PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM UPAYA KHUSUS (UPSUS) JAGUNG DI KABUPATEN PANDEGLANG
RIZKI TRIGUNA
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2021
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Partisipasi Petani dalam Program Upaya Khusus (UPSUS) jagung di Kabupaten Pandeglang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2021
Rizki Triguna NIM H351170581
RINGKASAN
RIZKI TRIGUNA. Partisipasi Petani dalam Program Upaya Khusus (UPSUS) Jagung di Kabupaten Pandeglang. Dibimbing oleh SUHARNO dan ANDRIYONO KILAT ADHI.
Keberhasilan pembangunan sektor pertanian tidak terlepas dari strategi pendekatan program terhadap petani. Kebijakan pembangunan sektor pertanian pada dasarnya bertujuan untuk menjamin ketersediaan pangan untuk masyarakat serta dapat menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Serangkaian kebijakan sektor pertanian dilakukan guna untuk meningkatkan produksi pangan sekaligus kesejahteraan petani. Kebijakan tersebut diimplementasikan melalui program Upaya Khusus (UPSUS) salah satunya terhadap komoditas jagung.
Dalam pelaksanaannya suatu program tidak dapat berjalan tanpa adanya partisipasi petani. Keterlibatan petani turut berpengaruh terhadap keberhasilan program tersebut. Partisipasi petani dalam suatu program dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi karakteristik petani pada program UPSUS jagung, 2) menganalisis tingkat partisipasi petani dalam program UPSUS jagung, serta 3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani dalam program UPSUS jagung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Oktober 2019 di Kabupaten Pandeglang. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan wilayah tersebut merupakan wilayah sentra pengembangan produksi pada program UPSUS jagung di Provinsi Banten. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 94 responden yang terlibat dalam program UPSUS jagung. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif dilakukan untuk menganalisis karakteristik responden dan tingkat partisipasi petani, sedangkan statistik inferensial digunakan untuk melihat pengaruh hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani pada program UPSUS jagung. Statistik inferensial yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan Structural Equation Modeling-Partial Least Square (SEM-PLS) dengan bantuan software SmartPLS.
Hasil penelitian menunjukan bahwa petani yang terlibat dalam program UPSUS jagung sebagian besar memiliki usia produktif, memiliki pendidikan dan pengalaman berusahatani jagung rendah namun memiliki tingkat kosmopolitan tinggi. Tingkat partisipasi petani pada program UPSUS jagung di Kabupaten Pandeglang berada pada kategori sedang, hal ini menunjukan bahwa partisipasi petani cukup baik dalam program UPSUS jagung. Partisipasi petani dalam program UPSUS jagung dipengaruhi oleh faktor kemampuan petani dan kesempatan. Kemampuan petani memiliki pengaruh positif, artinya semakin tinggi kemampuan petani akan meningkatkan partisipasi petani dalam program UPSUS jagung. Demikian juga halnya dengan faktor kesempatan yang memiliki pengaruh positif terhadap partisipasi petani, yang berarti semakin besar kesempatan yang diperoleh petani akan meningkatkan partisipasi petani pada program UPSUS jagung
Kata kunci: jagung, partisipasi petani, program UPSUS, tingkat partisipasi
SUMMARY
RIZKI TRIGUNA. Participation of Farmers in the Corn Special Efforts Program (UPSUS) in Pandeglang Regency. Guided by SUHARNO and ANDRIYONO KILAT ADHI.
The success of the development of the agricultural sector could not be separated from the strategy of the program approach to the farmers. Agricultural sector development policies aim to ensure the availability of food for the community and could be a driver for economic growth. A series of agricultural sector policies have been carried out to increase food production as well as farmers' welfare. The policy was implemented through the Special Efforts (UPSUS) program, one of which was on corn commodity. In its implementation, a program could not run well without farmers participation. The involvement of farmers also influence the success of the program.
This study aimed to: 1) identify the characteristics of farmers in the corn UPSUS program, 2) analyze the level of farmer participation in the corn UPSUS program, and 3) analyze the factors that influence the level of farmer participation in the corn UPSUS program. The study was conducted from August to October 2019 in Pandeglang District. The location of the study was determined intentionally (purposive) with the consideration that the area was a production center area of corn on the UPSUS program in Banten Province. The number of samples in this study was 94 farmers involved in the UPSUS corn program.
Analysis of the data used in this research was descriptive and inferential statistics.
Descriptive analysis was carried out to analyze the characteristics of respondents and the level of farmer participation, while inferential statistics were employed to see the influence of the relationship of factors that affect on the level of farmer participation. Inferential statistics used in this research was Structural Equation Modeling-Partial Least Square (SEM-PLS) with the help of SmartPLS 3 software.
The results showed that the farmers involved in the UPSUS corn program are mostly ranged on productive age, have low education level and posses lower experience in corn farming but have a high cosmopolitan level. The level of farmer participation in the corn UPSUS program in Pandeglang Regency was in the medium category. This level showed that the involvement of farmers is not good enough in the corn UPSUS program. The farmers' participation in this program was influenced by the ability of farmers and opportunity factors. The ability of farmers has a positive influence, meaning that the higher the ability of farmers, including technical and social abilities, which will increase farmers' participation in the corn UPSUS program. Likewise, the influence of the opportunity factor that has a positive value on farmers' participation means that the higher the market support, government support, and information availability will increase farmer participation.
Keywords: farmer participation, UPSUS program, SmartPLS
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2021 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM UPAYA KHUSUS (UPSUS) JAGUNG DI KABUPATEN PANDEGLANG
RIZKI TRIGUNA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2021
Tim Penguji pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Rachmat Pambudy M.S
Judul Tesis : Partisipasi Petani dalam Program Upaya Khusus (UPSUS) Jagung di Kabupaten Pandeglang
Nama : Rizki Triguna
NIM : H351170581
Disetujui oleh Pembimbing 1:
Dr. Ir. Suharno, M.Adev
Pembimbing 2:
Dr.Ir. Andriyono Kilat Adhi
Diketahui oleh Ketua Program Studi Agribisnis:
Prof. Dr.Ir. Rita Nurmalina, MS NIP. 19550713 198703 2 001 Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Anas Miftah Fauzi, M.Eng NIP. 19600419 198503 1 002
Tanggal Ujian: Tanggal Lulus:
19 Januari 2021
PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanaahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini yang berjudul “Partisipasi Petani dalam Program Upaya Khusus (UPSUS) Jagung di Kabupaten Pandeglang” ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata dua (S2) Program Studi Agribisnis, Departemen Agribisnis, Faktultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari tesis ini tidak dapat diselesailan dengan baik tanpa dukungan banyak pihak. Oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.Ir. Suharno, M.Adev dan Dr.Ir. Andriyono Kilath Adhi selaku komisi pembimbing yang telah membimbing dan banyak memberikan saran.
2. Bapak Dr. Ir. Rachmat Pambudy MS sebagai dosen penguji luar komisi dan Ibu Etriya SP., MM sebagai penguji wakil program studi pada sidang tesis yang telah banyak memberikan saran.
3. Ibu Prof. Dr.Ir. Rita Nurmalina, MS selaku ketua Program Studi Agribisnis atas masukannya dalam penulisan tesis ini
4. Penyuluh pertanian Kecamatan Cibaliung dan Sobang Kabupaten Pandeglang atas kesediaannya membantu selama pengumpulan data
5. Ibu Yuni Sulistiawati selaku staf sekretariat Program Studi Agribisnis yang telah membantu menyelesaikan administrasi penulis
6. Kedua orang tua penulis Ayah Didi Mulyadi, Ibunda Titin Suhartini, istri tercinta Resti Devianingsih serta keluarga terimakasih atas do’a dan dukungannya
7. Teman-teman Pascasarjana Magister Sains Agribisnis IPB angkatan 47 yang telah menjadi teman diskusi selama penyusunan tesis ini.
