• Tidak ada hasil yang ditemukan

Informasi lokasi, organisasi, dan manajemen penangkaran didapat melalui

wawancara dan pengamatan langsung.

Analisis Data

Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif merupakan penguraian dan penjelasan mengenai jenis aktivitas yang dilakukan, lama beraktivitas, frekuensi setiap aktivitas yang dilakukan dan ritme aktivitas. Informasi mengenai kejadian-kejadian tingkahlaku harian dan tingkahlaku makan ular sanca hijau di lokasi penangkaran meliputi peubah-peubah yang berhubungan dengan tingkahlaku.

Analisis perhitungan hasil pengolahan data mengenai tingkahlaku harian untuk mengetahui persentasi tingkahlaku dengan menggunakan persamaan

matematika (Martin dan Bateson, 1993):

=

y

x

x100%

Keterangan:

= persentasi tingkahlaku,

x

= jumlah kali kegiatan tingkahlaku yang diamati, dan

y

= jumlah kali seluruh tingkahlaku yang terjadi.

Selanjutnya data diinterpretasikan dalam bentuk persentase yakni menggambarkan proporsi pengggunaan lama waktu satwa beraktivitas dan frekuensi setiap aktivitas, tabel, dan grafik yakni menggambarkan peubah-peubah yang diukur dengan penyajian grafik yang menggambarkan intensitas tingkahlaku.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Penangkaran

Lokasi Penangkaran

Lokasi penelitian berada di kandang penangkaran reptil CV Terraria Indonesia yang berada di Desa Curug, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor Jawa Barat, dengan luas 3.000 m2, yang terbagi menjadi dua yaitu tempat penampungan 1.000 m2 dan tempat pembiakkan 2.000 m2. CV Terraria Indonesia bergerak dalam perdagangan khusus reptil baik yang dilindungi undang-undang maupun yang tidak dilindungi undang-undang yang berorientasi ekspor. Kegiatan usaha ini berdasarkan pada peraturan pemerintah No. 162 / KPTS ā€“ V / 2000 tentang pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.

CV Terraria Indonesia menyediakan fasilitas penangkaran dan non

penangkaran, yang dimaksud dengan non penangkaran adalah bertindaknya CV ini sebagai pengumpul satwa-satwa reptil khususnya yang akan diekspor ke luar negeri yaitu ke negara Amerika dan Jepang. Dalam kegiatan ekspor ini guna memenuhi pasar luar negeri satwa reptil dan amphibi dicari langsung dari daerah. Agar ditempat penampungan tidak terlalu banyak satwa dan untuk menghindari kematian selama ditampung maka pihak perusahaan menerapkan aturan bahwa satwa yang akan dikirim kepada perusahaan disesuaikan dengan pesanan permintaan dari perusahaan.

Fasilitas Penangkaran

Fasilitas yang digunakan untuk usaha penangkaran terdiri dari tiga bangunan berukuran besar. Bangunan pertama digunakan untuk mensortir satwa-satwa yang baru datang. Apabila ada permintaan terhadap satwa atau satwa tersebut tidak ditangkarkan, maka satwa tersebut akan tetap berada di bangunan pertama ini. Bangunan kedua bertindak sebagai tempat karantina bagi satwa-satwa yang akan ditangkarkan. Satwa dalam bangunan ini akan diperiksa kesehatannya sebelum dimasukkan ke bangunan ketiga yang bertindak sebagai tempat penangkaran. Setiap sisi bangunan yang dipergunakan ditutup kawat ram berukuran 1 cm, hal ini dikarenakan demi keamanan jika ada satwa yang terlepas dari kandang individu tidak akan keluar dari bangunan induk.

Bangunan pertama bertindak sebagai tempat penampungan berukuran 8x6 m berisi satwa-satwa yang ditampung seperti ular, cicak, tokek, kura-kura, dan biawak. Satwa-satwa tersebut dipisahkan kedalam kandang plastik dengan ukuran 40x25x30 cm dengan posisi ditumpuk empat menggunakan rak terbuat dari besi. Pada sudut ruangan terdapat inkubator menggunakan lampu untuk menetaskan telur-telur satwa reptil. Inkubator yang digunakan adalah buatan sendiri. Disamping ruang penampungan pertama terdapat ruang penampungan yang digunakan untuk menampung berbagai jenis kura-kura yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Gambar 10. Keadaan Bangunan Penampungan

Keadaan bangunan penampungan (Gambar 10) terdiri dari a) untuk menampung ular dengan mnggunakan rak yang terbuat dari besi disusun empat tingkat, b) kandang yang terbuat dari kayu triplek, digunakan untuk menampung tokek, c) untuk menampung ular, biawak, dan kadal yang berukuran kecil, dan d) pintu masuk utama kandang penampungan.

Untuk kelancaran usahanya perusahaan memiliki kamar bagi karyawan dan fasilitas penelitian bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian di bidang reptil. Selain itu perusahaan menyediakan fasilitas air bersih. Air sangat penting bagi usaha penangkaran, selain digunakan untuk keperluan minum satwa, air juga digunakan untuk sanitasi satwa. Pembuangan limbah cair ini langsung ke lubang pembuangan yang berada di bawah bangunan sehingga tidak mencemari lingkungan sekitarnya.

