• Tidak ada hasil yang ditemukan

Objek penelitian ini terdiri dari sembilan saham sektor pertambangan dan

lima saham sektor perdagangan yang terpilih dari kriteria yaitu konsisten masuk ke dalam Indeks Kompas 100 dalam waktu lima tahun (10 periode dari tahun 2011-2015) terakhir. Pada Tabel 2 berikut ini merupakan daftar emiten yang sesuai dengan kriteria tersebut.

Tabel 2 Daftar emiten yang menjadi objek penelitian Kode

Emiten Nama Perusahaan Sektor Pertambangan Sektor

ADRO Adaro Energy Tbk Pertambangan

ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk Pertambangan

PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk Pertambangan

NIPI Benakat Integra Tbk Pertambangan

ENRG Energi Mega Persada Tbk Pertambangan

MEDC Medco Energi Internasional Tbk Pertambangan

ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk. Pertambangan

INCO Vale Indonesia Tbk Pertambangan

TINS Timah (Persero) Tbk Pertambangan

AKRA AKR Corporindo Tbk Perdagangan

UNTR United Tractors Tbk Perdagangan

RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk Perdagangan

MNCN Media Nusantara Citra Tbk. Perdagangan

BMTR Global Mediacom Tbk Perdagangan

Sumber : www.idx.co.id (data diolah)

Berikut adalah gambaran umum mengenai kondisi perusahaan yang dijadikan sebagai objek penelitian.

15

a. Adaro Energy Tbk

PT Adaro Energy Tbk adalah kelompok perusahaan energi di Indonesia yang berfokus pada bisnis pertambangan batubara yang terintegrasi melalui anak-anak perusahaan. Perusahaan mulai berproduksi pada tahun 1992 dan melakukan penawaran saham perdana melalui Bursa Efek Jakarta pada tanggal 28 Juli 2004. Komposisi pemegang saham terdiri dari 74,59% milik pemegang saham domestik dan 25,41% milik pemegang saham asing.

b. Indo Tambangraya Megah Tbk

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) adalah perusahaan pemasok batubara terkemuka Indonesia untuk pasar energi dunia yang didirikan pada tanggal 2 September 1987 dan melakukan penawaran saham perdana melalui Bursa Efek Jakarta pada tanggal 18 Desember 2007. Komposisi pemegang saham terdiri dari 65,057% milik Banpu Minerals (Singapore) Ltd dan 34, 943% milik publik.

c. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk

PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk merupakan salah satu perusahaan pertambangan terbesar dan tertua di Indonesia yang di dirikan pada tanggal 2 Maret 1981. Perusahaan melakukan penawaran saham perdana melalui Bursa Efek Jakarta pada tanggal 23 Desember 2002. Komposisi pemegang saham terdiri dari 65,02% milik pemerintah dan 34, 98% milik publik.

d. Benakat Integra Tbk

PT Benakat Integra Tbk merupakan perusahaan Indonesia yang berbasis terlibat dalam eksplorasi produksi minyak dan gas alam yang didirikan pada pada tanggal 19 April 2007. Perseroan melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) kepada masyarakat pada tanggal 11 Februari 2010. Komposisi pemegang saham terdiri dari 5,01% milik Credit Suisse AS Singapore Trust, 16,46% milik Credit Suisse AS Singapore Trust, 28,28% milik PT Indotambang Perkasa, dan 50,25% milik publik.

e. Energi Mega Persada Tbk

PT Energi Mega Persada Tbk. (EMP) adalah sebuah perusahaan hulu minyak dan gas yang memiliki wilayah operasi tersebar di kepulauan Indonesia dan telah diperluas ke wilayah Mozambik, Afrika. Didirikan pada Oktober 2001. Perusahaan melakukan penawaran saham perdana melalui Bursa Efek Jakarta pada tanggal Juni 2004. Kepemilikan saham perusahaan tediri dari 3,37% milik JPMCB Account, 6,28% milik PT Bakrie Group, 6,87% milik Prudential & Eastspring Accounts, 8,6% milik MacKenzie Cundill & CIM Accounts, 16,1% milik Reignwood Inter Investment dan 58,78% milik publik.

