• Tidak ada hasil yang ditemukan

di Provinsi Lampung

Implementasi program tanggungjawab sosial perusahaan di Provinsi Lampung masih merupakan hal relatif baru. Dari 194 perusahaan besar dan menengah yang ada, jumlah perusahaan yang sudah melaksanakan program CSR belum mencapai 10 persen. Dinas Sosial ataupun Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat belum memiliki data dasar tentang perusahaan yang sudah memiliki dan melaksanakan program CSR maupun data tentang kegiatan program yang dilaksanakan setiap perusahaan tersedia. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan semenjak tahun 2001 sebagai implementasi CSR oleh perusa- haan tersebut antara lain:

(1) Pembangunan prasarana sosial seperti pembangunan masjid, musholla, dan balai kampung.

(2) Pembangunan prasarana pendidikan seperti pembangunan atau rehabilitasi gedung sekolah, pemberian honor insentif untuk guru dan beasiswa murid. (3) Pembangunan sarana prasarana air bersih, seperti pembuatan sumur bor

dan suplai air bersih setiap musim kemarau bagi masyarakat sekitar perusa- haan.

(4) Bantuan berbagai kegiatan sosial seperti khitanan massal, pengobatan gratis, bantuan dana peringatan hari besar agama dan hari besar nasional, serta pemberian tunjangan hari raya bagi aparat kampong sekitar perusahaan. (5) Program kemitraan antara perusahaan dengan kelompok masyarakat dalam

pengembangan komoditas tertentu.

(6) Pengembangan ekonomi produktif bagi kelompok masyarakat sekitar perusahaan.

Dari beberapa perusahaan yang sudah melaksanakan tanggungjawab sosial tersebut dapat dipilahkan perusahaan-perusahaan yang telah melaksana- kan tanggungjawab sosial untuk memberdayakan ekonomi masyarakat dan perusahaan-perusahaan yang sekedar memberikan bantuan melalui kegiatan kedermawanan sosial (filantropi) bagi masyarakat sekitar. Selain tanggungjawab sosial, perusahaan juga memiliki tanggungjawab lingkungan sebagaimana diatur dalam UU Nomer 40 Tahun 2007. Untuk mendapatkan gambaran umum perusahaan yang terkait dengan pelaksanaan tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan, uraian berikut menyajikan profil perusahaan sampel.

Profil Perusahaan yang Melaksanakan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Informasi dari Dinas Sosial dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung yang menyebutkan bahwa beberapa perusahaan yang mengeksploitasi sumberdaya alam dan sudah melaksanakan program CSR. Dalam metode penelitian sudah disebutkan bahwa untuk mewakili populasi tersebut dipilih dua perusahaan sebagai sampel. Kedua perusahaan terpilih telah melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan. Tanggungjawab sosial dilaksanakan dalam bentuk implementasi program CSR untuk member- dayakan ekonomi masyarakat sekitarnya. Tanggungjawab lingkungan perusa- haan dilaksanakan dengan pengelolaan limbah perusahaan. Informasi ini diper- oleh dari pihak manajemen perusahaan, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kabupaten Lampung Tengah dan Bapedalda Provinsi Lampung.

Perusahaan Agroindustri Nenas dan Ubikayu (Tapioka)

Perusahaan ini termasuk perusahaan besar, sebab jumlah karyawan perusahaan pada tahun 2007 mencapai 19.300 orang. Perusahaan ini bergerak di bidang agroindustri. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1979 dengan akte notaris Nomor: 48 tanggal 14 Mei 1979. Sebelumnya tahun 1973 berdiri perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang bergerak dalam penanaman ubikayu, yang merupakan langkah awal berdirinya perusahaan tersebut. Perusahaan berbentuk PMA dan 100 persen produknya diekspor ke luar negeri, seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Kanada, Timur Tengah dan Taiwan.

Perusahaan tersebut berlokasi di Kampung (Desa) Lempuyang Bandar, Kecamatan Way Pengubuan, Kabupaten Lampung Tengah. Perusahaan ini dikenal sebagai perusahaan agroindustri dengan areal pabrik yang mencapai 125 hektar, yang terletak di tengah-tengah areal pertanaman. Adapun luas lahan perusahaan bruto mencapai 32.000 hektar.

