• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisik peternak yang menggambarkan kondisi para peternak meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman beternak. Tabel 6 menunjukan secara lengkap karakteristik peternak penangkar bibit ternak ayam buras.

Tabel 6. Karakteristik Peternak Penangkar Bibit Ternak Ayam Buras

No Karakteristik Peternak Jumlah

(Orang) (%) 1. Umur (Tahun) 25-35 15 37,5 36-46 17 42,5 47-57 5 12,5 58-68 3 7,5 2. Pendidikan Tidak Sekolah 2 5,0 SD/sederajat 24 60,0 SLTP/sederajat 7 17,5 SLTA/sederajat 4 10,0 Perguruan Tinggi 3 7,5 3. Pekerjaan Petani 21 52,5 Pedagang 4 10,0 Ibu RumahTangga 2 5,0 PNS 5 12,5 Wiraswasta 8 20,0 4. Pengalaman beternak 3 - 12 16 40,0 13 - 22 19 47,5 23 - 32 4 10,0 33 - 42 1 2,5

Data umur peternak berkisar antara 27-68 tahun, dengan rata-rata 40 tahun. Sebagian besar peternak (92,5 %) dapat dikategorikan ke dalam usia produktif (15 -55 tahun) yaitu sebanyak 37 orang. Sedangkan peternak yang tidak termasuk ke dalam usia produktif 7,5 % yaitu 3 orang.

Mayoritas peternak (60 %) berpendidikan formal sampai tingkat sekolah dasar. Peternak yang berpendidikan formal sampai ke jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) atau sederajat yaitu 12,5% dan 10%. Sedangkan peternak yang berpendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi yaitu sebanyak 7,5%. Sementara itu terdapat pula peternak yang tidak pernah menempuh pendidikan formal atau tidak sekolah yaitu sebanyak 5 %.

Pekerjaan utama peternak penangkar bibit ternak ayam buras bervariasi. Tabel 6 menunjukan bahwa mayoritas (52,5 %) pekerjaan utama peternak adalah petani, dengan status kepemilikan lahan sebagai pemilik dan penggarap 17,5 %, dan penggarap atau buruh tani 35 %. Pekerjaan utama peternak lainnya diantaranya yaitu wiraswasta, PNS, pedagang, dan Ibu rumah tangga.

Data lama pengalaman beternak ayam buras berkisar antara 4 - 42 tahun dengan rata-rata yaitu 14,40 th. Lama pengalaman beternak ayam buras dikelompokan menjadi 4 selang kelompok dengan Lama pengalaman beternak terbanyak pada selang antara 13 - 22 tahun dan 3 - 12 tahun masing masing 19 orang (47,5%) dan 16 orang (40%).

Karakteristik Usaha Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras

Karakteristik usaha penangkaran bibit ternak ayam buras merupakan bentuk kegiatan pemeliharaan ayam buras yang dijalankan oleh peternak dalam penangkaran bibit ternak ayam buras. Karakteristik usaha penangkaran meliputi motivasi beternak, skala usaha kepemilikan ternak ayam buras dan tatalaksana pemeliharaan.

Motivasi Beternak

Motivasi peternak dalam memelihara ternak ayam buras bervariasi. Motivasi peternak tersebut diantaranya yaitu sebagai tabungan dan konsumsi, mengisi waktu luang, menambah penghasilan, dan menyalurkan hobi. Motivasi peternak teersebut secara lengkap tertera pada Tabel 7.

Tabel 7. Motivasi Peternak dalam Menjalankan Usaha Penangkaran

No Motivasi Jumlah Persentase

(Orang) (%)

1. Tabungan dan konsumsi 21 52,50

2. Mengisi Waktu luang 10 25,00

3. Menambah Penghasilan 5 12,50

4. Menyalurkan hobi 4 10,00

Total 40 100,00

Mayoritas peternak (52,5 %) menyatakan bahwa motivasi dalam memelihara ternak ayam buras yaitu sebagai tabungan dan konsumsi. Menurut peternak ayam buras sewaktu-waktu mudah dijual untuk memenuhi keperluan-keperluan yang mendesak, dipotong untuk konsumsi keluarga atau kegiatan keagamaan, dan dihadiahkan kepada kerabat atau keluarga yang berkunjung. Hasil penelitian Lestari (2000) menyebutkan bahwa ayam buras yang dipelihara di daerah penelitiannya manfaatnya dapat digunakan pada saat-saat dibutuhkan seperti acara keagamaan, pesta keluarga atau saat membutuhkan uang.

