EVALUASI PROGRAM INTENSIFIKASI PENANGKARAN BIBIT
TERNAK AYAM BURAS DI KABUPATEN PANDEGLANG
SKRIPSI AHMAD SAPURI
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
AHMAD SAPURI. D03497040. 2006. Evaluasi Program Intensifikasi
Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras Di Kabupaten Pandeglang. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Hj Dewi Ulfah Wardhani, MS Pembimbing Anggota : Ir. Dwi Joko Setyono, MS
Berkaitan dengan upaya pembangunan pertanian khususnya Peternakan di Kabupaten Pandeglang, Dinas peternakan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2000 melaksanakan program penangakaran bibit ayam buras di lokasi-lokasi yang terpilih sebagai sentra pengembangan peternakan. Keberhasilan program penangkaran bibit ternak ayam buras tersebut perlu diketahui lebih lanjut sebagai salah satu upaya untuk perbaikan program di masa mendatang.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui kegiatan dan pembinaan yang telah dilaksanakan, 2) Mempelajari persepsi peternak terhadap program penangkaran, 3) Menganalisis pendapatan yang diperoleh dari usaha penangkaran. Penelitian ini didesain sebagai studi kasus yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari - Maret 2002 di empat lokasi yaitu Kecamatan Cadasari, Kecamatan Menes, Kecamatan Cibaliung, dan Kecamatan Cikeusik Kabupaten Pandeglang. Data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dengan peternak, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur, Dinas Peternakan, Biro pusat Statistik, dan Instansi lainnya yang terkait. Analisis data yang dilakukan yaitu analisis deskriptif dan analisis pendapatan.
Program penangkaran bibit ternak ayam buras berlokasi diempat Kecamatan, pemberian bantuan uang tidak seluruhnya dipergunakan dan sarana produksi ternak tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya, kegiatan pelatihan tatalaksana pemeliharaan terlaksana pada awal penangkaran, dan kegiatan pembinaan kewiraswastaan hanya terlaksana di salah satu kelompok.
Peternak setuju manfaat sosial ekonomi kegiatan penangkaran dalam mengisi waktu luang, menambah kepemilikan ternak, menambah sumber penghasilan terkecuali dalam menjadi sentra bibit. Peternak merasa manfaat kegiatan pelatihan yaitu dalam menambah pengetahuan dan pengalaman, sedangkan materi dan kegiatan temu usaha kurang bermanfaat. Tatalaksana yang mudah diterapkan yaitu pemilihan bibit dan perkandangan, sedangkan cara vaksinasi, pemberian pakan, dan penggunaan mesin tetas tidak mudah. Peternak setuju adanya kewajiban pengembalian ternak, akan tetapi peternak tidak setuju terhadap jumlah ternak dan jangka waktu pengembaliannya.
Usaha Penangkaran bibit ayam buras tidak dapat menghasilkan uang tunai karena merugi. Meskipun demikian secara keseluruhan pendapatan total yang diperoleh dari usaha tersebut bernilai positif karena pendapatan yang diperhitungkannya positif. Rata-rata Pendapatan tunai, pendapatan yang diperhitungkan dan pendapatan total usaha penangkaran yaitu Rp -42.297,50/tahun, Rp163.651,25/tahun dan Rp 121.353, 75/tahun.
ABSTRACT
Evluation of Intensification Breeding Chicken Program In Pandeglang
Sapuri, A., D. U. Wardhani, and D.J. Setyono
This research was to learned activity and construction, the farmer perception to the program, and income analysis. This research was designed as a case study. Data collected at Februari to March 2002. Analysis of Data is descriptive analysis and income analysis. The Result of this research location implementation of the program in four Subdistrict, activity performed is gift of aid working capital (cash money and means produce), training of breeding, and activity of enterpreneur construction. According to the farmer, benefit of economics and social of activity that is against empty time, adding the ownership of chicken, adding production source. Farmer feel benefit of activity of training that is in adding knowledge and experience, while items and activity encounter effort less be useful. The way of breeding system easy to applied that is election of bred and cage, exacpt way of vaccination, feeding, and the used of machine hatch do not easy. Farmer agree existence of obligation of chicken return, however farmer of adverse opinion to amount of chicken and duration of its return. Effort of maintenance of chicken cannot yield cash because of loss. Nevertheless the total income obtained from the effort valuable positive because of calculated income positive. Average of cash income, calculated income and the total income is Rp-42.297,50/year, Rp163.651,25/year And Rp 121.353, 75/year.
EVALUASI PROGRAM INTENSIFIKASI PENANGKARAN BIBIT
TERNAK AYAM BURAS DI KABUPATEN PANDEGLANG
AHMAD SAPURI D03497009
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
EVALUASI PROGRAM INTENSIFIKASI PENANGKARAN BIBIT
TERNAK AYAM BURAS DI KABUPATEN PANDEGLANG
Oleh AHMAD SAPURI
D03497040
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 23 Februari 2006
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Ir. Hj. Dewi Ulfah Wardhani, MS Ir. Dwi Joko Setyono, MS NIP. 131 878 941 NIP. 131 849 391
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pandeglang, Banten pada tanggal 20 Agustus 1979
sebagai anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Aria dan Ibu (Almh)
Sanirah.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Menes V tahun 1985-1991.
Tahun 1991 penulis melanjutkan pendidikan ke MTs Mathla’ul Anwar Pusat Menes
dan lulus pada tahun 1994, kemudian melanjutkan ke SMU Negeri I Pandeglang dan
lulus tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis diterima sebagai mahasiswa Program
Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor melalui jalur UMPTN.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di Himpunan Mahasiswa
Sosial Ekonomi Industri Peternakan (HIMASEIP) di divisi Pengabdian Pada
Masyarakat tahun 1998-1999, Program Pemberdayaan Masyarakat dan Potesi
Wilayah (PPMPW) LPM IPB, FAMM AL An’am di divisi Baitul Mal Watamwil
(BMT) tahun 1999-2000, Tim kesenian degung Gentra Kaheman FAPET IPB tahun
2000-2001, Gerakan Mahasiswa Banten (GEMA Banten) dan Keluarga Mahasiswa
KATA PENGANTAR
Usaha ternak ayam buras umumnya merupakan usaha ternak rakyat yang
menghadapi berbagai kendala diantaranya produktivitas yang rendah dan tingginya
angka kematian ternak terutama yang disebabkan oleh penyakit tetelo (Newcastle
Disease). Rendahnya tingkat adopsi teknologi di tingkat peternak dalam hal
perbaikan tatalaksana pemeliharaan yang masih bersifat tradisional juga
mempengaruhi penampilan usahanya, sehingga manfaat yang dirasakan dari usaha
ternaknya belum optimal.
Program penangkaran bibit ternak ayam buras sebagai merupakan salah satu
upaya Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang yang dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan produksi dan produktivitas ternak melalui penerapan teknologi
Intensifikasi. Secara khusus program tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan bibit
ayam buras yang berkualitas baik, sehingga diharapkan masyarakat tidak mengalami
kesulitan dalam mencari bibit yang baik karena sudah tersedia di daerah tersebut.
Evaluasi program tersebut perlu diketahui sebagai upaya perbaikan program
di masa mendatang. Beberapa hal yang dikaji yaitu kegiatan yang telah dilaksanakan,
persepsi peternak terhadap program tersebut; dan pendapatan yang diperoleh dari
usaha penangkaran.
