• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecamatan Seririt secara astronomis terletak antara 8°10’53” LU (Lintang

Utara) - 8°20’14’’ LS (Lintang Selatan) dan 114°25’53” BB (Bujur Barat) -

114°52’59” BT (Bujur Timur).Kecamatan Seririt merupakan kecamatan dengan luas 111,78 km2 (8,18% terhadap luas kabupaten dan 1,98% terhadap luas Provinsi Bali). Kecamatan Seririt terdiri dari 21 desa/kelurahan, yaitu Desa Banjarasem, Bestala, Bubunan, Gunungsari, Joanyar, Kalianget, Kalisada, Lokapaksa, Mayong, Pangkung Paruk, Patemon, Pengastulan, Rangdu, Ringdikit, Seririt, Sulanyah, Tangguwisia, Ularan, Umeanyan, Unggahan, Yeh Anakan (BPS Buleleng 2013). Secara geografis Kecamatan Seririt memiliki batas-batas wilayah, yaitu sebelah utara berbatasan langsung dengan laut jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Banjar, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Busungbiu, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Gerokgak.

Kecamatan Seririt memiliki panjang pantai 11,61 km. Kondisi kependudukan di Kecamatan Seririt mengalami perkembangan yang sangat fluktuatif. Pertumbuhan penduduk Kecamatan Seririt pada tahun 2007-2008 mencapai 2,53%. Namun angka tersebut mengalami penurunan menjadi 1,10% pada tahun 2008-2009. Pada tahun 2010-2011 angka pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan menjadi 3,31% dan mengalami penurunan menjadi -0,62% pada tahun 2011-2012. Penurunan presentase laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Seririt yang sangat mengkhawatirkan terjadi pada tahun tersebut(BPS Buleleng 2013). Jumlah penduduk Kecamatan Seririt tahun

10

2005 sebanyak 62.874, sedangkan pada tahun 2014 mencapai 81.757 jiwa dengan kepadatan penduduk 731 jiwa/km2 (BPS Seririt 2014).

Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan

Menurut Sandy (2005) dalam Ismail (2009), penggunaan lahan merupakan wujud dari kegiatan manusia pada suatu ruang atau tanah. Tata guna lahan (landuse) adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, persawahan, maupun perkebunan (Hartanti 2010). Tata guna lahan merupakan faktor penentu utama dalam pengelolaan lingkungan. Keseimbangan antara kawasan budidaya dan kawasan konservasi merupakan kunci dari pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Menurut Purwadhi (2008) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan biasanya digunakan untuk mengacu pemanfaatan masa kini, dengan demikian penggunaan tanah dapat dikatakan sebagai bentuk aktifitas manusia permukaan bumi sebagai suatu ruang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perubahan penggunaan lahan merupakan bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu jenis penggunaan ke jenis penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari waktu ke waktu berikutnya, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda (Wahyunto et. al. 2001 dalam Hartanti 2010). Hasil identifikasi penggunaan lahan dan perubahannya di Kecamatan Seririt tahun 2005 dan 2014 tercantum pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil identifikasi penggunaan lahan dan perubahannya di Kecamatan Seririt tahun 2005 dan 2014

No Tata Guna Lahan Jumlah Bangunan Luas (Km 2 ) 2005 2014 2005 2014 Perubahan 1 Rumah ∞ ∞ 6,345 7,161 0,816 2 Hotel 29 44 0,021 0,154 0,133 3 Kantor 26 26 0,006 0,006 0,000 4 Lahan Kosong - - 1,876 1,452 -0,424 5 Masjid 6 7 0,004 0,005 0,001 6 Industri 47 107 0,048 0,133 0,085 7 Pasar 1 1 0,004 0,004 0,000 8 Hutan - - 101,483 103,576 2,093 9 Sawah - - 21,461 18,032 -3,429 10 Sekolah 153** 154** 0,024 0,027 0,003 11 Sungai - - 0,377 0,413 0,036 12 Waduk 0 1* 0* 0,688* 0,688 13 Rumah Sakit 1 1 0,008 0,008 0,000 14 Terminal 1 1 0,001 0,001 0,000 Total 131,668 131,66 8 7,708 Sumber: *Antariza dkk (2012)