f. Medco Energi Internasional Tbk

PT Medco Energi Internasional Tbk fokus pada eksplorasi dan produksi minyak bumi dan gas yang didirikan tanggal 09 Juni 1980. Perusahaan melakukan penawaran saham perdana melalui Bursa Efek Jakartan pada tanggal 06 Desember 1994. Pemegang saham PT Medco Energi Internasional Tbk terdiri dari 50,7% kepemilikan Encore Energi dan 49,3% kepemilikan publik.

g. Aneka Tambang (Persero) Tbk

PT Aneka Tambang (Persero) Tbk adalah perusahaan pertambangan dan mineral pertama Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1968. Hasil pertambangan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk adalah nikel, bauksit, biji besi, emas, dan perak. Perusahaan melakukan penawaran saham perdana melalui BEJ pada tanggal 27

November 1997. Penawaran dilakukan kepada masyarakat sebanyak 430.769.000 saham yang merupakan 35% dari jumlah 1.230.768.000 saham ditempatkan dan disetor penuh.

h. Vale Indonesia Tbk

PT Vale Indonesia Tbk merupakan anak perusahaan dari Vale, sebuah perusahaan pertambangan global yang berkantor pusat di Brasil. Perusahaan mengoperasikan tambang nikel open pit dan pabrik pengolahan di Sorowako, Sulawesi, sejak tahun 1968 dan melakukan penawaran saham perdana melalui Bursa Efek Jakarta pada tanggal 16 Mei 1990. Komposisi pemegang saham PT Vale Indonesia terdiri dari 58,73% milik Vale Canada Limited, 21,18% milik Sumitomo Metal Mining Co dan 20,09% milik pemegang saham publik.

i. Timah (Persero) Tbk

PT Timah (Persero) Tbk merupakan produsen dan eksportir logam timah, dan memiliki segmen usaha penambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan hingga pemasaran. Perusahaan berdiri pada tanggal 02 Agustus 1976 dan melakukan penawaran saham perdana melalui Bursa Efek Jakarta pada tanggal 19 Oktober 1995. Komposisi pemegang saham terdiri dari 65% milik pemerintah dan 35% milik publik.

j. AKR Corporindo Tbk

PT AKR Corporindo Tbk., merupakan perusahaan logistik dan supply chain terkemuka, bergerak di bidang perdagangan dan distribusi Bahan Bakar Minyak dan Kimia Dasar, dengan jaringan yang luas untuk penyimpanan curah cair dan kering, sarana transportasi dan pelabuhan, adalah salah satu distributor terbesar di Indonesia. Perusahaan berdiri pada tanggal 28 November 1977 dan melakukan penawaran saham perdana melalui Bursa Efek Jakarta pada tanggal 03 Oktober 1994. Komposisi pemegang saham terdiri dari 59,31% milik PT Athakencana Rayatama, 0,52% milik Management perusahaan dan 40,17% milik publik.

k. United Tractors Tbk

PT United Tractors Tbk adalah distributor peralatan berat terbesar dan terkemuka di Indonesia yang menyediakan produk-produk dari merek ternama dunia seperti Komatsu, UD Trucks, Scania, Bomag, Tadano, dan Komatsu Forest. Perusahaan berdiri pada tanggal 13 Oktober 1972 dan melakukan penawaran saham perdana melalui Bursa Efek Jakarta pada tanggal 19 September 1989. Komposisi pemegang saham terdiri dari 59,50% milik PT Astra Internasional Tbk dan 40,50% milik publik.

l. Ramayana Lestari Sentosa Tbk

PT Ramayana Lestari Sentosa Adalah jaringan toko swalayan yang memiliki banyak cabang di Indonesia. Selain department store yang menjual produk sandang seperti baju dan sepatu, Ramayana juga memiliki supermarket atau pasar swalayan yang menjual kebutuhan pangan dan sehari-hari. Perusahaan berdiri tahun 1972 dan melakukan penawaran saham perdana melalui Bursa Efek Jakarta pada tahun 1996. Komposisi pemegang saham terdiri dari 55,88% milik PT Ramayana Makmursentosa, 3,66% milik Paulus Tumewu dan 40,46% milik publik.

m. Media Nusantara Citra Tbk.

