DAFTAR TABEL
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Petani
Partisipasi aktif petani merupakan hal yang sangat diperlukan untuk tercapainya tujuan pembangunan pertanian. Partisipasi tidak hanya bagaimana petani terlibat dalam suatu kegiatan, tetapi juga mereka terlibat dalam merancang suatu kegiatan dan memiliki kesempatan untuk mempengaruhi keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu kegiatan. Menurut Zakaria (2010) faktor yang mempengaruhi partisipasi petani dalam kegiatan usahatani yaitu secara ekonomi usahatani tersebut menguntungkan dan secara sosial juga dapat diterima.
Keputusan petani untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang diduga mempengaruhi partisipasi petani dalam program UPSUS jagung meliputi karakteristik petani, kemampuan petani dan faktor kesempatan.
11
3.3.1 Karakteristik Petani
Terdapat karakteristik yang dimiliki individu yang berhubungan dengan tingkat partisipasi seseorang (Slamet 1994). Menurut Sutarto (2008) karakteristik individu adalah ciri-ciri khusus yang dimiliki petani berkaitan dengan sosial ekonominya. Karakteristik individu tersebut diantaranya usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama menjadi anggota masyarakat, kepemilikan lahan, pendapatan dan keterlibatan dalam kegiatan pembangunan. Karakteristik petani yang dikaji dalam penelitian ini yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani dan tingkat cosmopolitan.
Menurut Soekartawi (2002) usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
Usia seseorang akan berkaitan dengan kemampuan kerjanya. Usia yang lebih tua memiliki kemampuan yang mudah lelah, sedangkan petani muda memiliki sifat progresif terhadap inovasi baru dan relatif lebih kuat. Semakin tua usia seseorang maka penerimaan terhadap hal-hal baru semakin rendah karena selalu cenderung bertahan dengan nilai lama sehingga sulit menerima hal baru. Slamet (1994) menjelaskan terdapat hubungan antara usia seseorang dalam keanggotaan suatu kelompok. Selain itu beberapa fakta mengindikasikan bahwa usia berpengaruh pada keaktifan seseorang untuk berperan serta dalam suatu kegiatan. Sementara Siagian (1995) mengungkapkan usia berkaitan dengan tingkat kedewasaan teknis dan psikologis. Semakin tua usia makan akan semakin terampil dalam melaksanakan tugas dan tingkat tingkat kesalahannya semakin kecil dalam melakukan pekerjaan.
Keputusan petani untuk berpartisipasi dalam suatu program dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas, sehingga menjadi dasar untuk menerapakan apa yang diperolehnya. Sebagaimana yang dikemukakan Soekartawi (2002) lamanya pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Menurut Rogers (1983) pendidikan yang tinggi akan relatif lebih cepat dalam menerima inovasi. Azahari (1988) menjelaskan bahwa pendidikan akan mempengaruhi perubahan perilaku, pengetahuan, sikap dan keterampilannya, sehingga seseorang akan memiliki cara pandang yang lebih luas, pengetahuan teknis yang baik dan mampu berkomunikasi dengan baik. Sementara Sutarto (2008) menyatakan bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara berfikir yang diterapkan pada usahanya yaitu dalam rasionalisasi usaha dan kemampuan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada.
Partisipasi petani dalam suatu kegiatan dapat dipengaruhi oleh pengalaman berusahatani. Pengalaman berusahatani akan mempengaruhi petani dalam mengambil sebuah keputusan. Menurut Soekartawi (2002) semakin lama seseorang mengelola usahataninya, semakin rasional dalam mengambil keputusan sehingga dalam berusahatani akan semakin berhasil. Pengalaman yang dimiliki petani juga membantu dalam pemecahan masalah yang dihadapi dalam kegiatan usahataninya. Sumatri et al. (2004) menjelaskan pengalaman berusahatani akan membantu para petani dalam pengambilan keputusan untuk berusaha tani. Pengalaman yang semakin lama yang dimiliki seseorang cenderung memiliki keterampilan yang tinggi, sehingga akan
12
mendukung keberhasilan dalam berusahatani. Lebih lanjut Slamet (2003) mengemukakan seseorang akan cenderung menerima suatu inovasi apabila inovasi tersebut berkaitan dengan pengalaman masa lalunya, hal tersebut karena inovasi tersebut tidak terlalu asing baginya.
Menurut Sitorus (2009) kosmopolitan diartikan sebagai sikap keterbukaan terhadap ide, gagasan, pengetahuan, informasi yang datang dari luar suatu sistem sosial. Sifat ini terbentuk karena adanya akomodasi dan adaptasi terhadap ide, gagasan atau informasi yang berasal dari luar. Sejumlah atribut yang membedakan dengan orang lain yaitu memiliki status sosial dan partisipasi yang tinggi, sering melakukan interaksi dengan pihak luar, banyak menggunakan media massa dan mempunyai hubungan dengan pihak lain diluar komunitasnya (Farid 2008). Sementara itu, Mardikanto (1993) mencirikan kosmopolitan oleh frekuensi dan jarak perjalanan yang dilakukan serta dapat memanfaatkan media massa untuk mencari informasi. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi petani untuk melaksanakan suatu sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang melekat pada dirinya sendiri.
3.3.2 Kemampuan Petani
Menurut Slamet (2003) setidaknya diperlukan tiga syarat untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat yaitu adanya kemauan, kemampuan, dan kesempatan untuk berpartisipasi. Kemauan untuk berpartisipasi dapat muncul oleh adanya dorongan dari diri senidiri maupun dorongan dari luar.
