• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Unit Penangkapan Ikan

Unit Penangkapan yang mendaratkan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu berjumlah 8 jenis diantaranya unit penangkapan payang, pancing, jaring rampus, bagan, trammel net, pukat cincin (purse seine), jaring insang (gill net), dan rawai tuna. Namun terdapat dua jenis armada dengan alat tangkap yang dominan mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratau, yaitu pancing ulur sebesar 6.238 trip/tahun dan payang sebesar 2.626 trip/tahun (Lampiran 3). Deskripsi unit penangkapan pancing dan payang dijelaskan sebagai berikut:

Unit Penangkapan Pancing

Alat tangkap pancing merupakan alat tangkap paling umum yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan, khususnya nelayan skala kecil (small scale fishery). Alat tangkap pancing termasuk ke dalam klasifikasi hook and line. Pada prinsipnya pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu line dan mata pancing (hook). Alat tangkap pancing ulur dan rawai layur terdiri dari tali utama (main

8

line) dan tali cabang (branch line) yang terbuat dari monofilament, mata pancing (hook) terbuat dari besi dan baja, kili-kili (swivel) terbuat dari besi dan baja, dan pemberat terbuat dari timah. Jenis pancing yang digunakan nelayan Palabuhanratu ada 4, yaitu pancing ulur, gajrut/pancing layur/rawai layur, pancing kotrek dan pancing dasar.

Cara operasi penangkapan dibedakan atas 2 macam yaitu dengan menggunakan umpan dan tanpa umpan. Operasi penangkapan dengan menggunakan umpan dilakukan dengan cara menenggelamkan pancing hingga pemberatnya menyentuh permukaan dasar perairan. Selanjutnya pancing didiamkan hingga ada ikan yang terkait mata pancing. Sebagai umpan digunakan ikan kecil utuh atau potongan ikan, dan cumi-cumi. Adapun pengoperasian pancing tanpa umpan dikerjakan dengan cara menenggelamkan pancing. Ketika pemberatnya sudah menyentuh dasar perairan, pancing diangkat sedikit ke atas. Kemudian pancing digerak-gerakkan sehingga kail bergerak-gerak menyerupai ikan kecil yang sedang berenang. Untuk lebih meningkatkan efektivitas penangkapan, maka kail yang digunakan harus berkilap atau berkilau.Waktu operasi penangkapan pancing ulur yang menggunakan umpan dapat dilakukan baik pada siang maupun malam hari. Sementara pancing ulur tanpa umpan harus dilakukan pada saat hari terang.

Metode penangkapan pancing dilakukan dalam waktu harian (one day fishing) dimulai berangkat dari fishing base sekitar pada pukul 05.00 sampai jam 10.00 dan pada jam 17.00 sampai jam 07.00. Nelayan kapal pancing ulur berjumlah 1-3 orang. Dalam operasi penangkapannya, alat tangkap pancing ulur menggunakan kapal motor kincang dengan kekuatan 5 PK dengan ukuran kapal memiliki panjang 9 meter, lebar 1,2 meter, dan draft 0,5 meter. Pada alat tangkap pancing hasil tangkapan utamanya adalah ikan layur (Trichiuru savala) untuk rawai layur, tongkol (Auxis thazard) untuk pancing kotrek, kakap merah (Lutjanus sanguincus) untuk pancing dasar, sedangkan hasil tangkapan sampingannya, yaitu ikan layang deles (Decapterus macrosoma), kembung (Rastelliger brachisoma), swanggi (Priacanthus tayenus), tenggiri (Scomberomorus commerson).

