• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data suara yang digunakan direkam menggunakan fungsi wavrecord pada Matlab, dan disimpan menjadi file berekstensi WAV dengan fungsi wavwrite. Setiap pembicara mengucapkan kata “komputer” sebanyak 60 kali sehingga didapat 600 data suara. Setiap suara direkam selama 1 detik tanpa pengarahan (unguided) dengan sampling rate 16000 Hz dan kemudian dikuantisasi dengan ke dalam representasi 16 bit, sehingga masing-masing menghasilkan ukuran file 31,25 KB.

Untuk mendapatkan data yang memiliki

noise, data yang telah dikumpulkan sebelumnya disalin sebanyak dua kali kemudian ditambahkan white gaussian noise masing-masing dengan SNR 30 dB dan 20 dB. Setelah tahapan ini selesai dilakukan, didapatkan tiga tipe data suara yaitu: data tanpa noise, data dengan SNR 30 dB, dan data dengan SNR 20 dB dengan jumlah 600 data suara untuk tiap tipenya. Selanjutnya data yang telah dikumpulkan tadi dibagi menjadi dua kelompok dengan perbandingan 2:1 untuk tiap pembicara. Kelompok pertama, sebanyak 400 data suara, akan digunakan sebagai data latih dan kelompok kedua, sebanyak 200 data suara digunakan sebagai data uji. Data non model didapatkan dengan cara yang sama.

Praproses dengan MFCC

Data suara yang dihasilkan dari proses yang dijelaskan di atas memiliki ukuran yang cukup besar. Sampling rate 16000 Hz dan waktu perekaman 1 detik membuat matriks yang dihasilkan untuk tiap suara berukuran 16000 × 1 sehingga dianggap terlalu besar jika dilakukan pelatihan dan pengujian secara langsung. Untuk mengatasi masalah tersebut, data suara yang telah dikumpulkan tadi direduksi terlebih

dahulu dengan menggunakan Mel-Frequency Cepstrum Coefficients (MFCC). Dengan MFCC, data suara yang telah dikumpulkan direduksi dengan cara dilakukan segmentasi dan kemudian diambil beberapa koefisien dari tiap segmen tersebut yang dianggap mewakili keseluruhan segmen. Hasil dari MFCC adalah matriks ceptrum coefficients dengan ukuran m × n, dengan n adalah banyaknya segmen dan m adalah jumlah koefisien dari tiap segmen tersebut.

Pada penelitian ini, digunakan fungsi dari

Auditory Toolbox yang dikembangkan oleh Slanley pada tahun 1998. Setiap data suara akan dibagi menjadi segmen berukuran masing-masing 30 ms dengan overlap 50% sehingga menghasilkan 66 segmen. Dari tiap segmen tersebut diambil 13 koefisien sehingga setelah melewati tahap praproses tiap datum suara akan menjadi sebuah matriks dengan ukuran 13 × 66. Matriks inilah yang selanjutnya digunakan sebagai data untuk melakukan pelatihan dan pengujian pada jaringan syaraf tiruan yang dibangun.

Pengembangan Model Jaringan Syaraf Tiruan

Tiga puluh perlakuan yang berbeda dalam jumlah neuron tersembunyi mengakibatkan perlu dibangunnya sepuluh model jaringan syaraf tiruan yang berbeda dengan tiap model mewakili satu jenis perlakuan. Tiga puluh model tadi kemudian dilatih dan diuji untuk mendapatkan model dengan nilai akurasi yang optimal. Pelatihan dan pengujian yang dilakukan pada tiap model dilakukan sebanyak lima kali karena pada saat inisialisasi bobot digunakan bilangan random sehingga tiap kali ulangan dihasilkan nilai akurasi yang berbeda. Nilai akurasi yang didapat kemudian dihitung rata-ratanya untuk mendapatkan nilai akurasi rata-rata yang digunakan sebagai pembanding

dalam mencari nilai akurasi yang optimal. Grafik akurasi rata-rata dari tiap model pada pelatihan dengan data tanpa noise diperlihatkan pada Gambar 6 dan dijabarkan dengan lebih jelas pada Lampiran 2.

