Secara umum kondisi bobot badan kambing kacang di Kabupaten Kaur sama dengan di daerah-daerah lain yaitu kurus sampai sedang. Rataan bobot hidupnya berkisar antara 4,0 – 14, 1 kg baik jantan maupun betina yang berumur belum sapih –
12 bulan, sedangkan rataan bobot badan kambing kacang yang berumur lebih dari 12 bulan adalah 21 – 22 kg. Hasil yang hampir sama diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Sabrani et al. (1982) memperoleh hasil bahwa rataan bobot badan kambing kacang di Bogor berkisar antara 3,77 – 12, 83 kg, baik pada jantan maupun betina yang berumur belum sapih – 12 bulan. Rataan bobot hidupnya yang berumur dua bulan sebesar 3, 8 kg dan dewasa sebesar 24, 8 kg diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Basuki et al. (1980). Jantan dan betina dewasa masing-masing berbobot kurang lebih 25 dan 20 kg (Devendra dan Burns, 1994; Herman et al., 1983; Mulyono, 2003). Rataan bobot hidup kambing kacang baik jantan maupun betina pada umur belum sapih – 12 bulan adalah 3,7 – 11,8 kg (Lukman et al., 1987). Berdasarkan kenyataan di atas dapat dikatakan bahwa kondisi bobot hidup di Kabupaten Kaur relatif sama dengan di daerah lain.
Kesamaan bobot hidup kambing ini antara satu tempat dengan tempat lainnya disebabkan karena latar belakang pemeliharaan (secara ekstensif) dan lingkungan (suhu, cuaca, iklim, hijauan, dll) yang hampir sama. Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap ukuran-ukuran tubuh dan bobot hidup kambing. Faktor lingkungan yang banyak mempengaruhi kondisi kambing tersebut terutama adalah faktor pakan (Devendra dan Burns, 1994).
Sebaran Data
Sebaran data bobot hidup (y) terhadap lingkar dada (x) pada grafik linier dan non linier terdapat pada Gambar 3 dan 4. Nilai ketepatan R-Sq (adj) yang dihasilkan pada grafik linier sebesar 93% sedangkan pada grafik non linier sebesar 96,7%. Hal ini menunjukan bahwa model grafik non linier lebih tepat digunakan untuk menggambarkan sebaran data bobot hidup (y) terhadap lingkar dada (x) karena nilai ketepatan R-Sq (adj) yang dihasilkan lebih besar dibandingkan nilai R-Sq (adj)
grafik linier sehingga nilai errornya akan lebih rendah.
Gambar 3. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Lingkar Dada pada Grafik Linier
Gambar 4. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Lingkar Dada pada Grafik Non Linier
Sebaran data bobot hidup (y) terhadap panjang badan (x) pada grafik linier dan non linier terdapat pada Gambar 5 dan 6. Nilai ketepatan R-Sq (adj) yang dihasilkan pada grafik linier sebesar 92,2% sedangkan pada grafik non linier sebesar 95,2%. Hal ini menunjukan bahwa model grafik non linier lebih tepat digunakan untuk menggambarkan sebaran data bobot hidup (y) terhadap lingkar dada (x) karena nilai ketepatan Sq (adj) yang dihasilkan lebih besar dibandingkan nilai
R-Sq (adj) grafik linier sehingga nilai errornya akan lebih rendah.
Gambar 5. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Panjang Badan pada Grafik Linier
Gambar 6. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Lingkar Dada pada Grafik Non Linier
Gambar 5 dan 6 menunjukkan bahwa sebaran data bobot hidup kambing kacang baik jantan maupun betina bersifat non linear, maka hubungan kedua variabel
tersebut dipelajari dengan menggunakan kertas grafik logaritmik. Hasilnya terdapat pada Gambar 5 dan 6.
Gambar 7. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Lingkar Dada pada Grafik Logaritmi
Gambar 8. Sebaran Data Antara Bobot Hidup dan Panjang Badan pada Grafik Logaritmik
Sebaran tersebut membentuk garis lurus maka hubungan tersebut dipelajari dengan menggunakan analisis regresi non linier dengan rumus y = ax(b ± Sb) (Snedechor dan Cochran, 1967). Pendugaan rumus menggunakan analisis non linear
pernah dilakukan oleh Herman et al. (1985) terhadap 295 ekor kambing Peranakan Etawah dan Butswat (1998) terhadap domba Tansaka dan kambing Red Sokoto.
