• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak

Usaha peternakan sapi potong tidak hanya didukung oleh aspek teknis ataupun aspek ekonomi. Aspek karakteristik peternak dapat mendukung budiaya atau usaha peternakan sapi potong. Salah satu contoh karakteristik yang mendukung seperti tingkat pendidikan, karena tingkat pendidikan dapat menentukan pengetahuan peternak akan pengetahuan budidaya peternakan sapi potong. Secara umum beberapa karakteristik peternak dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik Peternak Sapi Potong di Kecamatan Agrabinta

No Uraian Desa-desa Kec

DSL DBJ DTS DWS DMS DSM ....………Persentase (%)……….. 1 umur (tahun) 18–35 tahun 10 60 9,1 20 20 0 22,65 36–55 tahun 90 20 63,63 70 70 0 60,37 56–62 tahun 0 20 27,27 10 10 100 16,98 2 Pendidikan formal

Tidak sekolah/tidak tamat

sekolah 0 0 0 10 0 0 1,9

SD/Sederajat 90 80 100 90 90 100 90,5

SLTP/Sederajat 0 10 0 0 10 0 3,8

SMU/Sederajat 0 10 0 0 0 0 1,9

D3/S0 10 0 0 0 0 0 1,9

3 Pendidikan non formal

Pernah 30 50 63, 6 40 90 0 47,2

Tidak pernah 70 50 34, 6 60 10 100 52,8

4 Mata pencaharian utama

Petani 70 100 81, 8 90 90 100 86,7

Buruh tani/buruh PTPN

VIII 20 0 0 10 10 0 7,6

PNS/pegawai desa 10 0 18, 2 0 0 0 5,7

Jumlah responden peternak (n) 10 10 11 10 10 2 53

Keterangan : DSL (desa Sinarlaut), DBJ (desa Bojongkaso), DTS (desa Tanjungsari),

DWS (desa Wanasari), DMS (desa Mekarsari), DSK (desa Sukamanah), Kec (Kecamatan Agrabinta)

Tabel 5. Karakteristik Peternak Sapi Potong di Kecamatan Agrabinta (Lanjutan)

No Uraian Desa-desa Kec DSL DBJ DTS DWS DMS DSM

....………Persentase (%)………..

5 Mata pencaharian sambilan Tidak memiliki pekerjaan

sambilan 60 0 54, 8 20 10 100 32 Wiraswasta/pedagang 10 10 18, 2 30 40 0 20,7 Sektor jasa (ojeg, pnybr

perahu) 10 60 0 10 10 0 16,9

Tani/ternak 10 20 9 10 30 0 15,2 Buruh tani/ternak 10 10 9 0 10 0 7,6

Kader IB 0 0 9 20 0 0 5,7 Nelayan 0 0 0 10 0 0 1,9 6 Jumlah tanggungan keluarga

(jiwa)

1–3 jiwa 20 20 36,36 40 20 50 28,30 4–6 jiwa 80 80 36,36 50 70 50 62,26 7–9 jiwa 0 0 27,28 10 10 0 9,44 7 Pengelaman beternak (tahun)

1–11 tahun 60 50 90,9 70 30 100 62,26 12–20 tahun 0 30 9,1 30 50 0 22,64 21–30 tahun 40 20 0 0 20 0 15,1 Jumlah responden peternak (n) 10 10 11 10 10 2 53 Keterangan : DSL (desa Sinarlaut), DBJ (desa Bojongkaso), DTS (desa Tanjungsari),

DWS (desa Wanasari), DMS (desa Mekarsari), DSK (desa Sukamanah), Kec (Kecamatan Agrabinta)

Dari segi pendidikan formal 90,5% peternak berpendidikan Sekolah Dasar (SD), 3,8% berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), sisanya masing-masing 1,9% adalah tidak bersekolah, berpendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU), berpendidikan setingkat Diploma (D3/S0). Salah satu kegiatan yang dilakukan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Cianjur adalah adanya program bantuan langsung berupa bantuan sapi potong. Kriteria yang ada tidak mengharuskan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi berdasarkan pengalaman dalam budidaya ternak sapi potong serta kejujuran dari peternak, karena sapi bantuan yang diberikan berdasarkan asas bagi hasil.