Semoga tesis ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan
Bogor, Januari 2021 Rizki Triguna
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Partisipasi Petani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya 4
III. KERANGKA PEMIKIRAN 7
3.1 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pertanian 7
3.2 Pentingnya Partisipasi pada Program 10
3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Petani 10
3.4 Program Upaya Khusus (UPSUS) 14
3.5 Kerangka Pemikiran Operasional 14
3.6 Hipotesis Penelitian 16
IV. METODE PENELITIAN 17
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 17
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 17
4.3 Jenis dan Sumber Data 18
4.4 Instrumen Penelitian 19
4.5 Variabel Penelitian 20
4.6 Pengolahan dan Analisis Data 22
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 27
5.1 Letak Geografis 27
5.2 Topografi 27
5.3 Penduduk dan Ketenagakerjaan 28
5.4 Sektor Pertanian 28
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 31
6.1 Karakteristik Umum Petani pada Program UPSUS jagung 31 6.2 Tingkat Partisipasi Petani pada Program UPSUS jagung 37 6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Petani 40
6.4 Keterbatasan Penelitian 49
VII. SIMPULAN DAN SARAN 51
7.1 Simpulan 51
7.2 Saran 51
DAFTAR PUSTAKA 52
LAMPIRAN 57
RIWAYAT HIDUP 62
DAFTAR TABEL
1 Sebaran sampel penelitian 18
2 Jenis dan sumber data 19
3 Kategori jawaban instrument penelitian 19
4 Definisi operasional variabel manifest karakteristik petani 20 5 Definisi operasional variabel manifest kemampuan petani 21 6 Definisi operasional variabel manifest kesempatan 21 7 Definisi operasional variabel manifest partisipasi petani 22
8 Evaluasi model pengukuran reflektif 24
9 Variabel laten, variabel manifest dan indikator penyusun penelitian 15
10 Luas lahan pertanian menurut penggunaan 28
11 Luas panen dan produksi tanaman pangan 29
12 Produksi padi, jagung dan kedelai 30
13 Luas panen dan produksi tanaman hortikultura 30 14 Jumlah dan perensentase petani berdasarkan karakteristik petani 31 15 Jumlah dan persentase petani berdasarkan kemampuan petani 34 16 Jumlah dan persentase petani berdasarkan kesempatan 36 17 Jumlah dan persentase petani berdasarkan tingkat partisipasi 38
18 Nilai AVE dan communality 40
19 Nilai Loading Factor variabel laten karakteristik petani 41 20 Nilai Loading Factor variabel laten kemampuan petani 42 21 Nilai loading factor variabel laten kesempatan 42 22 Nilai loading factor variabel laten tingkat partisipasi petani 43
23 Nilai composite reliability 45
24 Hasil koefisien pengaruh variabel yang mempengaruhi tingkat partisipasi petani
46
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran operasional 16
2 Model penelitian Struktural Penelitian 26
3 Peta wilayah Kabupaten Pandeglang 27
4 Diagram jalur model re-estimasi partispasi petani pada program UPSUS jagung
44
DAFTAR LAMPIRAN
1 Jumlah petani berdasarkan kelompok tani Kecaatan Cibaliung 57 2 Jumlah petani berdasarkan kelompok tani Kecamatan Sobang 58 3 Evaluasi model pengukuran (outer model) sebelum re-estimasi 59
5 Nilai matriks korelasi Fornell-Larcker 60
6 Second order confirmatory 61
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Partisipasi merupakan salah satu komponen penting untuk mencapai keberhasilan pembangunan pertanian. Menurut Hamdani (2006) terdapat dua strategi pendekatan meningkatkan keberhasilan pembangunan yaitu memotivasi petani untuk berpartisipasi dalam suatu program dan memberdayakan petani untuk membangun kualitas sumberdaya manusia. Kebijakan pembangunan sektor pertanian pada dasarnya bertujuan untuk menjamin ketersediaan pangan masyarakat serta menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Kebijakan tersebut diimplementasikan pada suatu program yang bertujuan meningkatkan produksi pertanian dan pendapatan petani. Pemerintah sebagai pemegang kebijakan berperan penting dalam merencanakan strategi yang tepat guna menjamin berhasilnya program.
Program yang dilaksanakan pemerintah dalam pelaksanaannya tidak dapat berjalan tanpa adanya partisipasi petani. Keterlibatan petani turut berpengaruh terhadap keberhasilan program tersebut. Menurut Kumba (2003) salah satu faktor penunjang keberhasilan suatu program ialah dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat secara langsung. Pembangunan pertanian yang bersifat top-down yang hanya memberikan input produksi akan menyebabkan petani memiliki ketergantungan terhadap pemerintah dan menjadikan petani semakin lemah. Oleh karena itu keterlibatan petani terhadap program merupakan hal penting agar pencapaian program tidak bersifat sementara. Menurut Uphoff (1988) melibatkan masyarakat dalam suatu pembangunan dapat menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap program. Dengan adanya partisipasi akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya pembangunan yang terbatas.
Selain itu menurut Syahyuti (2006) partisipasi masyarakat dapat menjamin keberlanjutan pembangunan.
Berbagai program pada sektor pertanian dilaksanakan oleh pemerintah salah satunya yaitu program Upaya Khusus (UPSUS). Program UPSUS merupakan impementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Pertanian tahun 2015-2019 dalam mencapai swasembada pangan berkelanjutan pada komoditas padi, jagung dan kedelai (pajale). Program tersebut diatur melalui peraturan Menteri Pertanian No 03/Permentan/OT.140/2/2015 dalam pedoman Upaya Khusus (UPSUS) tentang peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai melalui perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya. Program UPSUS bertujuan untuk meningkatkan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi pangan baik secara langsung maupun kebutuhan industri dan ekspor. Selain itu, melalui program ini pemerintah berupaya untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat (Kementan 2018). Upaya peningkatan produksi dilakukan dengan meningkatkan luas areal tanam serta meningkatkan produktivitas (Kementan 2015). Pemerintah menargetkan peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai pada tahun 2019 masing-masing sebesar 82 juta ton, 23.4 juta ton dan 1.02 juta ton (Balitbangtan 2016).
Program UPSUS dilaksanakan secara nasional termasuk di Kabupaten Pandeglang. Kabupaten Pandeglang memiliki peranan penting terhadap program UPSUS terutama pada komoditas jagung. Hal tersebut dikarenakan Kabupaten
2
Pandeglang ditargetkan menjadi salah satu wilayah sentra jagung nasional oleh Kementrian Pertanian (Alfi 2017). Terdapat peningkatan target luas tanam jagung yang cukup signifikan sejak dilaksanakan program UPSUS jagung. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang, target luas areal tanam jagung pada tahun 2017 sebesar 51.480 ha dan pada tahun 2018 mencapai 59.300 ha. Besarnya target luas areal tanam tersebut diharapkan akan berdampak terhadap peningkatan produksi jagung dan kesejahteraan petani.
Partisipasi petani dalam program UPSUS jagung menjadi komponen penting untuk mencapai keberhasilan program tersebut. Menurut Zakaria (2011) dinamisnya tingkat partisipasi dan sikap petani dapat menjadi kunci keberhasilan peningkatan produksi. Pada padasarnya partisipasi petani pada suatu program diperlukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi (Slamet 2003). Partisipasi petani dalam program UPSUS jagung di Kabupaten Pandeglang penting untuk dikaji. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauhmana partisipasi petani terhadap program tersebut, sehingga dapat menjadi saran dan masukan kepada pemerintah untuk merumuskan suatu kebijakan yang dapat meningkatkan partisipasi petani terhadap suatu program.
