Gambaran Obyek Penelitian
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Tengah periode Desember 2009 – Desember 2011 yang terdaftar di website resmi Bank Indonesia. Berdasarkan data BI, jumlah Bank Perkreditan Rakyat di Jawa Tengah pada tahun 2011 sebanyak 263 bank. Dari jumlah tersebut, yang digunakan dalam penelitian adalah data yang telah memenuhi kriteria.
Tabel 1.
Hasil Pemilihan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah Data
Data BPR di Jawa Tengah yang terdaftar di Bank Indonesia 2009-2011
526 Data BPR yang tidak mempublikasikan laporan
keuangan tahun 2009-2011
(64)
Jumlah sampel yang digunakan 462
Sumber: Data penelitian yang diolah, 2012
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai perubahan total biaya dan total pendapatan dari tahun 2009-2010 dan tahun 2010-2011.
13 Tabel 2. Statistik Deskriptif Rata-rata dalam (Rp 000)
Jumlah sampel yang mengalami kenaikan
Jumlah sampel yang mengalami
penurunan Perubahan total biaya
tahun 2009-2010
493.557,8 182 78,8% 49 21,2%
Perubahan total biaya tahun 2010-2011 654.494 177 76,6% 54 23,4% Perubahan total pendapatan tahun 2009-2010 675.248,5 179 77,5% 52 22,5% Perubahan total pendapatan tahun 2010-2011 1.099.053 184 79,7% 47 20,3%
Sumber: Data penelitian yang diolah, 2012
Rata-rata peningkatan total pendapatan terbesar terjadi pada tahun 2010-2011 sebesar Rp 1.099.053.000, dengan jumlah sampel yang mengalami kenaikan pendapatan sebesar 79,7% dari total sampel. Sedangkan, rata-rata perubahan total biaya pada tahun 2010-2011sebesar Rp 654.494.000, dengan jumlah sampel yang mengalami kenaikan biaya sebesar 76,6% dari total sampel. Hal tersebut menunjukkan kenaikan pendapatan menyebabkan terjadinya peningkatan biaya. Jumlah sampel yang mengalami penurunan pendapatan terbesar adalah pada tahun 2009-2010 yaitu sebesar 22,5% dan jumlah sampel yang mengalami penurunan biaya tahun 2009-2010 sebesar 21,2%. Selisih jumlah sampel ketika pendapatan meningkat dengan jumlah sampel ketika biaya meningkat sebesar 3,1%, sedangkan selisih jumlah sampel ketika pendapatan menurun dengan jumlah sampel yang mengalami penurunan biaya sebesar 1,3%. Hal tersebut menunjukkan perbedaan perubahan biaya ketika terjadi peningkatan pendapatan dan ketika terjadi penurunan pendapatan.
14
Rata-rata jumlah aset yang dimiliki pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 39.920.351.000 dan rata-rata jumlah aset yang dimiliki pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi Rp 47.270.283.000. Terjadi peningkatan rata-rata aset yang dimiliki sebesar 18% dan rata-rata-rata-rata peningkatan total pendapatan yang diterima sebesar 63%. Peningkatan total pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan aset menyebabkan intensitas aset mengalami penurunan pada tahun 2011.
Pengujian Hipotesis
Hasil uji Hausman dengan nilai signifikansi sebesar 0.243 (model hipotesis pertama) dan nilai signifikansi sebesar 0.347 (model hipotesis kedua), menunjukkan bahwa titik potong (intercept) tiap objek penelitian tidak berkorelasi dengan variabel independennya, sehingga pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Random Effects Regression Model (REM) (Gujarati dan Porter, 2009: 613).
Tabel 3.
Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel (koefisien) Coefficient Std.Eror Sig.