Sebagian besar mata pencaharian utama adalah 86,7% sebagai petani. Mata pencaharian lainnya yaitu 7,6% sebagai buruh tani/ternak serta buruh PTPN VIII Kebun Agrabinta, 5,7% bermata pencaharian PNS/pegawai desa. Hal ini menunjukan bahwa usaha ternak sapi potong mulai diminati oleh berbagai macam lapisan, karena ternak sapi potong dianggap dapat memberikan penambahan penghasilan, disela waktu kosong banyak petani/ternak menambah penghasilannya dengan melakukan pekerjaan sambilan, hal ini dilakukan untuk menambah pendapatan keluarga. Diantara pekerjaan sambilan, yaitu 20,7% melakukan wiraswasta/pedagang.

Pemilikan Ternak Sapi Potong

Rata-rata skala pemilikan ternak sapi potong dalam setiap desanya disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengelompokan Peternak Sapi Potong di Kecamatan Agrabinta Uraian Desa-desa Kec

DSL DBJ DTS DWS DMS DSK ....………Persentase (%)……….. 1. Kepemilikan ternak sapi potong Skala I : 1-3 ekor 50 70 45,4 60 30 0 49,06 Skala II : 4-6 ekor 30 20 45,4 40 60 0 37,73 Skala III : 7-10 ekor 20 10 9,2 0 10 100 13,21 2. Alasan beternak

Tabungan 20 0 0 10 0 0 7,5 Profit 40 80 81,8 60 30 0 56,6 Hobi 20 10 18,2 30 10 0 9,5 Penunjang usaha tani 20 10 0 0 60 100 26,4 3. Riwayat pemilikan

ternak

Ternak milik sendiri 70 60 45,6 60 60 100 54,7 Bantuan pemerintah 0 0 27,2 0 0 0 20,8 Maro/bagi hasil 30 30 27,2 30 30 0 16,9 Warisan 0 10 0 10 10 0 7,6 Jumlah responden

peternak (n) 10 10 11 10 10 2 53 Keterangan : DSL (desa Sinarlaut), DBJ (desa Bojongkaso), DTS (desa Tanjungsari),

DWS (desa Wanasari), DMS (desa Mekarsari), DSK (desa Sukamanah), Kec (Kecamatan Agrabinta)

Skala I dapat dilihat pada desa Sinarlaut, desa Bojongkaso, desa Tanjungsari, desa Wanasari sebanyak 50% dari skala kepemilikan ternak yang ada. Desa

Mekarsari sebagian besar berada skala II dengan 60% dari skala kepemilikan yang ada.

Alasan peternak ketika memulai usaha peternakan sapi potong cukup beragam, sebagian besar peternak atau sebanyak 56,6% memiliki alasan untuk memperoleh keuntungan atau penambahan pendapatan dan diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga peternak. Telah tejadi pergeseran alasan beternak sapi potong. Umumnya masyarakat peternak sapi potong digunakan untuk menunjang kegiatan usaha pertanian, seperti digunakan dalam membajak sawah. Berdasarkan pengamatan dan wawancara lisan dengan para peternak dan petugas kesehatan hewan, bahwa pergeseran tersebut diakibatkan nilai jual sapi hasil inseminasi buatan lebih tinggi dibandingkan dengan sapi lokal dewasa, sebagai contoh sapi hasil inseminasi buatan yang dijual pada umur 5 bulan dapat berharga senilai + Rp. 1.500.000. Sedangkan sapi lokal untuk memperoleh harga tersebut maka umur jualnya harus diatas 1 Tahun. Alasan untuk menunjang kegiatan usaha pertanian di Kecamatan Agrabinta sebesar 20,8%. Sedangkan sisanya 7,5% peternak beralasan untuk sebagai tabungan yang digunakan pada saat darurat atau pada masa musim paceklik sebagai modal tambahan. Sedangkan 9,5% peternak memiliki alasan berusaha ternak sapi potong sebagai hobi, yang merupakan kebiasaan telah ada pada masa kecil peternak.

