• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nana Sudjana (2011: 22) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Oleh karena itu hasil belajar berhubungan erat dengan belajar. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes sejumlah materi pelajaran tertentu.

Pendapat Oemar Hamalik (1999: 159) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah tingkat prestasi belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedjiarto (Purwanto, 2010: 46) bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Carool dalam Nana Sudjana (2002: 40) berpendapat bahwa hasil belajar yamg dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu a) bakat siswa, b) waktu yang tersedia untuk belajar, c) waktu yang digunakan untuk menjelaskan pelajaran, d) kualitas pembelajaran dan kemampuan individu. Howard Kingsley (Nana Sudjana, 2002: 45) hasil belajar dibagi menjadi tiga, yaitu a) keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.

Hasil belajar mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Hasil belajar dibedakan menjadi tiga yaitu kognitif (penguasaan intelektual), afektif (berhungan dengan sikap dan nilai) serta psikomotor (kemampuan/keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hierarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah (Nana Sudjana, 2002: 49). a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Dalam ranah kognitif ini terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi, keenam jenjang tersebut menurut Nana Sudjana (2011: 23-29) yaitu:

1) Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharap kemampuan untuk menggunakannya.

2) Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.

3) Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan

4) Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.

5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

6) Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide.

Taksonomi ranah kognitif Bloom di atas telah direvisi oleh Anderson, yakni mengingat (remembering), memahami (understanding), mengaplikasikan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mengkreasi (creating) (Ikhlasul, 2014).

b. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif ini dari lima jenjang menurut Nana Sudjana (2011:30) yaitu: 1) Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan) adalah

kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.

2) Responding ( menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

3) Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan.

4) Organization (mengatur atau mengorganisasikan) artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal yang membawa kepada perbaikan umum.

5) Characterization by a value or value complex (karakteristik dengan suatu nilai atau komplek nilai yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Dilihat dari strategi belajar mengajar, proses pembinaan nilai dalam kawasan afektif menurut Krathwahl dalam W. Gulö (2004: 55-156)

Tabel 2. Sikap Siswa Menurut Krathwahl

Tingkat Unsur

1. Menerima (receiving)

1.1 Kesadaran (awareness)

1.2 Kemauan menerima ( willingness to receive) 1.3 Pemusatan perhatian (controlled/selected

attention) 2. Menanggapi

(responding)

2.1 Kesediaan menanggapi (acquiescence in responding)

2.2 Kemauan menanggapi (willing to respons) 2.3 Kepuasan dalam menanggapi (satisfaction in

respons) 3. Penilaian

(valuing)

3.1 Penerimaan suatu nilai (acceptancce of value) 3.2 Pemilihan suatu nilai (preferance for value) 3.3 Keterikatan (commitment)

4. Mengorganisasi

4.1 Konsep kita terhadap nilai (conceptualization of value)

4.2 Pola mengorganisasi ke dalam sistem nilai (organization of value system)

5. Mempribadikan nilai

(characterization value complex)

5.1 Menggeneralisasikan (generalized set) 5.2 Mempribadikan (characterization)

Menurut W. Gulö (2004: 156) berkembangnya minat atau penghargaan terhadap suatu nilai tertentu memerlukan beberapa tahap domain afektif, sebagai berikut:

1) minat, dimulai dari 1.1 sampai 3.2; 2) penghargaan, mulai 1.3 sampai 3.2; 3) sikap, mulai dari 2.3 sampai 4.2; dan 4) penyesuaian diri, muai dari 2.3 sampai 5. c. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan

hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan- kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila siswa telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya. Terdapat enam tingkatan keterampilan menurut Nana Sudjana (2011: 30-31), yaitu:

a. gerak refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar; b. keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;

c. kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain;

d. kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan;

e. gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan kompleks;

f. kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah melakukan suatu kegiatan dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, simbol maupun kalimat. Hasil belajar IPS meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam penelitian ini peneliti meneliti ranah kognitif dan afektif karena disesuaikan dengan masalah yang terjadi di lapangan. Untuk siswa SD, ranah kognitif yang dipilih cukup pengetahuan, pemahaman, dan penerapan (Sardjio, 2011: 8.19). Dalam penelitian ini kemampuan kognitif yang diukur meliputi hafalan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Ranah afektif dalam penelitian ini yang diukur meliputi menerima (receiving), menanggapi

Dokumen terkait