11

** BPS Buleleng (2013)

Pada Tabel 5 yang dimaksud dengan penggunaan lahan hutan merupakan penggunaan lahan yang mencakup hutan, kebun (cengkeh, pisang, durian, kelapa, manggis, mangga kacang panjang), semak belukar dan lahan bervegetasi lainnya. Hal ini dikarenakan, adanya keterbatasan visualisasi dalam identifikasi peta yang didapatkan melalui software Google Earth. Jumlah utilitas bangunan pada Tabel 5 juga dicocokkan dengan beberapa literatur yang ada (tercantum pada kiri bagian bawah Tabel 5). Berdasarkan Tabel 5, penggunaan lahan yang dominan di Kecamatan Seririt pada tahun 2005 secara berurutan adalah hutan, sawah, rumah, lahan kosong, industri, sungai, sekolah, hotel, rumah sakit, pasar, masjid, kantor, terminal dan yang terakhir adalah waduk. Hal tersebut terjadi dikarenakan pada tahun 2005 Waduk Titab belum dibangun. Proyek pembangunan Waduk Titab baru dimulai pada tahun 2011. Peta penggunaan lahan tahun 2005 tercantum pada Lampiran 1. Pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa jenis penggunaan lahan yang dominan adalah rumah, sawah dan hutan yang ditunjukkan secara berurutan dengan warna merah, hijau tua dan hijau muda, sedangkan pada pesisir pantai Kecamatan Seririt tidak banyak diwarnai oleh warna hitam yang menunjukkan penggunaan lahan hotel.

Tabel 5 menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang dominan pada tahun 2014 secara berurutan adalah hutan, sawah, rumah, lahan kosong, sungai, hotel, industri, sekolah, waduk, rumah sakit, masjid, pasar, kantor, terminal. Peta penggunaan lahan tahun 2014 tercantum pada Lampiran 2. Pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa jenis penggunaan lahan yang dominan adalah hutan, rumah, dan sawah yang ditunjukkan secara berurutan dengan warna hijau muda, merah, dan hijau tua, sedangkan pada pesisir pantai Kecamatan Seririt banyak diwarnai oleh warna hitam yang menunjukkan penggunaan lahan hotel. Secara keseluruhan, perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Seririt dapat dilihat pada grafik yang ditunjukkan oleh Gambar 3.

Gambar 3 Perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama 10 tahun (2005-2014) di Kecamatan Seririt

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa telah terjadi perubahan penggunaan lahan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (tahun 2005 hingga tahun 2014). Konversi lahan belum terbangun (sawah, lahan kosong, hutan) menjadi lahan terbangun (pemukiman, waduk, kantor, hotel, masjid, pasar) yang terjadi dalam kurun waktu tersebut seluas 1,12 km2 atau sebesar 0,90% dari total luas lahan tidak terbangun 124,82 km2. Selain

-3.5 -3.0 -2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 R um ah H ot el K ant or Ma sj id Pabr ik Pas ar H ut an Seko la h Sunga i Wa duk R um ah Sa ki t Saw ah Laha n K oso ng Luas k m 2 Penggunaan lahan

12

itu terjadi juga konversi antar sesama lahan tidak terbangun, yaitu dari hutan menjadi sawah dan sebaliknya, dari lahan kosong ke hutan dan sebaliknya, serta dari lahan kosong ke sawah dan sebaliknya. Besarnya konversi lahan yang terjadi antar sesama lahan tidak terbangun adalah seluas 4,22 km2 atau sebesar 3,38%. Peta perubahan penggunaan lahan, dari lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun terlampir pada Lampiran 3. Peta perubahan penggunaan lahan antar sesama lahan tidak terbangun terlampir pada Lampiran 4.

