• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………..10-41

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

“Living is learning”, merupakan sepenggal kalimat yang dikemukakan oleh

Havighurst (1953). Dengan kalimat tersebut memberikan suatu gambaran bahwa belajar merupakan hal yang sangat penting, sehingga tidaklah mengherankan bahwa banyak orang atau ahli yang membicarakan masalah belajar (Bimo Walgito, 2004: 165-166).

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Daryanto 2009: 2).

Belajar merupakan suatu kewajiban bagi setiap orang yang beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam meningkatkan derajat kehidupan mereka. Hal ini dinyatakan dalam surah Mujaadilah: 11

                                 Artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,’Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,’maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,’GBerdirilah kamu,’maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat(derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.

Ilmu dalam hal ini tentu saja tidak hanya berupa pengetahuan agama tetapi juga berupa pengetahuan yang relevan dengan zaman. Allah berfirman dalam surah Az – Zumar ayat : 9

                           Artinya:

“Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik (Slameto, 2010: 1).

Belajar (learning), sering kali didefinisikan sebagai perubahan yang relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman. Namun sebagian orang beranggapan bahwa belajar itu adalah semata-mata mengumpulkan atau menghapalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang berasumsi demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh gurunya (Saleh Abdul Rahman, 2009: 205-207).

Selain itu, belajar merupakan adanya perkembangan pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku pada diri peserta didik yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan mengobservasi, mendengar, mencontoh dan mempraktekkan langsung suatu kegiatan (Wahab Jufri, M.Sc 2013: 38).

Kemudian untuk memperluas pemahaman kita mengenai apa yang dimaksud belajar, akan dikemukakan beberapa defenisi belajar menurut para ahli pendidikan modern (Ngalim Purwanto 2011: 84):

a. Hilgard dan Bower, dalam buku Theoris of Learning (1975) sebagaimana dikutip dalam buku Psikologi Pendidikan mengemukakan. “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh penglamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).

b. Gagne, dalam buku The Condition of Learning (1977) sebagaimana dikutip dalam buku Psikologi Pendidikan menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”

c. Morgan, dalam buku Introduction to psychology (1978) sebagaimana dikutip dalam buku Psikologi Pendidikan mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”

d. Witherington, sebagaimana dikutip dalam buku Educational Psychology, mengemukakan. “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”

Dari defenisi-defenisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar yaitu: a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu

dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang buruk.

b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

c. Untuk dapat disebut belajar perubahan harus relative mantap; harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang.

d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, kebiasaan, atau pun sikap (Ngalim Purwanto 2011: 85).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dimana faktor intern dibagi menjadi tiga faktor yaitu:

1. Faktor jasmaniah a. Faktor kesehatan b. Cacat tubuh 2. Faktor psikologis a. Inteligensi b. Perhatian

c. Minat d. Bakat e. Kematangan f. Kesiapan

3. Faktor kelelahan

Selain faktor intern, ada juga faktor ekstern yang mempengaruhi belajar yang dikelompokkan menjadi tiga factor yaitu:

a. Faktor keluarga

1) Cara orang tua mendidik 2) Relasi antara anggota keluarga 3) Suasana Rumah

4) Keadaan ekonomi keluarga 5) Pengertian orang tua 6) Latar belakang kebudayaan b. Faktor sekolah

1) Metode mengajar 2) Kurikulum

3) Hubungan guru dengan siswa 4) Hubunga siswa dengan siswa 5) Disiplin sekolah

6) Alat pelajaran 7) Dan sebagainya

c. Faktor masyarakat

1) Kegiatan siswa dalam masyarakat 2) Mass media

3) Bentuk kehidupan mastarakat (Daryanto, 2009: 2-67).

Jadi dari pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar itu perubahan tingkah laku yang di alami seseorang kearah yang lebih baik dan dilakukan secara sadar. Dan perubahan itu disebabkan karena hasil dari pengalaman-pengalaman yang telah dilalui seseorang.

2. Hakikat Belajar Mengajar

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara’. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan proses pembelajaran yang diarahkan kepada perkembangan peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci dan prasarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolak ukur bahwa siswa telah belajar dengan baik ialah jika siswa itu dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari, sehingga indicator hasil belajar yang diinginkan dapat tercapai oleh siswa (Trianto 2009:17).