9

(B) (C)

Gambar 2 (A) Konstruksi pancing ulur, (B) Rawai layur, (C) Ilustrasi rawai layur saat dioperasikan (Puspito 2009)

Unit Penangkapan Payang

Alat penangkapan payang merupakan jenis alat tangkap yang termasuk ke dalam klasifikasi pukat kantong (seine nets) dalam kategori pukat kantong pertengahan atau permukaan (pelagic danish seine) yang terdiri dari dua buah sayap, tali ris atas dan bawah, badan jaring, kantong, dan tali selambar (Gambar 3). Metode pengoperasian payang dilakukan dalam waktu harian (one day fishing). Nelayan berangkat dari PPN Palabuhanratu (fishing base) menuju lokasi penangkapan (fishing ground) pada pukul 06.00 WIB sampai jam 17.00 WIB atau tergantung dari persediaan bahan bakar serta banyaknya hasil tangkapan yang didapatkan. Dalam pengoperasiannya alat tangkap payang menggunakan kapal motor tempel (outboard boat) berukuran 5 GT dengan panjang sekitar 12 meter dan lebar 3 meter dan draft 1 meter, dengan kekuatan mencapai 40 PK. Nelayan payang berjumlah 8 sampai 15 orang sesuai dengan kebutuhan, yang beranggotakan 1 orang nahkoda atau master fishing dan sisanya sebagai anak buah kapal (ABK). Pengoperasian payang tanpa dilengkapi dengan alat pembuka mulut jaring (otter board) atau palang/gawang (beam). Pengoperasian payang tidak dihela (dragging) di belakang kapal yang berjalan, melainkan ditarik (towing) dengan tenaga kerja ABK untuk mengangkat payang ke atas geladak kapal. Teknik pengoperasian payang dimulai dengan penurunan jaring (setting) dilakukan dari sisi lambung bagian kapal dengan gerakan maju kapal melingkari gerombolan ikan. Setelah setting, agar ikan tidak kabur dilakukan penarikan dan pengangkatan jaring (hauling) dilakukan dari sisi lambung bagian kapal tanpa menggunakan mesin bantu penangkapan (fishing mechinery) dan kedudukan kapal berlabuh jangkar atau kapal terapung (drifting), agar tidak terjadi gerakan mundur kapal yang berlebih, diupayakan kapal bergerak maju dengan kecepatan kapal lambat, sesuai beban atau kecepatan penarikan payang.

Hasil tangkapan utama alat tangkap payang adalah ikan pelagis yang hidup secara bergerombol (scooling) yaitu seperti tongkol (Auxis thazard), cakalang (Katsumonus pelamis), sedangkan hasil tangkapan sampingannya adalah ikan layur (Trichiurus savala), peperek (Leiognathus spp), eteman/semar (Mene maculata), layang deles (Decapterus macrosoma), kembung (Rastelliger brachisoma), kuwe (Caranx sp), selar kuning (Selaroides leptolepis), tuna sirip kuning (Thunnus albacares), tembang (Sardinella fibriata).

10

Sumber : Wahyudi 2010

Gambar 3 Kontruksi alat tangkap payang di PPN Palabuhanratu

Komposisi Hasil Tangkapan di PPN Palabuhanratu Analisis Tingkat Trofik Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu selama dasawarsa (2004-2013) dari semua alat tangkap yang beroperasi di perairan Palabuhanratu didominasi oleh ikan kelompok jenis karnivora yang menyukai ikan kecil dan cephalopoda (TL5 yaitu 4,0–4,5) dengan total produksi paling banyak pada tahun 2013 yaitu 6.523.774 kg, sedangkan hasil tangkapan ikan yang paling sedikit yaitu ikan kelompok jenis omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan (TL2 yaitu 2,1-2,9) pada tahun 2010 dengan total produksi 23.104 kg (Tabel 3).

Tabel 3 Komposisi biomassa hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu menurut kelompok tingkat trofik tahun 2004-2013

Tahun Biomassa (kg) TL2 TL3 TL4 TL5 Total 2004 152.518 590.626 948.747 1.401.442 3.093.333 2005 954.103 349.148 1.873.201 2.771.368 5.947.820 2006 381.712 818.222 1.022.909 2.802.788 5.025.631 2007 945.704 435.052 771.138 3.411.397 5.563.291 2008 1.498.462 169.189 289.330 2.549.484 4.506.465 2009 739.610 185.583 331.902 2.591.862 3.848.957 2010 23.104 725.062 368.833 5.299.877 6.416.876 2011 92.810 459.190 878.616 4.756.675 6.187.291 2012 312.809 528.584 1.214.229 6.249.545 8.305.167 2013 109.156 409.780 539.327 6.523.774 7.582.037 Rata-rata 520.999 467.044 823.823 3.835.821