Gambar 3 menjelaskan bahwa penggunaan lahan permukiman dalam kurun waktu 10 tahun terakhir telah mengalami perkembangan wilayah seluas 0,82 km2. Selain itu, penggunaan lahan hutan, hotel serta lahan kosong juga mengalami perkembangan wilayah bertururt-turut sebesar 2,09 km2; 0,13 km2 dan 0,24 km2. Hal tersebut diikuti dengan berkurangnya luasan sawah seluas 3,43 km2. Berkurangnya sawah seluas 3,43 km2 dikarenakan pada tahun 2005 hingga tahun 2014 terjadi konversi penggunaan lahan, dari penggunaan lahan jenis sawah menjadi sungai, rumah, industri, masjid, hotel, hutan dan lahan kosong. Presentase konversi sawah menjadi berbagai jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 4 Presentase konversi sawah (tahun 2005) menjadi penggunaan lahan jenis lain (tahun 2014)

Gambar 4 menunjukkan bahwa jenis penggunaan lahan terbesar yang mengalami konversi lahan dari lahan sawah menjadi lahan tidak terbangun jenis lain adalah hutan, yaitu sebesar 12,64% atau seluas 271,24 ha. Selain hutan, sawah juga mengalami konversi lahan menjadi penggunaan lahan jenis sungai, rumah, industri, masjid, hotel, dan lahan kosong dengan luasan bertururt-turut seluas 3,7 ha, 81,6 ha, 8,59 ha, 0,05 ha, 13,3 ha dan 23,6 ha. Bukti adanya konversi lahan sawah menjadi berbagai jenis penggunaan lahan lainnya dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6. Peta perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama 10 tahun (tahun 2005-2014) di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali dapat dilihat pada Lampiran 5.

Sungai 0,45% Rumah 1,58% Pabrik 0,20% Masjid 0% Hotel 0,28% Hutan 12,64% Lahan Kosong 2% Sawah 82,71%

13

Gambar 5 Konversi lahan sawah tahun 2005 (kiri atas dan bawah) menjadi hotel (kanan atas) dan industri serta pemukiman tahun 2014 (kanan bawah)

Gambar 6 Konversi lahan sawah tahun 2005 (kiri atas dan bawah) menjadi lahan kosong (kanan bawah) dan hutan tahun 2014 (kanan atas)

Berdasarkan hasil analisis identifikasi penggunaan lahan, diketahui keseluruhan luasan perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Seririt baik yang berkurang maupun yang bertambah adalah 770,81 ha. Meningkatnya angka jumlah penduduk dan adanya konversi lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun sebesar 0,9% atau seluas 112,49 ha yang terjadi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, dikhawatirkan

14

menimbulkan berbagai macam dampak negatif khususnya dalam bidang pemenuhan kebutuhan air bersih. Perhitungan kebutuhan dan ketersediaan air bersih serta kecukupannya akan dibahas pada sub bahasan berikutnya.

Kebutuhan Air Bersih

Perhitungan kebutuhan air bersih di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng Provinsi Bali dihitung berdasarkan jumlah penghuni. Jumlah penghuni merupakan hasil perkalian antara kepadatan penduduk (jiwa/km2) dengan luas wilayah (km2). Jumlah penduduk di Kecamatan Seririt tahun 2005 adalah 6.2874 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 562,48 jiwa/km2 angka tersebut terus meningkat, hingga pada tahun 2014 jumlah pendudukya menjadi 81.757 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 731 jiwa/km2 (BPS Seririt 2014).

Kebutuhan Air Sektor Domestik

Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti; memasak, minum, mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. Satuan yang dipakai adalah liter/hari. Perhitungan total kebutuhan air sektor domestik yang mempunyai satuan liter/hari dapat diketahui dengan cara mengalikan angka yang tertera pada kolom standar kebutuhan air (liter/jiwa/hari) dengan banyaknya jumlah penduduk terlayani (jiwa) pada Tabel 6. Banyaknya jumlah penduduk terlayani yang terdapat pada Tabel6, merupakan hasil dari perkalian luas permukiman yang merupakan hasil identifikasi penggunaan lahan pemukiman pada tahun 2005 dan 2014 dikalikan dengan angka kepadatan penduduk pada tahun tersebut.