PT Media Nusantara Citra merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang media yang berpusat di Jakarta, Indonesia, didirikan pada tanggal 17

17

Juni 1997 merupakan perusahaan publik yang sahamnya telah tercatat dalam Bursa Efek Jakarta (BEI) sejak tanggal 22 Juni 2007, dengan kode saham ‘MNCN’. Komposisi pemegang saham terdiri dari 63,49% milik PT Global Mediacom Tbk, 0,07% milik Manajemen perusahaan dan 36,44% milik publik. n. Global Mediacom Tbk

PT Global Mediacom merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang investasi pada perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha media dan telekomunikasi. GlobalMediacomberpusat di Jakarta, Indonesia, didirikan pada tahun 30 Juni 1981. Sejak tahun 2006, Perusahaan ini tercatat sebagai perusahaan yang paling banyak di Bursa Efek Jakarta. Komposisi pemegang saham terdiri dari 55,95% milik PT MNC Investama Tbk, 0,54% milik Manajemen perusahaan dan 43,51% milik publik.

Kondisi dan Perkembangan Harga Saham

Seluruh analisis didasarkan oleh harga saham perusahaan pada sektor Pertambangan dan Perdagangan. Data harga saham yang diteliti adalah harga saham penutupan (closing price) pada setiap akhir tahun selama periode tahun 2011-2015. Data harga saham (closing price) diperoleh dari Company Report masing-masing emiten periode Desember 2015 yang didapat dari website Bursa Efek Inonesia (www.idx.co.id). Gambar dibawah ini menunjukan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dan harga saham emiten dari sektor pertambangan dan perdagangan pada periode tahun 2011-2015.

Sumber : www.idx.co.id (data diolah)

Gambar 2 Pergerakan IHSG dan harga saham (closing price) emiten sektor pertambangan periode 2011-2015

Pada gambar 2 di atas menunjukan bahwa pergerakan harga saham-saham sektor pertambangan pada lima tahun terakhir cenderung mengalami penurunan

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000

Des-011 Des-012 Des-013 Des-014 Des-015

ITMG (S.Primer) PTBA (S.Primer) BIPI (S.Sekunder) ADRO (S.Sekunder) ENRG (S.Sekunder) MEDC (S.Sekunder) ANTM (S.Sekunder) INCO (S.Sekunder) TINS (S.Sekunder) IHSG (S.Sekunder)

yang signifikan khususnya pada tahun 2015 semua emiten mengalami penurunan harga saham. Berdasarkan statistik BEI, indeks sektor tambang sudah anjlok 26.3% sepanjang tahun 2015, terburuk dibanding sektor manapun, padahal saham-saham di sektor ini sudah turun banyak di tahun-tahun sebelumnya.. Hal ini terjadi karena anjloknya harga komoditas pertambangan ditambah aturan hilirisasi yang memberatkan dunia usaha, menjadi faktor yang membuat kinerja harga saham sektor pertambangan masih mengalami keterpurukan. Selain itu tren perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia masih menjadi masalah yang menghambat tren kenaikan harga komoditas pertambangan. Dari 9 saham emiten pada grafik tersebut, empat saham yang mengalami penurunan harga terbesar pada tahun 2015 adalah MEDC, ANTM, PTBA dan ITMG.