11 Secara umum ikan kelompok jenis TL5 mengalami peningkatan produksi tiap tahunnya (Tabel 3). Pada tahun 2013, total produksi ikan kelompok jenis TL5 mencapai 6.523.774 kg. Hal ini diduga karena adanya peningkatan jumlah armada penangkapan yang target tangkapan utamanya merupakan organisma kelompok jenis TL5. Menurut Statistik PPN Palabuhanratu (2013) terjadi peningkatan jumlah kapal perikanan baik perahu motor tempel (outboard boat) maupun kapal motor (inboard boat) dari tahun 2004 sebanyak 530 unit hingga tahun 2013 sebanyak 903 unit (Lampiran 4). Selain itu armada perikanan yang mendaratkan ikannya di PPN Palabuhanratu juga telah memperluas wilayah fishing ground-nya hingga Samudra Hindia.

Gambar 4 Proporsi tingkat trofik (trophic level) hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu tahun 2004-2013

Persentase tingkat trofik didominasi oleh ikan kelompok jenis TL5. Selain itu juga terjadi peningkatan produksi tiap tahunnya mengakibatkan produksi ikan kelompok jenis TL2 – TL4 menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha penangkapan ikan lebih terfokus pada ikan kelompok jenis TL5. Menurut Pauly et al. (1998), akibat yang dapat ditimbulkan dalam jangka panjang adalah terjadinya fenomena “Fishing Down Marine Food Webs”, yaitu suatu titik balik terjadinya deplesi jumlah ikan-ikan jenis predator tingkat trofik tertinggi di perairan secara signifikan diiringi dengan peningkatan jumlah spesies yang lebih kecil. Hasil akhirnya adalah industri perikanan tangkap dengan sistematis mengalami kerugian dikarenakan produksi tangkapan menurun secara drastis.

Analisis Tingkat Trofik Hasil Tangkapan Pancing Ulur dan Payang

Hasil tangkapan nelayan di PPN Palabuhanratu dengan menggunakan alat tangkap pancing ulur dan payang didominasi oleh ikan kelompok jenis karnivora yang menyukai ikan kecil dan cephalopoda (TL5 yaitu 4,0 – 4,5). Jenis ikan dominan kedua yang ditangkap menggunakan alat tangkap pancing ulur dan payang didominasi oleh ikan kelompok jenis omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton) (TL3 yaitu 2,9 – 3,7).

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 B io m a ss a Tahun TL5 TL4 TL3 TL2

12

Tabel 4 Jenis dan tingkat trofik (trophic level) ikan hasil tangkapan nelayan menurut alat tangkap di PPN Palabuhanratu (Lampiran 4)

No Nama ikan Tingkat

trofik*

Alat tangkap

Ket** Payang Pancing

1 Cakalang (Katsuwonus pelamis) 3,8 1 0 TL4

2 Cucut botol (Centrophorus szuamonus) 4,2 0 1 TL5 3 Cucut karil (Squalus uyato Rafinesque) 4,2 0 1 TL5 4 Cucut lutung (Alopias supercilliosus) 4,5 0 1 TL5

5 Eteman/semar (Mene maculate) 3,5 1 0 TL3

6 Kakap merah (Lutjanus sanguincus) 4,0 0 1 TL4

7 Kembung (Rastelliger brachysoma) 2,7 1 0 TL2

8 Kuwe (Caranx sp) 4,5 0 1 TL5

9 Layang anggur (Decapterus kurroides) 3,4 0 1 TL3 10 Layang deles (Decapterus macrosoma) 3,4 1 0 TL3 11 Layaran (Istiophorus platypterus) 4,5 0 1 TL5