Tabel 6 Kebutuhan air sektor domestik di Kecamatan Seririt

Penggunaan Lahan Tahun

Luas* Kepadatan** Penduduk Terlayani

Standar Kebutuhan Air***

Kebutuhan Air (km2) (jiwa/km2) (jiwa) (liter/jiwa/hari) (m3/hari)

Pemukiman 2005 6,34 9.909,50 62.874 100 6.287,40

2014 7,16 11.417,37 81.757 8.175,70

Sumber: *Hasil penelitian

**Hasil pengolahan data BPS Buleleng 2013 dan BPS Seririt 2014 ***Ditjen Cipta Karya Departemen PU 2005 dalam Dewi 2014

Berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan air bersih untuk sektor domestik di Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Provinsi Bali untuk tahun 2005 didapatkan hasil sebesar 6.287.400 liter/hari atau setara dengan 6.287,4 m3/hari. Sedangkan untuk kebutuhan air bersih pada tahun 2014 meningkat hingga 30,03% dari tahun 2005 menjadi 8.175.700 liter/hari atau setara dengan 8.175,7 m3/hari. Hal ini dikarenakan, pada hasil identifikasi penggunaan lahan pemukiman yang telah dilakukan untuk tahun 2014 didapatkan adanya perkembangan luasan lahan pemukiman sebesar 0,83 km2.

15

Kebutuhan Air Sektor Non-Domestik

Standar kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih di luar keperluan rumah tangga, namun termasuk keperluan industri, komersial, dan sarana penunjang yang mencakup kebutuhan perkantoran, rumah ibadah, fasilitas kesehatan, dan fasilitas umum lainnya. Selain itu, keran umum, hidran kebakaran dan kemungkinan kebocoran pipa saat air tersebut didistribusikan juga ikut diperhitungkan. Pada penelitian ini, diperlukan data-data penunjang untuk menganalisis kebutuhan air bersih sektor non domestik di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Provisi Bali pada tahun 2005 dan 2014. Data-data pendukung tersebut, dibahas pada sub pokok bahasan berikutnya.

Kebutuhan Air Sekolah

Dalam menganalisis kebutuhan air sektor non domestik untuk fasilitas sekolah, dibutuhkan data jumlah siswa dan guru yang terdapat di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali. Total keseluruhan siswa dan guru tiap jenjang pendidikan yaitu TK, SD, SMP, SMA, SMU dan SMK serta Sekolah Islam baik swasta maupun negeri tertera pada Tabel 7.

Tabel 7 Total keseluruhan siswa dan guru tiap jenjang pendidikan di Kecamatan Seririt tahun 2014

Tingkat Sekolah

Negri Swasta Jumlah

sekolah murid guru sekolah murid guru sekolah murid guru

TK 0 0 0 26 916 95 26 916 95 SD 50 7.491 449 2 186 20 52 7.677 469 MI 4 209 19 56 7.886 488 60 8.095 507 SMP 6 2.357 129 3 404 48 9 2761 177 SLTP 1 135 25 0 0 0 1 135 25 SMU 3 1.923 136 3 744 51 6 2.667 187 Total 154 22.251 1.460 Sumber: BPS Buleleng (2013)

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa jumlah total keseluruhan murid dan guru dari setiap jenjang pendidikan di Kecamatan Seririt pada tahun 2014 sebesar 23.711 jiwa yang terdiri dari 22.251 murid dan 1.460 guru. Jumlah murid dan guru tersebut dikalikan dengan standar kebutuhan air sekolah, yaitu sebesar 10 liter/murid/hari lalu didapatkanlah hasil sebesar 237.110 liter/hari atau setara dengan 237,11 m3/hari sebagai kuantitas kebutuhan air sekolah pada tahun 2014.

Pada tahun 2005 jumlah sekolah menengah pertama (SMP) hanya berjumlah 5 sekolah, namun jumlah tersebut bertambah menjadi 6 sekolah pada tahun 2014. Sekolah baru tersebut adalah SMPN 1 Seririt. Walaupun informasi nama sekolah tersebut dapat diketahui, namun data untuk jumlah murid beserta guru yang ada di sekolah tersebut tidak didapatkan. Oleh karena itu, jumlah murid dan guru yang terdapat di sekolah tersebut dihitung berdasarkan hasil bagi antara jumlah murid dengan jumlah sekolah yang ada pada tahun 2014. Hal yang sama juga dilakukan untuk mengetahui jumlah guru. Setelah dihitung didapatkan hasil bahwa dalam satu

16

sekolah terdapat 393 murid dan 22 guru. Oleh karena itu, untuk tahun 2005 diasumsikan jumlah murid yang ada sebanyak 21.858 murid dan 1.438 guru. Angka tersebut dikalikan dengan standar kebutuhan air sekolah, lalu didapatkanlah hasil sebesar 232,97 m3/hari sebagai kuantitas kebutuhan air sekolah pada tahun 2005.

