag lain, mengeluarkan pendapat dan mengambil keputusan21.

5) Pemodelan

Sebuah proses pembelajaran, keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru. Permodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswa belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan para siswanya untuk belajar. Permodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar22.

6) Refleksi

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan yang dimiliki siswa diperluas dalam konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang 19 Ibid, h. 45 20 Ibid, h.47 21

Elain B. Johnson, op cit, h. 164

22

dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan-pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.

Realisasi dari refleksi dapat berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperolehnya pada hari itu, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, diskusi dan hasil karya.

7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment)

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa23. Penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerja sama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Kerena tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian autentik mengharuskan penggunaan strategi-strategi tersebut, maka para siswa bias menunjukan penguasaannya terhadap tujuan pembelajaran dan kedalaman pemahamannya. Penilaian autentik mengajak siswa menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata untuk tujuan bermakna24.

e. Langkah-langkah Penerapan CTL

Pembelajaran CTL, seorang guru berperan dalam memilih, menciptakan dan menyelenggarakan pembelajaran yang menggabungkan seberapa banyak bentuk pengalaman siswa termasuk aspek sosial, fisikal dan psikologi untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Dalam lingkungan sekitar, siswa menemukan hubungan yang bermakna antara ide abstrak dan aplikasi praktikal dalam konteks nyata. Siswa akan memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal dengan kerangka berfikir yang dimilikinya.

Seorang guru dalam melaksanakan kegiatan CTL di kelas, harus memperhatikan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1) Guru memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan. 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

23

Ibid, h.53

24

3) Guru membagi kelompok. 4) Melakukan percobaan. 5) Diskusi kelompok.

6) Hasil diskusi dipresentasikan. 7) Menerangkan konsep.

8) Menyimpulkan. 9) Penugasan.

Dengan memperhatikan langkah-langkah pembelajaran di atas diharapkan akan lebih mempermudah dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL. 2. Metode Eksperimen

a. Pengertian Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dengan melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya, serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian pengamatannya disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru.25 Penggunaan teknik mengajar ini bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri bagaimana jawaban atas persoalan yang dihadapi dengan mengadakan percobaan sendiri, juga melatih berfikir siswa secara ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan demikian diharapkan dengan metode ini siswa akan termotivasi dan memiliki minat yang tinggi dalam belajar, sehingga diperoleh hasil belajar yang memuaskan.

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.26 Menurut Mulyasa metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan dan peralatan laboratorium, baik secara perseorangan maupun secara kelompok.27 Metode eksperimen akan berhasil digunakan untuk

25

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008), Cet 7 h. 80

26

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), h 84

27

mengubah pengetahuan siswa jika mereka melaksanakan tugas-tugas kecil dalam eksperimen. Banyak tugas akan membantu siswa menyusun kembali pengetahuannya dengan menghabiskan sedikit waktu dengan berinteraksi dengan alat-alat, intruksi dan cara kerja serta menghabiskan lebih banyak waktu berdiskusi dan merenung. Kegiatan eksperimen penting dilakukan secara terus menerus untuk mengembangkan pengetahuan siswa dan membandingkan apa yang mereka temukan serta mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata sehingga proses pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

Kegiatan laboratorium akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap fenomena alam, serta menantang untuk berfikir kritis dalam mencari alternatif pemecahan tersebut suatu masalah-masalah. Melatih ketekunan siswa lewat pengamatan, pengumpulan data, analisis data serta mengembangkan daya temu siswa dalam membangkitkan ide-ide, gagasan-gagasan pemikiran di dalam menginterpretasikan masalah-masalah, sehingga siswa tertantang untuk mengembangkan suatu bentuk-bentuk eksperimen baru.