Konstanta 0.018 0.005 0.0013
Perubahan Pendapatan ( )
0.582 0.056 0.0000
Decrease Dummy ( ) 0.203 0.136 0.1366
15
Hasil pengujian hipotesis yang pertama dengan sebesar 0.582 dan
berpengaruh signifikan (p-value < 0.05) menunjukkan bahwa variabel perubahan pendapatan berpengaruh terhadap perubahan total biaya, sehingga total biaya akan meningkat sebesar 0.582% ketika pendapatan meningkat sebesar 1%. Nilai
koefisien sebesar 0.203 dan tidak berpengaruh signifikan (p-value > 0.05)
menunjukkan variabel penurunan pendapatan tidak berpengaruh terhadap variabel total biaya. Hasil pengujian menunjukkan perilaku biaya terkait dengan perubahan aktivitas di BPR. Ketika pendapatan meningkat, biaya akan mengalami kenaikan karena peningkatan pendapatan diikuti dengan meningkatnya sumber daya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan permintaan. Akan tetapi ketika pendapatan
menurun, perilaku biaya tidak dapat disimpulkan karena hasil yang tidak
signifikan. Perilaku kelengketan biaya (sticky costs) dapat dilihat apabila hasil
koefisien bernilai negatif dan signifikan. Dari hasil koefisien yang positif
menunjukkan penurunan biaya lebih besar dibanding dengan peningkatan biayanya yang merupakan indikasi terjadi anti-sticky behavior tetapi hasil tersebut tidak signifikan. Variabel penurunan pendapatan yang tidak berpengaruh secara signifikan dapat disebabkan karena pada periode 2009-2011 pendapatan BPR terlihat stabil.
16
Tabel 4.
Kinerja Bank Perkreditan Rakyat
2009 2010 2011
Jumlah Kredit (Dalam Milyar Rp) 7,399 8,516 9,788
NPL (Non Performing Loan) 8.35% 7.73% 6.89%
Sumber: Data Statistik Perbankan Indonesia, September 2012
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah kredit BPR di Jawa Tengah mengalami peningkatan sedangkan rasio NPL mengalami penurunan tiap tahunnya. Hal tersebut menunjukkan kinerja BPR yang semakin baik karena meningkatnya jumlah kredit diikuti dengan meningkatnya kualitas kredit. Pada periode penelitian, kinerja BPR yang membaik membuat jumlah pendapatan tidak berfluktuasi secara signifikan sehingga menyebabkan variabel penurunan biaya tidak berpengaruh terhadap perubahan total biaya. Dari hasil pengujian hipotesis pertama dapat disimpulkan bahwa tidak terbukti terjadi kelengketan biaya (sticky
costs) pada BPR untuk periode 2009-2011.
Pengujian Hipotesis Kedua
Tabel 5.
Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Variabel (koefisien) Coefficient Std.Eror Sig.
Konstanta 0.018 0.005 0.0005 Perubahan Pendapatan ( ) 0.577 0.055 0.0000 Decrease Dummy ( ) 1.783 0.312 0.0000 Decr_Dummy*Intensitas Aset ( ) -2.226 0.399 0.0000
17
Hasil pengujian hipotesis kedua membahas mengenai variasi tingkat kelengketan biaya karena intensitas aset yang dimiliki oleh bank. Nilai koefisien sebesar 0.577 dan berpengaruh signifikan menunjukkan total biaya meningkat
0.577% ketika pendapatan meningkat sebesar 1%. Nilai koefisien sebesar
1.783 dan berpengaruh signifikan menunjukkan perubahan biaya yang lebih besar
ketika pendapatan menurun. Nilai = 2.360 menunjukkan biaya menurun
2.36% ketika pendapatan mengalami penurunan sebesar 1%. Dari hasil pengujian, tidak terbukti terdapat kelengketan biaya (sticky costs) tetapi yang terjadi justru penurunan biaya yang lebih besar daripada peningkatan biaya. Penurunan yang lebih besar terjadi karena penelitian dilakukan pada periode setelah terjadinya krisis keuangan global. Krisis keuangan menambah ketidakpastian terhadap permintaan di masa mendatang dan akan mengurangi optimisme manajer. Sehingga ketika terjadi penurunan penjualan, manajer akan lebih cepat untuk mengurangi sumber daya yang dimiliki. Hal tersebut menyebabkan biaya akan menurun lebih besar dibandingkan dengan peningkatan biaya (Banker et al.,