Asal kepemilikan dari ternak sapi yang dimiliki di Kecamatan Agrabinta, sebagian besar peternak atau sebanyak 54,7% merupakan ternak milik sendiri yang dibeli baik antar peternak atau tengkulak. Selanjutnya peternak yang memperoleh bantuan sapi potong dari pemerintah melalui Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Cianjur sebanyak 20,8% peternak. Pemilikan ternak sapi potong yang merupakan dari bagi hasil antar peternak/ maro sebanyak 16,9%, kepemilikan ternak sapi potong dari warisan sebanyak 7,6%.

Aspek Manajemen Teknis Kandang

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa peternak sapi potong sebagian besar peternak atau sebanyak 50,9% tidak membangun sarana perkandangan bagi ternak sapi potongnya. Hal ini terjadi karena berdasarkan budidaya ternak yang masih

tradisional yang beranggapan bahwa dalam usaha sapi potong fungsi kandang tidak dianggap terlalu penting. Sehingga ternak yang dimiliki hanya diikat di padang rumput atau di perkebunan. Pola ini dapat dikategorikan budidaya pemeliharaan dengan semi intensif. Hal ini bila tidak dicermati akan pakan dan kesehatan ternak sapi potong, maka mudah terkena berbagai resiko baik dari segi penyakit dan dari segi keamanan, seperti penyakit yang diakibatkan caplak. Sedangkan 49,1% dari peternak membuat kandang yang relatif sederhana. Tetapi secara pemeliharaan ternak sapi potong, masih tergolong dalam kategori pemeliharaan ternak semi-intensif dimana pada waktu siang hari ternak digembalakan dan menjelang malam ternak dikembalikan pada kandang.

Tabel 7. Keberadaan Kandang Ternak Sapi Potong di Kecamatan Agrabinta Uraian Desa-desa Kec

DSL DBJ DTS DWS DMS DSK ....………Persentase (%)……….. Keberadaan kandang Membangun kandang 10 0 72,8 80 90 0 49,1 Tidak membangun kandang 90 100 27,2 20 10 100 50,9 Jumlah responden peternak (n) 10 10 11 10 10 2 53 Keterangan : DSL (desa Sinarlaut), DBJ (desa Bojongkaso), DTS (desa Tanjungsari),

DWS (desa Wanasari), DMS (desa Mekarsari), DSK (desa Sukamanah), Kec (Kecamatan Agrabinta)

Kandang berfungsi sebagai tempat berteduh atau berlindung dari hujan serta sebagai tempat istirahat yang nyaman. Kandang untuk sapi potong biasa dibuat dari bahan–bahan sederhana dan murah, tetapi harus dibuat dengan konstruksi yang cukup kuat ( Murtidjo, 1990 ).

Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa desa yang mambangun kandang adalah desa-desa yang berdekatan dengan pos kesehatan hewan. Tabel 7. menunjukan desa Tanjungsari 72,8% responden peternak peternak membangun kandang, desa Wanasari sebanyak 80% dan desa Mekarsari sebanyak 90% responden peternak peternak yang membangun kandang. Hal ini memungkinkan mendapat informasi tentang budidaya peternakan lebih cepat. Desa yang lokasinya jauh dari pos kesehatan hewan mengalami hal yag sebaliknya, kondisi ini dikarenakan sumberdaya manusia petugas kesehatan hewan yang kurang. Faktor lain yang membuat kondisi

tersebut dikarenakan kondisi jalan yang menghubungi desa ke pos kesehatan sangat jauh dan apabila kondisi hujan sulit untuk dilalui. Sehingga informasi atau pengetahuan yang diperoleh peternak terhadap budidaya usaha ternak sapi potong.

Tabel 8. Bahan-bahan Membuat Kandang Ternak Sapi Potong di Kecamatan Agrabinta

Uraian Desa-desa Kec DSL DBJ DTS DWS DMS DSK ....………Persentase (%)……….. 1. Bahan atap Genteng 0 0 85,7 75 100 0 84 Rumbia 100 0 14,3 25 0 0 16 2. Bahan lantai Tanah 100 0 100 100 100 0 100 3. Bahan dinding Kayu 100 0 100 100 100 0 100 Jumlah responden peternak (n) 10 10 11 10 10 2 53 Keterangan : DSL (desa Sinarlaut), DBJ (desa Bojongkaso), DTS (desa Tanjungsari),

DWS (desa Wanasari), DMS (desa Mekarsari), DSK (desa Sukamanah), Kec (Kecamatan Agrabinta)

Dengan sebagian besar peternak tidak membangun kandang bagi ternaknya, maka jarak rata-rata antara rumah dengan tempat ternak disimpan relatif jauh yaitu sekitar 228,1 m. Jarak yang tersebut dikarenakan sebagian besar peternak mengikat ternaknya di areal perkebunan. Walaupun ternak berada jauh dari rumah peternak, dilihat dari segi keamanan beresiko tingggi tetapi tidak terjadi tindak pencurian ternak.