Areal tersebut berbatasan langsung dengan kampung-kampung berikut ini: (a) Bandar Agung, Bandar Sakti, Tanjung Anom, Gunung Batin Baru, Gunung Batin Udik, Gunung Batin Ilir, dan Gunung Agung, Kecamatan Terusan Nunyai; (b) Lempuyang Bandar, Banjar Ratu, dan Tanjung Ratu Ilir, Kecamatan Way Pengubuan; (c) Terbanggi Besar, dan Karang Endah Kecamatan Terbanggi

Besar; dan (d) Fajar Mataram, Kurnia Mataram, Trimulya Mataram, Utama Jaya, dan Wirata Agung, Kecamatan Seputih Mataram. Areal pertanaman perusahaan yang berbatasan langsung dengan lahan pertanian dan permukiman penduduk tersebut sering kali menimbulkan konflik penguasaan antara perusahaan dengan masyarakat sekitarnya.

Untuk mendukung operasional perusahaan, sumberdaya manusia atau karyawan merupakan faktor utama. Jumlah karyawan perusahaan tersebut per Desember 2007 tersaji pada Tabel 12. Data tersebut menunjukkan bahwa:

Tabel 12. Jumlah karyawan perusahaan PT. GGP per Desember 2007 No. Jabatan / Status

karyawan Jumlah Persentase (%) 1. Manajer 45 0,23 2. Kepala Bagian 112 0,58 3. Staff 489 2,53 4. Pelaksana 2.935 15,20

Sub total karyawan 3.581 18,56

5. Tenaga harian tetap 6.212 32,19 6. Tenaga harian lepas 9.507 49,26 Sub total tenaga harian 15.719 81,44 Total tenaga kerja 19.300 100,00 Sumber: Human Resources Department PT GGP

(a) Operasional perusahaan didominasi oleh tenaga kerja teknis, terutama di bidang budidaya tanaman nenas (plantation) dan pelaksana (tenaga operasional pabrik), sedangkan tenaga manajemen dan staf porsinya sangat kecil (tidak mencapai lima persen). Tenaga kerja manajerial perusahaan tersebut didominasi oleh tenaga kerja yang berasal dari luar Provinsi Lampung terutama dari Jawa yang besarnya di atas 90 persen, sedangkan tenaga kerja teknis terutama tenaga harian lepas hampir seluruhnya adalah tenaga kerja yang berasal dari wilayah desa atau kecamatan sekitar perusahaan.

(b) Tenaga kerja atau karyawan pada perusahaan tersebut didominasi oleh karyawan harian tetap (32,19%) dan karyawan harian lepas (49,26%). Mereka adalah karyawan di bagian penanaman (planting) nenas yang tidak memerlukan syarat kualifikasi atau keahlian khusus. Mereka bekerja secara berkelompok di bawah pengawasan mandor tanam yang sekaligus sebagai

pembimbing karyawan dalam melaksanakan pekerjaan-nya. Banyaknya karyawan harian lepas dilihat dari aspek ketenagakerjaan menunjukkan bahwa perusahaan kurang bertanggungjawab atas kelang-sungan atau kepastian tenaga kerja, karena sewaktu-waktu perusahaan dapat memberhentikan karyawan tersebut tanpa harus memberikan uang pesangon.

Produksi perusahaan ini dari tahun ke tahun cenderung berfluktuasi, hal tersebut disebabkan tingkat produktivitas nenas tergantung pada kondisi iklim terutama jumlah curah hujan dan hari hujan. Perkembangan produksi antara tahun 2000-2004 disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Perkembangan produksi fisik PT. GGP tahun 2000 - 2004