Pada grafik harga saham MEDC terlihat bahwa harga saham emiten tersebut mengalami perubahan kenaikan harga terbesar pada tahun 2014 yaitu sebesar 80,95% dari tahun sebelumnya juga sekaligus mengalami penerunan paling tajam pada 2015 di antara 9 harga saham lainnya yaitu sebesar 79,08% dari tahun sebelumnya. Kenaikan harga saham MEDC tersebut dipicu penandatanganan kontrak jual beli gas dengan PT Pertamina (Persero). Berbeda dengan tahun 2015, jatuhnya harga minyak mentah dan diperparah dengan penurunan jumlah minyak dan gas siap jual (lifting) memukul kinerja PT Medco Energi International Tbk (MEDC). Sepanjang 2014, laba bersihnya turun dari 14,15% menjadi US$ 13,71 juta pada 2015.

Pada grafik harga saham ANTM dari lima tahun terakhir terjadi penurunan yang sangat tajam pada tahun 2012 yaitu sebesar 33,88% dari tahun sebelumnya dan 2015 sebesar 70,52% dari tahun sebelumnya. Kerugian emiten BUMN pertambangan nikel tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan beban keuangan dan kerugian lain-lain. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2015 yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia (BEI), kerugiaan ANTM mencapai Rp1,441 triliun (Rp120 per saham) pada 2015, meningkat 94% dibandingkan rugi pada 2014 sebesar Rp743,53 miliar (Rp78 per saham). Beban pokok penjualan naik 20%, dari Rp8,63 triliun pada 2014 menjadi Rp10,34 triliun pada 2015. Peningkatan beban pokok itu menyebabkan laba kotor ANTM merosot 75,4% menjadi Rp195,14 miliar dari Rp793,36 miliar pada 2014. Di sisi lain, beban keuangan ANTM juga meningkat 94,4% menjadi Rp246,02 miliar. Ini menyebabkan beban lain-lain bersih bertambah 32,3% menjadi Rp297,95 miliar. Kinerja keuangan perseroan yang terus memburuk akhirnya berimbas negatif terhadap harga saham ANTM dibursa.

Pada grafik harga saham PTBA dari lima tahun terakhir terjadi penurunan yang sangat tajam pada tahun 2013 yaitu sebesar 32,45% dari tahun sebelumnya dan 2015 sebesar 63,76% dari tahun sebelumnya. Penurunan harga yang cukup tajam dua tahun tersebut terjadi karena harga komoditas yang turun. PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. membukukan laba bersih Rp1,5 triliun hingga kuartal III/2015, turun tipis 4,8% dari periode yang sama setahun sebelumnya Rp1,58 triliun. Dalam laporan keuangan yang dirilis perseroan pada pertengahan periode 2015 disebutkan penurunan laba bersih itu terjadi akibat melonjaknya beban pokok penjualan perseroan. Pada saat yang sama, PTBA tidak mampu menekan lonjakan beban hingga 14,4% year-on-year dari Rp6,58 triliun menjadi Rp7,53 triliun tahun 2015 sehingga, laba kotor yang didapatkan juga turun.

19

Adapun rata-rata penurunan harga saham yang cenderung paling signifikan dalam lima tahun terakhir terjadi pada PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Laba ITMG merosot 51% menjadi US$82,948 juta pada Januari-September 2015, dibandingkan laba US$169,412 juta pada periode yang sama 2014. Salah satu penyebab penurunan laba emiten tambang batubara tersebut yakni kenaikan beban laian-lain yang mencapai 53,86% menjadi US$128,676 juta, dari US$83,631 juta per September 2014. Beban tersebut terdiri atas beban keuangan dan beban penjualan. Selain itu, perseroan juga menanggung beban berupa rugi selisih kurs US$13,475 juta. Pada saat yang sama penjualan ITMG juga turun 18,89% menjadi US$1,21 miliar, dari US$1,48 miliar per September 2014. Anjloknya penjualan tersebut tetap merupakan salah faktor penyebab lain dari kemerosotan laba ITMG. Berbeda dengan sektor pertambangan, sektor perdagangan merupakan sektor yang cenderung mengalami peningkatan harga saham selama 5 tahun terakhir dan merupakan sektor dengan indeks paling baik dan paling positif terhadap pergerakan pasar modal di Indonesia secara keseluruhan sepanjang tahun 2015. Berikut adalah grafik pergerakan harga saham emiten sektor perdagangan.