Bogor Februari 2006
DAFTAR ISI
Program Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras ... 8
METODE ... 10
Wilayah Administrasi dan Pembangunan ... 15
Kondisi Umum Pertanian ... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18
Karakteristik Peternak ... 18
Karakteristik Usaha Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras ... 19
Program Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras ... 28
Gambaran Umum Program ... 28
Bantuan Penguatan Modal Kelompok ... 30
Pengembalian Bibit Ternak ... 33
Kegiatan Pelatihan Tatalaksana Pemeliharaan ... 33
Pembinaan Kewiraswastaan ... 36
Persepsi Peternak Terhadap Program Penangkaran ... 36
Aspek Manfaat Sosial dan Ekonomi ... 36
Aspek Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan ... 38
Aspek Penerapan Tatalaksana Pemeliharaan ... 39
Aspek Kewajiban Pengembalian ... 41
Pendapatan Usaha Penangkaran ... 42
Penerimaan ... 42
Biaya ... 44
Pendapatan ... 46
KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
Kesimpulan ... 48
Saran ... 48
UCAPAN TERIMA KASIH ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 51
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kepadatan Kandang Berdasarkan Jenis Ayam ... 5
2. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian ... 10
3. Jenis Tanaman Pertanian Berdasarkan Luas Panen Produksinya Tahun 2001 ... 16
4. Populasi Ternak di Kabupaten Pandeglang Tahun 1997-2000 ... 17
5. Populasi Ternak Ayam Buras per Kecamatan Di Kabupaten Pandeglang Tahun 2000 ... 17
6. Karakteristik umur Peternak ... 18
7. Motivasi Peternak dalam Menjalankan Usaha Penangkaran ... 20
8. Rata-Rata Jumlah Ternak Awal dan Ternak yang Dibeli Sebagai Ukuran Skala Usaha Awal Penangkaran ... 20
9. Rata-rata Skala Usaha Awal dan Akhir Penangkaran ... 21
10. Rata-rata Mutasi Kepemilikan Ternak Penangkaran ... 21
11. Karakteristik kandang peternak Penangkar... 23
12. Bibit Awal dan Bibit yang Dibeli pada Usaha Penangkaran ... 24
13. Frekuensi Pemberian Pakan dan Jenis Pakan ... 25
14. Kegiatan Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit ... 27
15. Nama dan Lokasi Kelompok Penangkaran ... 30
16. Paket Bantuan penguatan modal kerja kelompok ... 30
17. Pelatihan yang Pernah Diikuti Peternak dan Keikutsertaannya dalam Pelatihan Tatalaksana Pemeliharaan ... 34
18. Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak terhadap Aspek Manfaat Sosial Ekonomi Kegiatan Penangkaran ... 37
19. Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak terhadap Aspek Kegiatan Pelatihan dan Pembinaan ... 38
20. Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak terhadap Aspek Kemudahan Penerapan Tatalaksana Pemeliharaan ... 40
21. Persentase Nilai Skor Persepsi Peternak terhadap Aspek Kewajiban Pengembalian Bantuan ... 41
22. Rata-rata Penerimaan Usaha Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras (Rp/th) ... 43
23. Rata-rata Biaya Usaha Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras (Rp/th) ... 45
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Evaluasi Program
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Karakteristik Peternak ... 54
2. Data Persepsi Peternak ... 55
3. Data Produksi Ternak ... 57
4. Data Pendapatan Usaha ... 58
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam buras atau yang lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung
merupakan salah satu kekayaan ternak lokal Indonesia yang populasinya tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Ayam buras telah beradaptasi sejak lama dengan
lingkungan dan iklim di wilayah Indonesia dan banyak dipelihara oleh masyarakat
sebagai usaha yang sudah turun-temurun. Hal ini merupakan potensi yang cukup
besar untuk dikembangkan karena mempunyai peranan yang sangat penting
diantaranya dalam memenuhi kecukupan gizi keluarga dan peningkatan pendapatan
keluarga.
Keunggulan ayam buras diantaranya mudah menyesuaikan dengan
lingkungan, memiliki daya tahan terhadap penyakit yang lebih tinggi dibandingkan
ayam ras dan dagingnya lebih disukai dibandingkan dengan daging ayam ras. Selain
memiliki keunggulan ayam buras juga memiliki kelemahan diantaranya produksi dan
produktivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan ayam ras. Disamping itu
Pengelolaan usaha ternak ayam buras juga masih terbatas pada usaha ternak rakyat
yang subsisten untuk pemenuhan kebutuhan keluarga.
Di Kabupaten Pandeglang. ayam buras merupakan ternak yang paling
dominan dipelihara oleh setiap keluarga dibandingkan ternak kerbau, kambing,
domba, itik dan lain sebagainya. Terlebih lagi adanya istilah yang berkembang di
masyarakat yang menyatakan bahwa “jalemamah paeh hirup geh jeung hayam“,
yang artinya manusia itu hidup dan matinya tidak terlepas dengan ayam. Hal ini
menunjukan bahwa keberadaan ayam buras pada masyarakat sangat penting.
Berkaitan dengan upaya pembangunan pertanian khususnya Peternakan di
Kabupaten Pandeglang, Dinas peternakan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2000
melaksanakan program penangakaran bibit ayam buras. Program penangkaran bibit
ternak ayam buras tersebut dilaksanakan di lokasi-lokasi yang terpilih sebagai sentra
pengembangan peternakan. Melalui program penangkaran bibit ternak ayam buras
tersebut juga diharapkan peternak dapat memperbaiki produksi dan produktivitas
Perumusan Masalah
Keberhasilan program penangkaran bibit ternak ayam buras tersebut perlu
diketahui lebih lanjut sebagai salah satu upaya untuk perbaikan program di masa
mendatang. Berdasarkan hal tersebut permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah : Bagaimana kegiatan dan pembinaan yang telah dilaksanakan;
Bagaimana persepsi peternak terhadap program penangkaran tersebut; Bagaimana
pendapatan yang diperoleh peternak dari usaha penangkaran.
Tujuan
Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka tujuan penelitian dirumuskan
sebagai berikut :
1. Mengetahui kegiatan dan pembinaan yang telah dilaksanakan pada program
penangkaran bibit ternak ayam buras.
2. Mempelajari persepsi peternak terhadap program penangkaran bibit ternak ayam
buras.
3. Menganalisis pendapatan yang diperoleh peternak dari usaha penangkaran bibit
KERANGKA PEMIKIRAN
Evaluasi program penangkaran bibit ternak ayam buras dapat diketahui
melalui identifikasi kegiatan, persepsi, dan pendapatan yang diperoleh dari usaha
penangkaran. Identifikasi persepsi dan kegiatan merupakan analisis deskriptif
sehingga diharapakan dapat mendukung hasil analisis pendapatan yang diperoleh
peternak dalam penangkaran bibit ternak ayam buras.
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : (1) Pemberian bantuan penguatan
modal kelompok, (2) Pelatihan tatalaksana pemeliharaan, dan (3) Pembinaan
kewiraswastaan. Persepsi peternak terhadap penangkaran antara lain : (1) Manfaat
sosial ekonomi kegiatan penangkaran, (2) Manfaat kegiatan pelatihan dan
pembinaan, (3) Kemudahan penerapan tatalaksana, dan (4) Kewajiban pengembalian.
Analisis pendapatan usaha penangkaran mencakup komponen–komponen
penerimaan, biaya dan pendapatan. Kerangka pemikiran secara sistematis
digambarkan dalam Gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Evaluasi Program Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras.
PROGRAM PENANGKARAN
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Ayam Buras
Togatorop (1994) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki beberapa jenis
ayam lokal yang mempunyai potensi untuk dikembangkan antara lain yaitu ayam
buras biasa atau ayam kampung, ayam Kedu, ayam pelung, ayam nunukan. Mansjoer
dan Mulyono (1996) menyatakan ayam kampung merupakan salah satu ayam lokal
Indonesia yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat petani di pedesaan, yang
berasal dari keturunan ayam hutan merah dan ayam hutan hijau.
Ayam buras mempunyai warna bulu yang beragam seperti hitam, putih,
coklat, abu-abu campuran dengan pola warna yang berbeda pula. Tipe jengger atau
balungnya ada yang tunggal dan berwarna ros, pial dan cupingnya berwarna merah
(Hardjosubroto dan Atmodjo dalam Taufikurohman, 2000). Menurut Mansjoer dan
Mulyono (1996) warna bulu ayam kampung jantan bervariasi namun pada umumnya
mempunyai bulu dasar berwarna hitam dengan bulu pada bagian punggung berwarna
merah, Sedangkan warna bulu ayam kampung betina coklat dengan bintik-bintik
hitam. Akibat adanya percampuran dengan ayam ras dari luar negeri, setelah puluhan
tahun ayam kampung di Indonesia corak bulunya beraneka ragam (lurik,hitam,
coklat, hitam, putih).
Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Buras Perkandangan
Kandang merupakan tempat untuk ternak bermalam, berteduh dari sinar
matahari dan berlindung dari derasnya hujan. Rahayu dan Ulupi (1996) menjelaskan
bahwa syarat kandang yang baik diantaranya yaitu : dibuat dari bahan yang mudah
didapat dan murah, letaknya cukup jauh dari rumah tapi mudah untuk dikontrol,
cukup sinar matahari dan ventilasi baik, kondisinya bersih dan kering, tersedianya
sarang bertelur dan tenggeran.
Rahayu dan Ulupi (1996) menyebutkan ada 3 macam kandang sesuai
kebutuhan yaitu : (1) Kandang anak ayam, bisa berupa box kotak (1X1X1X1 meter)
yang diberi sekam untuk alas dan lampu pemanas 2 buah (@60 Watt) untuk 50-100
ekor; (2) Kandang ayam remaja/dara, untuk pemeliharaan remaja/calon induk dan
bertelur dengan dilengkapi sarang dan tenggeran. Kepadatan kandang dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kepadatan Kandang Berdasarkan Jenis Ayam
Jenis Ayam Kepadatan (ekor/m2)
- Induk dan anak 2 induk daan 15-18 anak
- Anak ayam disapih 25-28
- Dara 14-16
- Induk 6-8
- Pejantan 5-6
Sumber : Juknis Krida Peternakan Saka Tarunabumi dalam Haryono dan Chalimah (1999)
Pemilihan Bibit
Pemilihan atau seleksi ayam buras merupakan langkah awal untuk
memperoleh bibit yang baik dan sangat menentukan keberhasilan usaha. Menurut
Mulyono (1999) langkah awal dalam usaha pemeliharaan ayam buras adalah
tersedianya bibit yang baik sesuai dengan tujuan pemeliharaan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melakukan seleksi atau pemilihan
bibit menurut Mulyono diantaranya melalui (1) melihat bentuk luar ayam buras yang
akan dijadikan bibit, baik anak ayam buras, ayam jantan dewasa maupun betina
dewasa (2) seleksi berdasarkan performans produksi (3) seleksi berdasarkan
keturunan silsilah.