Skala Usaha

Jumlah ternak ayam buras sebagai ukuran penampilan skala usaha yaitu sebagian berasal dari ternak awal yang dimiliki peternak dan sebagian lagi berasal dari ternak yang dibeli oleh peternak pada saat awal penangkaran. Ternak yang dibeli merupakan pemanfaatan bantuan uang tunai dari Dinas Peternakan. Rata-rata skala usaha ternak penangkaran bibit ternak ayam buras dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Jumlah Ternak Awal dan Ternak yang Dibeli sebagai ukuran Skala Usaha Awal Penangkaran

Keterangan Rata-rata Jumlah ternak Persentase

(ekor) (%)

Ternak awal 5,35 46,87

Ternak yang dibeli 6,15 53,13

Tabel 8 menunjukan Jumlah ternak yang dipelihara sebanyak 46,87 % berasal dari ternak milik peternak dan 53, 13 % adalah hasil pembelian. Rata-rata skala usaha ternak penangkaran yaitu 11,50 ekor. Rata-rata jumlah ternak awal yang dimiliki peternak yaitu 5,35 ekor yang berkisar antara 0 – 16 ekor. Rata-rata jumlah ternak yang dibeli peternak yaitu 6,15 ekor yang berkisar antara 0 – 10 ekor.

Tabel 9. Rata-rata Skala Usaha Awal dan Akhir Penangkaran

Keterangan Jumlah Ternak

Dewasa Muda Anak

--- Ekor---

Skala usaha awal 11,50 3,28 4,33

Skala Usaha akhir 12,53 8,75 12,53

Pada Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa pada awal usaha penangkaran rata-rata skala usaha penangkaran bibit ternak ayam buras yaitu sebesar 11,50 ekor. Pada akhir program penangkaran dan setelah terjadi mutasi ternak rata-rata peningkatan skala usaha penangkaran meningkat menjadi 12, 53 ekor atau meningkat sebesar 1, 03 ekor. Mutasi ternak penangkaran diantaranya yaitu ternak yang dijual, dikonsumsi, dikembalikan, dandihadiahkan. Rata-rata mutasi ternak penankaran dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Mutasi Kepemilikan Ternak Penangkaran

No Rata-rata Jumlah Ternak Rata-rata Jumlah ternak

(ekor) %

1. Dijual 12,40 34,15

2. Konsumsi 16,15 44,48

3. Dikembalikan/Digulirkan 5,58 15,37

4. Dihadiahkan 2,18 6,00

Dari Tabel 10 di atas, mayoritas ternak hasil penangkaran (44,48 %) adalah dikonsumsi peternak. Ternak ayam buras yang dikonsumsi tidak hanya ternak ayam buras yang sehat tetapi juga ternak ayam buras yang sakit. Peternak memotong ternak ayam buras yang sakit untuk dikonsumsi setelah terlebih dahulu diobati dan tidak kunjung sembuh. Pada Tabel 10 juga dapat dilihat penjualan ternak hasil

penangkaran yaitu sebesar 34,15 %, dikembalikan atau digulirkan 15,37 % dan ternak yang dihadiahkan 6 %.

Tatalaksana Pemeliharaan

Perkandangan. Para peternak memperoleh bantuan modal kerja berupa uang tunai sebesar Rp 50.000,00 untuk memperbaiki kandang dan membuat kandang pemeliharaan anak ayam. Peternak juga memperoleh bantuan modal kerja berupa sarana kandang yaitu tempat pakan, tempat minum, dan egg tray masing-masing satu buah.

Peternak membuat kandang panggung atau tingkat yang terdiri atas beberapa sekat atau ruang untuk pemeliharaan ayam buras muda dan dewasa. Rata-rata luas bangunan kandang tersebut yaitu 8,1 m2 yang berkisar antara 2 – 32 m2. Sebagian besar peternak (77,5 %) tidak menggunakan bagian bawahnya atau dikosongkan sehingga kotorannya dapat langsung jatuh ke bawah. Beberapa peternak (22,5%) memanfatkannya dengan ditaburi sekam. Bahan pembuatan kandang untuk dinding dan tiang umumnya adalah bambu dan kayu, sedangkan atapnya antara lain dari rumbia, asbes, dan genteng.