Deskripsi Satuan Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 Panen Ton 398.242,0 386.567,8 486.673,0 3.838.123,0 477.453,4 Eksport - Can Pineapple fcl 6.936,0 6.049,9 7.761,0 6.332,0 8.046,2 - TFS fcl 165,0 206,7 190 152,0 217,5 - Concentrat fcl 1.019,0 984,0 1.236 971,0 1.316,0 - Juce fcl - - - - CPC fcl 58,0 91,0 90 140,0 125,0 - Nanas Segar fcl - - - - Kulit Nanas fcl 230,0 135,0 193 260,0 197,0 - Nata de coco fcl 9,8 38,4 27 4,0 2,0 - Pineapple Brine fcl 2,0 5,0 8,0 Total 8.420 7.505,0 9.502,0 7.867,0 9.904

Sumber: Human Resources Department PT. GGP

Dari Tabel 13 diketahui bahwa produksi perusahaan antara tahun 2000 sampai tahun 2004 mengalami fluktuasi, namun demikian pada tahun 2004 perusahaan ini masih termasuk tiga besar perusahaan penghasil nenas di dunia (World Top 3 Producers (Fruit Production) Canned Pineapple). Peningkatan produksi berarti meningkatkan jumlah ekspor dan secara finansial semakin meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga perusahaan dapat menambah porsi dana yang dialokasikan untuk program tanggungjawab sosial perusahaan.

m d b t 2 s s m ( ( Dala managemen dan Keseha besarnya tin tingkat kece Sumber: Gamb Data 2004 menun sebesar 3,2 sahaan telah Dala melakukan b (1) Penghija (situ) de jenis be telah me (2) Pengelo bersih. S pabrik d memenu m proses ntsystem di atan Kerja ngkat kecela lakaan kerja : Human Re bar 5. Flukt antara a tingkat ke njukkan bahw 1 tiap satu j h menunjukk m pelaksan berbagai lan auan pada ta engan tanam tung yang r endapatkan laan limbah Sebelum lim diproses dal uhi standar a produksi, p antaranya m (SMK3). akaan kerja d a pada PT. G esources De uasi frekuen a tahun 1999 celakaan ke wa tingkat k uta jam kerj kan tanggun naan tanggu ngkah beriku anah margin man bambu. rebungnya j KEHATI AW h perusahaa bah cair dibu am instalas aman bagi lin

perusahaan menerapkan Sistem ini dalam prose GGP disajika epartment PT nsi tingkat ke 9 sampai 20 erja yang te kekerapan ke ja. Hal ini m ngjawab sos ungjawab lin ut: nal seperti b . Tanaman juga enak d WARD Tahun an dengan p uang atau d si pengelola ngkungan. telah men Sistem Ma bertujuan es produksi p an pada Gam T. GGP ecelakaan ke 004 erjadi antara ecelakaan k menunjukkan ial internal y ngkungan, p antaran sun bambu yang dikonsumsi. n 2004. pendekatan ialirkan ke s an limbah ( nerapkan to najemen Ke untuk mem perusahaan mbar 5.

erja yang ter a tahun 199 kerja sangat

n bahwa seb yang cukup b perusahaan gai dan ping g ditanam m Langkah terpadu da sungai terde (IPAL) sam otal quality eselamatan minimalkan . Besarnya rjadi 99 sampai kecil yakni bagai peru- baik. ini sudah ggir lebung merupakan ini bahkan n produksi kat, limbah pai limbah

(3) Aktif dalam pengelolaan lingkungan hidup di luar perusahaan melalui “komite Way Dawak” yang dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah. Way Dawak beranggotakan semua perusahaan besar dan menengah yang ada di Kabupaten Lampung Tengah. Komite ini diketuai oleh Wakil Bupati, dan sekretarisnya adalah Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kabupaten Lampung Tengah. Semua anggota wajib berkontribusi dalam bentuk tunai yang disetor ke Bappedalda untuk penanggulangan masalah lingkungan serta menumbuhkan budaya peduli lingkungan dalam masyarakat. Komite menyusun perencanaan dan pelaksanaan aksi, dan dalam penyusunan program kerja mereka dibantu tenaga ahli dari Pusat Studi Lingkungan UNILA. Namun demikian setiap perusahaan juga masih memiliki tanggungjawab menjaga kualitas lingkungan dengan tidak membuang limbah cair dan padat perusahaan ke lingkungan. Perusahaan ini telah memiliki instalasi pengolahan limbah (IPAL) serta kelayakan AMDAL yang memenuhi standar lingkungan.