Rahayu dan Ulupi (1996) menyebutkan ciri-ciri bibit ayam yang baik
diantaranya yaitu (1) Ayam jantan: Tubuh tegap dan gagah, Bulu bersih mengkilap,
Mata jernih bersinar, Pial berwarna merah, Kaki kuat dan kekar, Umur antara 1-3
tahun, Tidak cacat; (2) Ayam Betina: Bentuk badan bulat, punggung lebar dan datar,
Bulu bersih, Mata terang dan jernih, Pial berwarna merah, Umur antara 6- 24 bulan,
Tidak cacat.
Pemberian Pakan
Rasyaf (1992) menyatakan bahwa makanan ayam kampung tidak jauh
berbeda dengan ayam ras, dengan kata lain bahwa kebutuhan nutrisi ayam kampung
untuk hidup pokoknya tidak jauh berbeda dengan ayam ras. Dirjopranoto et al (1992)
kampung yang dipelihara secara tradisional atau secara alami dapat mencukupi
kebutuhan nutrisinya dari sumber daya yang tersedia di lingkungan sekitarnya.
Iskandar et al (1991) menyatakan kebutuhan pakan ayam kampung pada
periode pertumbuhan dapat digunakan pakan dengan kandungan protein 14 % dan
energi metabolis 2600 kkal/ kg sedangkan untuk periode bertelur kandungan protein
17,5% dan energi metabolis 2800 kkal/g. Selanjutnya Iskandar et al (1998)
pemberian ransum dengan kandungan protein 19 % dan energi metabolis 2900
kkal/kg pada umur ayam 1-12 minggu merupakan tingkat optimum yaitu penggunaan
ransum paling efisien.
Rahayu dan Ulupi (1996) menyebutkan dalam pemberian pakan hendaknya
dibedakan untuk anak ayam, untuk ayam remaja dan untuk ayam dewasa. Untuk
anak ayam sistem terkurung umur 1 hari - 2 bulan diberikan pakan 10 gr/hari/ekor
seterusnya ditambah sampai menghabiskan 2 kg pakan jadi. Untuk ayam remaja/dara
(2-4 bulan) dan 4-6 bulan akan menghabiskan pakan sekitar 9 kg/ekor dengan
pemberian 60-70 gr dan 80-100gr/ekor/hari, pemberiannya sudah dicampur engan
hijauan berupa sayuran cincang, sisa-sisa dapur dan lain-lain. Untuk ayam dewasa
(lebih 6 bulan) diberikan sekitar 100gr/ekor/hari dan diberikan pakan tambahan
berupa sayuran.
Pengelolaan Reproduksi atau Penetasan
Rahayu dan Ulupi (1996) menyebutkan ada dua cara penetasan telur yaitu
alami (oleh induknya) dan buatan (dengan mesin tetas). Penetasan alami merupakan
naluri dari induk ayam untuk mengeram setelah periode bertelur sehingga harus
disediakan sarang untuk bertelur yang nyaman terhindar dari hujan, terhindar dari
cahaya matahari langsung dan terhindar dari binatang buas. Sedangkan penetasan
buatan pada prinsipnya meniru seperti induk ayam dengan mesin tetas dan perlu
memperhatikan temperatur (sekitar 38o) dan kelembaban (sekitar 75 %).
Pengendalian penyakit
Mencegah timbulnya penyakit merupakan tindakan yang penting dan lebih
murah daripada melakukan pengobatan. Beberapa cara untuk melakukan pencegahan
penyakit (Haryono dan Chalimah, 1999) diantaranya yaitu :
Hal-hal yang perlu dilakukan diantaranya yaitu menyucihamkan kandang yang
akan diisi ayam dengan desinfektan dan dinding kandang dikapur setiap 3 bulan,
kotoran ayam harus dibersihkan minimal seminggu sekali, membersihkan
peralatan kandang setiap hari agar tidak menjadi sumber penyakit.
2. Seleksi dan Vaksinasi
Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya yaitu memilih bibit yang berasal dari
keturunan yang baik dan sehat, memisahkan ayam sakit dari ayam sehat,
membakar atau memusnahkan ayam sakit yang tidak dapat disembuhkan,
membakar dan memusnahkan ayam yang mati mendadak agar tidak menular ke
ayam sehat, melakukan vaksinasi ND/Tetelo pada umur 4 hari (tetes
mata/hidung), 4 minggu dan 4 bulan kemudian diulang setiap 4 bulan.
3. Memberikan makanan yang cukup dan bergizi serta memberikan tambahan
seperti butiran (jagung, gabah, beras, dan lain-lain), sisa-sisa dapur, daun pepaya
dan rumput- rumputan, dan lain-lain.
Persepsi
Reksowardoyo (1983) menyebutkan bahwa persepsi adalah pandangan,
pengertian, dan interpretasi seseorang tentang suatu objek yang diinformasikan
kepadanya, kemudian cara orang tersebut memandang, mengartikan, dan
menginterpretasikan informasi tersebut dengan cara mempertimbangkan informasi
tersebut dengan keadaan diri dan lingkungannya. Sejalan dengan itu Gitosudarmo
(1997) menyebutkan bahwa persepsi adalah suatu proses memperhatikan,
menyeleksi, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan.
Selanjutnya Gitosudarmo (1997) menyatakan bahwa persepsi merupakan
suatu tanggapan atau pendapat yang di dalamnya terkandung unsur penilaian
seseorang terhadap objek dan gejala berdasarkan pengalaman dan wawasan yang
dimilikinya.
Rahmat (2001) berpendapat bahwa persepsi adalah pengalaman belajar
tentang objek peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan . Lebih lanjut menurutnya persepsi
juga merupakan bentuk komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang , oleh karena
itu persepsi akan mempengaruhi seseorang dalam berfikir, bertindak, serta
Pendapatan Usaha Ternak
Soekartawi et al (1986) mengemukakan bahwa secara definisi pendapatan
bersih usaha tani adala selisih dari pendapatan kotor usaha tani dengan pengeluaran
total usaha tani. Pendapatan kotor didefinisikan sebagai nilai produk total usaha tani
dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Selanjutnya
disebutkan bahwa pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua
masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam proses produksi tetapi tidak
termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pengeluaran usaha tani yang dihubungkan
dengan kapasitas produksi dibagi menjadi pengeluaran tetap (fixed cost) dan
pengeluaran tidak tetap (variable cost). Pengeluaran tetap ialah pengeluaran usaha
tani yang tidak tergantung besarnya produksi. Sedangkan pengeluaran tidak tetap
ialah pengeluaran yang digunakan untuk tanaman atau ternak tertentu dan jumlahnya
berubah sebanding dengan besarnya produksi tanaman atau ternak tersebut.
Cyrilla dan Ismail (1988) menyebutkan penerimaan adalah output yang
dinilai dengan uang yang diterima atas hasil penjualan dari output. Penerimaan data
diklasifikasikan menjadi penerimaan nyata dan penerimaan yang diperhitungkan.
Penerimaan nyata adalah penerimaan yang diterima dari hasil penjualan baik tunai
maupun piutang (kredit). Penerimaan yang diperhitungkan ialah nilai output yang
dikonsumsi peternak atau yang dihadiahkan.
Program Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras
Penangkaran bibit ayam buras merupakan kegiatan untuk menghasilkan bibit
ayam buras melalui penerapan paket teknologi untuk meningkatkan produksi dengan
penggunaan mesin tetas. Kegiatan penangkaran bibit ayam buras dilakukan dengan
prinsip-prinsip intensifikasi melalui rekayasa teknis, ekonomis dan sosial yang
bersifat terfokus dan terkonsentrasi. Rekayasa teknis dalam kegiatan intensifikasi
peternakan meliputi panca usaha yang terdiri dari bibit, pakan, kesehatan hewan,
reproduksi, dan pemeliharaan. Sedangkan rekayasa ekonomis meliputi pasca panen
dan pemasaran. Rekayasa teknis dan ekonomis tersebut dikenal luas sebagai sapta
usaha peternakan yaitu tujuh kegiatan yang meliputi tujuh usaha dalam proses
Bantuan yang diberikan pada program penangkaran bersifat penguatan modal
kelompok. Adapun besarnya bantuan penguatan modal tersebut adalah sebesar Rp
14.000.000,-per kelompok penangkar. Bantuan penguatan modal tersebut diberikan
dalam bentuk sarana produksi ternak dan uang tunai (sapronak). Sarana produksi
ternak yang diberikan yaitu mesin tetas, tempat pakan, tempat minum, egg tray,
obat-obatan dan vaksin. Sedangkan uang tunai diberikan yaitu untuk membeli bibit, pakan
METODE Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kelompok penangkar bibit ternak ayam buras
yang tersebar di empat Kecamatan di Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini
berlangsung pada bulan Februari- Maret 2002.
Populasi dan sampel
Populasi pada penelitian ini adalah peternak penangkar bibit ternak ayam
buras penerima bantuan program penangkaran bibit ternak ayam buras tahun 2000
yang berjumlah 100 peternak. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 40 peternak
yang diambil 10 peternak dari tiap-tiap kelompok. Pengambilan sampel dilakukan
secara acak (simple random sampling). Jumlah populasi dan sampel dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian
No Nama Kelompok Desa Kecamatan Jumlah
Populasi
Penelitian ini merupakan studi kasus yaitu pengkajian masalah secara
mendalam untuk mengetahui program penangkaran bibit ternak ayam buras. Aspek
yang dikaji diantaranya yaitu kegiatan yang dilaksanakan pada program
penangkaran, persepsi peternak terhadap program penangkaran, serta pendapatan
yang diperoleh dari usaha penangkaran bibit ternak ayam buras.