Peternak membuat kandang pemeliharaan anak ayam atau boks anak ayam dengan ukuran panjang 1 m dan lebar 0,5-0,8 m. Boks anak ayam ini dibuat secara terpisah dari kandang ayam remaja dan dewasa, tetapi ada juga yang memanfaatkan satu sekat atau kamar dari kandang ayam remaja dan dewasa. Boks anak ayam dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum dan penerangan listrik untuk menghangatkan anak ayam pada waktu malam hari.

Kandang berada pada lahan pekarangan yang tidak jauh dari rumah atau tempat tinggal.. Letak kandang umumnya berada di belakang rumah, tetapi ada juga yang di depan dan di samping rumah. Jarak kandang dengan rumah yaitu berkisar antara 0 - 7 m dengan rata-rata 2 m. Beberapa peternak juga membuat pagar keliling dari bambu yang tingginya 2 – 3 m. Menurut peternak pagar keliling dibuat selain untuk tempat umbaran juga untuk keamanan.

Tabel 11. Karakteristik Kandang Peternak Penangkar

Karakteristik Kandang Jumlah Peternak Persentase

(Orang) (%) Luas Kandang a. < 10 m2 31 77,5 b. 10 – 20 m2 5 12,5 c. > 20 m2 4 10,0 Bentuk Kandang a. Tingkat 31 77,5

b. Lantai dan tingkat 9 22.5

Letak kandang dari rumah

a. Depan 2 5,0

b. Belakang 22 55,0

c. Samping 16 40,0

Jarak Kandang dari rumah

a. < 1 m 7 17,5

b. 1 – 2 m 19 47,5

c. > 2 m 14 35,0

Bibit Ternak Ayam Buras. Bibit ternak ayam buras yang dipelihara pada awal penangkaran sebagian berasal dari ayam milik peternak sendiri dan sebagian lagi hasil pembelian. Untuk membeli bibit ternak tersebut peternak memperoleh bantuan modal kerja uang tunai sebesar Rp 150.000,00 dari Dinas Peternakan.

Sebagian besar peternak (70 %) membeli bibit awal penangkaran kurang dari 10 ekor (1 – 9). Bahkan terdapat pula peternak (15 %) yang sudah memiliki bibit sejumlah 10 ekor dan tidak membeli lagi. Hal ini dikarenakan bibit awal yang dimiliki peternak tersebut dianggap dibeli. Sementara itu peternak yang membeli bibit 10 ekor yaitu 15 %. Umumnya peternak yang tidak menggunakan semua atau sebagian bantuan untuk pembelian bibit tersebut memanfaatkannya untuk perbaikan kandang, pembelian pakan komersil atau pur, dan keperluan rumah tangga.

Pemilihan bibit ayam buras umumnya masih berdasarkan pengalaman atau kebiasaan yaitu dengan memperhatikan bentuk bulu belakang dan besar tubuh. Pengetahuan pemilihan bibit dari pelatihan teknis penangkaran tidak banyak

mempengaruhi cara peternak dalam melakukan pemilihan bibit. Hanya sedikit peternak yang menerapkannya dan menggabungkannya dengan pengalaman atau kebiasaaan yang sudah secara turun temurun. Pemilihan bibit tersebut diantaranya yaitu dengan memperhatikan bentuk bulu belakang, besar tubuh, warna bulu, jumlah telur, kejernihan mata, lebar dada, bentuk kepala dan sifat memelihara anak.