1.2 Rumusan Masalah
Kabupaten Pandeglang memiliki peranan penting terhadap peningkatan produksi jagung dalam program UPSUS. Lebih dari 60 persen target tanam jagung di Provinsi Banten berada di wilayah ini. Target luas tanam jagung di Kabupaten Pandeglang pada tahun 2018 mencapai 59.300 ha, namun dalam pelaksanaannya realisasi luas tanam jagung hanya mencapai 42.519 ha dengan luas panen sebesar 29.717 ha. Tidak tercapainya target tanam tersebut dikarenakan pencapaian target tanam dan panen di wilayah Kabupaten Pandeglang belum merata. Oleh karena itu mengkaji secara mendalam partisipasi petani terhadap program tersebut menjadi sangat penting agar keberhasilan program dapat tercapai.
Partisipasi petani terhadap suatu program pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Ginting (2000) partisipasi petani pada suatu program dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam dirinya (internal) maupun faktor yang berasal dari luar dirinya (eksternal). Adawiyah et al. (2017) mengemukakan bahwa karakteristik petani seperti usia, pendidikan nonformal, pendidikan formal, dan tingkat kosmopolitan berpengaruh terhadap adopsi inovasi pada kegiatan UPSUS padi, jagung dan kedelai. Selain itu menurut Slamet (2003) bahwa paling tidak terdapat tiga syarat yang mempengaruhi partisipasi yaitu adanya kesempatan dalam pembangunan, adanya kemampuan dan adanya motivasi untuk berpartisipasi. Suprayitno (2010) mengemukakan bahwa partisipasi dalam pelaksanaannya memerlukan kemampuan yang memadai dan partisipasi akan berjalan apabila tersedianya kesempatan bagi masyarakat untuk meraihnya. Sebagaimana dikemukakan Mulyandari et al (2010) bahwa keputusan petani untuk menolak suatu inovasi dikarenakan rendanya tingkat kemampuan petani dalam membuka diri terhadap suatu informasi baru. Partisipasi petani terhadap program UPSUS jagung tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor, oleh karena itu maka perlu dilakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan bagaimana partisipasi petani dalam program UPSUS jagung di Kabupaten Pandeglang?
3
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji secara deskriptif karakteristik umum petani dalam program UPSUS jagung di Kabupaten Pandeglang
2. Menganalisis tingkat partisipasi petani dalam program UPSUS jagung di Kabupaten Pandeglang
3. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi petani dalam program UPSUS jagung di Kabupaten Pandeglang
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara akademik mapun pragmatis, sebagai berikut:
1. Memberikan informasi dan gambaran mengenai karakteristik umum petani dalam program UPSUS jagung.
2. Memberikan rekomendasi kebijakan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang sebagai stakeholders dalam merancang strategi kebijakan dalam pembangunan pertanian yang bersifat partisipastif
3. Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai partisipasi petani dan dapat menambah referensi yang dapat digunakan untuk bahan penelitian berikutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan terbatas pada program UPSUS jagung di Kabupaten Pandeglang. Model yang akan dibangun pada penelitian ini yaitu menganalisis secara deskriptif karakteristik umum petani dalam program UPSUS jagung, menganalisis tingkat partisipasi petani dalam program UPSUS jagung, dan menganalisis pengaruh karakteristik petani, kemampuan petani dan faktor kesempatan terhadap partisipasi petani dalam program UPSUS jagung.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Partisipasi Petani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Partisipasi pada dasarnya merupakan keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, ikut serta dalam kegiatan pembangunan dan ikut dalam memanfaatkan serta menikmati hasil-hasil pembangunan (Slamet 2003). Menurut Syahyuti (2006) partisipasi petani berperan penting dalam menjamin keberhasilan suatu program berkelanjutan. Ife dan Tesoriero (2008) mengemukakan bahwa partisipasi menyebabkan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku petani dengan cepat karena program yang dijalankan sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya yang dimiliki. Selain itu pentingnya partisipasi petani dalam pembangunan yaitu akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan sumberdaya yang terbatas dan mendorong masyarakat memiliki rasa dan tanggung jawab. Menurut Etwire et al. (2013) dalam mempertahankan program pertanian berkelanjutan setidaknya program tersebut memberikan manfaat nyata kepada petani, terutama manfaat ekonomi. Lebih lanjut Dolisca et al. (2006) mengemukakan upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan partisipasi ialah dengan meningkatkan pendapatan masyarakat, memberikan informasi mengenai manfaat hutan, meningkatkan pendidikan, meningkatkan peran organisasi petani, serta memberikan bantuan secara teknis kepada petani. Menurut Zakaria (2011) pemberdayaan petani melalui kelompok tani merupakan faktor kunci menumbuhkan tingkat partisipasi dan menjadikan petani lebih mandiri.
Keputusan petani untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan atau program dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor karakteristik petani. Azwar et al. (2016) mengemukakan dalam penelitiannya bahwa terdapat beberapa karakteristik petani yang mempengaruhi partisipasi petani dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi kakao yaitu lamanya pengalaman usahatani, lahan garapan yang luas, serta tingginya tingkat kosmopolitan. Senada dengan Lestari (2012) bahwa luasnya lahan dan semakin lamanya pengalaman petani dalam berusahatani berpengaruh terhadap partisipasi petani dalam program SL-PTT. Hasil serupa juga dikemukakan Ginanjar et al. (2017) dalam penelitiannya bahwa keputusan petani melakukan usahatani jagung hibrida dipengaruhi oleh pengalaman petani dalam berusahatani.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Baba et al. (2011) terkait faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi petani peternak sapi perah dalam penyuluhan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik peternak yang terdiri dari usia, pendidikan formal, kosmopolit dan pengalaman usahatani memiliki pengaruh terhadap partisipasi peternak dalam kegiatan penyuluhan. Faktor usia, tingkat pendidikan dan tingkat kosmopolit memiliki pengaruh negatif dan signifikan yang artinya temakin tinggi usia, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolit dan pengalaman usaha partisipasi peternak dalam penyuluhan semakin menurun, sedangkan semakin baik persepsi peternak terhadap penyuluhan, maka partisipasi semakin tinggi. Hidayat et al. (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa partisipasi petani dalam Program Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Padi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang tinggi, status sosial (pendapatan), luasnya lahan garapan, tingginya motivasi berusaha, keberanian menanggung resiko serta seringnya melakukan kontak dengan penyuluh.
5
Dalam penelitian Adawiyah et al. (2017) mengemukakan bahwa terdapat karakteristik petani yang mempengaruhi petani dalam adopsi inovasi pada kegiatan UPSUS pajale di Jawa Timur yaitu usia petani, pendidikan nonformal, pendidikan formal, dan tingkat kosmopolitan. Menurut Soekartawi (2002) petani yang berusia muda memiliki keingintahuan yang lebih tinggi dibandingkan usia lebih tua yang sangat konservatif terhadap perubahan teknologi. Demikian juga halnya dengan tingkat pendidikan, pendidikan yang tinggi akan cenderung lebih cepat dalam menerima inovasi teknologi. Sementara Triana et al. (2017) menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk berpartisipasi dalam program UPSUS padi, jagung dan kedelai yaitu tingkat pengetahuan program, frekuensi mengikuti kegiatan penyuluhan, motivasi petani dan tingkat kekosmopolitan.