Data dan Instrumentasi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu berupa data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan para peternak
digunakan yaitu melalui kuisioner. Data sekunder diperoleh dari Dinas Peternakan,
BPS, dan instansi-instansi lain di Kabupaten Pandeglang serta dari studi literatur.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan mulai minggu kedua bulan februari sampai
dengan minggu keempat bulan Maret 20002.
Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan
data yang diperlukan. Data tersebut ditabulasikan dan dianalisa secara sederhana.
Analisis data yang digunakan meliputi :
1. Analisis deskriptif
Analisis ini digunakan untuk menggambarkan antara lain :
a. Karakteristik Peternak dan karakteristik usaha penangkaran.
b. Gambaran umum progrram dan kegiatan pada program penangkaran bibit
ternak ayam buras yang meliputi bantuan penguatan modal kelompok
pelatihan tatalaksana pemeliharaan, dan pembinaan kewiraswastaan.
c. Persepsi peternak terhadap program penangkaran bibit ternak ayam buras.
Aspek yang dikaji diantaranya adalah (1) Manfaat sosial ekonomi
Penangkaran, (2) Kegiatan pelatihan dan pembinaan, (3) Kemudahan
penerapan tatalaksana, (4) Kewajiban pengembalian.
Data persepsi diperoleh dengan menggunakan skala likert dalam bentuk
pertanyaan yang memiliki 5 pilihan jawaban. Skor dan arti kelima pilihan
jawaban yaitu :
(1) Satu artinya sangat tidak setuju
(2) Dua artinya tidak setuju
(3) Tiga artinya kurang setuju
(4) Empat artinya setuju
(5) Lima artinya sangat setuju
2. Analisis Pendapatan
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pendapatan usaha penangakaran bibit
ayam buras berdasar harga yang berlaku. Analisis pendapatan dapat dinyatakan
Y= PT – BT + ( PD –BD)
Keterangan :
Y = Tingkat pendapatan (Rp/Th)
PT = Penerimaan tunai merupakan hasil kali jumlah produksi yang dijual
dengan harga (Rp/Th).
BT = Biaya Tunai yang dikeluarkan dalam pengelolaan usaha penangkaran bibit
ternak ayam buras (Rp/th).
PD = Penerimaan yang diperhitungkan dari usaha penangkaran bibit ternak
ayam buras (Rp/Th).
BD = Biaya yang diperhitungkan dalam pengelolaan usaha penangkaran bibit
ternak ayam buras (Rp/Th).
Definisi Istilah
1. Ayam buras adalah ayam lokal, biasa disebut sebagai ayam kampung yang tidak
memiliki ras yang spesifik karena sudah terjadi perkawinan campur.
2. Bibit ayam buras merupakan ternak ayam buras dewasa yang dipelihara sebagai
indukan.
3. Usaha penangkaran bibit ayam buras merupakan usaha ternak ayam buras yang
bertujuan untuk menghasilkan bibit ayam buras.
4. Tatalaksana Pemeliharaan merupakan bentuk kegiatan pemeliharaan ternak ayam
buras yang meliputi perkandangan, bibit, pemberian pakan, penetasan,
pencegahan dan pengendalian penyakit.
5. Persepsi peternak peternak terhadap program penangkaran merupakan tanggapan
peternak terhadap yang meliputi aspek manfaat sosial dan ekonomi usaha
penangkaran, aspek pelatihan dan pembinaan, aspek kemudahan penerapan
tatalaksana pemeliharaan dan aspek kewajiban pengembalian.
6. Pendapatan usaha adalah hasil pengurangan penerimaan tunai dengan biaya tunai
ditambah dengan nilai yang diperhitungkan.
7. Penerimaan tunai merupakan nilai hasil dari produk yang dijual dikalikan harga.
8. Penerimaan yang diperhitungkan merupakan nilai hasil produk yang tidak dijual
dikalikan dengan harga. Penerimaan non tunai meliputi hasil produk yang
dkonsumsi, dihadiahkan, dibayarkan, nilai kotoran ternak, dan pertambahan nilai
9. Biaya tunai atau pengeluaran tunai merupakan nilai uang yang dikeluarkan secara
langsung untuk proses produksi dalam pengelolaan usaha penangkaran bibit
ternak ayam buras.
10.Biaya atau pengeluaran yang diperhitungkan merupakan pengeluaran yang tidak
dikeluarkan secara langsung dalam pengelolaan usaha penangkaran bibit ternak
KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Alam dan Letak Geografis
Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu wilayah Propinsi Banten yang
terletak di ujung barat Propinsi Banten. Secara geografis Kabupaten Pandeglang
terletak antara 60 210 – 70 100 lintang selatan dan 104 0 48 0 – 106 0 11 0 Bujur timur dengan luas daerah 2747 Km2 atau sekitar 274.690 hektar. Di bagian utara Kabupaten Pandeglang berbatasan dengan Kabupaten Serang, Samudera Indonesia di
bagian selatan, selat sunda di bagian barat dan Kabupaten Lebak di Bagian timur.
Bentuk topografi wilayah Kabupaten Pandeglang merupakan dataran dan
dataran tinggi berdasarkan ketinggian gunung-gunungnya. Sedangkan dari segi
geomorfologi wilayah Kabupaten Pandeglang termasuk kedalam zona Bogor yang
merupakan jalur perbukitan.Daerah tengah dan selatan yang memiliki luas wilayah
85,07 % dari luas Kabupaten Pandeglang merupakan dataran dengan ketinggian
gunung-gunugnya yang relatif rendah (<100m). Sedangkan daerah utara dengan
luas wilayah 14,93 % merupakan dataran tinggi karena memiliki gunung-gunung
yang ketinggiannya > 1000 m, diantaranya gunung Karang (1778 m) gunung
Pulosari (1346m), dan gunung Aseupaan (1174 m).
Suhu udara minimum dan maksimum di wilayah Kabupaten Pandeglang
berkisar antara 22, 50 C – 27,90 dengan suhu udara rata-rata untuk dataran rendah 22,90 dan 22, 50 untuk dataran tinggi. Banyaknya curah hujan pada tahun 1998 berkisar antara 132 mm – 586 mm dengan rata-rata 310mm/ tahun. Sementara itu
banyaknya hari hujan antara 12- 25 hari dan rata-rata sebesar 19,42 hari per bulan.
Ketinggian tempat berkisar antara 3- 417 meter di atas permukaan laut (dpl).
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang pada pertengahan 2000 berjumlah
1.010.741 jiwa terdiri dari 515.534 laki-laki dan 495.207 perempuan dengan sebaran
penduduk yang relatif tidak merata pada setiap Kecamatan. Rata-rata sebaran
Wilayah Administrasi dan Pembangunan
Kabupaten Pandeglang secara administrasi terdiri dari 22 Kecamatan, 13
Kelurahan dan 322 Desa. Sedangkan menurut wilayah pembangunan, Wilayah
Kabupaten Pandeglang dapat dikelompokkan atas 3 wilayah pembangunan yang
didasarkan atas kesamaan potensi permasalahan pembangunan di setiap Kecamatan.
Ketiga wilayah pembangunan tersebut adalah :
1. Wilayah Pembangunan Pandeglang utara, yang meliputi Kecamatan Pandeglang,
Cadasari, Banjar, Cimanuk, Mandalawangi, Saketi, dan Bojong.
2. Wilayah Pembangunan Teluk Lada, yang meliputi Kecamatan Labuan,
Pagelaran, Munjul, Menes, Cigeulis, dan Panimbang.
3. Wilayah Pembangunan Pandeglang Selatan, yang meliputi Kecamatan
Cimanggu, Sumur, Cibaliung dan Cikeusik.
Kecamatan-kecamatan yang berlokasi di bagian Selatan mempunyai luas
wilayah yang relatif lebih luas dibandingkan dengan Kecamatan-Kecamatan di
bagian utara yaitu antara 10.746 Ha - 54.906 Ha, antara lain Kecamatan Cimanggu,
Sumur, Cibaliung, Cikeusik, Cigeulis, Panimbang, Munjul, Bojong dan Pagelaran.
Sementara di bagian utara mempunyai luas antara 3.643 Ha - 9.857 Ha, yaitu
Kecamatan Labuan, Jiput, Menes, Saketi, Cimanuk, Mandalawangi, Banjar,
Pandeglang dan Cadasari. Ketinggian Ibukota Kecamatan di atas permukaan laut
berkisar antara 3 - 417 meter.
Kondisi Umum Pertanian
Lahan pertanian di Kabupaten Pandeglang sebagian besar merupakan lahan
kering yaitu 222,094 Ha (80,85 %) dan 52,096 Ha (19,15%) lahan sawah.
Penggunaan lahan kering yang paling luas diantaranya adalah hutan negara yaitu
sekitar 40,31 persen, Kebun 19,42 %, Ladang/huma 11,82 %. Pada lahan sawah,
lahan yang dialiri irigasi sebesar 28,04 %, dialiri irigasi desa (non PU) sebesar 22,06
% dan tanpa pengairan 49,90 %.