Sumber : www.idx.co.id (data diolah)

Gambar 3 Pergerakan IHSG dan harga saham (closing price) emiten sektor perdagangan periode 2011-2015

Pada tahun 2012 sebagian besar emiten mengalami kenaikan yang cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh kinerja fundamental yang positif dari para emiten serta adanya aksi korporasi dari beberapa emiten. Adapun rata-rata peningkatan harga saham yang cenderung paling signifikan dalam lima tahun terakhir terjadi pada PT AKR Corporindo Tbk (AKRA). Per kuartal III/2015, pendapatan saham AKRA tersebut melorot akibat rendahnya harga minyak dunia. Namun, perseroan meraup laba bersih periode berajalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp845,29 miliar, meroket 46,08% yoy dari sebelumnya Rp578,65 miliar. Margin kotor AKRA tumbuh dari 7,24% menjadi 10,9%, margin usaha meningkat dari hanya 4,48% menjadi 7,23%, dan margin bersih naik dari 3,4% ke level 5,62%. Perseroan berhasil memangkas beban pokok penjualan sebesar 15% dari Rp15,75

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

Des-011 Des-012 Des-013 Des-014 Des-015

UNTR (S.Primer) AKRA (S.Sekunder) RALS (S.Sekunder) MNCN (S.Sekunder) BMTR (S.Sekunder) IHSG (S.Sekunder)

triliun menjadi Rp13,39 triliun, serta beban keuangan sekitar 20,56% yoy dari Rp106 miliar menjadi Rp84,2 miliar.

Pada gambar 2 dan 3 menunjukan pergerakan IHSG pada tahun 2011-2014 cenderung mengalami kenaikan, pertumbuhan harga saham tersebut merefleksikan pertumbuhan ekonomi sebuah negara yang berarti laba perusahaan akan semakin tinggi. Berbeda dengan pergerakan IHSG periode Desember 2015 mengalami penurunan sebesar 633,94 poin atau 12,13% dari tahun sebelumnya. Sebagian besar bursa dunia cenderung melemah pada tahun 2015. Penyebab turunnya IHSG tidak luput dari perkembangan ekonomi global yang berpengaruh pada kondisi perekonomian dalam negeri. Drama kenaikan suku bunga The Fed yang membuat nilai USD menguat terhadap mayoritas mata uang dunia dan memicu keluarnya dana asing dari bursa saham Indonesia, serta anjloknya harga komoditas khususnya minyak dunia akibat kelebihan pasokan dan melambatnya ekonomi dunia terutama China. Masalah lain dari dalam negeri adalah kegaduhan politik dan masalah-masalah korupsi, serta kurang mulusnya penyerapan anggaran, rendahnya penerimaan pajak dan pelemahan nilai tukar rupiah (www.strep-trader.com, 3 Januari 2016).

Kinerja Saham Sektor Pertambangan dan Perdagangan

Seorang investor yang rasional sebelum mengambil keputusan investasi paling tidak harus mempertimbangkan dua hal, yaitu pendapatan yang diharapkan (expected return) dan risiko (risk) yang terkandung dari alternatif investasi yang dilakukannya. Umumnya risiko selalu terdapat pada setiap alternatif investasi, tetapi besar kecil risiko tersebut tergantung pada jenis investasinya. Pada Tabel 3 berikut ini merupakan tingkat Expected Return bulanan, risiko saham dari realisasi return (Standar Deviasi) dan risiko saham dari expected return (Variance).

Tabel 3 Expected return , STDEV, dan variance bulanan periode 2011 – 2015.