12 Layur (Trichiurus spp) 4,5 1 1 TL5

13 Manyung (Netuma thalassina) 3,1 1 0 TL3

14 Pari kelelawar (Manta birostris) 3,8 1 1 TL4

15 Peperek (Leiognathus spp) 3,2 1 0 TL3

16 Selar kuning (Decapterus kurroides) 3,5 1 0 TL3 17 Setuhuk loreng (Tetrapturus audax) 4,6 0 1 TL5

18 Sewanggi (Priacanthus tayenus) 3,7 1 1 TL3

19 Sunglir (Elagatis bipinnulatus) 3,6 1 0 TL3

20 Tembang (Sardinella fibriata) 2,7 1 0 TL2

21 Tenggiri (Scomberomorus sp) 4,5 0 1 TL5

22 Tetengkek (Megalaspis cordyla) 4,4 1 1 TL5

23 Tongkol abu-abu (Thunnus tonggol) 4,5 1 0 TL5

24 Tongkol komo (Euthynnus affinis) 4,5 1 1 TL5

25 Tongkol krai (Auxis thazard) 4,5 0 1 TL5

26 Tongkol lisong (Auxis rochei) 4,1 1 0 TL5

27 Tuna sirip kuning (Thunus albacores) 4,3 1 1 TL5

Jumlah 17 16

Keterangan:

1 = ditangkap; 0 = tidak ditangkap

* = klasifikasi kelompok tingkat trofik menurut Froese dan Pauly (2014) ** = klasifikasi kelompok tingkat trofik menurut Stergiou et al. (2007)

2,1 ≤ TL2 ≤ 2,9 = omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan

2,9 < TL3 ≤ 3,7 = omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton)

3,7 < TL4 ≤ 4,0 = karnivora yang menyukai decapoda dan ikan

13 Komposisi tingkat trofik hasil tangkapan nelayan di wilayah PPN Palabuhanratu didominasi oleh ikan kelompok jenis TL5 memiliki presentase 52%. Komposisi tingkat trofik terkecil yaitu ikan kelompok jenis TL2 memiliki presentase 7%. Sementara sisanya yaitu kelmpok jenis TL3 dan TL4 berturut-turut memiliki presentase sebesar 30% dan 11% (Gambar 5)

Gambar 5 Komposisi tingkat trofik (trophic level) hasil tangkapan nelayan pancing ulur dan payang di PPN Palabuhanratu

Tabel 5 Hasil jenis dan tingkat trofik (trophic level) ikan hasil tangkapan nelayan pancing ulur dan payang di PPN Palabuhanratu

Tingkat trofik Jumlah spesies/jenis Payang Pancing ulur

TL2 2 0

TL3 7 2

TL4 2 2

TL5 6 12

Jumlah 17 16

Sumber : Statistik PPN Palabuhanratu (diolah)

Alat tangkap payang banyak menangkap ikan kelompok jenis TL3 (2,9-3,7) yaitu omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton), sedangkan alat tangkap pancing ulur banyak menangkap ikan kelompok jenis pada TL5 (4,0-4,5) yaitu karnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda (Tabel 5). Alat tangkap payang sedikit menangkap ikan pada TL2 (2,1-2,9) yaitu omnivora yang cenderung pemakan tumbuhan, sedangkan alat tangkap pancing ulur sama sekali tidak menangkap ikan dengan kelompok jenis TL2.

TL2 7% TL3 30% TL4 11% TL5 52%

14

Gambar 6 Tingkat trofik (trophic level) hasil tangkapan nelayan pancing ulur dan payang di PPN Palabuhanratu

Alat tangkap pancing ulur menangkap 16 jenis ikan dari 27 jenis ikan hasil tangkapan dengan TL2 sebanyak 0%, TL3 sebanyak 12,5%, TL4 sebanyak 12,5%, dan TL5 sebanyak 72%. Hal ini menunjukan bahwa alat tangkap pancing ulur didominasi oleh hasil tangkapan dengan kelompok jenis TL5 yaitu karnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda, sedangkan pada alat tangkap payang menangkap 17 jenis ikan dari 27 jenis ikan hasil tangkapan dengan kelompok jenis TL2 sebanyak 11,76%, TL3 sebanyak 41,17%, TL4 sebanyak 11,76%, dan TL5 sebanyak 35,29% (Gambar 7). Hal ini menunjukan bahwa alat tangkap payang didominasi oleh hasil tangkapan dengan TL3 yaitu omnivora yang cenderung pemakan hewan (zooplankton) yang hidup di kolom dan permukaan air secara bergerombol (schooling).