Luas kandang yang dibangun bagi peternak yang membangun kandang, luasnya rata-rata 6,2 m2 dengan jumlah ternak perkandang rata-rata 4 ekor. Sedang kan menurut Santosa (2003) bahwa Kandang sapi dapat berupa kandang barak atau kandang individual. Luas kandang barak diperhitungkan tidak boleh kurang dari 2,0 m2/ekor. Hal ini tidak sesuai dengan pandapat Santosa (2003) bahwa kandang sapi dapat berupa kandang barak atau kandang individual. Luas kandang barak diperhitungkan tidak boleh kurang dari 2,0 m2/ekor. Ukuran kandang individual dapat lebih kecil dari kandang barak, yaitu sekitar 1,7 m2/ekor, masing–masing untuk bobot badan sapi sekitar 150 kg. Saluran udara sebaiknya diperhitungkan 5,0–10,0%

dari luas lantai atau 0,4–0,6 m3/ekor.Kandang ternak sapi potong yang ada di Kecamatan Agrabinta terbuat dari bahan-bahan yang sederhana serta tersedia cukup melimpah, Tabel 8 menjelaskan bahan yang digunakan peternak untuk membangun kandangnya

Kandang pada umumnya berada tidak jauh dari rumah peternak, serta dekat dengan daerah pertanian. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2001) bahwa ternak memanfaatkan sisa hasil pertanian, sedangkan pertanian akan memanfaatkan limbah kandang seperti kotoran dan air urin ternak sebagai pupuk.

Pemberian Pakan

Pada Tabel 9. diperlihatkan sebagian besar peternak atau sebanyak 50,9% menggunakan rumput lapang sebagai pakan ternak utama yang diberikan kepada ternak sapi. Rumput merupakan pakan yang ketersediaannya yang cukup melimpah di Kecamatan Agrabinta, dapat ditemukan hampir kawasan wilayah ini baik diareal Perkebunan PTPN VIII, padang rumput, perkebunan rakyat, ladang, dan lain-lainnya. Rumput merupakan pakan yang tidak membebani peternak terhadap biaya pakan atau gratis.

Sebagian peternak atau sebanyak 41,5% ada yang memberikan ragam pakan pada ternak sapi, yaitu dengan menambahkan pola makan dengan konsentrat jenis dedak padi, petani juga menambahkan campuran mineral pada pakan ternaknya. dedak padi diberikan rata-rata satu kali sehari yaitu pada waktu sore hari dengan pemberian dedak padi 1 kg dedak padi/pemberian/ekor, harga dedak padi dianggap cukup mahal berkisar Rp. 700–Rp. 1000 per kg hal ini menyebabkan pemberian dedak padi tidak rutin. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Sugeng (2000) bahwa pakan pokok untuk ternak sapi adalah berupa hijauan makanan ternak dan pakan penguat (konsentrat) sebagai tambahan. Pakan hijauan makanan ternak diberikan dengan jumlah 10% dari berat badan dan pakan konsentrat diberikan minimal 1% dari berat badan.

Dari Tabel 9. dapat dilihat bahwa responden peternak peternak yang dekat dengan pos kesehatan ternak lebih perhatian pada pemberian pakan tambahan atau pakan penguat untuk ternak sapi potongnya. Pengamatan di lokasi penelitian kondisi

tersebut karena para petugas yang gencar merekomendasikan pakan penguat kepada peternak untuk diberikan kepada ternak sapinya.