Dari hasil penelitian, akurasi rata-rata optimal yang dicapai adalah 92.8% yang didapatkan dari model dengan seratus neuron

tersembunyi. Di sisi lain, akurasi rata-rata terendah yang dicapai adalah 58,6% yang didapat pada model dengan sepuluh neuron

tersembunyi. Dari Gambar 6 juga dapat dilihat bahwa nilai dari akurasi rata-rata yang dihasilkan oleh model JST dengan sepuluh

neuron tersembunyi sampai dengan seratus

neuron tersembunyi secara umum bergerak naik seiring bertambahnya jumlah neuron. Tetapi setelah jumlah neuron tersembunyi melebihi seratus, akurasi rata-rata yang dihasilkan berfluktuasi dengan ragam yang kecil di sekitar nilai tertentu.

Perubahan akurasi rata-rata dari model sampai dengan seratus neuron tersembunyi sangat mungkin disebabkan oleh pengaruh banyaknya jumlah bobot yang digunakan sebagai koefisien dalam proses perhitungan dari tiap neuron. Tiap nilai bobot berpengaruh besar dalam menentukan keluaran dari kesuluruhan model JST yang dibuat. Nilai bobot ini selalu diperbaharui pada tiap iterasi. Dengan lebih banyak bobot yang dapat diperbaharui, nilai bobot yang disimpan dapat lebih tepat sehingga menghasilkan perhitungan yang lebih akurat. Jumlah neuron tersembunyi yang lebih banyak juga membuat keluaran dari hidden layer

menjadi lebih banyak. Keluaran dari hidden layer digunakan sebagai nilai masukan pada

output layer. Hal ini menyebabkan perhitungan yang dilakukan pada output layer menjadi lebih akurat karena masukan yang didapatnya lebih banyak dan dengan bobot yang lebih tepat. Perbandingan Akurasi Rata-rata Terhadap Jumlah Neuron Tersembunyi

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 jumlah neuron tersembunyi

ak urasi r at a-rata

Gambar 6 Grafik perbandingan nilai akurasi rata-rata terhadap jumlah neuron tersembunyi pada pelatihan dengan data tanpa noise.

Namun setelah jumlah neuron tersembunyi melewati angka seratus neuron, nilai akurasi rata-rata cenderung konvergen. Dari fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai akurasi maksimal yang bisa dicapai oleh model JST untuk data yang dimasukkan telah dicapai sehingga akurasi yang dihasilkan oleh tiap model JST cenderung konvergen.

Pada Gambar 7 ditampilkan jumlah epoh rata-rata yang dibutuhkan untuk mencapai nilai galat yang dikehendaki pada saat pelatihan untuk tiap model JST. Dari nilai-nilai yang ditampilkan, terlihat bahwa perilaku dari jumlah epoh rata-rata yang dibutuhkan untuk mencapai nilai galat yang diinginkan kurang lebih mirip dengan perilaku dari nilai akurasi rata-rata yang dihasilkan oleh model JST. Sampai dengan sembilan puluh neuron tersembunyi, jumlah epoh rata-rata yang dibutuhkan untuk mencapai nilai galat yang dikehendaki menurun seiring dengan pertambahan jumlah neuron

tersembunyi.

Penurunan jumlah epoh yang dibutuhkan seiring dengan pertambahan jumlah neuron ini terkait erat dengan alasan terjadinya kenaikan nilai akurasi rata-rata seiring dengan kenaikan jumlah neuron tersembunyi. Perhitungan yang lebih akurat di output layer menyebabkan keluaran dari keseluruhan model JST menjadi lebih akurat sehingga galat yang didapat sudah cukup mendekati target. Banyaknya bobot yang dapat diperbaharui juga mengakibatkan nilai bobot yang disimpan dapat lebih tepat sehingga jumlah iterasi yang diperlukan untuk untuk mencapai nilai galat yang dikehendaki tidak terlalu banyak. Keterkaitan ini dikuatkan dengan kenyataan bahwa nilai akurasi rata-rata

cenderung meningkat seiring dengan semakin turunnya jumlah epoh rata-rata dari model pada model JST dengan jumlah neuron tersembunyi kurang dari seratus.