Adwiyana (2016) dalam penelitiannya terkait hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan partisipasi petani dalam GP-PTT Kedelai di Kabupaten Sragen menyatakan bahwa pendidikan non formal memiliki pengaruh signifikan dengan tingkat partisipasi pada tahap perencanaan dan tahap evaluasi, serta faktor pengalaman berusahatani berpengaruh signifikan terhadap partisipasi pada tahap perencaaan. Selain itu Anwarudin (2017) mengemukakan pada penelitiannya bahwa faktor internal partisipasi (terdiri dari status sosial, status ekonomi, perilaku inovatif dan moral ekonomi), faktor kelembagaan (yang terdiri atas penguatan kelompok, penguatan gabungan kelompok tani, dan keterlibatan Dinas), serta faktor pendamping (penyuluh dan babinsa) berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi petani pada program UPSUS di Kabupaten Manokwari. Akpan et al. (2016) dalam hasil penelitiannya di Nigeria menyatakan faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk berpartisipasi dalam program pertanian dipengaruhi oleh ukuran rumah tangga yang kecil, pengalaman bertani, interaksi dalam organisasi sosial, kepemilikan lahan yang luas, indeks kesadaran petani, ikut dalam keanggotaan partai politik, pendapatan non pertanian, intensitas kunjungan penyuluh, dan tingkat pendidikan formal. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa karakteristik petani yang berpengaruh terhadap partisipasi petani.
Suprayitno et al. (2011) membagi faktor yang mempengaruhi motivasi petani untuk berpartisipasi petani dalam pengelolaan hutan kemiri yaitu tingkat kemampuan petani dan ketersediaan kesempatan atau peluang. Hasil penelitiannya menyatakan tingkat kemampuan yang berpengaruh terhadap motivasi petani untuk berpartisipasi petani yaitu kemampuan teknis, kemampuan sosial dan kemampuan manajerial. Sedangkan ketersediaan kesempatan atau peluang yang berpengaruh terhadap motivasi petani untuk berpartisipasi yaitu dukungan pemerintah dan kepastian pasar. Hal ini menujukan dengan adanya dukungan dari pemerintah dan kepastian pasar yang diberikan akan berdampak meningkatnya motivasi petani untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan atau program. Sementara Ruhimat (2013) dalam penelitiannya menyatakan tingkat kemampuan yang berpengaruh terhadap partisipasi dalam implementasi kebijakan KPH di Kabupaten Banjar yaitu kemampuan manajerial, kemampuan sosial dan kemampuan teknis.
Sedangkan tingkat kesempatan yang mempengaruhi tingkat pasrtisipasi petani yaitu dukungan pemerintah, dukungan tokoh masyarakat, dukungan swasta dan dukungan LSM. Berdasarkan hasil tersebut terdapat faktor lain yang berpengaruh
6
terhadap tingkat partisipasi petani yaitu faktor tingkat kemampuan petani dan tingkat kesempatan atau peluang.
Dari penelitian yang telah dilakukan bahwa partisipasi merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang keberhasilan suatu program. Dengan adanya partisipasi, masyarakat memiliki tanggung jawab terhadap program yang dilaksankan. Partisipasi petani dalam program UPSUS dapat menjadi penunjang untuk meningkatkan produksi, oleh karena itu penelitian ini untuk melihat sejauhmana tingkat partisipasi petani terhadap program UPSUS jagung.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, partisipasi masyarakat atau petani dalam suatu program dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Variabel yang telah diuji dalam penelitian menjadi bahan pertimbangan untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi petani dalam program UPSUS jagung. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis pengaruh karakteristik petani, kemampuan petani dan faktor kesempatan terhadap partisipasi petani dalam program UPSUS jagung di Kabupaten Pandeglang.
7
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Pada perumusan masalah terdapat beberapa pertanyaan yang mendasari dilakukannya penelitian in. Dari hasil telaah literatur terdapat perbedaan jawaban- jawaban dari hasil studi yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini sebagai bahan rujukan penelitian sekaligus pembanding bagi hasil penelitian empiris. Teori yang akan dijelaskan melingkupi partisipasi masyarakat dalam pembangunan pertanian, pentingnya partisipasi pada program, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi dan penjelasan mengenai program Upaya Khusus (UPSUS). Teori- teori tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
3.1 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pertanian
Partisipasi muncul sebagai salah satu kata yang banyak diungkapkan ketika berbicara pembangunan. Istilah partisipasi mulai muncul bahkan menjadi kepercayaan para ahli pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan diyakini akan lebih berhasil dan berkesinambungan, dibandingkan pembangunan yang kurang melibatkan peran masyarakat. Menurut Cohen dan Uphoff (1977) partisipasi merupakan suatu keterlibatan masyarakat dalam proses mengambil sebuah keputusan untuk melaksanakan suatu program. Sementara Gonsalves (1999) mendefinisikan partisipasi sebagai sebuah proses dimana seluruh masyarakat terlibat dan mengawasi pelaksanaan pembagunan sejak proses perencanaan, pengambilan keputusan dan alokasi sumberdaya yang memberikan dampak pada mereka. Selain itu, Slamet (2003) mendefinisikan partisipasi sebagai keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, ikut serta dalam kegiatan pembangunan dan ikut memanfaatkan serta menikmati hasil-hasil pembangunan.
Menurut Syahyuti (2006) partisipasi merupakan proses dimana seluruh pihak dapat membentuk dan terlibat dalam seluruh proses pembangunan. Hal tersebut menegaskan bahwa pembangunan yang partisipatif yaitu melibatkan masyarakat secara aktif dalam pengambilan keputusan pada proses pembangunan.
Partisipasi masyarakat dalam suatu pembangunan dapat menjamin keberlanjutan pembangunan tersebut. Hal ini karena partisipasi sangat bergantung pada tiga aspek utama dimasyarakat yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Untuk mengintegrasikan ketiga aspek tersebut maka individu serta lembaga harus saling berperan, sehingga perubahan dapat terjadi. Supriatna (2004) menambahkan bahwa orientasi pembangunan harus berpusat pada masyarakat sehingga pembangunan sosial, pengembangan kelembagaan dan pendidikan menumbukan partisipasi masyarakat.
Menurut Syahyuti (2006) aspek penting dalam melibatkan masyarakat dalam suatu program maka program tersebut harus disusun oleh masyarakat secara partisipatif, sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya masyarakat setempat, keterlibatan berbagai pihak dan tidak menciptakan ketergantungan, serta pelaksanaan program dapat berkelanjutan. Dalam perbedaan keterlibatannya, para ahli mengklasifikasikan partisipasi menjadi tujuh karakteristik tipologi partisipasi, yaitu:
a. Partisipasi pasif atau manipulatif, yaitu merupakan bentuk partisipasi paling lemah. Karakteristiknya adalah masyarakat menerima pemberitahuan apa yang
8
sedang dan telah terjadi. Pengumaman sepihak oleh pelaksana proyek tidak memperhatikan tanggapan masyarakat sebagai sasarann program. Informasi yang dipertukarkan terbatas pada kalangan professional diluar kelompok sasaran.
b. Partisipasi informatif. Masyarakat hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk suatu proyek, namun tidak berkesempatan untuk terlibat dan mempengaruhi keputusan. Hasil keputusan tidak dibahas bersama masyarakat.
c. Partisipasi konsultatif. Masyarakat berpartisipasi dengan berkonsultasi, sedang orang luar mendengarkan serta menganalisa masalah dan pemecahannya.