(4) Perusahaan juga telah melakukan persiapan sertifikasi sistem manajemen lingkungan ISO 14.000 yang telah dimulai Tahun 2005.

Dalam pengelolaan limbah (terutama limbah cair), perusahaan telah berusaha mencapai standar kualitas emisi limbah ramah lingkungan (Environ- mental Friendly Emission Quality) yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Hasil pengukuran limbah PT. GGP berdasarkan sejumlah parameter yang dimulai tahun 1999 dan dipantau secara rutin dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Pengukuran Limbah PT. GGP Parameter air Indonesian Standard Observation Result

NH3 2,0 ppm 0.010-0.011 ppm

SOx 0,1 ppm 0.001-0.005 ppm

NOx 0,05 ppm 0.010-0.036 ppm

CO 2,0 ppm 5-10 ppm

Dust 0,26 ppm 0.13-0.15 ppm

Sumber: Human Resources Department PT. GGP

Hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa dari semua parameter air kualitas emisi limbah sudah berada di bawah nilai yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup RI. Hal ini dicapai melalui langkah pengelolaan limbah cair (Waste Water Management) oleh perusahaan seperti disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Waste Water Management pada PT. GGP

Dari Gambar 6 dapat dijelaskan bahwa limbah cair pabrik dari proses pengolahan nenas dan tapioka diproses daur ulang dan dikelola secara cermat. Perusahaan berupaya menghasilkan produk yang lebih bersih dengan cara meminimalkan residu berbahaya dan menjaga keseimbangan limbah padat dan cair sebelum mencapai pipa akhir pembuangan. Limbah cair yang dihasilkan didaur ulang sampai menghasilkan air yang memenuhi standar lingkungan, sehingga bila limbah cair terpaksa dibuang atau di alirkan ke sungai terdekat tidak membahayakan kelangsungan hidup biota sungai tersebut. Limbah cair hasil daur ulang diuji dengan pemanfaatan air limbah olahan untuk memelihara ikan. Selama ini, hampir semua air limbah olahan tersebut digunakan lagi untuk proses produksi (penyiraman tanaman nenas) terutama pada musim kemarau.

Dengan berbagai langkah pengelolaan limbah tersebut, efek positifnya sangat dirasakan oleh masyarakat sekitar yakni terjaganya kualitas lingkungan. Sejak tahun 2005 tidak ada lagi komplain atau pengaduan dari masyarakat akibat pembuangan limbah yang dihasilkan oleh perusahaan. Perusahaan ini juga telah memenuhi standar kualitas emisi limbah yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Hal ini juga menunjukkan bahwa

Processing Plant Cleaner Production End of Pipe Waste Water Treatment (IPAL) Waste Water Reuse Fish Cultivation Material washing Irrigation Receiving Pineapple cannery plant Tapioca plant Plantation Organic matter input

•Minimization (water &

material balance reduction

Toxic material reduction

Recycling

Inhouse Keeping

Tapioca Plant

Citric Acid Plant

Pineapple Cannery

perusahaan telah melaksanakan tanggungjawab lingkungan seperti diamanatkan pasal 74 Undang-undang Nomer 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Perusahaan Multi Nasional

Pengolahan Kopi

Perusahaan inimerupakan perusahaan multinasional yang menghasilkan berbagai jenis makanan berpusat di Vevey, Swiss. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1866 oleh Henri Nestlé. Perusahaan ini menghasilkan makanan dan minuman seperti makanan bayi, susu, kopi, cokelat, dan lain-lain. Perusahaan ini mengoperasikan 480 pabrik di 86 negara. Perusahaan ini masuk dalam saham SWX Swiss Exchange.