Gambar 7 Komposisi tingkat trofik (trophic level) hasil tangkapan pancing ulur dan payang di PPN Palabuhanratu

0 2 4 6 8 10 12 14

Payang Pancing ulur

J um la h (ek o r) Alat tangkap TL2 TL3 TL4 TL5 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Payang Pancing ulur

J um la h (%) Alat tangkap TL5 TL4 TL3 TL2

15

Analisis Hubungan Panjang dan Berat Ikan Layur

Ikan layur merupakan hasil tangkapan yang paling banyak ditangkap oleh nelayan Palabuhanratu oleh berbagai alat tangkap di perairan Palabuhanratu. Ikan ini merupakan hasil tangkapan utama alat tangkapan pancing dan menjadi hasil tangkapan sampingan oleh berbagai alat tangkap seperti payang dan bagan.

Panjang total ikan layur yang tertangkap di lokasi penelitian yaitu paling panjang sebesar 87,5 cm, sedangkan paling pendek ikan layur yang tertangkap yaitu sebesar 62 cm (Gambar 8). Sebagian besar ikan layur yang merupakan hasil tangkapan utama nelayan di PPN Palabuhanratu berada di atas ukuran layak tangkap menurut indikator length at first at maturity (lm) atau ukuran pertama kali matang gonad ikan layur yaitu 46,3 cm dengan kisaran 30 - 99 cm (Froese dan Pauly 2014), sehingga dalam jangka panjang tidak berpotensi mengganggu keberlanjutan sumberdaya ikan (Gambar 8).

Gambar 8 Panjang ikan layur (Trichiurus savala) yang didaratkan di PPN Palabuhanratu (Maret 2014;N=64)

Berat ikan layur yang tertangkap berkisar antara 111–282 gram dengan berat ratarata 193 gram. Ikan yang paling banyak tertangkap terdapat pada selang 186 -210 gram dengan jumlah mencapai 23 individu, sedangkan ikan paling sedikit tertangkap terdapat pada kisaran berat 111–135 dengan jumlah 1 individu (Gambar 9).

Gambar 9 Frekuensi bobot ikan layur (Trichiurus savala) (Maret 2014;N=64)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49 52 55 58 61 64 P a nja ng t o ta l (cm ) Ikan ke- lm (46,3) 1 7 18 23 8 5 2 0 5 10 15 20 25 F re k uens i

16

Hubungan panjang-berat hasil tangkapan pancing ulur diketahui dengan menggunakan regresi dari nilai panjang total ikan (cm) dan berat (g). Model regresi linier antara panjang-berat ikan layur (Trichiurus savala) pada bulan Maret 2014 adalah y = 2,201 x – 1,825 atau log W = 2,201 log L – 1,825 dan nilai R2=60,8% (Gambar 10). Hubungan panjang-berat ikan layur juga memiliki nilai b kurang dari 3 yaitu 2,2018. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan ikan layur yang didaratkan di PPN Palabuhanratu bersifat allometrik negatif yaitu pertambahan panjangnya relatif lebih cepat dari pada pertambahan beratnya (Effendie 2007).

Gambar 10 Hubungan panjang dan berat ikan layur (Trichiurus savala) yang didaratkan di PPN Palabuhanratu (Maret 2014;N=64)

Aspek Bioekonomi

ProduksiLayur (Trichiurus savala) Sepuluh Tahun Terakhir (2004-2013)

Data produksi yang disajikan pada Gambar 11 merupakan data produksi hasil tangkapan layur yang ditangkap oleh berbagai alat tangkap (multi fleet) yaitu pancing ulur, payang, dan alat tangkap lainnya. Ikan layur merupakan spesies target atau sebagai hasil tangkapan utama dengan menggunakan alat tangkap pancing ulur sedangkan pada alat tangkap payang dan alat tangkap lainnya ikan layur merupakan hasil tangkapan sampingan (by catch).