Analisis Regresi
Hasil perhitungan analisis regresi non linier terdapat pada Tabel 2. Gabungan (jantan dan betina) memiliki nilai korelasi dan koefisien determinasi lebih rendah dibandingkan betina dan lebih tinggi dibandingkan jantan. Setelah dilakukan uji analisis covarian, pengaruh jenis kelamin terhadap koefisien regresi dan intersep tidak nyata (P>0,01). Hal ini menunjukkan bahwa pada bobot tubuh yang sama, jantan dan betina tidak mempunyai perbedaan yang nyata untuk ukuran lingkar dada dan panjang badan, sehingga pengelompokan berdasarkan jenis kelamin tidak perlu dilakukan. Nilai korelasi antara lingkar dada dengan bobot hidup dan panjang badan dengan bobot hidup cukup tinggi, pada gabungan (jantan dan betina) berturut-turut adalah 0,9851 dan 0,9790. Nilai koefisien determinasi (R2) untuk gabungan (jantan dan betina adalah 97,04% dan 95,80%.
Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Non Linier dan Uji Ancova Peubah JK Intersep (a) Koefisien Regresi b ± Sb SK (b ± Sb.t(0,05)) Korelasi (r) R2 (%) LD J 0,00045 2,617 0,0757 2,4925 - 2,7415 0,9750 95,10 B 0,00022 2,810 0,0395 2,7450 - 2,8750 0,9875 97,50 G 0,00023 2,760 0,0346 2,7030 – 2,8170 0,9851 97,04 PB J 0,00021 2,816 0,0894 2,6689 – 2,9631 0,9692 93,93 B 0,00007 3,103 0,0532 3,0155 – 3,1905 0,9815 96,30 G 0,00008 3,040 0,0454 2,9653 – 3,1147 0,9790 95,80 Keterangan : JK = Jenis Kelamin, LD = Lingkar Dada, PB = Panjang Badan, R2 = koefisien determinasi, Sb = galat untuk koefisien regresi J = Jantan, B = Betina, G = Gabungan, (P > 0,01).
Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985), Lukman et al. (1987), Butswat (1998) dan Hamayun et al.(2006) juga diperoleh hasil yang sama yaitu pengaruh jenis kelamin terhadap koefisien regresi dan intersep tidak nyata sehingga tidak dilakukan pembedaan rumus antara jantan dan betina. Namun pada penelitian Dewi (2010) dan Slippers et al. (2000), dilakukan pembedaan rumus pendugaan bobot hidup pada jantan dan betina karena hasil penelitian menunjukan
pengaruh jenis kelamin terhadap koefisien regresi dan intersepnya nyata. Tidak dilakukannya pembedaan rumus antara jantan dan betina pada pendugaan bobot hidup ternak akan mempermudah penerapan rumus di lapangan oleh masyarakat karena kambing kacang jantan dan betina tidak harus memiliki pita ukur yang berbeda.
Persamaan Regresi
Persamaan allometris lingkar dada untuk gabungan (jantan dan betina) adalah y = (0,00023) (x)(2,76 ± 0,0346). Persamaan ini mempunyai nilai r = 0,9851, dan koefisien determinasinya sebesar 97,04%. Hal ini menunjukan bahwa lingkar dada (x) dan bobot hidup (y) memiliki korelasi yang positif sehingga dapat digunakan sebagai penduga bobot hidup, dimana 97,04% keragaman bobot hidup (y) kambing kacang dipengaruhi oleh keragaman lingkar dadanya (x). Nilai korelasi dan koefisien determinasi gabungan (jantan dan betina) antara lingkar dada dan bobot hidup yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan nilai korelasi dan koefisien determinasi yang diperoleh pada penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985) diperoleh nilai korelasi dan koefisien determinasinya berturut-turut sebesar 0,9677 dan 94%.
Persamaan allometris panjang badan untuk gabungan (jantan dan betina) adalah y = (0,00008) (x)(3,04 ± 0,0454). Persamaan ini mempunyai nilai r = 0,979, dan koefisien determinasinya sebesar 95,8%. Hal ini menunjukan bahwa panjang badan (x) dan bobot hidup (y) memiliki korelasi yang positif sehingga dapat digunakan sebagai penduga bobot hidup, dimana 95,8% keragaman bobot hidup (y) dipengaruhi oleh keragaman panjang badannya (x). Nilai korelasi gabungan (jantan dan betina) antara panjang badan dan bobot hidup yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan nilai korelasi yang diperoleh pada penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985) diperoleh nilai korelasi sebesar 0,8159.