Tanaman Pertanian yang banyak diusahakan oleh masyarakat Pandeglang
umumnya adalah tanaman padi dan palawija. Produksi tertinggi dari tanaman padi
yaitu padi sawah sebesar 435,096.00 ton, Sedangkan pada tanaman palawija yaitu
adalah tanaman perkebunan, tanaman buah-buahan, dan sayuran. Produksi tanaman
pertanian tersebut disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3. Jenis Tanaman Pertanian Berdasarkan Luas Panen Produksinya Tahun 2001
Jenis Tanaman Luas Panen Produksi (Ton)
(Ha)
PADI 474,060.00
1. Padi Sawah 89,718 435,096.00
2. Padi Ladang 16,129 38,964.00
PALAWIJA 46,181.85
1. Jagung 2,103 4,836.90
Sumber : BPS Kabupaten Padeglang (2002)
Kondisi Umum Peternakan
Pada umumnya usaha peternakan di Kabupaten Pandeglang berlokasi pada
lahan kering yang potensi lahannya seluas 222,094 ha. Potensi pengembangan
tersebut masih bisa bertambah lagi dari sebagian lahan kering yang ada dengan
memanfaatkan lahan dari sawah tadah hujan maupun dari tanah yang belum
termanfaatkan. (Dinas Peternakan Kab. Pandeglang, 2001)
Populasi ternak di Kabupaten Pandeglang mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun seiring dengan perbaikan–perbaikan dalam manajemen pengelolaannya.
Populasi ternak di Kabupaten Pandeglang tertera pada Tabel 5 dan Tabel 6.
Berdasarkan tabel tersebut populasi ternak yang terbanyak didominasi oleh ternak
unggas, yaitu ternak ayam buras, ayam ras pedaging dan itik. Khusus untuk ternak
ayam buras, potensinya dapat dikembangkan tanpa melihat kondisi lahan, karena
ayam buras dimiliki oleh sebagian besar masyarakat di Kabupaten Pandeglang yang
tersebar secara merata di seluruh Kecamatan, di daerah pedesaan maupun perkotaan,
Tabel 4. Populasi Ternak di Kabupaten Pandeglang Tahun 1997-2000
Jenis Ternak Populasi Tahun
1997 1998 1999 2000
Ayam Buras 1.896.724 1.896.346 1.905.496 1.947.967
Ayam ras 518.500 41.000 114.600 281.500
Itik 45.452 35.844 103.074 104.368
Sapi 0 0 179 190
Kerbau 48.230 35.338 40.858 40.891
Kambing 228.954 157.494 168.548 163.266
Domba 191.236 128.828 134.488 137.488
Kuda 92 91 94 94
Sumber : Dinas Peternakan kabupaten Pandeglang (2001)
Tabel 5. Populasi Ternak Ayam Buras per Kecamatan Di Kabupaten Pandeglang Tahun 2000
Kecamatan Ayam Buras Jumlah
Jantan Betina
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak
Karakterisik peternak yang menggambarkan kondisi para peternak meliputi
umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman beternak. Tabel 6 menunjukan secara
lengkap karakteristik peternak penangkar bibit ternak ayam buras.
Tabel 6. Karakteristik Peternak Penangkar Bibit Ternak Ayam Buras
No Karakteristik Peternak Jumlah
Data umur peternak berkisar antara 27-68 tahun, dengan rata-rata 40 tahun.
Sebagian besar peternak (92,5 %) dapat dikategorikan ke dalam usia produktif (15
-55 tahun) yaitu sebanyak 37 orang. Sedangkan peternak yang tidak termasuk ke
dalam usia produktif 7,5 % yaitu 3 orang.
Mayoritas peternak (60 %) berpendidikan formal sampai tingkat sekolah
dasar. Peternak yang berpendidikan formal sampai ke jenjang sekolah lanjutan
tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) atau sederajat yaitu
12,5% dan 10%. Sedangkan peternak yang berpendidikan sampai ke jenjang
perguruan tinggi yaitu sebanyak 7,5%. Sementara itu terdapat pula peternak yang
tidak pernah menempuh pendidikan formal atau tidak sekolah yaitu sebanyak 5 %.
Pekerjaan utama peternak penangkar bibit ternak ayam buras bervariasi.
Tabel 6 menunjukan bahwa mayoritas (52,5 %) pekerjaan utama peternak adalah
petani, dengan status kepemilikan lahan sebagai pemilik dan penggarap 17,5 %, dan
penggarap atau buruh tani 35 %. Pekerjaan utama peternak lainnya diantaranya yaitu
wiraswasta, PNS, pedagang, dan Ibu rumah tangga.
Data lama pengalaman beternak ayam buras berkisar antara 4 - 42 tahun
dengan rata-rata yaitu 14,40 th. Lama pengalaman beternak ayam buras
dikelompokan menjadi 4 selang kelompok dengan Lama pengalaman beternak
terbanyak pada selang antara 13 - 22 tahun dan 3 - 12 tahun masing masing 19 orang
(47,5%) dan 16 orang (40%).
Karakteristik Usaha Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras
Karakteristik usaha penangkaran bibit ternak ayam buras merupakan bentuk
kegiatan pemeliharaan ayam buras yang dijalankan oleh peternak dalam penangkaran
bibit ternak ayam buras. Karakteristik usaha penangkaran meliputi motivasi beternak,
skala usaha kepemilikan ternak ayam buras dan tatalaksana pemeliharaan.
Motivasi Beternak
Motivasi peternak dalam memelihara ternak ayam buras bervariasi. Motivasi
peternak tersebut diantaranya yaitu sebagai tabungan dan konsumsi, mengisi waktu
luang, menambah penghasilan, dan menyalurkan hobi. Motivasi peternak teersebut
Tabel 7. Motivasi Peternak dalam Menjalankan Usaha Penangkaran
No Motivasi Jumlah Persentase
(Orang) (%)
1. Tabungan dan konsumsi 21 52,50
2. Mengisi Waktu luang 10 25,00
3. Menambah Penghasilan 5 12,50
4. Menyalurkan hobi 4 10,00
Total 40 100,00
Mayoritas peternak (52,5 %) menyatakan bahwa motivasi dalam memelihara
ternak ayam buras yaitu sebagai tabungan dan konsumsi. Menurut peternak ayam
buras sewaktu-waktu mudah dijual untuk memenuhi keperluan-keperluan yang
mendesak, dipotong untuk konsumsi keluarga atau kegiatan keagamaan, dan
dihadiahkan kepada kerabat atau keluarga yang berkunjung. Hasil penelitian Lestari
(2000) menyebutkan bahwa ayam buras yang dipelihara di daerah penelitiannya
manfaatnya dapat digunakan pada saat-saat dibutuhkan seperti acara keagamaan,
pesta keluarga atau saat membutuhkan uang.
Skala Usaha
Jumlah ternak ayam buras sebagai ukuran penampilan skala usaha yaitu
sebagian berasal dari ternak awal yang dimiliki peternak dan sebagian lagi berasal
dari ternak yang dibeli oleh peternak pada saat awal penangkaran. Ternak yang dibeli
merupakan pemanfaatan bantuan uang tunai dari Dinas Peternakan. Rata-rata skala
usaha ternak penangkaran bibit ternak ayam buras dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Jumlah Ternak Awal dan Ternak yang Dibeli sebagai ukuran Skala Usaha Awal Penangkaran
Keterangan Rata-rata Jumlah ternak Persentase
(ekor) (%)
Ternak awal 5,35 46,87
Ternak yang dibeli 6,15 53,13
Tabel 8 menunjukan Jumlah ternak yang dipelihara sebanyak 46,87 % berasal
dari ternak milik peternak dan 53, 13 % adalah hasil pembelian. Rata-rata skala
usaha ternak penangkaran yaitu 11,50 ekor. Rata-rata jumlah ternak awal yang
dimiliki peternak yaitu 5,35 ekor yang berkisar antara 0 – 16 ekor. Rata-rata jumlah
ternak yang dibeli peternak yaitu 6,15 ekor yang berkisar antara 0 – 10 ekor.
Tabel 9. Rata-rata Skala Usaha Awal dan Akhir Penangkaran
Keterangan Jumlah Ternak
Dewasa Muda Anak
--- Ekor---
Skala usaha awal 11,50 3,28 4,33
Skala Usaha akhir 12,53 8,75 12,53
Pada Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa pada awal usaha penangkaran
rata-rata skala usaha penangkaran bibit ternak ayam buras yaitu sebesar 11,50 ekor.