Selanjutnya, setelah jumlah neuron

tersembunyi melebihi seratus, jumlah epoh yang dibutuhkan untuk mencapai nilai galat yang dikehendaki berfluktuasi menuju suatu nilai tertentu, mirip dengan yang terjadi pada nilai akurasi yang dihasilkan tiap model JST. Dari Fakta ini dapat disimpulkan pula bahwa nilai epoh minimum yang dibutuhkan untuk mencapai nilai galat yang dikehendaki telah tercapai sehingga selanjutnya epoh yang dibutuhkan cenderung tidak terlalu berubah untuk tiap penambahan jumlah neuron

tersembunyi. Kemudian apabila diamati, terlihat bahwa nilai akurasi rata-rata yang tinggi didapat dari model yang dilatih dengan jumlah epoh yang relatif kecil. Fakta tersebut memperkuat analisis bahwa nilai akurasi yang dihasilkan oleh tiap model JST berkaitan erat dengan jumlah epoh yang dibutuhkan untuk mencapai nilai galat yang dikehendaki karena alasan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Untuk melihat perilaku dari model JST yang dibangun terhadap data yang diberi noise,

dilakukan pelatihan dan pengujian model JST dengan arsitektur yang sama dengan data yang memiliki noise. Pada Gambar 8 ditampilkan akurasi rata-rata yang dihasilkan dari pelatihan dan pengujian model JST pada data dengan SNR 30 dB. Hasil pelatihan dan pengujian model JST dari tiga puluh perlakuan jumlah

neuron tersembunyi pada data dengan SNR 30 dB dijabarkan dengan lebih jelas pada Lampiran 3.

Perbandingan Epoh Rata-rata Terhadap Jumlah Neuron Tersembunyi

0 100 200 300 400 500 600 700 800 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 jumlah neuron tersembunyi

e p o h rata -r at a

Gambar 7 Grafik perbandingan jumlah epoh rata-rata terhadap jumlah neuron tersembunyi pada pelatihan dengan data tanpa noise.

Perbandingan Akurasi Terhadap Jumlah Neuron Tersembunyi pada Data dengan SNR 30dB 0 10 20 30 40 50 60 70 80 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 jumlah neuron tersembunyi

aku ras i r at a-rat a

Gambar 8 Grafik perbandingan nilai akurasi rata-rata terhadap jumlah neuron tersembunyi pada pelatihan dengan data SNR 30 dB.

Dari hasil penelitian, nilai akurasi rata-rata terbaik adalah 71% yang dihasilkan dari model JST dengan 200 neuron tersembunyi. Sementara itu, nilai akurasi rata-rata terendah kembali dihasilkan dari model dengan dengan jumlah lapisan neuron tersedikit, yaitu sepuluh. Di samping itu juga terlihat bahwa sampai dengan lima puluh neuron tersembunyi, nilai akurasi rata-rata cenderung naik seiring dengan pertambahan jumlah neuron tersembunyi. Setelah itu, nilai akurasi yang dihasilkan kembali berfluktuasi menuju suatu nilai. Dari perilaku ini dapat disimpulkan bahwa dengan model JST yang dibangun, untuk data dengan SNR 30 dB nilai akurasi maksimal yang dapat dicapai tidak dapat lebih baik lagi.

Hasil yang didapat dari pelatihan dan pengujian model JST dengan arsitektur yang sama pada data yang dengan SNR 20dB juga memperlihatkan perilaku yang mirip. Akurasi rata-rata yang dihasilkan oleh tiap model JST tersebut diperlihatkan pada Gambar 9. Hasil pelatihan dan pengujian model JST dari tiga puluh perlakuan jumlah neuron tersembunyi pada data dengan SNR 20 dB dijabarkan dengan lebih jelas pada Lampiran 4.

Pada Gambar 9 sekali lagi terlihat bahwa akurasi yang dihasilkan cenderung naik sampai suatu titik lalu kemudian berfluktuasi menuju suatu nilai. Bahkan kali ini fluktuasi hampir terlihat dari awal karena nilai akurasi rata-rata yang dihasilkan oleh tiap model JST hampir tidak menunjukkan peningkatan yang terlalu berarti. Nilai akurasi rata-rata yang dihasilkan dari model JST dengan jumlah neuron

tersedikit, dalam hal ini sepuluh, hanya berbeda beberapa persen dari nilai akurasi rata-rata yang dihasilkan oleh model JST dengan tiga ratus neuron tersembunyi. Dari fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk data dengan noise

yang cukup besar, jumlah neuron tersembunyi tidak terlalu berpengaruh dalam meningkatkan nilai akurasi rata-rata.