Kebutuhan Air Hotel

Berdasarkan hasil identifikasi penggunaan lahan jenis hotel, terdapat 29 hotel yang berada di Kecamatan Seririt pada tahun 2005 dan jumlah tersebut bertambah menjadi 44 hotel di tahun 2014. Pada tahun 2014, hotel yang diketahui nama serta jumlah kamarnya hanya terdapat 5 hotel, sedangkan sisanya tidak diketahui namanya. Daftar nama hotel beserta jumlah kamar yang terdapat di Kecamatan Seririt pada tahun 2005 dan 2014 terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah kamar hotel di Kecamatan Seririt pada tahun 2005 dan 2014

Nama hotel Tahun Jumlah kamar

2005 2014 2005 2014

Grand Surya x √ x 37*

Nibbana Bali Resort x √ x 16*

Adirama x √ x 24*

Hotel Dupa x √ x 13*

Ganesha Bali Coral Reef x √ x 8*

Tidak diketahui namanya 29*** 39*** 554** 745** **Rata-rata jumlah kamar hotel di Buleleng 19**

Total 554 843

Sumber: *BPS Buleleng 2013 **

Data BPS Buleleng 2013 (diolah) ***

Hasil Penelitian

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa terdapat sejumlah hotel yang tidak dapat diketahui nama beserta jumlah kamarnya. Namun dalam perhitungan kebutuhan air sektor non domestik, data tersebut sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, perhitungan jumlah kamar hotel pada penelitian ini menggunakan asumsi berdasarkan data yang ada. Berdasarkan data daftar hotel beserta jumlah kamar yang bersumber dari BPS Kabupaten Buleleng tahun 2013, didapatkan hasil rata-rata jumlah kamar hotel yang terletak di Kabupaten Buleleng yaitu sejumlah 19,10 kamar (hasil tersebut tidak dibulatkan untuk kepentingan perhitungan selanjutnya). Setelah itu, jumlah hotel yang tidak diketahui nama beserta jumlah kamarnya, dikalikan dengan jumlah rata-rata kamar hotel yang terdapat di Kabupaten Buleleng. Didapatkanlah hasil sebesar 554 kamar hotel untuk tahun 2005 dan 745 kamar untuk tahun 2014. Jumlah kamar tersebut dikalikan dengan standar kebutuhan air untuk fasilitas hotel, yaitu sebesar 150 liter/tempat tidur/hari. Setelah itu didapatkan hasil sebesar 83,07 m3/hari untuk kebutuhan air bersih tahun 2005 dan 126,42 m3/hari untuk kebutuhan air bersih tahun 2014. Hasil perhitungan total kebutuhan air sektor non domestik jenis hotel secara rinci tercantum pada Lampiran 6 dan 7 serta digambarkan dalam grafik pada Gambar 8.

17

Kebutuhan Air Industri

Berdasarkan hasil identifikasi penggunaan lahan jenis industri, terdapat 47 industri yang berada di Kecamatan Seririt pada tahun 2005 dan jumlah tersebut bertambah menjadi 107 industri pada tahun 2014. Pada umumnya industri tersebut terletak dekat sawah atau lahan bervegetasi yang ditanami oleh tanaman produktif. Oleh karena itu berdasarkan letaknya tersebut, terlihat bahwa fungsi dari bangunan pabrik adalah sebagai penyimpan dan atau pengelola hasil bumi yang didapatkan dari lahan produktif disekitarnya.

Dalam menghitung kebutuhan air industri, digunakan standar kebutuhan air industri. Standar kebutuhan air industri ini berdasarkan proses atau jenis industri yang ada pada wilayah yang akan dikembangkan dan jumlah pekerja yang adapada industri tersebut. Namun pada penelitian ini, dikarenakan adanya keterbatasan dalam memperoleh data jenis industri dan proses yang dilakukan pada industritersebut, bangunan pabrik diasumsikan hanya berfungsi sebagai penyimpan hasil bumi yang dihasilkan oleh lahan produktif yang ada disekitarnya (tidak ada kegiatan produksi maupun pengelolaan hasil bumi). Oleh karena itu dalam menghitung kebutuhan air untuk industri hanya memperhitungkan kebutuhan air pekerja industri. Banyaknya jumlah pekerja industri berdasarkan rata-rata banyaknya tenaga kerja per perusahaan adalah 78 pekerja (BPS Bali 2009).