Tabel 9. Jenis Pakan, Lokasi dan Cara Memperoleh Yang Diberikan Peternak di Kecamatan Agrabinta

Uraian Desa-desa Kec DSL DBJ DTS DWS DMS DSK ....………Persentase (%)……….. 1. Jenis pakan R. Lapang 90 90 45,5 10 10 0 50,9 R. Lapang + R. Unggul 0 0 9 30 0 0 7,6 R Lapang + Konsentrat (Dedak Padi) 10 10 45,5 60 90 100 41,5 2. Cara memperolah pakan

Digembalakan 90 100 54,5 90 10 0 56,6 Diaritkan, digembalakan 10 0 45,5 10 90 100 43,4 3. Lokasi Pakan

PTPN VIII Kebun Agrabinta 10 40 40 10 90 100 54,7 Non PTPN VIII 90 60 60 90 10 0 45,3 Jumlah responden peternak (n) 10 10 11 10 10 2 53 Keterangan : DSL (desa Sinarlaut), DBJ (desa Bojongkaso), DTS (desa Tanjungsari),

DWS (desa Wanasari), DMS (desa Mekarsari), DSK (desa Sukamanah), Kec (Kecamatan Agrabinta)

Sedangkan 7,6% peternak menambahkan rumput unggul jenis rumput gajah dan rumput raja, rumput ini ditanam oleh peternak di sekitar areal perkarangan rumah atau kebun milik sendiri. Pemberian pakan rumput lapang dilakukan dengan menggembalakan ternak oleh 56,6% peternak, sedangkan sisanya 43,4% peternak memberikan pakan pada ternak dengan cara kombinasi antara pakan rumput yang diarit dan digembalakan. Pemberian pakan rumput diarit diberikan pada ternak pada waktu sore hari setelah ternak digembalakan. Waktu penggembalaan ternak rata dilakukan 5 jam/hari, yaitu setelah peternak melakukan kegiatan bertaninya. Umumnya peternak menggembalakan ternak sapinya pada pukul 11.00–17.00 WIB. Pemberian air minum jarang dilakukan oleh peternak, karena ternak sebagian waktunya digembalakan di perkebunan jadi ternak mendapatkan air dari kandungan yang terdapat pada rumput.

Kesehatan

Pengembangan peternakan sapi potong sering terbentur kendala, salah satu kendala adalah pengendalian penyakit. Penyakit yang menyerang ternak sapi potong di Kecamatan Agrabinta cukup beragam, begitupun cara penyembuhannya seperti terlihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Kesehatan Ternak Sapi Potong di Kecamatan Agrabinta

Uraian Desa-desa Kec DSL DBJ DTS DWS DMS DSK

....………Persentase (%)………..

1. Jenis Penyakit

Tidak terserang penyakit 40 0 72,7 40 50 0

Sakit perut/mencret 20 20 18,3 10 10 50 27,3 Cacingan 10 50 0 10 20 50 30,4 Inveksi Tali Pusar 10 10 0 0 0 0 6

Lainnya (Abortus, Keracunan Pestisida, patah tulang, penyakit kulit) 20 20 9 40 20 0 33,3 2.Cara Penyembuhan Diobati sendiri 30 90 33,3 16,7 0 50 46,9 Memanggil petugas Kesehatan hewan 10 0 66,7 66,6 100 50 40,7 Memanggil dukun 0 10 0 0 0 0 3,1 Tidak dilakukan pengobatan 20 0 0 16,7 0 0 9,3 3.Obat yang digunakan

Obat tradisional 50 90 33,3 20 0 50 48,2 Obat ternak 50 10 66,7 80 100 50 51,8 Jumlah responden peternak (n) 10 10 11 10 10 2 53 Keterangan : DSL (desa Sinarlaut), DBJ (desa Bojongkaso), DTS (desa Tanjungsari),

DWS (desa Wanasari), DMS (desa Mekarsari), DSK (desa Sukamanah), Kec (Kecamatan Agrabinta)

Tabel 10. menjelaskan bahwa penyakit yang ternak sapi potong, sebagian besar mengenai pencernaan ternak. Penyakit yang menyerang sistem pencernaan ternak sapi adalah mencret sebanyak 27,3%, cacingan sebanyak 30,4% dan ada kasus yang pernah terjadi bahwa ternak keracunan pestisida. Hal ini terjadi ketika pihak PTPN VIII melakukan penyemprotan pestisida, ternak masuk kedalam area PTPN VIII walaupun telah dilakukan himbauan agar tidak masuk area PTPN VIII saat penyemprotan pestisida sehingga ternak yang masuk mengalami keracunan. Penyakit

lain yang menyerang ternak yaitu abortus, penyakit kulit, patah tulang dan keracunan pestisida.

