• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORITIS

A. Kerangka Teoritis

3. Hasil Belajar

Banyak pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli antara lain, Slameto (2010:2) menyatakan bahwa : “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sedangkan hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Karena itu seseorang dikatakan belajar apabila di dalam diri orang tersebut telah terjadi suatu proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku.

Hasil belajar merupakan suatu indikator untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Hamalik (2013:9) menyatakan bahwa : “hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh berupa kesan, nilai, pengertian, sikap, dan keterampilan yang mengakibatkan peruabahan dalam individu setelah mengalami proses belajar. Hasil belajar diterima oleh peserta didik apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dengan serangkaian pengalaman yang ada”.

Menurut Bloom (Suprijono, 2010:38), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotorik”. Dalam pendidikan nasional ketiga ranah tersebut dijadikan sebagai objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi bahan pelajaran.

Suprijono (2010:7) menekankan bahwa yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek

potensi kemanusiaan saja. Sedangkan Abdurrahman (2009:37) mengemukakan bahwa : “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar yang terprogram dan terkontrol yang disebut kegiatan pembelajaran dan tujuan belajar telah ditetapkan oleh guru. Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar. Anak yang berhasil dalam belajar mencapai tujuan-tujuan pembelajaran”.

Sudjana (2009:2) menjelaskan bahwa : “hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang ada pada subjek belajar setelah melalui proses belajar”.

Berdasarkan beberapa kutipan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah suatu penambahan pengetahuan baik pengetahuan secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang terjadi pada subjek belajar/ peserta didik setelah ia mengalami atau melakukan suatu proses belajar dengan diwujudkan oleh perubahan tingkah laku.

Dalam pembelajaran, hasil belajar diketahui dengan adanya evaluasi. Alat evaluasi yang digunakan adalah tes. Hudojo (dala Ahmadi, 2009:17) menyatakan bahwa “cara menilai hasil belajar matematika biasanya mnggunakan tes”. Tes ini dapat berbentuk tugas yang harus dilaksanakan dan dapat pula berupa pertanyaan atau soal-soal yang harus dijawab. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes belajar. Skor yang diperoleh peserta didik dapat mencerminkan adanya tingkat kemampuan.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

4.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang menempatkan peserta didik belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 peserta didik dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda. Pembelajaran ini menekankan kerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.

Menurut Eigen and Kauchak (dalam Trianto, 2009:58) Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan peserta didik bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi peserta didik, memfasilitasi dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama peserta didik yang berbeda latar belakangnya.

Pembelajaran kooperatif bukanlah sesuatu yang baru. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Kata Cooperatif adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain. Sedangkan cooperatif learning menurut Hilda dan

Margaret (2002:70) adalah : “suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih”. Sedangkan menurut Slavin (dalam Suprianto Pane, 2013:12) menyatakan bahwa : “Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, dengan struktur yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif, peserta didik dapat mengerjakan suatu permasalahan secara bersama-sama agar semua anggota kelompok tersebut memahami permasalahan dan mengetahui bagaimana pemecahannya.

4.2. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Johnson & Sutton (dalam Trianto, 2009:60) terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu :

1. Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara peserta didik. Dalam belajar kooperatif peserta didik merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang peserta didik tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Peserta didik akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok.

2. Kedua, Interaksi antara peserta didik yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara peserta didik. Hal ini, terjadi dalam hal seorang peserta didik akan membantu peserta didik lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok mempengaruhi suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, peserta didik yang membutuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

3. Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab peserta didik dalam hal :

a. Membantu peserta didik yang membutuhkan bantuan.

b. Peserta didik tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab peserta didik dan teman sekelompoknya.

4. Keempat, Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan, seorang peserta didik dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompoknya. Bagaimana peserta didik bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

5. Kelima, Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok

mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

4.3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Menurut Trianto (2009:66), terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah tersebut ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi peserta didik belajar.

Fase-2

Menyampaikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3

Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Dokumen terkait