Pada akhir program penangkaran dan setelah terjadi mutasi ternak rata-rata
peningkatan skala usaha penangkaran meningkat menjadi 12, 53 ekor atau meningkat
sebesar 1, 03 ekor. Mutasi ternak penangkaran diantaranya yaitu ternak yang dijual,
dikonsumsi, dikembalikan, dandihadiahkan. Rata-rata mutasi ternak penankaran
dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata Mutasi Kepemilikan Ternak Penangkaran
No Rata-rata Jumlah Ternak Rata-rata Jumlah ternak
(ekor) %
1. Dijual 12,40 34,15
2. Konsumsi 16,15 44,48
3. Dikembalikan/Digulirkan 5,58 15,37
4. Dihadiahkan 2,18 6,00
Dari Tabel 10 di atas, mayoritas ternak hasil penangkaran (44,48 %) adalah
dikonsumsi peternak. Ternak ayam buras yang dikonsumsi tidak hanya ternak ayam
buras yang sehat tetapi juga ternak ayam buras yang sakit. Peternak memotong
ternak ayam buras yang sakit untuk dikonsumsi setelah terlebih dahulu diobati dan
penangkaran yaitu sebesar 34,15 %, dikembalikan atau digulirkan 15,37 % dan
ternak yang dihadiahkan 6 %.
Tatalaksana Pemeliharaan
Perkandangan. Para peternak memperoleh bantuan modal kerja berupa uang tunai sebesar Rp 50.000,00 untuk memperbaiki kandang dan membuat kandang
pemeliharaan anak ayam. Peternak juga memperoleh bantuan modal kerja berupa
sarana kandang yaitu tempat pakan, tempat minum, dan egg tray masing-masing
satu buah.
Peternak membuat kandang panggung atau tingkat yang terdiri atas beberapa
sekat atau ruang untuk pemeliharaan ayam buras muda dan dewasa. Rata-rata luas
bangunan kandang tersebut yaitu 8,1 m2 yang berkisar antara 2 – 32 m2. Sebagian besar peternak (77,5 %) tidak menggunakan bagian bawahnya atau dikosongkan
sehingga kotorannya dapat langsung jatuh ke bawah. Beberapa peternak (22,5%)
memanfatkannya dengan ditaburi sekam. Bahan pembuatan kandang untuk dinding
dan tiang umumnya adalah bambu dan kayu, sedangkan atapnya antara lain dari
rumbia, asbes, dan genteng.
Peternak membuat kandang pemeliharaan anak ayam atau boks anak ayam
dengan ukuran panjang 1 m dan lebar 0,5-0,8 m. Boks anak ayam ini dibuat secara
terpisah dari kandang ayam remaja dan dewasa, tetapi ada juga yang memanfaatkan
satu sekat atau kamar dari kandang ayam remaja dan dewasa. Boks anak ayam
dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum dan penerangan listrik untuk
menghangatkan anak ayam pada waktu malam hari.
Kandang berada pada lahan pekarangan yang tidak jauh dari rumah atau
tempat tinggal.. Letak kandang umumnya berada di belakang rumah, tetapi ada juga
yang di depan dan di samping rumah. Jarak kandang dengan rumah yaitu berkisar
antara 0 - 7 m dengan rata-rata 2 m. Beberapa peternak juga membuat pagar keliling
dari bambu yang tingginya 2 – 3 m. Menurut peternak pagar keliling dibuat selain
Tabel 11. Karakteristik Kandang Peternak Penangkar
Karakteristik Kandang Jumlah Peternak Persentase
(Orang) (%)
Letak kandang dari rumah
a. Depan 2 5,0
b. Belakang 22 55,0
c. Samping 16 40,0
Jarak Kandang dari rumah
a. < 1 m 7 17,5
b. 1 – 2 m 19 47,5
c. > 2 m 14 35,0
Bibit Ternak Ayam Buras. Bibit ternak ayam buras yang dipelihara pada awal penangkaran sebagian berasal dari ayam milik peternak sendiri dan sebagian lagi
hasil pembelian. Untuk membeli bibit ternak tersebut peternak memperoleh bantuan
modal kerja uang tunai sebesar Rp 150.000,00 dari Dinas Peternakan.
Sebagian besar peternak (70 %) membeli bibit awal penangkaran kurang dari
10 ekor (1 – 9). Bahkan terdapat pula peternak (15 %) yang sudah memiliki bibit
sejumlah 10 ekor dan tidak membeli lagi. Hal ini dikarenakan bibit awal yang
dimiliki peternak tersebut dianggap dibeli. Sementara itu peternak yang membeli
bibit 10 ekor yaitu 15 %. Umumnya peternak yang tidak menggunakan semua atau
sebagian bantuan untuk pembelian bibit tersebut memanfaatkannya untuk perbaikan
kandang, pembelian pakan komersil atau pur, dan keperluan rumah tangga.
Pemilihan bibit ayam buras umumnya masih berdasarkan pengalaman atau
kebiasaan yaitu dengan memperhatikan bentuk bulu belakang dan besar tubuh.
mempengaruhi cara peternak dalam melakukan pemilihan bibit. Hanya sedikit
peternak yang menerapkannya dan menggabungkannya dengan pengalaman atau
kebiasaaan yang sudah secara turun temurun. Pemilihan bibit tersebut diantaranya
yaitu dengan memperhatikan bentuk bulu belakang, besar tubuh, warna bulu, jumlah
telur, kejernihan mata, lebar dada, bentuk kepala dan sifat memelihara anak.
Tabel 12. Bibit Awal dan Bibit yang Dibeli pada Usaha Penangkaran
Keterangan Jumlah Peternak Persentase
(Orang) ( % )
Pemberian Pakan. Peternak memperoleh bantuan modal kerja pada awal penangkaran sebesar Rp 25.000,- per orang untuk pembelian pakan. Setelah itu
peternak secara mandiri membeli atau memenuhi sendiri kebutuhan pakan ternaknya.
Jenis bahan pakan yang diberikan oleh peternak diantaranya yaitu dedak,
menir, pakan komersial starter atau pur, beras, jagung giling, sisa makanan dan
sayuran. Dedak dan menir diperoleh peternak dari pabrik penggilingan padi.
Sebagian peternak memperolehnya secara gratis sebagai hasil ikutan pada saat
menggiling padi dan sebagian peternak lainnya membeli di pabrik penggilingan padi.
Pakan komersial starter diperoleh peternak dari poultry shop atau peternak ayam ras
pedaging.
Kegiatan pemberian pakan dilakukan oleh peternak atau anggota keluarga
peternak yang mempunyai waktu luang pada saat pakan harus diberikan. Sebagian
besar peternak (77,50 %) memberikan makan dua kali sehari yaitu pada pagi hari
antara jam 17.00 - 18.00 WIB pada saat akan mengandangkan ayam. Adapula
peternak yang memberikan pakan pada waktu siang hari antara jam 13.00-14.00
WIB. Kegiatan pemberian pakan dan jenis bahan pakan dpat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 13. Frekuensi Pemberian pakan dan Jenis pakan
Keterangan Jumlah Peternak Persentase
(Orang) (%)
Frekuensi Pemberian pakan per hari
a. 2 kali 31 77,5
b. 3 kali 9 22,5
Jenis Pakan
a. Ayam muda dan dewasa
Dedak + Sisa makanan atau beras 36 90,0
Dedak + Sisa Makanan + Jagung 4 10,0
b. Anak Ayam
Menir + Beras 8 20,0
Menir + Pakan Komersil 32 80,0
Peternak memberikan dedak sebagai pakan utama pada pemeliharaan ayam
buras muda dan dewasa. Dedak diberikan dalam keadaan basah setelah terlebih
dahulu dicampur dengan air hangat. Rata-rata pemberian dedak yaitu 120,98
gr/ekor/hari atau rata-rata menghabiskan ± 18 kg/ekor hingga mencapai umur 6 – 8
bulan. Peternak juga memberikan pakan tambahan untuk melengkapi dedak berupa
sisa-sisa makanan dan sayuran. Ada pula peternak yang memberikan pakan
tambahan berupa jagung giling.
Pada pemeliharan anak ayam umur sehari sampai satu bulan (± 40 hari)
peternak memberikan menir sebagai pakan utama. Sebagian besar peternak (80 %)
memberikan pakan tambahan untuk melengkapi menir berupa pakan komersil starter
atau pur. Rata-rata pemberian pakan komersial yaitu 20 gr/ekor/hari atau
menghabiskan pakan ± 600 gram/ekor hingga mencapai umur ± 40 hari. Sementara
itu peternak lainnya (20 %) memberikan beras sebagai pakan tambahan untuk
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pencegahan dan pengendalian penyakit dilakukan sebagai upaya untuk mencegah timbulnya wabah penyakit Meskipun
peternak sudah berupaya mencegahnya, kematian ternak penangkaran masih tetap
tinggi. Kematian ternak ayam buras tersebut disebabkan oleh serangan penyakit
(tetelo). Hal ini diduga karena umumnya peternak tidak membakar terlebih dahulu
ayam yang mati terkena penyakit, dan pada saat pemotongan ternak ayam buras yang
sakit, darah yang keluar dan diduga mengandung bibit penyakit tersebut tidak segera
dikubur.
Upaya yang dilakukan peternak untuk mencegah timbulnya wabah penyakit
yaitu dengan cara menjaga kebersihan kandang dan peralatannya. Umumnya para
peternak membersihkan kandang setiap hari pada waktu pagi hari setelah
memberikan makanan. Kegiatan pembersihan kandang dilakukan dengan cara
menyapu kandang dan mengambil kotoran ternak. Kotoran ternak diambil lalu
dikumpulkan di sekitar kandang, digunakan untuk pupuk atau diberikan ke tetangga
yang membutuhkannya.