Nama Perusahaan E (Ri)

σ

p CVi

ADRO -0,0186 0,1100 -6,09410 ITMG -0,0286 0,1117 -3,90054 PTBA -0,0179 0,1104 -6,15204 BIPI 0,0004 0,1694 381,8809 ENRG -0,0048 0,1428 -29,99731 MEDC -0,0149 0,1145 -7,6676 ANTM -0,0148 0,1151 -7,76467 INCO -0,0057 0,1476 -26,07492 TINS -0,0179 0,1146 -6,40926 AKRA 0,0336 0,1158 3,44234 UNTR 0,0005 0,0806 170,82841 RALS 0,0041 0,1112 26,97757 MNCN 0,0215 0,1137 5,28567 BMTR 0,0172 0,1262 7,32343

Sumber : Data diolah

Untuk melakukan analisis investasi, dua faktor harus dipertimbangkan bersama-sama, yaitu return ekspektasi dan risiko saham. Dari table di atas dapat

21

dilihat bahwa saham yang memiliki rata-rata return tertinggi adalah saham AKR Corporindo (AKRA) dengan nilai return sebesar 3.36% dan standar deviasi 11.58% sedangkan yang terendah adalah PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan return -2.86% dan standar deviasi 11.17%. Sedangkan saham dengan standar deviasi tertinggi adalah Benakat Integra (BIPI) yakni 16.94% dengan return 0.04%. Berdasarkan return dan resiko, dapat juga diketahui besarnya koefisien variasi dari masing-masing saham. Nilai koefisien variasi yang semakin kecil (tetapi bernilai positif) menunjukan semakin baik saham tersebut. Nilai CV yang terbaik dimiliki oleh PT PT AKR Corporindo. Dari 14 saham yang masuk dalam sampel penelitian, peneliti menyeleksi lagi dengan melihat nilai Expected Return. Jika Expected Return bernilai negatif, maka saham tersebut tidak masuk kedalam kandidat saham pembentuk portofolio. Jika return ekspektasi bernilai positif, maka saham tersebut masuk kedalam kandidat saham pembentuk portofolio. Berdasarkan penilaian, terdapat 6 saham yang dijadikan kandidat pembentukan portofolio. Saham-saham tersebut adakala BIPI, AKRA, UNTR, RALS, MNCN, BMTR.

Korelasi Antar Saham

Hakikat dari pembentukan portofolio yang efisien dan optimal adalah untuk mengurangi risiko dengan cara diversifikasi saham, yaitu mengalokasikan sejumlah dana investor pada berbagai alternatif investasi yang berkorelasi negatif agar dana yang dikeluarkan oleh investor dapat menghasilkan pengembalian yang optimal. Koefisien korelasi yang paling baik adalah korelasi yang mempunyai nilai negatif karena menyebabkan posisi yang tidak searah, maksudnya apabila kondisi saham yang satu mengalami penurunan, saham lain mengalami peningkatan. Dari keenam saham yang menjadi kandidat portofolio akan menghasilkan 36 korelasi. Berikut ini korelasi antar saham yang dijadikan kandidat portofolio.

Tabel 4 Matriks korelasi antar saham

KORELASI BIPI AKRA UNTR RALS MNCN BMTR

BIPI 1,00 0,04 -0,02 0,10 -0,01 0,10 AKRA 0,04 1,00 0,54 0,18 0,40 0,32 UNTR -0,02 0,54 1,00 0,02 0,28 0,20 RALS 0,10 0,18 0,02 1,00 0,33 0,27 MNCN -0,01 0,40 0,28 0,33 1,00 0,63 BMTR 0,10 0,32 0,20 0,27 0,63 1,00

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa korelasi terbesar adalah antara saham BMTR dengan MNCN dengan nilai korelasi 0.63. Sedangkan korelasi terkecil adalah antara BIPI dengan UNTR dengan nilai korelasi -0.02.

Varian-Kovarian Saham

Varian merupakan kuadrat dari deviasi standar. Nilai kovarian yang positif menunjukkan nilai dari dua variabel bergerak ke arah yang sama, yaitu jika satu meningkat, maka yang lainnya juga meningkat atau sebaliknya. Nilai kovarian yang

negatif, menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel bergerak kearah yang berlawanan, yaitu jika satu meningkat, yang lainnya menurun. Atau jika satu menurun, yang lainnya meningkat. Nilai kovarian nol menunjukkan nilai dari dua variable independen, yaitu pergerakan satu variabel tidak ada hubungannya dengan pergerakan variabel yang lainnya (Hartono 2014). Varian-kovarian antar saham yang dijadikan kandidat portofolio terdapat pada tabel 5.