3. Hasil Belajar

Istilah hasil belajar tersebut tersusun dari dua kata, yakni dari kata ”hasil” dan ”belajar”. Menurut kamus besar bahasa indonesia, hasil diartikan sebagai suatu kegiatan yang telah dicapai dari apa yang dilakukan atau apa yang telah dikerjakan sebelumnya. Hasil tidak lain suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik semua individu maupun kelompok dalam bidang tertentu.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap, dalam kegiatan belajar intruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran (Mulyono Abdurrahman 2003: 37-38).

Kemudian untuk memperluas pemahaman kita mengenai hasil belajar, akan dikemukakan beberapa defenisi hasil belajar menurut para ahli pendidikan modern: a. Gagne menyatakan hasil belajar adalah kemampuan (performance) yang dapat

teramati dalam diri seseorang dan disebut dengan kapabilitas. Menurut Gagne, ada lima kategori kapabilitas manusia yaitu: Keterampilan intelektual, Strategi kongnitif, Invormasi verbal, Keterampilan dan Sikap (Jufri, A. Wahab 2013: 58). b. Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua

sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

c. Oemar Hamalik berpendapat bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2006: 30).

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi:

1) Faktor jasmaniah 2) Faktor psikologis

b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: 1) Faktor keluarga

2) Faktor sekolah

3) Faktor masyarakat (Sugihartono, dkk 2007: 76-77)

Selain itu, hasil belajar siswa juga bergantung dari peranan guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah. Perana guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah dapat dibedakan menjadi dua: (1) tugas dalam layanan bimbingan dalam kelas dan (2) di luar kelas, dari kedua peran guru di atas, tugas guru dalam layanan bimbingan dalam kelas merupakan peran guru yang sangat penting bagi siswa dalam mendapatkan hasil belajar yang baik. Guru perlu mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-tugas yang harus dilakukannya dalam kegiatan bimbingan. Kejelasan bimbingan ini dapat memotivasi untuk berperan secara aktif dalam

kegiatan bimbingan dan mereka merasa ikut bertanggungjawab atas terlaksananya kegiatan itu (Soetjipto dan Raflis Kosasi 2008: 178)

Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang yang melakukannya. Adapun tingkatan-tingkatan hasil belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain yaitu:

a. Istimewah/maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

b. Baik sekali/optimal: apabila sebagian (76%-99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.

c. Baik/minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya (60%-75%) saja dikuasai oleh siswa.

d. Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Selanjutnya untuk mengelompokkan tingkat hasil kemampuan belajar fisika digunakan standar acuan yang ditetapkan oleh departemen pendidikan dan kebudayaan seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1:Kategori hasil belajar

Presentase Kategori 0 – 20 Sangat rendah 21 – 40 Rendah 41 – 60 Sedang 61 – 80 Tinggi 81 – 100 Sangat Tinggi

Secara umum, hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh para pelajar yang menggambarkan hasil usaha kegiatan guru dalam menfasilitasi dan menciptakan kondisi kegiatan belajar mereka. Dengan kata lain, tujuan usaha guru itu diukur dengan hasil belajar siswa. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar fisika adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar fisika. Setiap kegiatan yang berlangsung pada akhirnya ingin diketahui hasilnya, untuk mengetahui hasil kegiatan pembelajaran maka harus dilakukan penilaian hasil belajar fisika.

Hasil belajar merupakan suatu yang dicapai melalui proses belajar. Baik tidaknya hasil belajar yang dicapai seseorang tergantung pada proses belajar itu sendiri serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar.

Hasil belajar fisika merupakan suatu yang dicapai melalui proses belajar fisika. Baik tidaknya hasil belajar yang dicapai seseorang tergantung pada proses belajar itu sendiri serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar fisika.

Menurut Benjamin S. Bloom ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik (Mulyono Abdurrahman, 2003: 38).

Pada pelajaran fisika hasil belajar biasanya dinilai dengan menggunakan tes. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar yang dicapai seseorang berdasarkan tingkat pemahaman terhadap materi yang telah diajarkan.

C. Model Pembelajaran Inkuiri Sains

Dokumen terkait