Hasil analisis ragam data dari 5 peubah yang diukur menunjukkan bahwa a) setelah benih menjalasi periode simpan 6 bulan, pengaruh proporsi kapur tohor dalam kemasan terhadap viabilitas benih kacang tanah nyata ditunjukkan oleh peubah kecepatan perkecambahan (KP), kecambah normal kuat (KNK), dan nilai delta (ND), sedangkan peubah daya berkecambah dan kadar air menunjukkan belum ada perbedaan, dan b) setelah benih menjalani periode simpan 9 bulan, pengaruh proporsi kapur tohor dalam kemasan nyata ditunjukkan oleh peubah daya berkecambah (DB), kecepatan perkecambahan (KP), kecambah normal kuat (KNK), dan kadar air (KA) benih (Tabel 1).
Tabel 1. Rekapitulasi analisis ragam pengaruh perlakuan proporsi kapur tohor terhadap viabilitas benih kacang tanah yang diukur dengan beberapa peubah pada periode simpan 6 dan 9 bulan
No Peubah Setelah penyimpanan
6 bulan 9 bulan
1 Daya Berkecambah (DB) (%) tn **
2 Kecepatan Perecambahan (KP) (%/hari) ** **
3 Kecambah Normal Kuat (KNK)v(%) ** **
4 Nilai Delta (D) (%) ** tn
5 Kadar air benih (KA) (%) tn **
Keterangan: tn=tidak nyata pada taraf 5%, **=nyata pada taraf 5% dan1%
Hasil analisis pembandingan nilai-nilai tengah antarperlakukan dengan nilai BNJ 5% menunjukkan bahwa sampai dengan akhir periode simpan 9 bulan, kapur tohor dalam kemasan benih secara efektif mempertahankan viabilitas benih kacang tanah tetap tinggi (Gambar 1, dan 2). Sampai akhir periode simpan 6 bulan, viabilitas potensial (VP) benih yang ditunjukkan oleh nilai daya berkecambah (DB) masih dapat bertahan tetap tinggi dan tidak menunjukkan perbedaan nilai DB antara benih yang diberi kapur tohor dan tanpa kapur tohor dalam kemasannya (Gambar 1A). Vigor (Vg) benih, yang ditunjukkan oleh nilai kecepatan perkecambahan (KP) dan kecambah normal kuat (KNK), berbeda antara benih yang di dalam kemasannya diberi kapur tohor dengan yang tidak diberi kapur tohor. Nilai KNK benih dari kemasan yang ditambahkan kapur tohor 15-25% adalah lebih tinggi daripada benih dari kemasan dengan kapur tohor 5 dan
10% maupun yang tanpa kapur tohor (Gambar 1B). Nilai KNK benih dari kemasan tanpa kapur tohor menunjukkan angka paling rendah (Gambar 1B).
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 1. Pengaruh proporsi kapur tohor dalam kemasan kemasan benih pada viabilitas benih kacang tanah setelah benih menjalani periode simpan 6 bulan; daya berkecambah (A), kecambah normal kuat (B), nilai D (C), dan kecepatan perkecambahan (D). Angka-angka dalam sebuah grafik yang diikuti indeks huruf sama berbeda tidak nyata menurut uji BNJ 5%.
Nilai KP benih dari kemasan yang ditambahi kapur tohor 5-25% masing-masing lebih tinggi daripada benih dari kemasan tanpa kapur tohor (Gambar 1D). Nilai D (Gambar 1C) menunjukkan bahwa benih dari kemasan tanpa kapur tohor lebih besar daripada benih dari kemasan dengan kapur tohor 15-25%. Dari nilai D tersebut, vigor benih dari kemasan dengan kapur tohor 15-25% lebih tinggi daripada benih dari kemasan tanpa diberi kapur tohor. Nilai D adalah peubah yang indikatif untuk vigor benih pada periode II dan periode III (Sadjad, 1989;
Pramono; 1991). Pada periode II dan III itu, lot benih dengan nilai D kecil memiliki viabilitas potensial dan vigor lebih tinggi daripada lot benih dengan nilai D besar. Penelitian Pramono (2008) menunjukkan bahwa benih kacang tanah dengan nilai daya berkecambah 97,05% memiliki nilai D = 8,98% dan benih dengan nilai daya berkecambah 80% memiliki nilai D = 40,52%.
Setelah menjalani periode simpan 6 bulan (Gambar 1), pemberian kapur tohor 15-25% dalam kemasan masih dapat mempertahan vigor benih di atas 90% (kecambah normal kuat) dan dengan kecepatan perkecambahan masih lebih dari 24%/hari. Nilai viabilitas potensialnya (daya berkecambah) tentu masih lebih tinggi dari itu, yaitu 98-100%. Penambahan kapur tohor 5-10% dapat mempertahankan vigor (KNK) 88-89%, sedangkan tanpa kapur tohor hanya tinggal 70,67%. Kenyataan ini (Gambar 1) menunjukkan bahwa penyimpanan benih kacang tanah tanpa kapur tohor sampai periode simpan 6 bulan masih cukup aman, atau tidak berbeda nyata dengan yang diberi kapur tohor 5% dan 10%.