Tabel 5 Matriks varian-kovarian saham

Emiten BIPI AKRA UNTR RALS MNCN BMTR

BIPI 0,029 0,001 0,000 0,002 0,000 0,002 AKRA 0,001 0,013 0,005 0,002 0,005 0,005 UNTR 0,000 0,005 0,006 0,000 0,003 0,002 RALS 0,002 0,002 0,000 0,012 0,004 0,004 MNCN 0,000 0,005 0,003 0,004 0,013 0,009 BMTR 0,002 0,005 0,002 0,004 0,009 0,016

Sumber: Data diolah

Nilai Kovarian terbesar adalah terdapat pada MNCN dengan BMTR yakni 0,017. Sedangkan nilai kovarian terkecil yakni antara saham BIPI dengan UNTR, BIPI dengan MNCN, UNTR dengan RALS yakni 0,000.

Portofolio Efisien

Dengan menggunakan konsep rational people, portofolio-portofolio efisien dapat dijelaskan. Rational people didefinisikan sebagai orang yang akan memilih lebih dibandingkan dengan memilih yang kurang (Hartono 2014). Artinya seorang investor dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat expected return yang berbeda dengan tingkat risiko yang sama, maka akan memilih investasi yang menjanjikan tingkat expected return yang lebih tinggi. Penentuan portofolio yang efisien dilakukan dengan cara memilih tingkat expected return tertentu dan meminimumkan risiko nya, atau menentukan tingkat risiko tertentu dan kemudian memaksimumkan expected returnnya. Berikut adalah set efisiennya.

Sumber: Data diolah

Gambar 4 Set efisiensi portofolio

0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 0,16 0,18 E(R )

σ

p Set Efisiensi

23

Berdasarkan grafik scatter di atas, dirancang sebanyak 13 portofolio efisien yang memberikan return dan resiko yang berbeda-beda. Grafik scatter yang semakin linear mencerminkan hubungan antar saham yang positif. Dari 13 portofolio efisien yang terbentuk, resiko terendah yaitu sebesar 0,06 atau 6% memiliki return ekspektasi sebesar 0,003 atau 0,3%, sedangkan resiko tetinggi yaitu sebesar 0,16 atau 16% memiliki return ekspektasi sebesar 0,05 atau 5%.

Pembentukan Portofolio Optimal

Portofolio-portofolio efisien belum berupa portofolio optimal. Portofolio efisien adalah portofolio yang baik, tetapi belum tentu yang terbaik. Portofolio optimal merupakan portofolio dengan kombinasi return ekspektasi dan risiko terbaik (Jogiyanto 2003). Portofolio optimal dibentuk dengan menggunakan aplikasi program Solver yang terdapat dalam Microsoft Excel. Perhitungan menggunakan program ini memperlihatkan proporsi dana akhir yang layak dialokasikan pada masing-masing saham. Perhitungan portofolio optimal menggunakan batasan dalam penggunaan aplikasi solver untuk meminimumkan risiko portofolio;

1. Jumlah masing-masing w saham adalah lebih besar atau sama dengan 0 ( W ≥ 0). 2. Jumlah seluruh w jika dijumlahkan hasilnya sama dengan satu (Wtotal = 1).

Portofolio yang optimal ini dapat ditentukan dengan memilih tingkat return ekspektasi tertentu dan kemudian meminimumkan risikonya, atau menentukan tingkat risiko yang tertentu dan kemudian memaksimumkan return ekspektasinya. Investor yang rasional akan memilih portofolio optimal ini karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu return ekspektasi atau risiko portofolio. Pada model portofolio optimal Markowitz tidak mempertimbangkan aktiva bebas resiko, investor diasumsikan sebagai risk averse individu dan akan memilih portofolio dengan resiko terkecil sebagai

Dokumen terkait