Dalam pola ini belum ada peluang pembuatan keputusan bersama. Para profesional tidak berkewajiban dengan mengajukan pandangan masyarakat untuk ditindaklanjuti.
d. Partisipasi intensif. Masyarakat memberikan korbanan dan jasa untuk memperoleh imbalan intensif berupa upah, meskipun tidak terlibat dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Masyarakat tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan setelah intensif.
e. Partisipasi fungsional. Masyarakat membentuk kelompok sebagai proyek, setelah ada keputusan-keputusan yang disepakati. Pada tahap awal, masyarakat tergantung kepada pihak luar, tetapi secara bertahap kemudian menunjukan kemandiriannya.
f. Partisipasi interaktif. Masyarakat berperan dalam proses analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan atau penguatan kelembagaan. Pola ini cenderung melibatkan motoda interdisipliner yang mencari keragaman perspektif dalam proses belajar yang terstruktur dab sistematis. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrrol atas pelaksanaan keputusan-keputusan, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan
g. Mandiri (self mobilization). Masyarakat mengambil intensif secara bebas untuk merubah sistem atau nilai-nilai yang mereka kehendaki. Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan dan dukungan teknis serta sumberdaya yang diperlukan. Yang terpenting, masyarakat memegang kendali atas pemanfaatan sumberdaya yang ada dan atau digunakan.
Menurut Sajogyo (1984) partisipasi petani dalam pembangunan sektor pertanian tidak hanya pada pelaksanaan kegiatan pembanguan tersebut, tetapi harus terlibat pada semua kegiatan. Dalam proses pembangunan yang partisipatif setidaknya terdapat tiga indikator partisipasi masyarakat yaitu meliputi menentukan perencanaan, melaksanakan rencana pembangunan dan mengevaluasi hasil pembangunan. Uphoff et al. (1979) membagi partisipasi masyarakat kedalam empat tahapan yaitu (1) tahap perencanaan, Partisipasi pada tahap ini melihat keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pengambilan keputusan untuk merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan. Pada kepeutusan tersebut, masyarakat sebelumnya telah memberikan keseluruhan ide, formulasi pilihan, evaluasi pilihan sehingga membuat keputusan dari pilihan-pilihan tersebut; (2) tahap pelaksanaan, Partispasi pada tahap pelaksanan program yaitu melihat keikutsertaan masyarakat terjadap pelaksanaan kegiatan yang telah disepakati sebelumnya. Peran nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek; (3) tahap menikmati
9
hasil, Partisipasi pada tahap ini dapat dijadikan sebuah indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Sebagai pelaku utama dalam pembangunan, semakin besar manfaat yang dirasakan oleh masyarakat berarti program tersebut tepat sasaran. Manfaat tersebut melingkupi keuntungan materi, sosial dan lingkungan; (4) tahap evaluasi, Partisipasi pada tahap evaluasi untuk melihat penilaian masyarakat terkait keseluruhan pelaksaan program yang telah dilaksanakan. Hal ini sebagai evaluasi untuk memberikan masukan demi perbaikan pelaksanaan program yang lebih baik.
Yadav (1973) membagi partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan terdiri atas empat tahapan yaitu (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan, Tahap ini dimana masyarakat terlibat dalam proses pengambilan keputusan tentang program yang akan dilaksanakan pada wilayah setempat.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan dibuatkan forum yang memungkinkan masyarakat berpartisipasi; (2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, Partisipasi pada tahap ini diartikan sebagai sumbangan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan, sehingga masyarakat akan menerima manfaat; (3) partisipasi dalam tahap evaluasi, Partisipasi pada tahap ini dimana masyarakat melakukan pemantauan dan evaluasi program yang telaksanakan. Partisipasi ini memungkinkan terjadi umpan balik mengenai masalah dan kendala yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan; dan (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil, Tujuan pembangunan pada dasarnya untuk memperbaiki mutu hidup masyarakat sehingga terjadi pemerataan pembangunan. Pemanfaatan hasil pembangunan akan merangsang kemauan masyarakat untuk berpartisipasi. Partisipasi pada tahap ini merupakan unsur penting yang seringkali terlupakan yang menganggap bahwa setelah selesainya pelaksanaan program, masyarakat secara otomatis akan memperoleh manfaatnya, padahal seringkali masyarakat tidak memahami manfaat dari setiap program yang dilaksanakan.
Menurut Pamudji (1997) ada empat indikator partisipasi masyarakat yaitu:
(1) partisipasi dalam merencanakan kegiatan yaitu keterlibatan dalam bentuk kehadiran, menyampaikan pendapat, dan pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan yaitu keterlibatan dengan penyediaan dana, pengadaan sarana dan pengorbanan waktu, tenaga sejak persiapan, pelaksanaan kegiatan dan setelah pelaksanaan kegiatan, (3) partisipasi dalam mengendalikan kegiatan (monitoring, pengawasan dan evaluasi) yaitu keterlibatan warga dalam bentuk penyusunan pedoman pengendalian (melalui pelatihan partisipatif), pengumpulan data (melalui survei partisipatif), (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan yaitu keterlibatan masyarakat dalam bentuk pemanfaatan hasil kegiatan.
Menurut Mardikanto (2009) tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan dapat diupayakan melalui (1) pemberian kesempatan yang dilandasi pemahaman bahwa masyarakat memiliki kemampuan dan kearifan tradisional kaitannya dengan pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidupnya dan bukan pemberian kesempatan yang dilandasi oleh prasangka buruk agar mereka tidak melakukan pengrusakan; (2) program pemberdayaan yang intensif dan berkelanjutan yang tidak hanya adanya kesempatan tetapi juga meningkatkan kemampuannya untuk berpartisipasi; dan
10
(3) perlu adanya penjelasan kepada masyarakat tentang manfaat ekonomi dan non ekonomi yang akan diperoleh baik langsung maupun tidak langsung.
Upaya untuk meningkatkan partisipasi petani dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a) Melalui penyuluhan baik kepada individu maupun kelompok yang didasarkan atas kesamaan usaha, skala usaha dan kultur sosial.
b) Melakukan pembinaan untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan identifikasi informasi teknologi, permintaan dan harga serta terlibat dalam penyusunan rencana usaha dalam skala usahatani yang lebih besar agar mampu bersaing.
c) Mengajak pihak swasta untuk bekerjasama dalam hal pembiayaan dan pemasaran.
3.2 Pentingnya Partisipasi pada Program
Dalam sektor pertanian berhasilnya pelaksanaan program untuk meningkatkan produksi pangan tidak terlepas dari adanya partisipasi petani.
Menurut Zakaria et al. (2013) partisipasi petani memiliki peranan penting terhadap peningkatan produksi maupun produktivitas hasil pertanian, hal ini karena petani merupakan pelaku utama dalam melakukan kegiatan usahataninya.
Rendahnya partisipasi petani terhadap suatu program dapat menjadi faktor penghambat dalam mencapai tujuan program tersebut. Untuk menumbuhkan partisipasi aktif petani diperlukan startegi seperti pemberdayaan, dukungan fasilitas usahatani, pelatihan serta memberikan akses terhadap pembiayaan kepada petani. Selain itu keberlanjutan kegiatan dapat terjamin karena masyarakat memiliki kegiatan tersebut.
Menurut Sajogyo (1979) indikator partisipasi masyarakat dalam pembangunan terdiri dari tiga hal, yaitu peluang menentukan kebijakan pembangunan, peluang untuk melaksanakan rencana pembangunan dan peluang menilai hasil pembangunan. Menurut Uphoff (1988) setidaknya terdapat tiga alasan penting partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam pembangunan yaitu: (1) sebagai langkah awal mempersiapkan masyarakat untuk berpartisipasi serta menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap program; (2) sarana untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan, kondisi dan sikap masyarakat; (3) masyarakat dapat melakukan musyawarah menentukan program- yang akan dilakasakan.