Produksi layur 10 tahun terakhir menunjukan nilai yang fluktuatif dari berbagai alat tangkap (multi fleet) (Gambar 11). Produksi rata- rata hasil tangkapan pancing ulur sebesar 144.564 kg/tahun dengan produksi tertinggi 240.949 kg/tahun pada tahun 2007 dan produksi terendah pada tahun 2010 hanya mencapai 36.716 kg/tahun. Produksi ikan layur pada alat tangkap payang tidak sebesar pancing ulur yaitu dengan produksi rata-rata hanya sebesar 6.215 kg/tahun dengan produksi tertinggi 17.300 kg/tahun pada tahun 2005 dan produksi terendah sebesar 780 pada tahun 2004. Sedangkan pada alat tangkap lainnya produksi rata-rata ikan layur yang tertangkap tidak jauh berbeda dari alat tangkap payang yaitu sebesar 6.793 kg/tahun dengan produksi tertinggi sebesar 26.390 kg/tahun pada tahun 2006 dan tidak ada ikan layur yang tertangkap pada tahun 2010.

y = 2,2018x - 1,8258 R² = 0,6084 2 2,1 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6 1,78 1,83 1,88 1,93 1,98 L o g bera t ik a n (W)

17

Gambar 11 Produksi ikan layur (Trichiurus savala) menurut alat tangkap di Palabuhanratu tahun 2004-2013

Ikan layur merupakan hasil tangkapan utama dari alat tangkap pancing ulur, sedangkan dari alat tangkap payang, dan alat tangkap lainnya seperti bagan, gill net, purse seine, yang menangkap ikan layur sebagai hasil tangkapan sampingan karena tidak selalu alat tangkap lain ini setiap tahunnya bisa menangkap layur. Proporsi rata-rata hasil tangkapan layur dari masing-masing alat tangkap yaitu pancing ulur sebesar 91,74%, payang sebesar 3,94%, dan alat tangkap lainnya sebesar 4,31% (Gambar 12). Ikan layur merupakan ikan TL5 yaitu karnivora yang cenderung pemakan ikan dan cephalopoda, oleh karena itu ikan layur banyak didapatkan pada alat tangkap pancing ulur dikarenakan operasi penangkapan pancing ulur harus dengan umpan, sedangkan pada alat tangkap payang dan alat tangkap lainnya cara pengoperasiannya tidak menggunakan umpan. Hal ini menunjukan bahwa dengan pancing ulur operasi penangkapannya lebih efisien dan ramah lingkungan untuk menjaga keberlajutan penangkapan layur karena dengan menggunakan mata pancing yang besar pada alat tangkap pancing ulur sehingga ikan-ikan kecil di bawah length at first maturity tidak tertangkap.

Gambar 12 Proporsi rata-rata hasil tangkapan layur menurut alat tangkap

Biaya Penangkapan

Biaya penangkapan dalam analisis bioekonomi model Gordon-Schaefer didasarkan pada asumsi biaya penangkapan yang diperhitungkan dan dianggap konstan (Zulbainarni 2012), oleh karena itu biaya penangkapan dalam penelitian

91,74 3,94 4,31 Pancing ulur Payang Lainnya 0 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 Pancing ulur Payang Lainnya

18

ini didefinisikan sebagai variabel biaya per trip per armada dan dianggap konstan. Biaya penangkapan yang dikeluarkan dari armada payang dihitung secara proporsional berdasarkan proporsi perbandingan antara hasil tangkapan layur dengan hasil tangkapan lainnya. Hal ini dikarenakan ikan layur yang ditangkap armada tersebut merupakan hasil tangkapan sampingan (by catch). Rincian biaya penangkapan armada pancing ulur dan armada payang dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Struktur biaya penangkapan pancing ulur dan payang

Biaya penangkapan Nilai (Rp)

Pancing ulur Payang

Bensin 32.500 6.417,54 Oli 30.000 921,49 Es batu 8.000 411,38 Konsumsi 50.000 411,38 Umpan 20.000 - Total biaya 140.500 8.161,79

Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa biaya penangkapan armada pancing terbesar dikeluarkan untuk konsumsi sebesar Rp 50.000,- dan aramada payang untuk bensin sebesar Rp 6.417,54. Sedangkan, biaya terkecil yang dikeluarkan armada pancing untuk es batu sebesar Rp 8.000,- dan armada payang untuk konsumsi dan es batu sebesar Rp 411,38.