Dari pengamatan yang dilakukan di lokasi penelitian penanganan kesehatan pada umumnya tidak mendapatkan perhatian yang baik. Hal ini karena sebagian besar ternak yang dimiliki ditempatkan jauh dari tempat tinggal pemilik. Sehingga tidak dapat diketahui kontrol sumber penyakit yang dapat menyerang anak sapi atau pedet serta pemberian kolostrum sebagai anti bodi yang tidak dilakukan. Penyembuhan yang dilakukan peternak terhadap ternaknya dengan berbagai cara. Sebagian besar peternak atau sebanyak 46,9% dalam melakukan pengobatan ternaknya dilakukan dengan sendiri tanpa memanggil petugas kesehatan hewan dengan menggunakan obat tradisional atau obat warung, seperti penyakit mencret peternak biasa memberikan obat warung kamceksan dimana pemberiannya 4 bungkus kamceksan dan harga obat kamceksan tersebut seharga Rp. 500/bungkus. Obat tradisional lain yang sering digunakan oleh peternak dalam pengobatan ternak yang sakit adalah pemberian jamu ternak, bahkan ada kasus yang terjadi ketika ternak yang sakit, peternak memanggil dukun. Kondisi ini terjadi karena pos kesehatan hewan yang jauh dari peternak, yaitu hanya satu pos kesehatan hewan yang terletak di Desa Mekarsari. Luasnya area, sulitnya jalur darat untuk dilalui serta alat transportasi yang minim membuat pelayan kesehatan ternak tidak optimal.

Peternak yang tinggalnya dekat pos kesehatan memiliki akses yag lebih baik dalam mendapatkan pelayanan kesehatan ternak, khususnya dalam hal pengobatan. Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa peternak yang menggunakan jasa pelayanan petugas kesehatan ternak sebanyak 40,7%. Peternak yang menggunakan jasa

pelayanan kesehatan ternak, menyisihkan uang setiap bulannya meminimal Rp. 5.000,00/bulan. Peternak melakukan obat injeksi anti-bodi terhadap ternaknya

setiap 3 bulan, dengan biaya Rp. 15.000,00/pelayanan. Perkawinan

Pada pengembangan sapi potong kemampuan reproduksi yang baik, merupakan sebuah prasyarat. Metode perkawinan ternak sapi potong yang terjadi pada Kecamatan Agrabinta, sebagian besar menggunakan teknologi Inseminasi buatan sebanyak 60.4%. Reproduksi ternak sapi potong di Kecamatan Agrabinta dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Reproduksi Ternak Sapi Potong di Kecamatan Agrabinta

Uraian Desa-desa Kec DSL DBJ DTS DWS DMS DSK

....………Persentase (%)………..

1. Perkawinan Ternak

Metode alami 70 60 18,2 20 0 100 35,8 Teknologi IB 20 40 81,2 70 100 0 60,4 Lainnya (masih pedet, pejantan) 10 0 0 10 0 0 3,8 2. Keikutsertaan program IB

Ikut dalam program IB 20 40 81,2 70 100 0 60.5 Tidak ikut program IB 80 60 18,2 30 0 100 39,5 Jumlah responden peternak (n) 10 10 11 10 10 2 53 Keterangan : DSL (desa Sinarlaut), DBJ (desa Bojongkaso), DTS (desa Tanjungsari),

DWS (desa Wanasari), DMS (desa Mekarsari), DSK (desa Sukamanah), Kec (Kecamatan Agrabinta)

Ketertarikan peternak terhadap metode perkawinan inseminai buatan, karena nilai jual ternak yang tinggi dan sedang diminati oleh pasar. Dengan motif penambahan pendapatan, peternak berharap dengan metode inseminasi buatan ini pendapatan keluarga peternak dan taraf hidup peternak dapat terangkat.