Awal perkembangan perusahaan ini di Indonesia dimulai pada Maret 1971 dengan berdirinya PT. Food Specialiities Indonesia yang pada tahun 1993 berubah nama menjadi PT. Nestlé Indonesia. Pada tahun 1973 dibangun pabrik susu pertama yang berlokasi di Waru Sidoarjo, Jawa Timur; disusul pada tahun 1979 didirikan pabrik kopi di Panjang, Lampung yang memproduksi kopi instan. Untuk memenuhi kenaikan permintaan produks susu, pada tahun 1988 didirikan pabrik susu di Kejayan, Jawa Timur. serta tahun 1994 didirikan pabrik kopi di Lampung. Sebagai upaya diversifikasi produk perusahaan, pada tahun 1990 didirikan pabrik confectionery di Cikupa, Tangerang.

Kantor pusatperusahaan ini di Indonesia ada di Jalan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan. Pada tahun 2007 tercatat perusahaan ini memiliki 2.500 karyawan. Manajemen perusahaan ini di Indonesia adalah sebagai berikut:

ƒ Tingkat Nasional dipimpin oleh seorang Presiden Direktur

ƒ Pabrik: Unit Kejayan (Pandaan) dan Unit Panjang (Lampung)

ƒ Wilayah Pemasaran di Indonesia dibagi menjadi wilayah: Jabodetabek; Jawa Barat dan Banten; Jawa Tengah dan DIY; Jawa Timur; Bali, NTT, dan NTB; Sumbagsel; Sumatra bagian Utara; Kalimantan; Sulawesi; Maluku dan Papua.

ƒ Lampung termasuk bagian wilayah pemasaran Sumatra bagian Selatan yang meliputi Jambi, Bengkulu, Sumsel, Bangka Belitung, dan Lampung.

ƒ Area pemasaran produk untuk Lampung dibagi menjadi tiga wilayah sebaran: (1) Inti Bharu Mas (area pemasaran Bandar Lampung), Bandar Lampung, Lampung Selatan, Pesawaran, Pringsewu dan sekitarnya, yang dikepalai oleh seorang kepala area pemasaran, yang membawahi 100 orang tenaga distributor dan tiga orang medical delegate; (2) Metro Mitra Makmur (area pemasaran Metro): membawahi wilayah Kabupaten Tanggamus, Lampung

Timur, Lampung Tengah, Metro; dan (3) Area pemasaran Kotabumi membawahi wilayah Kabupaten Lampung Utara, Tulang Bawang, Way Kanan, dan Lampung Barat.

Pabrikasi perusahaan tersebar di beberapa daerah seperti pabrik susu di Pandaan Jawa Timur. Pabrik susu di Jawa Timur tersebut telah bermitra dengan sekitar 28.000 peternak sapi perah. Di Provinsi Lampung terdapat unit perusahaan yang mengolah kopi dengan bahan baku kopi robusta yang diperoleh dari petani kopi di daerah Lampung. Karena perusahaan tidak memiliki lahan pertanaman kopi, dalam memenuhi kebutuhan bahan baku kopi perusahaan ini bermitra dengan sekitar 9.000 petani kopi di daerah Ngarip, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus. Hal ini merupakan salah satu implementasi program CSR perusahaan. Petani mitra mendapatkan pembinaan dan bimbingan teknis budidaya kopi, terutama kopi robusta, serta bantuan modal usaha petani yang berupa sarana produksi budidaya kopi seperti pupuk organik dan pupuk anorganik. Produk kopi petani yang memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan perusahaan ditampung dan dibeli perusahaan dengan harga mengikuti harga kopi dunia. Standar kualitas yang ditetapkan perusahaan dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan standar manajemen mutu (ISO 9000).

Pelaksanaan kemitraan antara perusahaan dengan petani kopi tersebut sifatnya saling menguntungkan. Di satu pihak perusahaan memiliki modal dan teknologi budidaya dan pengolahan kopi, di lain pihak petani kopi lemah dalam permodalan dan penguasaan teknologi budidaya kopi. Namun demikian, perusahaan sebagai pelaku bisnis selalu memperhitungkan keuntungan yang dapat diraih. Penetapan harga kopi sesauai harga pasar menunjukkan komitmen perusahaan dalam memberdayakan petani masih belum optimal.