Selanjutnya, untuk melihat pengaruh dari

noise terhadap nilai akurasi dilakukan perbandingan nilai akurasi rata-rata yang dihasilkan dari tiap jenis data. Gambar 10 menampilkan perbandingan langsung dari akurasi rata-rata yang dihasilkan tiap model JST yang dilatih dan diuji dengan tipe data yang berbeda.

Perbandingan Akurasi Terhadap Jumlah Neuron Tersembunyi Pada Data dengan SNR 20 dB

0 10 20 30 40 50 60 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 jumlah neuron tersembunyi

a k ur a si rat a -r at a

Gambar 9 Grafik perbandingan nilai akurasi rata-rata terhadap jumlah neuron tersembunyi pada data dengan SNR 20 dB

Perbandingan Nilai Akurasi Rata-rata Terhadap Jumlah Neuron Tersembunyi pada Berbagai Data

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300

jumlah neuron tersembunyi

a ku ra s i rata -rat a

data tanpa noise data dengan SNR 30dB data dengan SNR 20dB

Gambar 10 Grafik perbandingan nilai akurasi rata-rata terhadap jumlah neuron tersembunyi. Dari gambar, terlihat bahwa nilai akurasi

rata-rata dari tiap model JST yang dilatih dan diuji dengan data tanpa noise selalu lebih besar dibandingkan dengan nilai akurasi rata-rata dari tiap model JST yang dilatih dan diuji dengan data yang diberi noise. Di samping itu, terlihat pula bahwa data dengan noise yang lebih buruk, dalam hal ini 20 dB, menghasilkan nilai akurasi rata-rata yang lebih buruk pula bila dibandingkan dengan model yang dilatih dan diuji dengan data yang diberi noise 30 dB. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa nilai akurasi akan lebih baik jika data yang digunakan dalam pelatihan dan pengujian lebih baik.

Dari grafik juga terlihat bahwa konvergensi dari tiap data tidak sama. Dari grafik terlihat bahwa data tanpa noise konvergensi terjadi pada saat jumlah neuron tersembunyi telah melewati angka seratus, sedangkan pada data dengan

noise 30 dB konvergensi sudah terjadi pada saat jumlah neuron tersembunyi masih tujuh puluh. Bahkan pada data dengan noise 20 dB konvergensi hampir terlihat dari awal. Di samping itu, dari grafik dapat terlihat pula bahwa kemiringan dari garis yang menyatakan akurasi rata-rata cenderung meningkat jika data yang digunakan lebih baik. Dari fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa jika digunakan data yang guided maka akurasi yang didapat akan jauh lebih baik.

Pengambilan Threshold

Dengan model JST yang optimal, dilakukan pengambilan nilai threshold untuk tiap pembicara. Threshold tersebut digunakan pada saat identifikasi untuk melakukan seleksi yang lebih akurat dari hasil identifikasi setiap suara. Nilai threshold dari tiap pembicara berfungsi sebagai ambang batas nilai keluaran yang

diterima untuk dapat diidentifikasikan sebagai pembicara tersebut. Data threshold diambil dengan menjadikan data latih sebagai data uji. Keluaran yang diidentifikasi dengan benar dari model JST kemudian disimpan dalam suatu matriks. Dari matriks tersebut kemudian diambil nilai keluaran minimal untuk tiap pembicara. Nilai keluaran minimal tersebut adalah nilai yang digunakan sebagai threshold

untuk tiap pembicara (Ho, 1998).

Hasil Identikasi Pembicara Model JST Terbaik pada Data Tanpa Noise

Identifikasi dilakukan dengan menjadikan data uji sebagai masukan untuk model JST yang telah selesai dilatih. Keluaran dari tiap neuron

di ouput layer model JST tersebut kemudian dicari nilai maksimalnya. Nilai maksimal tersebut menunjukkan identifikasi pembicara dari data suara yang dimasukkan. Hasil identifikasi pembicara untuk dua puluh data tanpa noise dan tidak menggunakan threshold

ditampilkan pada Tabel 2.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pembicara yang dapat diidentikasi dengan benar seluruhnya adalah pembicara 1, pembicara 2, pembicara 5, dan pembicara 8. Di samping itu, dapat dilihat juga bahwa pembicara yang paling sedikit diidentifikasi dengan benar adalah pembicara 9. Pada pembicara tersebut, data uji yang dapat diidentifikasi dengan benar hanya tujuh belas data atau 85% sedangkan sisanya dua data uji diidentifikasi sebagai suara pembicara 6 dan satu diidentikasi sebagai suara pembicara 7. Dari data, dapat dihitung akurasi identifikasi dari model JST tersebut untuk seluruh pembicara adalah 96 %.