Tabel 12. Bibit Awal dan Bibit yang Dibeli pada Usaha Penangkaran

Keterangan Jumlah Peternak Persentase

(Orang) ( % ) Bibit awal 0 (tidak punya) 2 5,00 1 – 4 ekor 19 47,50 5 - 9 ekor 11 27,50 ≥ 10 ekor 8 20,00

Bibit yang dibeli

0 (tidak membeli) 6 15,00

1 – 9 ekor 28 70,00

10 ekor 6 15,00

Pemberian Pakan. Peternak memperoleh bantuan modal kerja pada awal penangkaran sebesar Rp 25.000,- per orang untuk pembelian pakan. Setelah itu peternak secara mandiri membeli atau memenuhi sendiri kebutuhan pakan ternaknya. Jenis bahan pakan yang diberikan oleh peternak diantaranya yaitu dedak, menir, pakan komersial starter atau pur, beras, jagung giling, sisa makanan dan sayuran. Dedak dan menir diperoleh peternak dari pabrik penggilingan padi. Sebagian peternak memperolehnya secara gratis sebagai hasil ikutan pada saat menggiling padi dan sebagian peternak lainnya membeli di pabrik penggilingan padi. Pakan komersial starter diperoleh peternak dari poultry shop atau peternak ayam ras pedaging.

Kegiatan pemberian pakan dilakukan oleh peternak atau anggota keluarga peternak yang mempunyai waktu luang pada saat pakan harus diberikan. Sebagian besar peternak (77,50 %) memberikan makan dua kali sehari yaitu pada pagi hari antara jam 06.00 - 07.00 WIB sebelum ayam dikeluarkan dari kandang dan sore hari

antara jam 17.00 - 18.00 WIB pada saat akan mengandangkan ayam. Adapula peternak yang memberikan pakan pada waktu siang hari antara jam 13.00-14.00 WIB. Kegiatan pemberian pakan dan jenis bahan pakan dpat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 13. Frekuensi Pemberian pakan dan Jenis pakan

Keterangan Jumlah Peternak Persentase

(Orang) (%)

Frekuensi Pemberian pakan per hari

a. 2 kali 31 77,5

b. 3 kali 9 22,5

Jenis Pakan

a. Ayam muda dan dewasa

ƒDedak + Sisa makanan atau beras 36 90,0

ƒDedak + Sisa Makanan + Jagung 4 10,0

b. Anak Ayam

ƒMenir + Beras 8 20,0

ƒMenir + Pakan Komersil 32 80,0

Peternak memberikan dedak sebagai pakan utama pada pemeliharaan ayam buras muda dan dewasa. Dedak diberikan dalam keadaan basah setelah terlebih dahulu dicampur dengan air hangat. Rata-rata pemberian dedak yaitu 120,98 gr/ekor/hari atau rata-rata menghabiskan ± 18 kg/ekor hingga mencapai umur 6 – 8 bulan. Peternak juga memberikan pakan tambahan untuk melengkapi dedak berupa sisa-sisa makanan dan sayuran. Ada pula peternak yang memberikan pakan tambahan berupa jagung giling.

Pada pemeliharan anak ayam umur sehari sampai satu bulan (± 40 hari) peternak memberikan menir sebagai pakan utama. Sebagian besar peternak (80 %) memberikan pakan tambahan untuk melengkapi menir berupa pakan komersil starter atau pur. Rata-rata pemberian pakan komersial yaitu 20 gr/ekor/hari atau menghabiskan pakan ± 600 gram/ekor hingga mencapai umur ± 40 hari. Sementara itu peternak lainnya (20 %) memberikan beras sebagai pakan tambahan untuk melengkapi menir.

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pencegahan dan pengendalian penyakit dilakukan sebagai upaya untuk mencegah timbulnya wabah penyakit Meskipun peternak sudah berupaya mencegahnya, kematian ternak penangkaran masih tetap tinggi. Kematian ternak ayam buras tersebut disebabkan oleh serangan penyakit (tetelo). Hal ini diduga karena umumnya peternak tidak membakar terlebih dahulu ayam yang mati terkena penyakit, dan pada saat pemotongan ternak ayam buras yang sakit, darah yang keluar dan diduga mengandung bibit penyakit tersebut tidak segera dikubur.

Upaya yang dilakukan peternak untuk mencegah timbulnya wabah penyakit yaitu dengan cara menjaga kebersihan kandang dan peralatannya. Umumnya para peternak membersihkan kandang setiap hari pada waktu pagi hari setelah memberikan makanan. Kegiatan pembersihan kandang dilakukan dengan cara menyapu kandang dan mengambil kotoran ternak. Kotoran ternak diambil lalu dikumpulkan di sekitar kandang, digunakan untuk pupuk atau diberikan ke tetangga yang membutuhkannya.