2010). Nilai koefisien yang negatif dan signifikan menunjukkan bahwa
intensitas aset mempengaruhi besarnya perubahan biaya. Nilai
=0.134 menunjukkan biaya menurun 0.134% ketika pendapatan menurun sebesar 1%. Dari hasil pengujian terlihat perubahan biaya yang lebih kecil pada perbankan dengan intensitas aset yang lebih tinggi. Bank dengan intensitas aset yang tinggi menggunakan jumlah aset yang lebih besar untuk kegiatan operasionalnya, sehingga ketika terjadi penurunan pendapatan, bank dengan proporsi aset yang tinggi menunjukkan penurunan biaya yang lebih kecil
18
dibandingkan dengan bank yang intensitas asetnya lebih rendah. Hal tersebut disebabkan karena diperlukan biaya penyesuaian yang besar apabila akan mengurangi jumlah aset sehingga sulit untuk mengurangi biaya. Hasil pengujian ini sesuai dengan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa kelengketan biaya akan bertambah pada bank yang memiliki intensitas aset yang lebih tinggi. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama, diperoleh sebesar
0.582 yang menunjukkan total biaya meningkat sebesar 0,582% ketika total pendapatan meningkat sebesar 1%. Sedangkan perubahan total biaya ketika total pendapatan mengalami penurunan tidak berpengaruh signifikan. Hal tersebut dapat disebabkan karena kinerja BPR yang membaik sehingga pada periode penelitian jumlah pendapatan tidak berfluktuasi secara signifikan. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan tidak terbukti terdapat perilaku kelengketan biaya
(sticky costs) pada BPR yang beroperasi di Jawa Tengah.
Hasil pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan variabel intensitas aset sebagai variabel kontrol menunjukkan total biaya meningkat sebesar 0.577% ketika pendapatan meningkat sebesar 1% dan total biaya menurun sebesar 2.36% ketika pendapatan mengalami penurunan sebesar 1%. Penurunan biaya yang justru lebih besar dibandingkan dengan peningkatan biaya disebabkan karena penelitian dilakukan setelah periode terjadinya krisis keuangan global yang mengurangi optimisme manajer sehingga akan lebih cepat untuk mengurangi sumber daya ketika terjadi penurunan pendapatan. Hasil pengujian juga menunjukkan intensitas aset mempengaruhi besarnya perubahan biaya, total biaya
19
menurun 0.134% ketika pendapatan menurun sebesar 1%. Penurunan yang lebih kecil menunjukkan bahwa bank dengan intensitas aset yang tinggi memerlukan biaya penyesuaian yang besar terkait dengan aset yang dimilikinya sehingga akan lebih sulit untuk mengurangi biaya. Hasil pengujian menunjukkan hipotesis kedua dapat diterima.
Dengan hasil penelitian yang terbukti bahwa biaya tidak berubah secara proporsional terkait dengan perubahan aktivitasnya, manajer dapat membuat perencanaan anggaran yang lebih baik terutama terkait dengan proporsi aset tetap yang dimiliki perusahaan karena struktur biaya mempengaruhi besarnya perubahan biaya ketika pendapatan berubah. Karena perilaku kelengketan biaya
(sticky costs) terlihat pada bank dengan intensitas aset yang tinggi maka bagi bank
dengan intensitas aset yang tinggi dapat menyewa kantor, kendaraan dan
outsourcing tenaga kerja agar dapat menurunkan biaya penyesuaian sehingga
perubahan biaya terkait perubahan aktivitas dapat lebih mudah dikelola.
Penelitian ini mempunyai keterbatasan karena menggunakan total biaya dan total pendapatan sebagai variabel penelitian. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel biaya operasional dan pendapatan operasional karena variabel tersebut berhubungan secara langsung dengan volume aktivitas perusahaan.
20