Peternak yang menggunakan metode perkawianan alami bagi ternaknya Umumnya peternak kurang memahmi gejala-gejala terjadinya birahi pada ternaknya. Sehingga sering kali saat melapor ke petugas kesehatan hewan, untuk proses Perkawinan inseminasi buatan sudah terlambat. Hal lain yang membuat peternak memilih metode alamiah, karena sumberdaya manusia petugas kesehatan ternak kurang memadai, kasus tertentu ada peternak yang merasa lebih puas dengan metode perkawinan alami. Mengingat tidak ada yang tahu pasti akan waktu birahi sapi dimulai dan bairahi sapi akan berakhir, Maka para inseminator yang ada di Kecamatan Agrabinta berpedoman ketentuan dibawah ini dalam melaksanakan tugasnya

Tabel 12. Pedoman Pelaksanaan Inseminasi Oleh Petugas Kesehatan Hewan Birahi Harus dikawinkan Bila dikawinkan 1. Pagi hari

2. Sesudah jam 12 siang

Siang hari

Siang hari atau besok sebelum jam 12

Besok pagi = terlambat Besok setelah jam 12 siang = terlambat

Pelayanan inseminasi buatan yang dilakukan, peternak membayar dengan harga Rp. 35.000,00/pelayanan. Biaya ini dibayar oleh peternak apabila ternak yang di inseminasi buatan melahirkan anak sapi. Hal ini karena sampai saat ini teknologi inseminasi buatan masih bersifat sosialisasi, jadi tidak mengharuskan peternak membayar pada saat pelayanan Inseminasi buatan. Pada tahun 2004 pos kesehatan hewan Kecamatan Agrabinta telah malakukan inseminasi buatan pada 2.069 ekor sapi dan 523 ekor domba. Pemeriksaan kebuntingan pada 1.526 ekor ternak, pelayanan ATR teknik reproduksi pada 805 ekor ternak. Dari pelayanan Inseminasi buatan yang telah dilakukan menghasilkan kelahiran ternak sebanyak 637 ekor.

Aspek Ekonomi Modal

Permodalan yang disusun oleh peternak berbagai macam caranya, dalam pengamatan peneliatian permodalan yang ada sebagian besar merupakan modal dari milik peternak sendiri, sisanya permodalan disusun atas warisan dan hasil usaha maro dengan peternak lain, dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Modal, Cara memperoleh Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Agrabinta

Uraian Desa-desa Kec DSL DBJ DTS DWS DMS DSK ....………Persentase (%)……….. 1. Skala modal Modal kecil 40 40 18,1 10 20 0 24,5 Modal menengah 30 50 18,1 20 10 50 26,5 Modal besar 30 10 63,8 70 70 50 49 2. Memperoleh modal Modal sendiri 70 50 100 90 80 100 79,2 Warisan 0 10 0 10 20 0 7,6 Lainnya (hasil maro, hibah) 30 40 0 0 0 0 13,2

Jumlah responden peternak (n) 10 10 11 10 10 2 53 Keterangan : DSL (desa Sinarlaut), DBJ (desa Bojongkaso), DTS (desa Tanjungsari),

DWS (desa Wanasari), DMS (desa Mekarsari), DSK (desa Sukamanah), Kec (Kecamatan Agrabinta)

Dalam Tabel 13. menunjukan bahwa permodalan dari peternak dibagi menjadi tiga skala permodalan. Skala pertama merupakan modal kecil yaitu antara Rp. 152.500,00 hingga Rp 786.000,00, Skala kedua merupakan modal menengah

yaitu antara Rp. 787.000 hingga Rp. 1.332.500,00 dan Skala ketiga merupakan modal besar yaitu antara Rp. 1.333.000,00 hingga Rp. 8.250.000,00. Permodalan tersebut merupakan sejumlah barang, jasa, dan uang yang dimiliki untuk mengawali sebuah langkah usaha di bidang peternakan yang terdiri dari ternak, pembuatan kandang dan peralatan kandang.