Tabel 2 Hasil identifikasi model JST terbaik dari dua puluh data pembicara tanpa threshold

Diidentifikasi Sebagai Pembicara Pembicara 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Persentase 1 20 100 % 2 20 100 % 3 19 1 95 % 4 19 1 95 % 5 20 100 % 6 19 1 95 % 7 19 1 95 % 8 20 100 % 9 2 1 17 85 % 10 1 19 95 %

Ada dua alasan yang dapat menjelaskan terjadinya perilaku tersebut. Pertama, model JST yang dibangun kurang dapat membedakan dengan baik suara pembicara 6, pembicara 7, dan pembicara 9. Hal ini mungkin disebabkan karena pada pelatihan, galat target yang digunakan kurang kecil sehingga pelatihan belum optimal. Alasan kedua adalah data suara yang digunakan pada pelatihan atau pengujian dari pembicara 6, pembicara 7, dan pembicara 9 kurang lebih mirip. Pada Tabel 2 juga terlihat bahwa ada dua data suara dari pembicara lain yang teridentifikasi sebagai data suara pembicara 5. Data suara itu adalah data suara milik pembicara pembicara 3 dan satu suara milik pembicara 4. Sementara di lain pihak, seluruh data uji dari pembicara 5 diidentifikasi dengan benar. Perilaku ini menguatkan alasan bahwa data yang digunakan pada pelatihan dan pengujian kurang lebih mirip sehingga model JST yang dibangun dengan arsitektur yang direncanakan belum dapat mengidentifikasi dengan baik.

Selanjutnya, pada proses identifikasi ditambahkan satu tahapan lagi. Kali ini setelah

ditemukan nilai maksimal dari keluaran model JST, dilakukan pembandingan terhadap nilai

threshold dari pembicara tersebut. Sebuah data suara yang diuji diidentifikasi sebagai suara salah seorang pembicara hanya jika nilai maksimal keluaran dari model JST, yang menyatakan bahwa data tersebut suara dari salah seorang pembicara, lebih besar dari nilai

threshold. Apabila nilai maksimal yang ditemukan masih lebih kecil dari pada nilai

threshold maka data suara tersebut tidak dikategorikan sebagai satu pun pembicara.

Dengan penambahan tahap threshold dalam proses identifikasi, model JST yang dibangun menjadi lebih “hati-hati” dalam mengidentifikasi suatu suara. Hasil identifikasi pembicara untuk dua puluh data pengujian tanpa noise dengan menggunakan threshold

ditampilkan pada Tabel 3. Pada tabel tersebut ditambahkan satu pembicara baru yaitu pembicara 0. Pembicara ini ditambahkan dengan maksud untuk menampung data suara yang hasil identifikasinya lebih kecil daripada nilai threshold.

Tabel 3 Hasil identifikasi model JST terbaik dari dua puluh data pembicara dengan threshold

Diidentifikasi Sebagai Pembicara Pembicara 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Persentase 1 4 16 80 % 2 3 17 85 % 3 2 18 90 % 4 7 13 65 % 5 1 19 95 % 6 1 19 95 % 7 7 13 65 % 8 6 14 70 % 9 3 17 85 % 10 1 19 95 %

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa setelah ditambahkan threshold tidak ada lagi data suara dari satu pembicara yang teridentifikasi sebagai pembicara lain. Tapi di lain pihak dapat dilihat juga bahwa tidak ada lagi data suara yang seluruhnya diidentifikasi dengan benar. Jumlah data suara yang teridentifikasi dengan benar terbanyak hanya sembilan belas data yaitu data suara dari pembicara 5, pembicara 6, dan pembicara 10. Satu data suara dari masing-masing pembicara tadi dikenali sebagai pembicara 0 yang berarti bahwa nilai keluaran model JST untuk data tersebut lebih kecil dari nilai thresholdnya.

Jumlah data suara yang teridentifikasi dengan benar terendah terjadi pada pembicara 4 dan pembicara 7, yaitu tiga belas data suara atau hanya 65 % dari seluruh data suara yang diujikan. Jumlah data suara teridentifikasi dengan benar yang rendah juga terjadi pada pembicara 8. Dari dua puluh data yang diujikan, hanya empat belas data yang diidentifikasi dengan benar.