Upaya lainnya yang dilakukan untuk mencegah timbulnya wabah penyakit tetelo yaitu melalui kegiatan vaksinasi. Kegiatan vaksinasi yang pernah dilakukan selama program penangkaran yaitu 2 kali pada masing-masing kelompok. Vaksin diperoleh dari Dinas Peternakan melalui petugas lapang Peternakan Kecamatan (KCD). Peternak tidak dipungut biaya pada kegiatan vaksinasi tersebut karena sudah termasuk bagian dari paket bantuan yang diberikan. Kegiatan vaksinasi hanya terlaksana dengan mengandalkan bantuan dari Dinas Peternakan. Setelah itu peternak tidak berinisiatif untuk mengadakan vaksinasi secara mandiri.

Sebagian besar peternak belum pernah melakukan kegiatan vaksinasi terhadap ternak ayam buras sebelum ada program penangkaran. Kegiatan vaksinasi dilakukan oleh kader vaksinator yang telah dilatih pada pelatihan teknis penangkaran. Kegiatan vaksinasi dilakukan pada waktu malam hari ketika ayam berada dalam kandang. Vaksin diberikan melalui tetes mata pada anak ayam dan suntik pada ayam muda dan dewasa.

Peternak belum memahami pentingnya vaksinasi sebagai salah satu upaya untuk pencegahan penyakit. Beberapa hal yang mempengaruhi pemahaman peternak terhadap manfaat vaksinasi tersebut diantaranya sikap yang pesimis terhadap manfaat

vaksinasi, perasaan trauma terhadap kematian ternak ayam buras setelah divaksin atau diambil sampel darahnya. Sementara itu kendala-kendala dalam kegiatan vaksinasi diantaranya yaitu kendala waktu pemberian vaksin di malam hari, pemilihan ternak ayam buras

Tabel 14. Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Keterangan Jumlah Peternak Persentase

(Orang) (%)

Pembersihan Kandang

a. Setiap hari 28 70,0

b. Seminggu sekali 7 17.5

c. Tidak teratur 5 12.5

Vaksinasi sebelum program penangkaran

a. Pernah 4 10.0

b. Belum pernah 36 90.0

Penanganan Ayam Sakit

a. Dibiarkan 0 0.0

b. Dibiarkan dan dipisahkan 2 5.0

c. Diobati dan dipisahkan 6 15.0

d. Diobati,dipisahkan, lalu dipotong 32 80.0

Penanganan Ayam Mati

a. Dibakar sebelum dibuang/dikubur 7 17,5

b. Langsung dibuang/dikubur 33 83,5

Pengendalian penyakit yang dilakukan oleh peternak umumnya dengan cara memisahkan ternak ayam buras yang sakit dari ayam sehat dan mengobatinya. Pengobatan tehadap ayam sakit dilakukan oleh peternak diantaranya dengan obat-obat hewan dan obat-obat tradisional. Obat obat-obatan yang digunakan antara lain obat-obat hewan yang diperoleh dari Dinas Peternakan, dan obat tradisional (asam cuka, Cabai merah dan lain-lain). Apabila upaya pengobatan terhadap ayam-ayam sakit tersebut tidak berhasil peternak kemudian memotongnya.

Umumnya peternak langsung mengubur atau membuang bangkai ternak ayam buras yang mati terserang penyakit. Upaya pengendalian penyakit melalui

pembakaran ayam tidak dilaksanakan oleh semua peternak. Peternak yang membakar bangkai ayam yang mati tersebut umumnya memanfaatkannya untuk makanan ikan lele di kolam miliknya atau memberikannya kepada tetangga yang mempunyai kolam ikan lele.

Penetasan dan Penggunaan Mesin Tetas. Penetasan yang dilakukan oleh para peternak yaitu secara alami atau dierami oleh induknya. Jumlah telur yang ditetaskan secara alami rata-rata 11 butir/induk dan yang berhasil menetas rata-rata antara 9 butir/induk.