Analisis Bioekonomi Multi Armada (Multi Fleet) Perikanan Layur

Analisis bioekonomi digunakan untuk menentukan tingkat pengusahaan maksimum bagi pelaku perikanan dengan memasukan faktor ekonomi (biaya penangkapan dan harga ikan) dianggap konstan (Zulbainarni 2012). Dalam hal ini terdapat dua pelaku perikanan yang menangkap satu spesies yaitu antara pancing ulur dan payang yang sama-sama menangkap ikan layur. Aspek biologi penangkapan didapatkan dari perhitungan model algoritma fox. Nilai q merupakan koefisien kemampuan tangkap, K merupakan daya dukung lingkungan, sedangkan r merupakan laju pertumbuhan alami dari populasi ikan. Hasil analisis dari multi armada terhadap spesies layur didapatkan beberapa parameter yaitu sebagai berikut.

Tabel 7 Parameter dari model bioekonomi berbagai armada (multi fleet)

Parameter (unit) Simbol Nilai

Daya dukung lingkungan (kg) K 972.406,71

Tingkat pertumbuhan alami r 0,914218911

Koefisien kemampuan tangkap -skala kecil q1 0,000031371 Koefisien kemampuan tangkap - skala industri q2 0,000072935

Harga ikan (Rp/kg) p 11.874,53

Biaya penangkapan - skala kecil (Rp/trip) c1 140.500,00 Biaya penangkapan - skala industri (Rp/trip) c2 8.161,79

Biomassa (kg/tahun) x 157.572

Upaya penangkapan - skala kecil (trip/tahun) E1 7.371 Upaya penangkapan - skala industri (trip/tahun) E2 5.098

Sumber : Data primer dan sekunder (diolah)

19 Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa kemampuan pertumbuhan ikan layur secara internal yaitu 0,914218911. Sementara daya dukung lingkungan ikan layur atau kapasitas maksimum lingkungan terhadap produksi ikan layur sebesar 972.406,71 kg. Diketahui juga bahwa upaya penangkapan armada pancing ulur sebesar 7.371 trip/tahun. Upaya penangkapan tersebut lebih besar dibandingkan upaya penangkapan yang dilakukan armada payang di Palabuhanratu yaitu sebesar 5.098 trip/tahun. Namun, berbeda dari nilai koefisien kemampuan tangkap armada payang yaitu sebesar 0,000072935 efisiensi teknisnya lebih baik di bandingkan koefisien kemampuan tangkap armada pancing ulur yaitu sebesar 0,000031371, karena nilai koefisien tangkapnya lebih mendekati satu. Hal tersebut berbanding lurus dengan biaya penangkapan yang dikeluarkan armada payang yaitu sebesar Rp 8.161,79 /trip, lebih sedikit dibandingkan biaya yang dikeluarkan armada pancing ulur yaitu sebesar Rp 140.500,- /trip. Hal ini dikarenakan biaya penangkapan yang dikeluarkan dari armada payang di bagi (share cost) sesuai proporsi perbandingan antara hasil tangkapan layur dengan hasil tangkapan lainnya.

Nilai koefisien regresi model algoritma fox masing-masing, a= 30,5050 dan b=0,0010. Fungsi produksi perikanan layur di perairan Palabuhanratu adalah h=30,5050E-0,0010E2. Persamaan tersebut menghasilkan hubungan kuadratik dengan nilai produksi lestari 222.248 kg dan upaya penangkapan lestari 14.571 trip (Gambar 13). Produksi rata-rata layur di Palabuhanratu tahun 2004-2013 adalah adalah 157.572 kg. Produksi ikan layur tahun 2004-2013 masih berada di bawah produksi lestari kecuali pada tahun 2007 dan 2006 berada diatas produksi lestari.