Kemauan untuk berpartisipasi belum menjamin terhadap partisipasi jika masyarakat tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk berpartisipasi dalam pembangungunan. Menurut Robbins et al. (2014) kemampuan sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir atau hasil pelatihan atau praktik yang digunakan untuk mengerjakan berbagai tugas melalui suatu tindakan. Suprayitno et al. (2011) menyatakan kemampuan merupakan daya yang melekat pada pribadi seseorang sebagai pelaku utama dalam mengelola sumberdaya alam untuk menetapkan tujuan usahatani. Suatu kegiatan yang melibatkan masyarakat memerlukan kemampuan tertentu dalam pelaksanaannya. Tanpa adanya kemampuan maka suatu pekerjaan tidak dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan begitupun dengan partisipasi. Partisipasi petani dalam program UPSUS jagung tidak akan tercapai apabila petani tidak memiliki kemampuan yang memadai.
Kemampuan petani yang akan dikaji dalam penelitian ini meliputi kemampuan teknis dan kemampuan sosial.
Menurut Suprayitno et al. (2011) kemampuan teknis merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan, metode teknik dan peralatan untuk melaksanakan tugas. Meningkatnya kemampuan teknis seseorang akan nampak pada individu yang berani menanggung resiko dan memiliki tanggungjawab. Berdasarkan pengertian tersebut maka kemampuan teknis petani dalam program UPSUS jagung yaitu berkaitan dengan kemampuan dalam teknis budidaya jagung. Kemampuan tersebut diperlukan petani untuk melaksanakan kegitan usahatani jagung, sehingga dapat menjadi pendorong bagi petani agar perpartisipasi dalam program tersebut.
13
Menurut Suprayitno et al. (2011) kemampuan sosial merupakan kemampuan petani untuk membangun hubungan baik di dalam kelompoknya maupun dengan pihak luar. Petani yang memiliki kemampuan sosial tinggi akan mampu memperoleh berbagai informasi seperti akses permodalan, pemasaran, teknologi dan ilmu pengetahuan. Dalam kegiatan usahatani, petani tidak mampu memecahkan seluruh permasalahan sehingga perlu kerjasama dengan pihak lain. Kemampuan untuk menjalin kerjasama tersebut untuk memecahkan permasalahan tersebut disebut dengan kemampuan sosial.
3.3.3 Kesempatan
Adanya kemampuan juga belum cukup, jika masyarakat tidak diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Tersedianya kesempatan akan mendorong masyarakat untuk berpartisipasi. Menurut Slamet (2003) kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat akan menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi dalam suatu program.
Beberapa kesempatan tersebut antara lain kesempatan memperoleh informasi pembangunan, kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya alam dan manusia dalam pembangunan, kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi yang tepat termasuk peralatan atau perlengkapan penunjangnya. Faktor kesempatan yang akan dikaji dalam penelitian ini ialah dukungan pasar, dukungan pemerintah dan ketersediaan informasi.
Dukungan pasar dapat menjadi kesempatan yang dapat memitivasi petani untuk berpartisipasi dalam program UPSUS jagung. Menurut Mosher (1978) pasar merupakan salah satu syarat penting dalam pembangunan sektor pertanian. Adanya pasar maka petani mudah meningkatkan produksi usahatani, mencipatkan sistem usaha yang menguntungkan dan memperlancar penyaluran dan penjualan produk. Menurut Mardikanto (1993) proses pemasaran yang baik dapat dirangsang melalui pemasaran produk, tersedianya informasi tentang prospek pemasaran produk, jumlah produk serta kualitas, jumlah dan waktu tersedianya oleh konsumen. Dukungan pasar juga mencakup kepastian harga. Baharsjah dalam Zakaria (2013) menambahkan untuk menjamin keberhasilan usahatani perlu diberikan diberikan insentif jaminan harga dasar yang didukung kegiatan penyuluhan serta pengembangan infrastruktur fisik dan kelembagaan.
Pemerintah dalam program UPSUS jagung memberikan bantuan kepada petani berupa sarana produksi yaitu benih dan pupuk. Pada hakekatnya bantuan tersebut merupakan rangsangan kepada petani agar dapat melakasanakan usahatani jagung. Hal ini merupakan kesempatan bagi petani untuk berpartisipasi terhadap program tersebut.
Ketersediaan informasi sangat penting dalam proses pembangunan pertanian. Informasi merupakan faktor penting dalam pengelolaan usahatani dari mulai proses produksi hingga pemasaran hasil pertanian. Menurut Ruben (1988) informasi sangat penting dalam membangun hubungan antar manusia dan melakukan interaksi dalam kehidupan bermasyarakat karena informasi merupakan faktor penting dalam mendukung pembangunan sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan proses pelayanan kepada masyarakat.
Ketersediaan informasi dapat menjadi kesempatan petani untuk berpartisipasi dalam suatu program. Informasi dapat digunakan petani untuk meningkatkan
14
produktivitas dan pengembangan pertanian. Soekartawi (2002) menjelaskan bahwa sumber informasi berpengaruh terhadap proses adopsi inovasi, khususnya dibidang pertanian. Berdasarkan hasil studi literatur ditas bahwa partisipasi petani dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia, pendidikan, pengalaman berusahatani, tingkat kosmopolitan, kemampuan teknis, kemampuan sosial, dukungan pasar, dukungan pemerintah dan ketersediaan informasi. Hal ini menjadi landasan teori untuk mengatahui apakah faktor-faktor tersebut mempengaruhi partisipasi petani dalam program UPSUS jagung.