Keberhasilan dalam kegiatan laboratorium akan memberikan perasaan senang secara intrinsik, yang pada akhirnya akan meningkatkan minat belajar siswa. Peningkatan minat belajar siswa dan sikap ilmiah akan bermuara pada peningkatan proses belajar dan kebermaknaan hasil belajar siswa. Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang berupaya mengaktifkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Aspek kognitif (keterampilan berfikir) siswa akan berkembang jika guru mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar melalui kegiatan yang direncanakan. Sementara aspek afektif biasanya dihubungkan dengan percaya diri siswa. Percaya diri akan timbul sedikit demi sedikit karena lingkungan setempat. Artinya karena dalam metode eksperimen pembelajaran terpusat pada siswa dan siswa akan banyak aktif sehingga mereka merasa bahwa mereka bisa dan bisa. Sedangkan aspek psikomotor yaitu menjadikan siswa terampil dalam penggunaan alat, bahan serta penyusunan alat. Dengan demikian diharapkan hasil belajar akan lebih bermakna karena mengaktifkan berbagai aspek yang ada.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan eksperimen adalah sebagai berikut:

a) Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan dan peralatan yang akan digunakan. b) Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen.

c) Sebelum diadakan eksperimen siswa terlebih dahulu diberikan penjelasan dan petunjuk-petunjuk seperlunya.

d) Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu mengerjakan percobaan-percobaan yang telah direncanakan dan bila hasilnya belum memuaskan dapat dilakukan eksperimen ulangan untuk membuktikan kebenarannya.

e) Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaannya secara tertulis.28

Agar penggunaan teknik eksperimen itu efisien dan efektif, pelaksana perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Dalam ekperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.

b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.

c) Siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.

d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta keterampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. e) Perlu dimengerti juga bahwa tidak semua masalah bisa dieksperimenkan,

seperti masalah yang mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu

28

alat, sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.29

Prosedur pelaksanaan metode ekperimen atau langkah-langkah yang perlu dipersiapkan guru dalam menggunakan metode eksperimen adalah sebagai berikut:

a) Tetapkan tujuan eksperimen.

b) Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan. c) Persiapkan tempat eksperimen.

d) Pertimbangkan jumlah peserta didik sesuai dengan alat–alat yang tersedia. e) Perhatikan keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau

menghindarkan resiko yang merugikan atau berbahaya.

f) Perhatikan disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan bahan yang akan digunakan.

g) Berikan penjelasan tentang apa yang harus diperhatikan dan tahapan-tahapan yang harus dilakukan peserta didik, termasuk yang dilarang dan yang membahayakan.30

b. Kelebihan dan kelemahan metode eksperimen

Metode eksperimen mempunyai beberapa kelebihan, yaitu:

1) Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.

2) Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris (menjelajahi) tentang sains dan teknologi; suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuan.

3) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya, yang diharapkan dapat membawa manfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

29

Roetiyah N.K, op.cit h. 80

30

4) Hasil-hasil percobaan yang berharga yang ditemukan dari metode ini dapat memanfaatkan alam yang kaya ini untuk kemakmuran manusia.31

Selain mempunyai kelebihan, metode mengajar dengan eksperimen juga mempunyai kelemahan, antara lain:

1) Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang sains dan teknologi.

2) Pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.

3) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.

4) Hasil percobaan hanyalah usaha untuk mendekati kebenaran, bukanlah berupa kebenaran mutlak.

5) Dalam kehidupan tidak semua hal dapat dijadikan materi percobaan dan harus dicobakan. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan terbatasnya biaya, fasilitas, waktu atau karena merupakan sesuatu yang perlu diterima secara langsung kebenarannya karena menyangkut nilai, moral dan keagamaan atau ketuhanan.

6) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

7) Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir. Sering terjadi siswa lebih dahulu mengenal dan menggunakan alat dan bahan tertentu daripada guru.32

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan berproses yang merupakan unsusr yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil arau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat

31

S Syaiful Bahri Djamarah, et all, op. cit, h. 84-85

32

bergantung pana proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumahatau keluarganya sendiri. 33 Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

Dokumen terkait