3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Petani
Partisipasi aktif petani merupakan hal yang sangat diperlukan untuk tercapainya tujuan pembangunan pertanian. Partisipasi tidak hanya bagaimana petani terlibat dalam suatu kegiatan, tetapi juga mereka terlibat dalam merancang suatu kegiatan dan memiliki kesempatan untuk mempengaruhi keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu kegiatan. Menurut Zakaria (2010) faktor yang mempengaruhi partisipasi petani dalam kegiatan usahatani yaitu secara ekonomi usahatani tersebut menguntungkan dan secara sosial juga dapat diterima.
Keputusan petani untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang diduga mempengaruhi partisipasi petani dalam program UPSUS jagung meliputi karakteristik petani, kemampuan petani dan faktor kesempatan.
11
3.3.1 Karakteristik Petani
Terdapat karakteristik yang dimiliki individu yang berhubungan dengan tingkat partisipasi seseorang (Slamet 1994). Menurut Sutarto (2008) karakteristik individu adalah ciri-ciri khusus yang dimiliki petani berkaitan dengan sosial ekonominya. Karakteristik individu tersebut diantaranya usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama menjadi anggota masyarakat, kepemilikan lahan, pendapatan dan keterlibatan dalam kegiatan pembangunan. Karakteristik petani yang dikaji dalam penelitian ini yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani dan tingkat cosmopolitan.
Menurut Soekartawi (2002) usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
Usia seseorang akan berkaitan dengan kemampuan kerjanya. Usia yang lebih tua memiliki kemampuan yang mudah lelah, sedangkan petani muda memiliki sifat progresif terhadap inovasi baru dan relatif lebih kuat. Semakin tua usia seseorang maka penerimaan terhadap hal-hal baru semakin rendah karena selalu cenderung bertahan dengan nilai lama sehingga sulit menerima hal baru. Slamet (1994) menjelaskan terdapat hubungan antara usia seseorang dalam keanggotaan suatu kelompok. Selain itu beberapa fakta mengindikasikan bahwa usia berpengaruh pada keaktifan seseorang untuk berperan serta dalam suatu kegiatan. Sementara Siagian (1995) mengungkapkan usia berkaitan dengan tingkat kedewasaan teknis dan psikologis. Semakin tua usia makan akan semakin terampil dalam melaksanakan tugas dan tingkat tingkat kesalahannya semakin kecil dalam melakukan pekerjaan.
Keputusan petani untuk berpartisipasi dalam suatu program dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas, sehingga menjadi dasar untuk menerapakan apa yang diperolehnya. Sebagaimana yang dikemukakan Soekartawi (2002) lamanya pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Menurut Rogers (1983) pendidikan yang tinggi akan relatif lebih cepat dalam menerima inovasi. Azahari (1988) menjelaskan bahwa pendidikan akan mempengaruhi perubahan perilaku, pengetahuan, sikap dan keterampilannya, sehingga seseorang akan memiliki cara pandang yang lebih luas, pengetahuan teknis yang baik dan mampu berkomunikasi dengan baik. Sementara Sutarto (2008) menyatakan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara berfikir yang diterapkan pada usahanya yaitu dalam rasionalisasi usaha dan kemampuan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada.
Partisipasi petani dalam suatu kegiatan dapat dipengaruhi oleh pengalaman berusahatani. Pengalaman berusahatani akan mempengaruhi petani dalam mengambil sebuah keputusan. Menurut Soekartawi (2002) semakin lama seseorang mengelola usahataninya, semakin rasional dalam mengambil keputusan sehingga dalam berusahatani akan semakin berhasil. Pengalaman yang dimiliki petani juga membantu dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam kegiatan usahataninya. Sumatri et al. (2004) menjelaskan pengalaman berusahatani akan membantu para petani dalam pengambilan keputusan untuk berusaha tani. Pengalaman yang semakin lama yang dimiliki seseorang cenderung memiliki keterampilan yang tinggi, sehingga akan
12
mendukung keberhasilan dalam berusahatani. Lebih lanjut Slamet (2003) mengemukakan seseorang akan cenderung menerima suatu inovasi apabila inovasi tersebut berkaitan dengan pengalaman masa lalunya, hal tersebut karena inovasi tersebut tidak terlalu asing baginya.
Menurut Sitorus (2009) kosmopolitan diartikan sebagai sikap keterbukaan terhadap ide, gagasan, pengetahuan, informasi yang datang dari luar suatu sistem sosial. Sifat ini terbentuk karena adanya akomodasi dan adaptasi terhadap ide, gagasan atau informasi yang berasal dari luar. Sejumlah atribut yang membedakan dengan orang lain yaitu memiliki status sosial dan partisipasi yang tinggi, sering melakukan interaksi dengan pihak luar, banyak menggunakan media massa dan mempunyai hubungan dengan pihak lain diluar komunitasnya (Farid 2008). Sementara itu, Mardikanto (1993) mencirikan kosmopolitan oleh frekuensi dan jarak perjalanan yang dilakukan serta dapat memanfaatkan media massa untuk mencari informasi. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi petani untuk melaksanakan suatu sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang melekat pada dirinya sendiri.
3.3.2 Kemampuan Petani
Menurut Slamet (2003) setidaknya diperlukan tiga syarat untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat yaitu adanya kemauan, kemampuan, dan kesempatan untuk berpartisipasi. Kemauan untuk berpartisipasi dapat muncul oleh adanya dorongan dari diri senidiri maupun dorongan dari luar.
Kemauan untuk berpartisipasi belum menjamin terhadap partisipasi jika masyarakat tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk berpartisipasi dalam pembangungunan. Menurut Robbins et al. (2014) kemampuan sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir atau hasil pelatihan atau praktik yang digunakan untuk mengerjakan berbagai tugas melalui suatu tindakan. Suprayitno et al. (2011) menyatakan kemampuan merupakan daya yang melekat pada pribadi seseorang sebagai pelaku utama dalam mengelola sumberdaya alam untuk menetapkan tujuan usahatani. Suatu kegiatan yang melibatkan masyarakat memerlukan kemampuan tertentu dalam pelaksanaannya. Tanpa adanya kemampuan maka suatu pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan begitupun dengan partisipasi. Partisipasi petani dalam program UPSUS jagung tidak akan tercapai apabila petani tidak memiliki kemampuan yang memadai.
Kemampuan petani yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi kemampuan teknis dan kemampuan sosial.
Menurut Suprayitno et al. (2011) kemampuan teknis merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan, metode teknik dan peralatan untuk melaksanakan tugas. Meningkatnya kemampuan teknis seseorang akan nampak pada individu yang berani menanggung resiko dan memiliki tanggungjawab. Berdasarkan pengertian tersebut maka kemampuan teknis petani dalam program UPSUS jagung yaitu berkaitan dengan kemampuan dalam teknis budidaya jagung. Kemampuan tersebut diperlukan petani untuk melaksanakan kegitan usahatani jagung, sehingga dapat menjadi pendorong bagi petani agar perpartisipasi dalam program tersebut.
13
Menurut Suprayitno et al. (2011) kemampuan sosial merupakan kemampuan petani untuk membangun hubungan baik di dalam kelompoknya maupun dengan pihak luar. Petani yang memiliki kemampuan sosial tinggi akan mampu memperoleh berbagai informasi seperti akses permodalan, pemasaran, teknologi dan ilmu pengetahuan. Dalam kegiatan usahatani, petani tidak mampu memecahkan seluruh permasalahan sehingga perlu kerjasama dengan pihak lain. Kemampuan untuk menjalin kerjasama tersebut untuk memecahkan permasalahan tersebut disebut dengan kemampuan sosial.
3.3.3 Kesempatan
Adanya kemampuan juga belum cukup, jika masyarakat tidak diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Tersedianya kesempatan akan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi. Menurut Slamet (2003) kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat akan menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi dalam suatu program.