Pemasaran

Penjualan ternak sapi potong yang dilakukan peternak, sebagian besar melalui pedagang pengumpul atau tengkulak. Pemasaran dari ternak sapi potong di Kecamatan Agrabinta dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Pemasaran Ternak Sapi Potong di Kecamatan Agrabinta Uraian Desa-desa Kec DSL DBJ DTS DWS DMS DSK ....………Persentase (%)……….. 1. Dijual kepada Peternak 0 0 0 25 12,5 0 6,25 Tengkulak 100 100 100 75 87,5 100 93,75 2. Wilayah penjualan Wilayah Cianjur 16,6 42,8 20 25 62,5 - 27,8 Wilayah Sukabumi 16,6 28,6 - - - - 7,5 Wilayah Tasikmalaya 66,8 28,6 80 75 37,5 100 64,6 Jumlah responden peternak (n) 10 10 11 10 10 2 53 Keterangan : DSL (desa Sinarlaut), DBJ (desa Bojongkaso), DTS (desa Tanjungsari),

DWS (desa Wanasari), DMS (desa Mekarsari), DSK (desa Sukamanah), Kec (Kecamatan Agrabinta)

Pada umumnya peternak menjual ternak sapi potongnya melalui pedagang pengumpul atau tengkulak, hal ini disebabkan para tengkulak memiliki alat transport dan akses ke pasar dengan cepat. Peternak memilih jalur pemasaran ini karena peternak dapat langsung memperoleh uang tunai dari para tengkulak. Apabila ada peternak yang ingin menjual ternaknya hanya memberi tahu secara lisan kepada tengkulak, maka tengkulak akan datang ke peternak tersebut dengan membawa alat transport dan uang tunai. Kelemahan dari jalur pemasaran ini adalah posisi peternak yang lemah dalam menentukan harga jual dari ternak sapi potong, karena para tengkulak lebih memiliki akses terhadap pemasaran ternak sapi potong. Hal ini menyebabkan peternak mendapatkan keuntungan yang relatif kecil. Para tengkulak

Kabupaten Tasikmalaya. Gambar 5. Jalur Pemasaran ternak sapi potong dapat menjelaskan secara jelas tentang pemasaran ternak sapi potong dari Kecamatan Agrabinta.

Gambar 5. Jalur Pemasaran Ternak Sapi Potong di Kecamatan Agrabinta

Dari jalur pemasaran dapat dilihat bahwa Tasikmalaya merupakan pangsa pasar yang terbesar sebanyak 64,6%, merupakan pangsa pasar yang relatif baru. Pangsa pasar Tasikmalaya tertarik dengan ternak sapi potong yang hasil perkawinan inseminasi buatan. Hal ini membuat para peternak yang mempunyai ternak hasil inseminasi buatan menjualnya kepada tengkulak, kejadian ini sangat disayangkan karena genetika yang baik tidak akan tampak pada ternak-ternak sapi potong yang ada di Kecamatan Agrabinta. Sehingga selama pengamatan di lokasi penelitian tidak ditemukan ternak hasil perkawinan inseminasi buatan tumbuh lebih dari 7 bulan.

Berubahnya pangsa pasar membuat pasokan ternak sapi potong ke wilayah Kota Cianjur berkurang menjadi 27,8%, sedangkan Agrabinta merupakan sentral pengembangan peternakan sapi potong bagi kabupaten ini. Pangsa pasar lain yang potensial adalah Kabupaten Sukabumi sebanyak 7,5%. Pengamatan dan hasil wawancara lisan dengan peternak besarnya permintaan dari pangsa pasar yang ada memungkinkan terjadinya penjualan ternak yang masih produktif, hal ini sungguh sangat disayangkan dan berlawanan dengan peraturan yang ada menyebutkan bahwa ternak yang produktif dilarang dijual. Upaya ini agar dapat mempertahankan jumlah populasi yang ada.

Pendapatan

Pendapatan adalah laba atau keuntungan dari usaha ternak sapi potong merupakan hasil pengurangan penerimaan total dengan biaya total. Komponen yang

Peternak Sapi Potong

Tengkulak

Peternak di Kecamatan Agrabinta

Wilayah Cianjur

Wilayah Sukabumi

dapat mengaruhi pendapatan peternak yaitu komponen penerimaan dan komponen pengeluaran dalam suatu periode tertentu.

Penerimaan adalah hasil yang dinilai dengan uang yang diterima atas hasil penjualan dari hasil usaha ternak sapi potong selama satu tahun, yaitu antara Januari 2004 – Januari 2005. Pendapatan peternak dari usaha ternak sapi potong dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rata –rata Penerimaan Usaha Ternak Sapi Potong Pertahun Uraian Usaha Ternak Sapi Potong

Jumlah (Rp) Penerimaan :

Dokumen terkait