Upaya lainnya yang dilakukan untuk mencegah timbulnya wabah penyakit
tetelo yaitu melalui kegiatan vaksinasi. Kegiatan vaksinasi yang pernah dilakukan
selama program penangkaran yaitu 2 kali pada masing-masing kelompok. Vaksin
diperoleh dari Dinas Peternakan melalui petugas lapang Peternakan Kecamatan
(KCD). Peternak tidak dipungut biaya pada kegiatan vaksinasi tersebut karena sudah
termasuk bagian dari paket bantuan yang diberikan. Kegiatan vaksinasi hanya
terlaksana dengan mengandalkan bantuan dari Dinas Peternakan. Setelah itu peternak
tidak berinisiatif untuk mengadakan vaksinasi secara mandiri.
Sebagian besar peternak belum pernah melakukan kegiatan vaksinasi
terhadap ternak ayam buras sebelum ada program penangkaran. Kegiatan vaksinasi
dilakukan oleh kader vaksinator yang telah dilatih pada pelatihan teknis
penangkaran. Kegiatan vaksinasi dilakukan pada waktu malam hari ketika ayam
berada dalam kandang. Vaksin diberikan melalui tetes mata pada anak ayam dan
suntik pada ayam muda dan dewasa.
Peternak belum memahami pentingnya vaksinasi sebagai salah satu upaya
untuk pencegahan penyakit. Beberapa hal yang mempengaruhi pemahaman peternak
vaksinasi, perasaan trauma terhadap kematian ternak ayam buras setelah divaksin
atau diambil sampel darahnya. Sementara itu kendala-kendala dalam kegiatan
vaksinasi diantaranya yaitu kendala waktu pemberian vaksin di malam hari,
pemilihan ternak ayam buras
Tabel 14. Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Keterangan Jumlah Peternak Persentase
(Orang) (%)
Pembersihan Kandang
a. Setiap hari 28 70,0
b. Seminggu sekali 7 17.5
c. Tidak teratur 5 12.5
Vaksinasi sebelum program penangkaran
a. Pernah 4 10.0
Pengendalian penyakit yang dilakukan oleh peternak umumnya dengan cara
memisahkan ternak ayam buras yang sakit dari ayam sehat dan mengobatinya.
Pengobatan tehadap ayam sakit dilakukan oleh peternak diantaranya dengan
obat-obat hewan dan obat-obat tradisional. Obat obat-obatan yang digunakan antara lain obat-obat hewan
yang diperoleh dari Dinas Peternakan, dan obat tradisional (asam cuka, Cabai merah
dan lain-lain). Apabila upaya pengobatan terhadap ayam-ayam sakit tersebut tidak
berhasil peternak kemudian memotongnya.
Umumnya peternak langsung mengubur atau membuang bangkai ternak
pembakaran ayam tidak dilaksanakan oleh semua peternak. Peternak yang membakar
bangkai ayam yang mati tersebut umumnya memanfaatkannya untuk makanan ikan
lele di kolam miliknya atau memberikannya kepada tetangga yang mempunyai
kolam ikan lele.
Penetasan dan Penggunaan Mesin Tetas. Penetasan yang dilakukan oleh para peternak yaitu secara alami atau dierami oleh induknya. Jumlah telur yang ditetaskan
secara alami rata-rata 11 butir/induk dan yang berhasil menetas rata-rata antara 9
butir/induk.
Penggunaan mesin tetas sebagai alat penetasan buatan pernah digunakan oleh
peternak di masing-masing kelompok, kecuali peternak di kelompok Terus Maju di
Kecamatan Cibaliung. Mesin tetas milik kelompok Terus Maju tidak pernah
difungsikan untuk menetaskan telur karena mengalami kerusakan. Kerusakan
tersebut diduga akibat guncangan selama dalam perjalanan pada saat pengambilan
dari Dinas Peternakan.
Penetasan telur dengan mesin tetas yang pernah dicoba pada ketiga kelompok
penangkar tersebut hasilnya kurang bagus. Telur-telur yang ditetaskan tersebut
banyak yang tidak berhasil menetas. Hal ini mengakibatkan peternak enggan untuk
menetaskan telur dengan menggunakan mesin tetas dan mesin tetas tersebut tidak
difungsikan lagi sampai berakhirnya program penangkaran. Ketidakberhasilan
penetasan melalui mesin tetas tersebut diduga disebabkan oleh aliran listrik yang
sering mati.
Program Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras Gambaran Umum Program
Program penangkaran bibit ternak ayam buras merupakan salah satu bagian
dari proyek pemberdayaan penangkaran bibit/benih pertanian di Kabupaten
Pandeglang tahun 1999/2000. Program penangkaran lainnya dalam proyek tersebut
yaitu program penangkaran bibit/benih pertanian tanaman pangan (durian dan
manggis), Penangkaran bibit/benih perkebunan (kopi, kelapa, taman obat-obatan),
Tujuan Program. Program penangkaran bibit ternak ayam buras bertujuan untuk mendayagunakan kemampuan dan potensi penangkar agar dapat menghasilkan
bibit/benih ternak ayam buras bermutu sesuai kebutuhan masyarakat, meningkatkan
kemampuan kelompok penangkar dalam memproduksi bibit ternak ayam buras, dan
meningkatkan kesejahteraan peternak penangkar bibit ternak ayam buras.
Pembiayaan Program. Sumber pembiayaan program penangkaran bibit ternak ayam buras yaitu berasal dari dana alokasi khusus (DAK) APBN. Besarnya jumlah
total anggaran pembiayaan program penangkaran bibit ternak ayam buras yaitu
sebesar Rp 95.000.000,00. Anggaran pembiayaan tersebut dipergunakan untuk
pemberian bantuan modal kerja kepada kelompok penangkar, penyelenggaraan
pelatihan, administrasi dan honorarium pelaksana program.
Lokasi Program. Lokasi program penangkaran bibit ternak ayam buras di Kabupaten Pandeglang tersebar di empat Kecamatan yaitu Kecamatan Cadasari,
Menes, Cikeusik dan Cibaliung. Pertimbangan dalam penentuan Kecamatan
diantaranya yaitu sesuai dengan prioritas pembangunan pertanian khususnya
peternakan di wilayah Kabupaten Pandeglang, dapat menjadi pusat pertumbuhan
bagi daerah Kecamatan di sekitarnya, pemerataan program bantuan pemerintah
khususnya program peternakan, dan ketersediaan petugas lapang Peternakan di
tingkat Kecamatan.
Kelompok Penangkaran Bibit Ternak Ayam Buras. Keempat kelompok peternak penangkaran bibit ternak ayam buras merupakan kelompok peternak yang baru
dibentuk (< 1 tahun) dan belum pernah menerima paket bantuan peternakan
sebelumnya. Kelompok penangkaran bibit ternak ayam buras tersebut ditentukan dan
diajukan oleh masing-masing petugas lapang Peternakan Kecamatan ke Dinas
Peternakan Kabupaten Pandeglang. Kemudahan pengawasan, pemerataan pemberian
bantuan pemerintah, dan minimalisasi kecemburuan sosial merupakan hal-hal yang
menjadi dasar penentuan dan pembentukan kelompok penangkar oleh petugas lapang
Peternakan Kecamatan. Disamping itu juga tidak ada persyaratan khusus yang
disyaratkan untuk menjadi anggota kelompok penangkar. Pemilihan anggota
untuk dapat menjadi anggota kelompok. Nama dan lokasi kelompok penangkaran
bibit ternak ayam buras dapat dilihat dalam Tabel 15.
Tabel 15. Nama dan Lokasi Kelompok Penangkaran
No Kelompok Lokasi
Desa Kecamatan Wilayah Pembangunan
5. Taman Jaya Kawungcaang Cadasari Utara
6. Ternak Jaya Purwaraja Menes Teluk lada
7. Karya Tani Curug Ciung Cikeusik Teluk lada
8. Terus Maju Cikadu Cibaliung Selatan
Bantuan Penguatan Modal Kelompok
Penguatan modal kelompok dilakukan melalui pemberian paket bantuan
modal kerja kepada masing-masing kelompok yaitu sebesar Rp14.000.000,- per
kelompok. Paket bantuan penguatan modal kelompok tersebut diberikan kepada
kepada masing-masing kelompok dalam bentuk barang sarana produksi dan uang
tunai. Rincian pemberian paket bantuan modal kerja yang diberikan kepada
masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Paket Bantuan Penguatan Modal Kerja Kelompok
No Paket Bantuan Rincian Keterangan
1. Sarana produksi Mesin tetas telur kelompok 1 unit
Tempat pakan 25 unit
Tempat minum 25 unit
Egg tray 25 unit
Obat-obatan, vaksin dan peralatan kesehatan
2. Uang tunai Pembelian bibit Rp 150.000,-/peternak
Perbaikan kandang Rp 50.000,-/peternak
Bantuan Modal Kerja Sarana Produksi. Pengadaan sarana produksi dilakukan oleh panitia pembelian pekerjaan barang unit (P3U) dari Dinas Peternakan
Kabupaten Pandeglang. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemeriksaan kondisi
barang dan menghindari ketidaksesuaian barang antar masing-masing kelompok.