Beberapa kesempatan tersebut antara lain kesempatan memperoleh informasi pembangunan, kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya alam dan manusia dalam pembangunan, kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi yang tepat termasuk peralatan atau perlengkapan penunjangnya. Faktor kesempatan yang akan dikaji dalam penelitian ini ialah dukungan pasar, dukungan pemerintah dan ketersediaan informasi.
Dukungan pasar dapat menjadi kesempatan yang dapat memitivasi petani untuk berpartisipasi dalam program UPSUS jagung. Menurut Mosher (1978) pasar merupakan salah satu syarat penting dalam pembangunan sektor pertanian. Adanya pasar maka petani mudah meningkatkan produksi usahatani, mencipatkan sistem usaha yang menguntungkan dan memperlancar penyaluran dan penjualan produk. Menurut Mardikanto (1993) proses pemasaran yang baik dapat dirangsang melalui pemasaran produk, tersedianya informasi tentang prospek pemasaran produk, jumlah produk serta kualitas, jumlah dan waktu tersedianya oleh konsumen. Dukungan pasar juga mencakup kepastian harga. Baharsjah dalam Zakaria (2013) menambahkan untuk menjamin keberhasilan usahatani perlu diberikan diberikan insentif jaminan harga dasar yang didukung kegiatan penyuluhan serta pengembangan infrastruktur fisik dan kelembagaan.
Pemerintah dalam program UPSUS jagung memberikan bantuan kepada petani berupa sarana produksi yaitu benih dan pupuk. Pada hakekatnya bantuan tersebut merupakan rangsangan kepada petani agar dapat melakasanakan usahatani jagung. Hal ini merupakan kesempatan bagi petani untuk berpartisipasi terhadap program tersebut.
Ketersediaan informasi sangat penting dalam proses pembangunan pertanian. Informasi merupakan faktor penting dalam pengelolaan usahatani dari mulai proses produksi hingga pemasaran hasil pertanian. Menurut Ruben (1988) informasi sangat penting dalam membangun hubungan antar manusia dan melakukan interaksi dalam kehidupan bermasyarakat karena informasi merupakan faktor penting dalam mendukung pembangunan sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan proses pelayanan kepada masyarakat.
Ketersediaan informasi dapat menjadi kesempatan petani untuk berpartisipasi dalam suatu program. Informasi dapat digunakan petani untuk meningkatkan
14
produktivitas dan pengembangan pertanian. Soekartawi (2002) menjelaskan bahwa sumber informasi berpengaruh terhadap proses adopsi inovasi, khususnya dibidang pertanian. Berdasarkan hasil studi literatur ditas bahwa partisipasi petani dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia, pendidikan, pengalaman berusahatani, tingkat kosmopolitan, kemampuan teknis, kemampuan sosial, dukungan pasar, dukungan pemerintah dan ketersediaan informasi. Hal ini menjadi landasan teori untuk mengatahui apakah faktor-faktor tersebut mempengaruhi partisipasi petani dalam program UPSUS jagung.
3.4 Program Upaya Khusus (UPSUS)
Program UPSUS merupakan program Kementrian Pertanian yang bertujuan mencapai swasembada pangan berkelanjutan pada komoditas padi, jagung dan kedelai (pajale). Program UPSUS diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No 03/Permentan/OT.140/ 2/2015. Program tersebut merupakan awal pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2015-2019 sekaligus sebagai kerangka dasar program dan dukungan terhadap Nawacita bidang kedaulatan pangan (Balitbangtan 2016). Kedaulatan pangan diterjemahkan sebagai bentuk kemampuan bangsa dalam hal, yaitu (1) mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, (2) mengatur kebijakan pangan secara mandiri, serta (3) melindungi dan mensejahterakan petani sebagai pelaku utama pertanian pangan. Kedaulatan pangan tersebut dimulai dari swasembada pangan yang secara bertahap diikuti dengan peningkatan nilai tambah usaha pertanian untuk mensejahterakan petani (Kementan 2015).
Secara umum upaya pemerintah untuk mempercepat peningkatan produksi melalui program UPSUS diantaranya yaitu perbaikan dan pengembangan jaringan irigasi tersier, perbaikan penyediaan benih unggul bermutu dan penyediaan pupuk, melakukan modernisasi alat dan mesin pertanian, dan menjalin kemitraan dengan stakeholder untuk penguatan modal dan pemasaran hasil. Selain itu pemerintah juga melibatkan berbagai unsur yakni penyuluh pertanian, mahasiswa/alumni Perguruan Tinggi, TNI sebagai fasilitator petani dalam melaksanakan program tersebut melalui koordinasi petugas lapangan di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) pada masing-masing Kecamatan. Bentuk koordinasi tersebut diantaranya pengawalan dan pengamanan penyaluran benih, pupuk dan alsintan kepada kelompok tani penerima manfaat, pengalaman gerakan perbaikan jaringan irigasi, pendampingan penerapan teknologi peningkatan produksi, dan menyusunan laporan kegiatan.
Pada komoditas jagung pemerintah menargetkan peningkatan produktivitas jagung minimal 5 ton per hektar. Melalui program UPSUS pada komoditas jagung bantuan yang disalurkan berupa benih jagung hibrida sebanyak 15 kg per hektar serta bantuan pupuk urea subsida sebanyak 50 kg per hektar. Benih diberikan kepada kelompok tani dilaksanakan dengan berupa barang, sedangkan bantuan pupuk urea, organik insektisida diberikan dengan cara transfer uang kepada kelompok penerima manfaat (Kementan 2018). Upaya peningkatan produksi tersebut diimplementasikan ke dalam dua kegiatan yaitu Perluasan Areal Tanam (PAT) dan Peningkatan Indeks Pertanaman (PIP). PAT jagung adalah perluasan areal tanam jagung pada lahan yang sebelumnya tidak pernah ditanami jagung, sedangkan PIP dilakukan pada lahan yang sebelumnya ditanami jagung tetapi
15
kemudian tidak ditanami lagi, seperti pada lahan sawah beririgasi, sawah tadah hujan, lahan rawa pasang surut dan rawa lebak, lahan kering dan lahan perhutani.
3.5 Kerangka Pemikiran Operasional
Partisipasi merupakan aspek penting dalam keberlanjutan suatu program.
Dalam sektor pertanian, salah satu komponen untuk mencapai keberhasilan program ialah adanya partisipasi petani, hal tersebut dikarenakan petani merupakan pelaku utama dalam pengelolaan usahatani. Tingkat partisipasi petani dapat menjadi kunci keberhasilan dalam peningkatan produksi. Salah satu partisipasi petani yang diharapkan pada program pertanian ialah partisipasi terhadap program Upaya Khusus (UPSUS), salah satunya terhadap komoditas jagung. Program ini dilaksanakan sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan demi tercapainya swasembada pangan. Program UPSUS dilaksanakan secara nasional, salah satunya berada di Kabupaten Pandeglang.
Adanya program ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai arah pengembangan komoditas jagung sebagai bahan baku industri pengolahan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Pada program tersebut, petani diharapkan dapat berpartisipasi baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil program. Setidaknya terdapat beberapa alasan pentingnya partisipasi petani dalam program UPSUS jagung yaitu: (1) partisipasi petani memiliki peranan penting terhadap peningkatan produksi maupun produktivitas hasil pertanian, (2) menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap program yang dilaksanakan, (3) sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya masyarakat setempat, (4) tidak menciptakan ketergantungan, dan (5) pelaksanaan program dapat berkelanjutan.