Setelah menjalani periode simpan 9 bulan, nilai VP dan Vg benih kacang tanah dari kemasan dengan kapur tohor juga lebih tinggi daripada benih dari kemasan tanpa kapur tohor (Gambar 2). Dari kemasan tanpa kapur tohor, nilai daya berkecambah (DB) benih tinggal 5,33% yang jauh lebih rendah daripada DB benih yang berasal dari kemasan dengan kapur tohor 5-25% yang masih mencapai lebih dari 90% (Gambar 2A). Vigor benih yang diukur dengan kecambah normal kuat (KNK) menunjukkan juga bahwa penambahan kapur tohor dalam kemasan 5-25% dapat mempertahankan vigor benih kacang tanah sampai akhir periode simpan 9 bulan (Gambar 2B). Tanpa kapur tohor nilai KNK tinggal 1,33%, dengan kapur tohor 5% nilai KNK masih 72%, dan dengan kapur tohor 10-25% nilai KNK masih lebih dari 82%. Vigor benih yang diukur dengan kecepatan perkecambahan (KP) menunjukkan bahwa KP benih dari kemasan tanpa kapur tohor tinggal 1,07%/hari lebih rendah daripada benih dari kemasan dengan kapur tohor 5-25% yang masih tinggi labih dari 23%/hari (Gambar 2C). Data kadar air (Gambar 2D) menunjukkan bahwa kadar air benih kacang tanah dari kemasan tanpa diberi kapur tohor lebih rendah (2,89%) dari benih dari kemasan dengan kapur tohor 5-25% (6,12%-6,83%).
Data viabilitas benih kacang tanah setelah menjalani periode simpan sampai 9 bulan (Gambar 2) menunjukkan bahwa pemberian kapur tohor 10-25% dalam kemasan masih dapat mempertahan vigor benih di atas 80% (82,67-89,33%) kecambah normal kuat dengan kecepatan perkecambahan masih lebih dari 22%/hari, dan viabilitas potensialnya yang ditunjukkan oleh nilai daya berkecambah (DB) 97% - 100%. Penambahan kapur tohor 5%, dapat mempertahankan vigor (KNK) 72%, dan viabilitas potensialnya masih 90,67%, sedangkan vigornya tanpa kapur tohor hanya tinggal 1,33% (KNK), 1,07%/hari (KP), dan 5,33% (DB).
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 2. Pengaruh proporsi kapur tohor dalam kemasan kemasan benih pada viabilitas benih kacang tanah setelah benih menjalani periode simpan 9 bulan; daya berkecambah (A), kecambah normal kuat (B), kecepatan perkecambahan (C), dan Kadar air (D). Angka-angka dalam sebuah grafik yang diikuti indeks huruf sama berbeda tidak nyata menurut uji BNJ 5%.
Efektivitas kapur tohor dalam mempertahankan viabilitas benih diduga karena kemampuan kapur tohor mempertahankan kadar air benih atau memperlambat turunnya kadar air benih (Gambar 2D). Pengamatan lebih teliti tentang kadar air benih dan kadar air kapur tohor (Gambar 3) menunjukkan bahwa selama penyimpanan, kapur tohor mengalami desorbsi, dari semula kapur tohor berkadar air 16.33% menjadi 4.05% pada akhir PS 6 bulan dan menjadi 3.38% pada akhir PS 9 bulan .
(A) (B)
(C) (D)
Gambar 3. Kadar air; butir benih (A), cangkang polong (B), polong berbiji (C), dan kapur tohor (D) dalam kemasan yang diberi kapur dan yang tanpa diberi kapur tohor, dan Kadar air (D).
Benih juga mengalami desorpsi, tetapi dengan penambahan kapur tohor, laju desorpsi benih lambat saja, dari semula kadar air butiran benih 6.99% menjadi 6.06% pada akhir PS 6 bulan dan menjadi 5.87% pada akhir PS 9 bulan. Benih kacang tanah yang tidak diberi kapur tohor dalam kemasannya mengalami desorbsi yang lebih besar. Pada periode simpan 6 bulan, desorbsi belum menyebabkan perbedaan nyata vigor antara lot benih yang ditambah dengan kapur tohor dengan yang tanpa ditambah kapur tohor (Gambar 1). Pada akhir periode simpan 9 bulan, desorbsi benih yang besar menyebabkan turunnya viabilitas potensial dan vigor berjalan sangat cepat. Viabilitas potensial dan vigor benih
kacang tanah yang disimpan tanpa kapur tohor itu menurun sangat cepat antara periode simpan 6 bulan dan 9 bulan itu diduga disebabkan oleh terjadinya autooksidasi lipid dalam benih, seperti yang dikemukanan oleh Harrington (1973). Kadar air benih yang rendah (kurang dari 6%), didalam benih terutama benih berlemak akan terjadi proses oksidasi lipid. Reaksi auto oksidasi lipid dapat berjalan nonenzimatik. Pada reaksi itu, akan terbentuk senyawa karbonil yang bersifat dapat merusak protein dan asam nukleat. Rusaknya protein dan asam nukleat itu menyebabkan kemunduran benih berjalan lebih cepat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah a) kapur tohor merupakan bahan desikan alamiah yang dapat digunakan untuk memperpanjang daya simpan benih kacang tanah, b) kapur tohor yang ditambahkan dalam kemasan benih kacang tanah dengan proporsi 15-25% dapat mempertahankan vigor benih pada 94-97% setelah periode simpan 6 bulan, dan pada 85-89% setelah periode simpan 9 bulan, c) kapur tohor yang ditambahkan dalam kemasan benih kacang tanah dengan proporsi 5-10% dapat mempertahankan vigor benih pada level 88-89% setelah periode simpan 6 bulan, dan pada level 72-82% setelah periode simpan 9 bulan, dan d) tanpa kapur tohor dalam kemasan benih kacang tanah, vigor benih dapat dipertahankan pada 70,67% setelah periode simpan 6 bulan, dan pada 1,33% setelah periode simpan 9 bulan.