Banyaknya jumlah rata-rata pekerja industri di Bali adalah 78 orang per perusahaan (untuk tahun 2005). Jumlah pekerja tahun 2014 diasumsikan sama. Hal ini dikarenakan, jika jumlah pekerja dihitung berdasarkan luas area industri [luas area industri (km2) dikalikan dengan kepadatan penduduk yang tercantum pada Tabel 8 kolom kepadatan (jiwa/km2) lalu didapatkanlah jumlah pekerja], maka hasil yang didapat adalah jumlah pekerja industri tahun 2005 akan lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah pekerja pada industri tahun 2014. Asumsi ini dilakukan karena adanya keterbatasan informasi yang didapatkan mengenai jenis industri dan banyaknya pekerja yang ada didalamnya. Hasil perhitungan total kebutuhan air sektor non domestik jenis industri secara rinci tercantum pada Lampiran 6 dan 7 dan ditampilkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Kebutuhan air bersih sektor non domestik pada tahun 2005 dan 2014 di Kecamatan Seririt 0 500 1000 1500 2000 2500 H ot el K ant or Ma sj id Pabr ik Pas ar Sek o la h H idr an K ebaka ran K eboc or an K er an Um um Ter m ina l Pus k es m as Rum ah Sa ki t K ebut uhan A ir ( m 3/det ik )

Jenis Penggunaan Lahan

2005 2014

18

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa kebutuhan air sektor non domestik yang paling banyak kuantitasnya terdapat pada fasilitas keran umum. Hal ini dikarenakan, keran umum merupakan pelayanan air bersih yang digunakan secara komunal pada kelompok masyarakat tertentu yang mempunyai minat tetapi kurang mampu dalam membiayai penyambungan pipa ke masing-masing rumah. Pada umumnya 1 kran umum dipakai untuk melayani kurang lebih 20 orang. Keran umum direncanakan dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat. Hal tersebut juga tercermin dari cara merencakanakannya yang dihitung berdasarkan jumlah penduduk yang ada. Pada tahun 2005 kuantitas air yang dibutuhkan untuk keperluan keran umum sebesar 1.886,22 m3/hari, namun pada tahun 2014 kebutuhan air tersebut meningkat sebesar 30,03% menjadi 2.452,71 m3/hari. Hal ini dikarenakan pada tahun 2014 jumlah penduduk meningkat sebanyak 30,03% dari jumlah penduduk pada tahun 2005.

Peringkat kedua kuantitas kebutuhan air terbanyak terdapat pada perhitungan kebocoran air pada pipa distribusi. Hal ini dikarenakan kebutuhan ini direncanakan sebesar 20% kebutuhan domestik. Pada kebutuhan air untuk fasilitas umum seperti rumah sakit, puskesmas, terminal dan kantor tidak mengalami perubahan atau pertambahan kebutuhan air bersih dikarenakan fasilitas umum tersebut jumlahnya tetap dalam jangka waktu 10 tahun (tahun 2005-2014). Namun pada Gambar 7, kebutuhan air untuk irigasi sawah tidak disertakan. Hal ini dikarenakan terdapat supply

air tersendiri untuk keperluan irigasi, yaitu diluar dari supply air bersih yang diperuntukan bagi sektor domestik dan non domestik. Jika dijumlahkan secara keseluruhan, debit kebutuhan air bersih untuk sektor non domestik pada tahun 2005 mencapai 3.852,26 m3/hari dan kebutuhan irigasi sawah sebesar 185.419,76 m3/hari. Sedangkan pada tahun 2014 terjadi penurunan kebutuhan air irigasi menjadi 155.800,75 m3/hari. Hal ini terjadi seiring dengan adanya konversi lahan sawah menjadi lahan terbangun dan lahan tidak terbangun jenis lain seluas 3,43 km2. Sedangkan kebutuhan air sektor non domestik mengalami pertambahan kuantitas menjadi 4.945,06 m3/hari. Total kuantitas kebutuhan air di Kecamatan Seririt untuk sektor domestik, irigasi sawah dan non domestik secara keseluruhan mencapai 195.559 m3/hari pada tahun 2005. Pada tahun 2014 kuantitas kebutuhan air tersebut menurun menjadi 168.921 m3/hari. Analisis kecukupan air untuk kebutuhan sektor domestik dan non domestik dibahas pada sub bab selanjutnya.