Unit produksi perusahaan yang berada di Lampung memiliki karyawan sekitar 200 orang, selain itu perusahaan juga memiliki tenaga kerja harian lepas sebagai tenaga bongkar muat kopi yang akan diproses di pabrik. Unit ini menghasilkan produk kopi instant, kopi three in one, dan kopi dalam kaleng. Semua produk berbahan baku kopi dari perusahaan ini dengan merek dagang yang sudah cukup terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di beberapa negara kawasan Asia Pasifik.

Sebagai perusahaan multi nasional semua persyaratan ISO (ISO 9000, ISO 14000, dan ISO 17000) sudah terpenuhi. Kualitas produk di mata konsumen dibarengi upaya pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan melalui

berbagai program, termasuk salah satunya program pemberdayaan masyarakat. Dengan dipenuhinya standard ISO 14000, perusahaan ini telah menerapkan system manajemen lingkungan yang memenuhi syarat aman bagi lingkungan. Secara khusus instalasi pengolahan limbah (IPAL) pada unit produksi Panjang cukup bagus, hal ini dibuktikan dengan pemanfaatan air limbah untuk budidaya ikan lele yang ternyata dapat hidup dan berkembang secara normal. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air limbah perusahaan sudah aman sebelum dibuang ke lingkungan.

Profil Masyarakat Sekitar Perusahaan

Dalam metode penelitian sudah dijelaskan bahwa berdasarkan hasil pemeringkatan, untuk mewakili masyarakat kampung/desa sekitar perusahaan terpilih kampung Karang Endah, Gunung Batin Udik, Terbanggi Besar, dan Hurun.

Profil Masyarakat Kampung Karang Endah

Lokasi kampung ini dari perusahaan agroindusri nenas, sekitar dua kilo- meter, bahkan wilayah kampung ini juga berbatasan langsung dengan areal perkebunan nenas milik perusahaan. Perusahaan mengkategorikan kampung ini termasuk kampung sekitar ring satu. Lokasi kampung ini cukup dekat (6 km arah timur) dari pusat perekonomian Kabupaten Lampung Tengah (Pasar Bandar Jaya). Kampung Karang Endah termasuk salah satu kampung dari 10 kampung/ kelurahan yang ada di Kecamatan Terbanggi Besar. Secara administratif luas wilayah kampung ini adalah 925 ha, yang terbagi menjadi 8 dusun dan 41 RT.

Jumlah penduduk kampung ini sebanyak 7.543 jiwa (3.674 laki-laki dan 3.869 perempuan) yang terbagi ke dalam 1.771 kepala keluarga. Dengan demikian besarnya seks rasio penduduk kampung Karang Endah adalah 94,96, dan kepadatan penduduk mencapai 815 jiwa/km2 yang termasuk dalam kategori padat. Penduduk kampung ini umumnya adalah transmigran dan keturunannya sehingga mayoritas penduduknya adalah etnis Jawa.

Kondisi sumberdaya manusia di kampung ini dapat dilihat dari tingkat pendidikannya. Dilihat dari tingkat pendidikan penduduk kampung ini tercatat, 1.619 orang belum/tidak tamat SD, 1.613 orang tamat SD, 521 orang tamat SLTP, 367 orang tamat SLTA, 21 orang tamat diploma, dan 3 orang tamat S1.

Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia kampung ini sebagian besar berpendidikan menengah. Agar potensi sumberdaya alam dapat dikelola secara optimal, kualitas sumberdaya manusia masih perlu ditingkatkan terutama melalui pendidikan formal untuk menopang pembangunan pertanian dan peternakan.

Menurut lapangan usahanya penduduk Karang Endah disajikan pada Tabel 15. Dari data Tabel 15 diketahui bahwa masih terdapat 73,18 persen penduduk kampung ini memiliki mata pencaharian sebagai petani. Selain itu masing-masing 4,72 persen sebagai pedagang, dan 4,54 persen sebagai tenaga bangunan. Keterbatasan lapangan kerja dan redahnya upah di daerah ini maupun secara nasional, menarik minat warga kampung ini menjadi TKI, pada tahun 2006 tercatat 11 orang warga (lima laki-laki dan enam perempuan) menjadi TKI di negara Arab Saudi. Hal tersebut mengindikasikan, lapangan kerja pertanian setempat belum mampu menyerap tenaga kerja yang ada, terutama bagi kaum perempuan. Hal tersebut juga disebabkan tingkat pendapatan menjadi TKI lebih menjanjikan daripada bekerja di sektor pertanian.