Pengambilan sarana produksi dilakukan oleh masing-masing pengurus
kelompok dengan didampingi oleh petugas lapang Peternakan Kecamatan di Kantor
Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang. Sarana produksi tersebut yaitu mesin tetas,
tempat pakan dan minum, tempat menyimpan telur atau egg tray, obat-obatan,
vaksin, dan peralatan kesehatan ternak.
Setiap kelompok memperoleh sarana produksi mesin tetas telur
masing-masing satu unit. Sebelum diambil oleh masing-masing-masing-masing pengurus kelompok, mesin
tetas telur diperiksa terlebih dahulu oleh petugas pemeriksa barang dari Dinas
Peternakan untuk memastikan kesesuaian dan kondisi mesin tetas telur dapat
berfungsi. Pada kenyataannya satu dari empat mesin tetas tersebut tidak dapat
berfungsi atau rusak setelah tiba di lokasi kelompok. Mesin tetas tersebut yaitu mesin
tetas milik kelompok ”Terus Maju” desa Cikadu Kecamatan Cibaliung. Menurut
petugas Peternakan Kecamatan Cibaliung kerusakan tersebut diduga terjadi akibat
guncangan selama dalam perjalanan karena kondisi jalan yang rusak.
Setiap kelompok memperoleh bantuan sarana produksi tempat pakan, tempat
minum dan tempat menyimpan telur atau egg tray masing-masing 25 buah. Sarana
produksi tersebut dibagikan langsung ke setiap peternak dan masing-masing
memperoleh 1 buah. Peternak memanfaatkan tempat pakan dan tempat minum
dengan menempatkannya di kandang pemeliharan anak ayam atau boks anak ayam.
Sedangkan tempat menyimpan telur atau egg tray digunakan untuk membawa telur
pada waktu akan ditetaskan telur dengan mesin tetas telur di tempat ketua kelompok.
Pada kenyataanya tidak semua peternak memanfaatkan tempat menyimpan telur atau
egg tray tersebut, bahkan ada peternak yang tidak pernah memanfaatkannya.
Obat-obatan dan peralatan kesehatan ternak diberikan dan diserahkan
langsung kepada masing-masing kelompok bersamaan dengan sarana
produksi-sarana produksi lainnya di atas. Sedangkan vaksin diberikan melalui masing-masing
dikarenakan tidak adanya fasilitas lemari pendingin untuk menyimpan vaksin dalam
jangka waktu yang lama di masing-masing kelompok.
Bantuan Modal Kerja Uang Tunai. Bantuan modal kerja ini ditransfer ke rekening pengurus kelompok pada Bank Pembangunan Daerah (Bank JABAR) cabang
Pandeglang. Pencairan bantuan modal kerja dilakukan oleh masing-masing pengurus
kelompok dengan didampingi oleh Petugas Dinas Peternakan. Alokasi penggunaan
uang tunai tersebut yaitu untuk perbaikan kandang, pembelian bibit ternak ayam
buras, dan pembelian pakan.
Bantuan modal kerja uang tunai untuk perbaikan kandang dan pembuatan
boks anak ayam yaitu sebesar Rp 50.000,00 per peternak. Bantuan modal kerja
tersebut digunakan untuk pembelian bambu, kayu, paku dan atap daun rumbia.
Perbaikan-perbaikan kandang diantaranya yaitu mengganti dinding, alas dan atap
kandang yang sudah rusak. Selain perbaikan kandang peternak juga membuat boks
anak ayam atau kandang pemeliharaan anak ayam dengan ukuran panjang 1 m dan
lebar 0,5 – 0,8 m.
Jumlah bantuan modal kerja untuk pengadaan bibit ternak ayam buras yang
diterima oleh peternak yaitu sebesar Rp 150.000,- per peternak. Jumlah ternak ayam
buras yang harus diadakan yaitu 10 ekor terdiri atas 1 jantan dan 9 betina. Umumnya
peternak membeli bibit ternak ayam buras kurang dari 10 ekor karena sudah
memiliki bibit ternak ayam buras namun jumlahnya kurang dari 10 ekor. Ternak
ayam buras yang dimiliki peternak tersebut dianggap dibeli dan penggunaan bantuan
modal kerja pembelian bibit tersebut selain digunakan untuk pembelian sisa bibit
ternak ayam buras juga digunakan untuk untuk perbaikan kandang, pembelian pakan
dan kebutuhan rumah tangga.
Peternak mendapatkan bantuan modal kerja uang tunai untuk pembelian
pakan pada awal penangkaran. Setelah itu peternak secara mandiri membeli atau
memenuhi kebutuhan pakan ternaknya. Jumlah bantuan modal kerja uang tunai yang
diterima oleh setiap peternak yaitu sebesar Rp 25.000,-. Bantuan uang tunai tersebut
Pengembalian Bibit Ternak
Peternak diharuskan mengembalikan bibit ternak ayam buras sejumlah 20
ekor atau dua kali lipat dari jumlah bantuan awal pemberian bibit. Ternak ayam
buras pengembalian tersebut 10 ekor disetorkan ke Dinas Peternakan dan 10 ekor
lagi digulirkan kepada peternak di lingkungan masing-masing kelompok. Jangka
waktu pengembalian yaitu selama setahun terhitung dari mulai awal penangkaran.
Sampai saat program berakhir dan dilaksanakannya penelitian, sebagian besar
peternak belum mampu mengembalikan bibit ternak ayam buras sejumlah 20 ekor.
Rata-rata peternak baru mampu mengembalikan bibit ternak ayam buras sejumlah 6
ekor atau 30 % dari jumlah bibit ternak yang harus dikembalikan. Ternak ayam buras
tersebut yang dikembalikan terebut umumnya adalah ternak ayam buras yang
digulirkan kepada peternak lain di lingkungan masing-masing kelompok penangkar.
Kegiatan Pelatihan Tata LaksanaPemeliharaan
Pelatihan tatalaksana pemeliharaan ternak ayam buras diselenggarakan secara
terpisah di masing-masing kelompok penangkar pada awal program penangkaran.
Melalui pelatihan ini para peternak diharapkan dapat memperbaiki budidaya
pemeliharaan ternak ayam buras dalam menghasilkan bibit ternak ayam buras.
Peserta Pelatihan. Sebagian besar peternak 87,5 % mengikuti kegiatan pelatihan tatalaksana pemeliharaan yang diselenggarakan pada awal program penangkaran.
Alasan keikutsertaan peternak dalam pelatihan bervariasi diantaranya yaitu
menambah pengetahuan, pengalaman, diajak oleh peternak lain. Peternak yang tidak
ikut dalam pelatihan karena berhalangan mewakilkannya pada anggota keluarganya
(anak atau isteri).
Sebagian besar peternak (87,5 %) belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan
atau penyuluhan yang berhubungan dengan kegiatan pertanian khususnya peternakan
sebelum adanya pelatihan tatalaksana pemeliharaan bibit ternak ayam buras.
Sementara itu peternak yang pernah mengikuti kegiatan pelatihan atau penyuluhan
yaitu sebanyak 12,5 %. Akan tetapi kegiatan pelatihan atau penyuluhan tersebut yaitu
berhubungan dengan kegiatan pertanian tanaman pangan. Keikutsertaan peternak
Tabel 17. Pelatihan yang Pernah Diikuti Peternak dan Keikutsertaannya dalam Pelatihan Tatalaksana Pemeliharaan
No Keterangan Jumlah Peternak Persentase
(Orang) (%)
1. Keikutsertaan dalam pelatihan
a. Ikut 35 87,50
b.Tidak Ikut 5 12,50
2. Pelatihan/penyuluhan yang pernah dikuti
a. Pernah 5 12,50
b. Belum pernah 35 87,50
Penyelenggaraan dan Tempat pelatihan. Kegiatan pelatihan tatalaksana yang diselenggarakan pada masing-masing kelompok hanya berlangsung selama sehari
dari 3 hari rencana penyenggaraan. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan
anggaran dana untuk penyelenggaran pelatihan. Tempat penyelenggaraan pelatihan
diantaranya yaitu bertempat di kantor Kecamatan, dan Balai Desa di lingkungan
masing-masing kelompok penangkar.
Materi Pelatihan. Materi pelatihan teknis penangkaran diberikan oleh instruktur yang berasal dari Dinas Peternakan Kabupaten Pandeglang. Materi pelatihan teknis
Penangkaran yaitu mengenai tatalaksana budidaya pemeliharaan ternak ayam buras
yang meliputi perkandangan, pemilihan bibit, tatalaksana pakan, pencegahan dan
pengendaliaan penyakit, penggunaan mesin tetas dan kursus vaksinator.
1. Perkandangan. Para peternak diberikan pengetahuan mengenai persyaratan kandang yang baik dan sehat diantaranya bentuk kandang panggung. Para
peternak juga diinstruksikan untuk membuat boks anak ayam atau kandang
pemeliharan anak ayam umur satu hari hingga berumur satu bulan. Ukuran boks
anak ayam yaitu 1 X 0,5 m. Boks anak ayam tersebut dilengkapi dengan
penerangan yang berfungsi untuk menghangatkan anak ayam di malam hari.
2. Pemilihan Bibit. Melalui pengetahuan tatalaksana pemilihan bibit ayam buras para peternak diharapkan bisa terampil dalam memilih dan menyeleksi bibit
ternak ayam buras. Pemilihan bibit ternak ayam buras diantaranya berdasarkan