Fokus penelitian ini adalah melihat tingkat partisipasi petani dalam program UPSUS jagung dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi partisipasi petani ialah karakteristik petani, kemampuan petani dan faktor kesempatan. Karakteristik petani yang akan diteliti dan dikaji pada penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani dan kekosmopolitan. Sedangkan faktor kemampuan petani terdiri dari kemampuan teknis serta kemampuan sosial. Sementara itu faktor kesempatan meliputi dukungan pasar, dukungan pemerintah dan ketersediaan informasi. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan kepada pemerintah dalam pengambilan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi petani terhadap program UPSUS jagung. adapun kerangka operasional penelitian ini disajikan pada Gambar 4.
16
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian 3.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Hipotesis 1: Karakteristik petani mempengaruhi partisipasi petani dalam program UPSUS jagung
Hipoteisis 2: Kemampuan petani mempengaruhi partisipasi petani dalam program UPSUS jagung
Hipoteisis 3: Kesempatan mempengaruhi partisipasi petani dalam program UPSUS jagung
Program UPSUS jagung
Peningkatan produksi dan kesejahteraan petani Keberhasilan program UPSUS jagung dipengaruhi
oleh partisipasi petani
Saran terhadap program UPSUS jagung Karakteristik petani
1. Usia
2. Tingkat Pendidikan 3. Pengalaman berusahatani 4. kekosmopolitan
Kemampuan petani 1. Kemampuan teknis 2. Kemampuan sosial
Kesempatan 1. Dukungan pasar 2. Dukungan pemerintah 3. Ketersediaan informasi
Partisipasi petani 1. Tahap perencanaan 2. Tahap pelaksanaan 3. Tahap pemanfaatan hasil
17
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Pandeglang. Pemilihan lokasi ditentukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut memiliki luas areal tertinggi pada program UPSUS jagung di Provinsi Banten. Wilayah penelitian ditentukan berdasarkan sentra jagung pada program UPSUS. Dari penentuan lokasi tersebut maka terpilih 2 (dua) kecamatan yaitu kecamatan Cibaliung dan Sobang. Kedua kecamatan tersebut memilki areal tanam jagung terluas di Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2019.
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini yaitu petani yang mengikuti program UPSUS jagung yang berada di Kecamatan Cibaliung dan Kecamatan Sobang. Penarikan sampel dilakukan secara bertahap (multistage sampling). Berdasarkan data dari Badan Penyuluhan Pertanian, petani yang terdata dalam program UPSUS komoditas jagung berjumlah 1.500 orang yang terdiri dari 6 Desa di Kecamatan Cibaliung dan 5 Desa di Kecamatan Sobang. Sampel yang dipilih pada penelitian ini merupakan bagian dari populasi petani di lokasi penelitian. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin (Mun’im 2012) sebagai berikut:
𝑛 = 𝑁
𝑁. 𝑑2+ 𝐼 Keterangan:
n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi.
d2 = Presisi, dalam penelitian sosial ekonomi ditetapkan 0.1
Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Slovin maka diperoleh ukuran sampel penelitian sebanyak 94 orang. Jumlah sampel minimal untuk analisis SEM-PLS adalah 30 orang dan mensyaratkan maksimal 100 orang (Sholihin dan Ratmono 2011). Berdasarkan hal tersebut maka sampel penelitian sebanyak 94 orang telah memenuhi syarat untuk analisis SEM Partial Least Square (SEM-PLS) dengan menggunakan program SmartPls 3.0.
Kemudian jumlah sampel pada masing-masing desa ditentukan secara proporsi pada masing-masing desa dengan mengacu pada rumus (Nasir 2009).
ni=Ni N. n Keterangan:
ni = jumlah sampel dalam stratum n = jumlah sampel seluruhnya Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya
18
Berdasarkan rumus alokasi proporsional tersebut maka sebaran jumlah petani yang dijadikan sampel disajikan pada Tabel 1. Teknik pengambilan sampel digunakan metode random sampling yaitu memberikan peluang yang sama kepada setiap pengurus dan anggota untuk menjadi sampel. Berdasarkan hasil perhitungan maka jumlah responden di kecamatan Cibaliung sebanyak 48 responden dan di kecamatan Sobang sebanyak 46 responden.
Tabel 1. Sebaran sampel penelitian
Kecamatan Desa Populasi (Orang) Sampel (Orang)
Cibaliung Mahendra 150 9
Cibaliung 150 9
Cihanjuang 125 8
Curug 150 9
Cibingbin 50 4
Sorongan 150 9
Sobang Kertaraharja 175 11
Teluk Lada 175 11
Bojen Wetan 150 9
Sobang 50 4
Bojen 175 11
Jumlah 1.500 94
Sumber: BPP Cibaliung dan Sobang (2019)
4.3 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung terhadap responden terpilih dengan menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan sistematis yang dikembangkan yang disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Indikator parameter diukur dengan menggunakan skala Likert 5 poin. Data primer dalam penelitian ini terdiri dari karakteristik petani, kemampuan petani, kesempatan yang diperoleh petani dan tingkat partisipasi petani dalam program UPSUS jagung.
Data sekunder digunakan sebagai pendukung penelitian yang sedang dilakukan. Data tersebut meliputi data produksi jagung, luas panen, data kependudukan dan tenaga kerja, data geografis serta data pendukung lainnya yang telah dipublikasikan oleh pihak tertentu baik berupa laporan cetak maupun dari elektronik yang sesuai dengan topik penelitian. Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Pandeglang, Badan Pusat Statistik (BPS) serta Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), buku-buku, jurnal disertasi, tesis, internet dan literatur lainnya yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
19
Tabel 2. Jenis dan sumber data penelitian
No Tujuan Jenis Data Sumber Data Metode
Analisis 1 Mendeskripsikan kondisi
wilayah Kabupaten Pandeglang
Data Sekunder Bada Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian Kab.
Pandeglang, Balai Penyuluhan Pertanian
Deskriptif
2 Mendeskripsikan karakteristik petani, kemampuan petani dan kesempatan petani dalam program UPSUS jagung.
Data Primer Hasil wawancara Deskriptif
3 Mengdeskripsikan tingkat partisipasi petani dalam program UPSUS jagung
Data Primer Hasil wawancara Deskriptif
4 Menganlisis pengaruh karakteristik petani,
kemampuan petani dan faktor kesempatan terhadap tingkat partisipasi petani dalam program UPSUS jagung
Data Primer Hasil wawancara Partial Least Square (PLS)
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian untuk mendapatkan data dan informasi. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini ialah kuesioner. Kuesioner adalah seperangkat pertanyaan terstruktur yang disusun untuk memperoleh data sesuai dengan kebutuhan penelitian. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah variabel karakteristik petani, kemampuan petani, kesempatan dan tingkat partisipasi petani dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert. Menurut Sugiyono (2012) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial. Skala Likert merupakan skala dengan beberapa tingkat jawaban mengenai kesetujuan responden terhadap pernyataan atau pertanyaan yang dikemukakan sesuai opsi jawaban yang disediakan. Jawaban responden merupakan tingkat persetujuan suatu pernyataan bersifat non- comparative dan satu dimensional (mengukur satu karakteristik dari objek penelitian. Dengan skala Likert maka variabel yang diukur dan dijabarkan dalam indikator-indikator yang kemudian indikator tersebut dijadikan item instrumen berupa pernyataan. Masing-masing pernyataan diklasifikasikan menjadi lima kategori yang diberi skor 1 sampai 5. Adapun penilaian instrumen disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kategori jawaban instrumen penelitian
No Jawaban Skor
1 Sangat tidak setuju (STS) 1
2 Tidak setuju (TS) 2
3 Kurang setuju (KS) 3
4 Setuju (S) 4
5 Sangat setuju (SS) 5
Sumber: Sugiyono (2012)