Tabel 15. Jumlah penduduk Karang Endah yang bekerja menurut lapangan usaha tahun 2006

No. Jenis pekerjaan (lapangan usaha) Jumlah (jiwa) Persentase

1. Pertanian 2.126 73,18

2. Pertambangan dan penggalian 51 1,76

3. Industri pengolahan 24 0,93

4. Listrik, gas, dan air 9 0,32

5 Bangunan 129 4,54

6. Perdagangan 134 4,72

7. Transportasi dan komunikasi 18 0,63

8. Jasa kemasyarakatan 18 0,63

9. Lain-lain 386 13,29

Jumlah 2.905 100,00

Sumber: Monografi Kampung Karang Endah, 2007.

BPS Kabupaten Lampung Tengah tahun 2006 mencatat terdapat 138 keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I, sedangkan mereka yang meminta surat keterangan miskin sebanyak 13 orang, dan 90 orang mendapatkan kartu sehat (jaminan pelayanan kesehatan masyarakat /JPKM). Kondisi perumahan pendu- duk kampung Karang Endah pada tahun 2006 sebanyak 1.593 rumah yang

terdiri dari 938 permanen, 655 belum permanen. Kondisi perumahan ini dapat menggambarkan bahwa dilihat dari kondisi perumahannya, sudah lebih dari 50 persen penduduk Karang Endah memiliki rumah permanen.

Di kampung ini terdapat enam TK, empat SD/MI dan satu SLTP dan sejumalh 1.242 murid SD/MI. Untuk pendidikan dasar di kampung ini, sekolah tingkat SD dan SLTP sudah mencukupi kebutuhan warga, namun untuk pendidikan SLTA warga kampung harus sekolah di kampung lain, seperti di Terbangi Besar atau bahkan di kabupaten lain seperti Kota Metro atau Bandar Lampung. Hal ini menunjukkan prasarana pendidikan menengah atas di kampung ini perlu ditingkatkan.

Fasilitas atau sarana kesehatan yang ada di kampung ini tercatat ada satu puskesmas, satu tempat praktik bidan, dan satu mantri kesehatan. Hal ini mengindikasikan bahwa sarana prasarana kesehatan yang ada sudah cukup mendukung untuk masyarakat kampung ini. Bila ada warga yang memerlukan rawat inap, rumah sakit terdekat ada di Bandar Jaya yang berjarak sekitar enam kilometer dari kampung ini.

Prasarana ibadah yang ada di kampung ini adalah tujuh masjid, 22 surau, satu gereja, dan satu pura. Rumah ibadah tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat kampung yang terdiri dari 7.281 beragama Islam, 197 Katholik, 65 Protestan. Ketiadaan rumah ibadah warga beragama Katolik dan Hindu diatasi dengan pelaksanaan ibadah mereka di luar kampung ini. Keragaman agama yang dianut warga ini tidak mengurangi kerukunan hidup masyarakat setempat.

Ketersediaan sarana prasarana komunikasi di kampung ini terdapat empat wartel yang siap melayani masyarakat, selain itu sinyal telepon genggam di wilayah kampung ini cukup kuat, sebab beberapa operator telepon seluler sudah memiliki based tranciever station (BTS) di sekitar Bandar Jaya. Dengan demikian komunikasi dari dan ke wilayah kampung ini cukup lancar, tercatat sudah 43 pelanggan telepon rumah (telepon kabel). Demikian halnya sarana prasarana transportasi dari dan ke wilayah kampung ini cukup lancar, sebab kampung ini letaknya cukup dekat dengan jalur lintas tengah pulau Sumatra, yang secara tidak langsung juga ikut mempercepat perkembangan ekonomi

Dokumen terkait