Penggunaan mesin tetas sebagai alat penetasan buatan pernah digunakan oleh peternak di masing-masing kelompok, kecuali peternak di kelompok Terus Maju di Kecamatan Cibaliung. Mesin tetas milik kelompok Terus Maju tidak pernah difungsikan untuk menetaskan telur karena mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut diduga akibat guncangan selama dalam perjalanan pada saat pengambilan dari Dinas Peternakan.

Penetasan telur dengan mesin tetas yang pernah dicoba pada ketiga kelompok penangkar tersebut hasilnya kurang bagus. Telur-telur yang ditetaskan tersebut banyak yang tidak berhasil menetas. Hal ini mengakibatkan peternak enggan untuk menetaskan telur dengan menggunakan mesin tetas dan mesin tetas tersebut tidak difungsikan lagi sampai berakhirnya program penangkaran. Ketidakberhasilan penetasan melalui mesin tetas tersebut diduga disebabkan oleh aliran listrik yang sering mati.

Program Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras Gambaran Umum Program

Program penangkaran bibit ternak ayam buras merupakan salah satu bagian dari proyek pemberdayaan penangkaran bibit/benih pertanian di Kabupaten Pandeglang tahun 1999/2000. Program penangkaran lainnya dalam proyek tersebut yaitu program penangkaran bibit/benih pertanian tanaman pangan (durian dan manggis), Penangkaran bibit/benih perkebunan (kopi, kelapa, taman obat-obatan), dan penangkaran bibit/benih perikanan (ikan nila dan ikan mas).

Tujuan Program. Program penangkaran bibit ternak ayam buras bertujuan untuk mendayagunakan kemampuan dan potensi penangkar agar dapat menghasilkan bibit/benih ternak ayam buras bermutu sesuai kebutuhan masyarakat, meningkatkan kemampuan kelompok penangkar dalam memproduksi bibit ternak ayam buras, dan meningkatkan kesejahteraan peternak penangkar bibit ternak ayam buras.

Pembiayaan Program. Sumber pembiayaan program penangkaran bibit ternak ayam buras yaitu berasal dari dana alokasi khusus (DAK) APBN. Besarnya jumlah total anggaran pembiayaan program penangkaran bibit ternak ayam buras yaitu sebesar Rp 95.000.000,00. Anggaran pembiayaan tersebut dipergunakan untuk pemberian bantuan modal kerja kepada kelompok penangkar, penyelenggaraan pelatihan, administrasi dan honorarium pelaksana program.

Lokasi Program. Lokasi program penangkaran bibit ternak ayam buras di Kabupaten Pandeglang tersebar di empat Kecamatan yaitu Kecamatan Cadasari, Menes, Cikeusik dan Cibaliung. Pertimbangan dalam penentuan Kecamatan diantaranya yaitu sesuai dengan prioritas pembangunan pertanian khususnya peternakan di wilayah Kabupaten Pandeglang, dapat menjadi pusat pertumbuhan bagi daerah Kecamatan di sekitarnya, pemerataan program bantuan pemerintah khususnya program peternakan, dan ketersediaan petugas lapang Peternakan di tingkat Kecamatan.

Kelompok Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras. Keempat kelompok peternak penangkaran bibit ternak ayam buras merupakan kelompok peternak yang baru dibentuk (< 1 tahun) dan belum pernah menerima paket bantuan peternakan sebelumnya. Kelompok penangkaran bibit ternak ayam buras tersebut ditentukan dan diajukan oleh masing-masing petugas lapang Peternakan Kecamatan ke Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang. Kemudahan pengawasan, pemerataan pemberian bantuan pemerintah, dan minimalisasi kecemburuan sosial merupakan hal-hal yang menjadi dasar penentuan dan pembentukan kelompok penangkar oleh petugas lapang Peternakan Kecamatan. Disamping itu juga tidak ada persyaratan khusus yang disyaratkan untuk menjadi anggota kelompok penangkar. Pemilihan anggota kelompok lebih bersifat kekeluargaan yang memberikan kesempatan pada siapa saja

untuk dapat menjadi anggota kelompok. Nama dan lokasi kelompok penangkaran bibit ternak ayam buras dapat dilihat dalam Tabel 15.