Nilai koefisien determinasi digunakan untuk mengukur keakuratan dari rumus pendugaan yang diperoleh. Nilai koefisien determinasi yang semakin tinggi menunjukkan bahwa rumus pendugaan yang diperoleh semakin akurat. Hasil analisis regresi linier pada gabungan (jantan dan betina) berdasarkan lingkar dada memiliki nilai koefisien determinasi lebih tinggi dibandingkan gabungan (jantan dan betina)
yang didasarkan pada panjang badan. Hal ini menunjukkan bahwa rumus pendugaan berdasarkan lingkar dada lebih akurat dibandingkan dengan rumus pendugaan berdasarkan panjang badan. Hasil serupa juga diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985), Lukman et al. (1987) dan Doho (1994).
Lingkar dada adalah bagian tubuh yang mengalami perbesaran ke arah samping. Pertambahan bobot badan hewan menyebabkan hewan tambah besar dan diikuti dengan pertambahan dan perkembangan otot yang ada di daerah dada sehingga ukuran lingkar dada semakin meningkat (Doho, 1994). Penelitian yang dilakukan oleh Herman et al. (1985) mendapatkan hasil bahwa lingkar dada memiliki koefisien pertumbuhan (0,3286) yang paling tinggi dibandingkan ukuran tubuh yang lain. Lingkar dada mempunyai proses pertumbuhan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai penduga bobot tubuh, lingkar dada masih lebih mengikuti pertambahan bobot badan selama hewan tumbuh dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya (Herman et al., 1985). Hal inilah yang menyebabkan lingkar dada dapat lebih akurat dalam menduga bobot hidup ternak. Selain itu, pengukuran lingkar dada lebih mudah dan akurat dibandingkan ukuran tubuh lainnya (Slippers et al., 2000) karena dapat diukur pada ternak dengan posisi apapun. Ukuran lingkar dada tidak dipengaruhi oleh posisi berdiri ternak (Herman et al., 1985).
Uji Keakuratan
Uji keakuratan perlu dilakukan untuk mengetahui keakuratan rumus pendugaan yang diperoleh terhadap ukuran tubuh kambing kacang sebenarnya. Pengujian dilakukan menggunakan ukuran bobot hidup, lingkar dada, dan panjang badan yang tidak dimasukkan dalam pengolahan data persamaan tersebut. Hasil pengujian tersebut disajikan pada Tabel 3.
Hasil pengujian rumus pendugaan bobot hidup pada Tabel 3 menunjukkan persentase ketelitian yang cukup tinggi yaitu lebih dari 90%. Hal ini berarti bahwa rumus yang diperoleh cukup akurat untuk digunakan menduga bobot hidup kambing kacang melalui lingkar dada atau panjang badan. Variasi selalu ada, diantaranya karena isi saluran pencernaan yang mempengaruhi besarnya bobot hidup pada saat penimbangan (Herman et al., 1985). Penyimpangan yang rendah dari rumus ini masih dapat dipertanggung jawabkan.
Rumus pendugaan ini diharapkan bermanfaat untuk masyarakat, karena dapat memudahkan dalam menentukan bobot hidup tanpa harus menimbang satu per satu dalam jumlah yang cukup banyak. Masyarakat cukup menggunakan pita ukur yang telah dibuat dengan persamaan ini.
Tabel 3. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Hidup Berdasarkan Lingkar Dada dan Panjang Badan
Jenis Kelamin Ukuran Sebenarnya BH Dugaan (kg) Ketelitian (%) Ukuran Sebenarnya BH Dugaan (kg) Ketelitian (%) LD (cm) BH (kg) PB (cm) BH (kg) Jantan 30 3 2,75 91,67 33 3 3,30 90,91 37 5 4,89 97,80 37 5 4,68 93,60 46 9 8,93 99,22 45,5 9 8,78 97,56 48 10 10,05 99,50 47 10 9,50 95,00 54 14 13,90 99,28 52 14 13,17 94,07 58 17 16,94 99,65 58 17 18,36 92,59 59 19 17,75 93,42 57 19 17,42 91,68 60 20 18,60 93,00 61,5 20 21,94 91,16 62 21 20,36 96,95 60 21 20,35 96,90 62,8 22 21,09 95,86 63 22 23,61 93,18 Betina 21 1 1,02 98,04 22 1 0,96 96,00 24 1,5 1,48 98,66 25 1,5 1,42 94,66 33 3,5 3,60 97,22 33 3,5 3,30 94,29 37 5 4,90 98,00 36,5 5 4,50 90,00 46 9 8,90 98,89 45 9 8,50 94,44 48 10 10,05 99,50 47 10 9,69 96,9 55 15 14,63 97,53 53 15 13,96 93,07 60 18 18,60 96,77 59 18 19,34 93,07 61 20 19,46 97,30 61 20 21,40 93,46 63 25 26,81 93,25 66 25 27,19 91,95 Keterangan : LD = Lingkar Dada, PB = Panjang Badan, dan BH = Bobot Hidup