Analisis Ketersediaan Air

Debit ketersediaan air yang dianalisis pada penelitian ini merupakan debit air permukaan yang bersumber dari Sungai Saba dan Waduk Titab. Pada penelitian ini, analisis ketersediaan air yang bersumber dari Sungai Saba digunakan data debit harian selama 18 tahun (1989, 1992, 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, 1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2003, 2004, 2006, 2008, 2009, 2010) yang bersumber dari Balai Hidrologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air wilayah Buleleng. Ketersediaan air Sungai Saba merupakan data debit harian minimum yang pernah terjadi selama 18 tahun tersebut. Data debit harian minimum tahunan diplot kedalam grafik yang ditunjukkan oleh Gambar 8.

19

Sumber: Balai Hidrologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air

Gambar 8 Debit harian minimum tahunan Sungai Saba (m3/detik)

Hal ini dikarenakan, dalam menghitung ketersediaan air keadaan yang diambil merupakan keadaan terburuk yang pernah terjadi selama 18 tahun agar dapat memperkirakan dan mencegah adanya bencana kekeringan yang dapat terjadi. Debit air Sungai Saba terkecil pada 18 tahun terakhir, terjadi pada Bulan September dan Oktober tahun 2008 yaitu sebesar 0,02 m3/detik atau setara dengan 1.728 m3/hari. Pada tahun 2011 dibangun Waduk Titab yang direncanakan selesai pada tahun 2015 yang berfungsi sebagai sumber air bersih.Lokasi waduk Titab terletak pada Sub Satuan Wilayah Sungai (Sub SWS) Bali Penida dan secara administratif termasuk di empat wilayah desa, yaitu Desa Telaga, Desa Ularan, Desa Busungbiu Kecamatan Busungbiu dan Desa Ringdikit Kecamatan Seririt. Luas daerah aliran sungai di lokasi bendung adalah sebesar 69,54 km2dengan panjang sungai 25 km. Bendungan Titab berfungsi untuk; (1). Penyediaan air di daerah irigasi Saba seluas 1396,40 ha dan Puluran seluas 398,42 ha.(2). Suplai air baku sebesar 350 liter/detik untuk 3 kecamatan (kecamatan Seririt, Busungbiu dan Gerokgak) sertapembangkit listrik 3,15 mw. Sesuai dengan kebutuhan air untuk tujuan seperti tersebut di atas maka bendung dibangun dengan tinggi 59,8 m dari dasar sungai, dengan tampungan efektif sebesar 10,37 juta m3 yaitu antara muka air tinggi (HWL) pada elevasi 156,00 m dan muka air rendah (LWL) pada elevasi 131,20 m (Antariza dkk 2012).

Dapat disimpulkan bahwa Waduk Titab direncanakan dapat mengairi daerah irigasi seluas 1794,82 ha (termasuk didalamnya wilayah puluran yang terletak di Desa Pengastulan Kecamatan Seririt, dengan luas 398,42 ha) dan menyuplai air baku sebesar 30.240 m3/hari untuk 3 kecamatan (Kecamatan Busungbiu, Seririt Dan Gerokgak) dengan luas total 64.075 ha. Berdasarkan presentase luas Kecamatan Seririt terhadap luas total 3 kecamatan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Seririt akan mendapatkan supplyair baku sebesar 17,45% dari supply air total atau setara dengan 5.274 m3/hari. Selain itu untuk kebutuhan irigasi, kecamatan Seririt akan mendapatkan air sebanyak 34.423 m3/hari jika dihitung berdasarkan luas daerah yang akan diirigasi (Puluran seluas 398,42 ha). Total ketersediaan air bersih di Kecamatan

Dokumen terkait