Bila dibandingkan dengan identifikasi tanpa threshold, jumlah data suara yang teridentifikasi dengan benar pada identifikasi dengan threshold secara umum mengalami penurunan yang cukup drastis. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dalam grafik perbandingan jumlah data suara yang teridentifikasi dengan benar pada Gambar 11.

0 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pembicara J um lah t e ri d en ti fi k as i b e na r

identifikasi tanpa threshold identifikasi dengan threshold Keterangan :

threshold

threshold

Gambar 11 Grafik perbandingan jumlah data suara yang teridentifikasi dengan benar pada

data tanpa noise

Dari grafik terlihat bahwa pada identifikasi tanpa threshold jumlah data suara yang dikenali dengan benar secara umum mengalami penurunan dibandingkan dengan identifikasi

tanpa threshold. Nilai akurasi keseluruhan pun turun menjadi hanya 82.5%. Hal ini disebabkan karena hasil keluaran dari model JST untuk data suara tersebut masih lebih kecil dari nilai

threshold pembicara yang bersangkutan. Keadaaan tersebut mengakibatkan data suara yang diujikan tadi dianggap bukan merupakan suara dari pembicara yang bersangkutan dan kemudian diklasifikasikan sebagai data suara pembicara 0.

Penurunan jumlah data suara teridentifikasi dengan benar yang cukup drastis ini kemungkinan disebabkan oleh dua hal. Pertama, data dan model JST yang digunakan masih kurang baik. Model yang masih kurang baik menyebabkan identifikasi kurang baik, yang digambarkan dengan nilai maksimal keluaran dari model yang kurang besar. Nilai maksimal keluaran yang kurang besar ini mengakibatkan data suara yang diujikan diangap bukan suara pembicara yang bersangkutan karena nilainya lebih kecil dari threshold. Kemungkinan kedua adalah kurang baiknya nilai threshold itu sendiri. Jika nilai threshold yang diambil terlalu besar, maka akan banyak data suara yang tidak teridentifikasi karena nilai maksimalnya lebih kecil dari threshold.

Untuk mengamati ketepatan nilai threshold

yang dipakai dilakukan pengujian model JST dengan data suara dari pembicara yang tidak ikut serta dalam pelatihan model JST. Idealnya, seluruh data yang diuji akan dikenali sebagai pembicara 0 karena pembicara tidak ikut dalam pelatihan. Hasil identifikasi dua puluh data suara tanpa noise dari pembicara yang tidak ikut serta dalam pelatihan dan dengan menggunakan

threshold ditampilkan pada Tabel 4.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa secara umum model JST dan threshold yang digunakan sudah dapat mengenali data suara tanpa noise dari pembicara yang tidak ikut serta dalam pelatihan dengan baik. Kesalahan hanya terjadi pada pembicara non model 1. Pada pembicara non model 1 ada satu data suara yang dikenali sebagai pembicara 4. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa threshold yang digunakan tidak terlalu tinggi sehingga masih ada satu data suara dari pembicara yang tidak ikut serta dalam pelatihan yang dikenali sebagai pembicara 4, yang ikut serta dalam pelatihan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyebab turunnya nilai akurasi rata-rata setelah penerapan nilai threshold adalah data dan model jaringan syaraf tiruan yang digunakan untuk identifikasi pembicara tidak cukup baik.

Tabel 4 Hasil identifikasi dua puluh data suara tanpa noise dari pembicara yang tidak ikut serta dalam pelatihan dengan menggunakan threshold

Diidentifikasi Sebagai Pembicara Pembicara Non model 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Persentase 1 4 0 1 80 2 5 0 100 3 5 0 100 4 5 0 100 5 5 0 100 6 5 0 100 7 5 0 100 8 5 0 100 9 5 0 100 10 5 0 100

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model jaringan syaraf tiruan resilient backpropagation dapat digunakan untuk identifikasi pembicara pada data yang direkam tanpa pengarahan. Dari tiga puluh model yang dibangun, nilai akurasi rata-rata terbaik didapatkan dari model dengan seratus neuron tersembunyi yaitu sebesar 92,8%. Nilai akurasi rata-rata terendah didapatkan dari model dengan sepuluh neuron

tersembunyi, yaitu 58,6%.

Pada data yang diberi noise, nilai akurasi

Dokumen terkait