Gambar 13 Hubungan kuadratik antara penangkapan dengan produksi ikan layur di perairan Palabuhanratu

Hasil analisis bioekonomi menggunakan pendekatan model estimasi statis algoritma fox (Tabel 8) menunjukan nilai produksi dan effort aktual lebih rendah dibandingkan nilai produksi dan effort pada kondisi MSY, MEY, dan OA. Hal ini menandakan bahwa belum terjadi kondisi tangkap lebih (overfishing) secara biologi dan ekonomi. Keuntungan dalam kondisi MEY lebih besar dibandingkan dengan keuntungan dalam kondisi MSY dan OA karena lebih memikirkan dari faktor efisiensi dari segi bioekonomi.

hmsy= 222.248 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 0 50000 100000 150000 200000 250000 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 P roduk si (kg ) Efort (trip)

20

Tabel 8 Hasil analisis dengan pendekatan model estimasi statistik algoritma fox untuk perikanan pancing ulur dan payang

Parameter Kondisi pengusahaan pancing ulur

Aktual MEY MSY OA

Biomass (kg) - 599.853,40 486.203,36 227.300,08

Effort (trip) 7.371 11.165 14.571 22.330

Harvest (kg) 157.571,80 210.104,72 222.248,15 164.896,08

Rente (Rp) 835.489.899 988.841.431 591.800.168 -

Parameter Kondisi pengusahaan payang

Aktual MEY MSY OA

Biomass (kg) - 487.158,68 486.203,36 1.910,64

Effort (trip) 5.098 6.225 6.267 12.510

Harvest (kg) 157.571,80 222.247,29 222.248,15 1.743,08

Rente (Rp) 1.829.453.209 2.588.151.387 2.587.903.516 -

Pendugaan produksi dan effort optimal berdasarkan Maximum Sustainable Yield (MSY) dilakukan pada penelitian ini. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui berapa produksi lestari dan effort optimal diperbolehkan untuk perikanan layur di Palabuhanratu, agar kegiatan penangkapan ikan layur tersebut berlangsung secara berkelanjutan dan memberikan keuntungan maksimal namun kelestarian ikan layur tersebut tetap terjaga. Tabel 8 menunjukkan bahwa rente armada payang lebih besar dari armada pancing ulur yaitu pada saat kondisi MEY payang sebesar Rp 2.588.151.387,- sedangkan pada saat kondisi MEY pancing ulur sebesar Rp 988.841.431,-. Hal ini dikarenakan biaya penangkapan armada payang di bagi (share) sesuai proporsi perbandingan antara hasil tangkapan layur dengan hasil tangkapan lainnya. Oleh sebab itu, biaya yang dikeluarkan pada armada payang lebih sedikit dari pada armada pancing ulur sehingga keuntungan yang didapatkan dari armada payang lebih besar dari armada pancing ulur.

Pada kondisi OA terjadi total pendapatan sama dengan biaya total yang dikeluarkan sehingga menghasilkan keuntungan normal (л=0). Pengurasan stok karena banyaknya jumlah upaya penangkapan (input) atau kondisi economic overfishing akan mengancam kelestarian sumberdaya ikan layur di PPN Palabuhanratu yang dapat berakibat pada semakin menurunnya kesejahteraan nelayan. Namun, pada saat ini kondisi pengusahaan aktual rata-rata perikanan layur dari armada pancing ulur dan payang di PPN Palabuhanratu tidak bisa disimpulkan overfishing, karena kegiatan penangkapan di Teluk Palabuhanratu perairan Samudera Hindia tidak hanya dilakukan oleh nelayan Palabuhanratu.

Perikanan payang merupakan satu jenis unit penangkapan ikan menangkap lebih dari satu jenis ikan dalam satu kali trip penangkapan (multi spesies). Hal ini dikarenakan selain alat tangkap tersebut tidak selektif, unit penangkapan payang melakukan penangkapan di daerah penangkapan yang lebih jauh dibandingkan dengan unit penangkapan pancing ulur. Unit penangkapan payang dan pancing ulur menangkap ikan layur di daerah penangkapan Teluk Palabuhanratu. Hal tersebut dikhawatirkan sumberdaya ikan layur yang ada di daerah Teluk Palabuhanratu mengalami penurunan bahkan akan menyebabkan kepunahan

Dokumen terkait