Tabel 15. Nama dan Lokasi Kelompok Penangkaran

No Kelompok Lokasi

Desa Kecamatan Wilayah Pembangunan

5. Taman Jaya Kawungcaang Cadasari Utara

6. Ternak Jaya Purwaraja Menes Teluk lada

7. Karya Tani Curug Ciung Cikeusik Teluk lada

8. Terus Maju Cikadu Cibaliung Selatan

Bantuan Penguatan Modal Kelompok

Penguatan modal kelompok dilakukan melalui pemberian paket bantuan modal kerja kepada masing-masing kelompok yaitu sebesar Rp14.000.000,- per kelompok. Paket bantuan penguatan modal kelompok tersebut diberikan kepada kepada masing-masing kelompok dalam bentuk barang sarana produksi dan uang tunai. Rincian pemberian paket bantuan modal kerja yang diberikan kepada masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Paket Bantuan Penguatan Modal Kerja Kelompok

No Paket Bantuan Rincian Keterangan

1. Sarana produksi ƒ Mesin tetas telur kelompok 1 unit

ƒ Tempat pakan 25 unit

ƒ Tempat minum 25 unit

ƒ Egg tray 25 unit

ƒ Obat-obatan, vaksin dan peralatan kesehatan

2. Uang tunai ƒ Pembelian bibit Rp 150.000,-/peternak

ƒ Perbaikan kandang Rp 50.000,-/peternak

Bantuan Modal Kerja Sarana Produksi. Pengadaan sarana produksi dilakukan oleh panitia pembelian pekerjaan barang unit (P3U) dari Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemeriksaan kondisi barang dan menghindari ketidaksesuaian barang antar masing-masing kelompok.

Pengambilan sarana produksi dilakukan oleh masing-masing pengurus kelompok dengan didampingi oleh petugas lapang Peternakan Kecamatan di Kantor Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang. Sarana produksi tersebut yaitu mesin tetas, tempat pakan dan minum, tempat menyimpan telur atau egg tray, obat-obatan, vaksin, dan peralatan kesehatan ternak.

Setiap kelompok memperoleh sarana produksi mesin tetas telur masing-masing satu unit. Sebelum diambil oleh masing-masing-masing-masing pengurus kelompok, mesin tetas telur diperiksa terlebih dahulu oleh petugas pemeriksa barang dari Dinas Peternakan untuk memastikan kesesuaian dan kondisi mesin tetas telur dapat berfungsi. Pada kenyataannya satu dari empat mesin tetas tersebut tidak dapat berfungsi atau rusak setelah tiba di lokasi kelompok. Mesin tetas tersebut yaitu mesin tetas milik kelompok ”Terus Maju” desa Cikadu Kecamatan Cibaliung. Menurut petugas Peternakan Kecamatan Cibaliung kerusakan tersebut diduga terjadi akibat guncangan selama dalam perjalanan karena kondisi jalan yang rusak.

Setiap kelompok memperoleh bantuan sarana produksi tempat pakan, tempat minum dan tempat menyimpan telur atau egg tray masing-masing 25 buah. Sarana produksi tersebut dibagikan langsung ke setiap peternak dan masing-masing memperoleh 1 buah. Peternak memanfaatkan tempat pakan dan tempat minum dengan menempatkannya di kandang pemeliharan anak ayam atau boks anak ayam. Sedangkan tempat menyimpan telur atau egg tray digunakan untuk membawa telur pada waktu akan ditetaskan telur dengan mesin tetas telur di tempat ketua kelompok. Pada kenyataanya tidak semua peternak memanfaatkan tempat menyimpan telur atau egg tray tersebut, bahkan ada peternak yang tidak pernah memanfaatkannya.

Obat-obatan dan peralatan kesehatan ternak diberikan dan diserahkan langsung kepada masing-masing kelompok bersamaan dengan sarana produksi-sarana produksi lainnya di atas. Sedangkan vaksin diberikan melalui masing-masing petugas lapang Peternakan pada waktu jadwal vaksinasi akan dilaksanakan. Hal ini

dikarenakan tidak adanya fasilitas lemari pendingin untuk menyimpan vaksin dalam jangka waktu yang lama di masing-masing kelompok.

Bantuan Modal Kerja Uang Tunai. Bantuan modal kerja ini ditransfer ke rekening pengurus kelompok pada Bank Pembangunan Daerah (Bank JABAR) cabang

Dokumen terkait