Kegiatan Ekspor

Berbagai jenis satwa reptil dan amphibi yang diekspor oleh CV Terraria Indonesia diperoleh melalui perantara didaerah ataupun langsung ke berbagai daerah yang berpotensi jenis satwanya. Selain memperoleh langsung perusahaan telah mengupayakan penangkaran berbagai jenis satwa reptil. Usaha penangkaran yang dilakukan bertujuan untuk pelestarian satwa agar tidak terjadi kepunahan dihabitat

a b

d

c

aslinya. Spesies-spesies reptil yang telah berhasil ditangkarkan dan diekspor oleh

perusahaan ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Satwa Reptil yang Telah Ditangkarkan dan Diekspor

No. Nama daerah Nama ilmiah Asal daerah

1. Ular sanca hijau Morelia viridis Papua 2. Ular sanca darah Python curtus Sumatera 3. Ular sanca batik Python reticulatus Sumatera, Jawa,

Kalimantan, dan Sulawesi 4. Ular sanca karpet Morelia spilota variegata Papua

5. Ular sanca kuning Morelia clastolepis Kepulauan Maluku 6. Ular sanca timor Python timorensis Timor 7. Biawak kuning Varanus rudicolis Papua

Pemeliharaan Satwa

Keberadaan satwa di lokasi penangkaran memerlukan perlakuan dan perawatan yang baik oleh petugas kandang agar satwa tetap dalam kondisi sehat. Perlakuan dan perawatan satwa yang meliputi kebersihan kandang, penyediaan air dan pakan satwa dilakukan setap hari kecuali pemberian pakan oleh setiap petugas kandang. Pemberian pakan untuk satwa dilakukan secara rutin setiap satu minggu sekali pada waktu kerja antara pukul 08.00-16.00 WIB. Pengadaan pakan berupa mencit atau tikus diusahakan sendiri oleh perusahaan dengan cara menernaknya.

Fasilitas ternak mecit dan tikus (Gambar 11) terletak ditengah lokasi

penangkaran antara kandang penampungan dengan kandang penangkaran. Ruangan yang dipergunakan untuk berternak mencit berjumlah dua buah, demikian juga dengan fasilitas ternak tikus, sehingga kandang yang dipergunakan bejumlah empat buah ruangan permanen, yang dikelilingi oleh kawat ram berukuran 1 cm, untuk mencegah mecit atau tikus keluar dari kandang.

Tingkahlaku Harian

Ular sanca hijau merupakan hewan yang hampir melakukan semua aktivitasnya pada malam hari, sehingga disebut hewan noktunal. Pada pagi dan siang hari, ular sanca hijau hanya berdiam diri membentuk gulungan di batang pohon, sesekali nampak menggerakkan tubuhnya. Ular sanca hijau mulai menggulung pada pukul 05.00, apabila tidak terdapat gangguan maka ular sanca hijau akan menggulung hingga memulai lagi aktivitasnya pada pukul 17.00.

Dengan pengamatan selama 24 jam didapatkan tingkahlaku harian ular sanca hijau sebagai berikut: istirahat (34,70%), bergerak (lokomosi) (33,70%), memeriksa (investigasi) (30,90%), minum (ingesti) (0,25%), dan merawat tubuh (epimiletik) (0,45%). Beberapa peubah yang dilakukan oleh ular sanca hijau tidak didapatkan selama pengamatan yaitu, eliminasi dan ganti kulit. Tidak adanya perilaku eliminasi dan ganti kulit dikarenakan terjadi diluar waktu pengamatan.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 18-19 WIB 20-21 WIB 22-23 WIB 24-01 WIB 02-03 WIB 04-05 WIB

Waktu Pengam atan

F re k u e n s i ( kal i) istirahat lokomotive investigative ingestive epimiletic

Gambar 12. Frekuensi Tingkahlaku Harian Ular Sanca Hijau

Perilaku harian yang diekspresikan oleh ular sanca hijau dan telah diamati degan menggunakan metode Ad libitum sampling dengan metode pencatatan one-zero sampling berinterval 15 menit, atau pengamatan perilaku setiap 15 menit dengan interval 15 menit selama 24 jam. Pada grafik hanya ditampilkan pola tingkahlaku harian dimulai sejak pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00, hal ini karena ular sanca hijau merupakan hewan nokturnal (Gambar 12). Pengamatan perilaku harian tersebut dijelaskan dengan lebih rinci di bawah ini.

Tingkahlaku Istirahat

Tingkahlaku istirahat ular sanca hijau paling tinggi dibandingkan dengan aktivitas yang lain yaitu sebesar 34,70% dari seluruh tingkahlaku harian yang diamati. Tingkahlaku istirahat dalam pengamatan ini berupa ular diam menggulung tubuhnya di batang pohon yang telah disediakan di dalam kandang. Tingkahlaku istirahat yaitu apabila ular sanca hijau menggulung tubuhnya di batang pohon dengan posisi kepala disembunyikan atau dikeluarkan berada tepat ditengah gulungan bagian depan, dan bagian ekor dapat disembunyikan atau dikeluarkan tepat ditengah gulungan bagian belakang tanpa melakukan tingkahlaku lain (Gambar 13).

Gambar 13. Tingkahlaku Istirahat

Berdasarkan pengamatan mengenai tingkahlaku istirahat ular sanca hijau di kandang penangkaran didapatkan grafik pada Gambar 14 :

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

16-17WIB 18-19WIB 20-21WIB 22-23WIB 24-01WIB 02-03WIB 04-05WIB

Waktu Pengamatan Frekuensi (kali) Aru 1 Aru 2 Aru 3 Biak 1 Biak 2 Biak 3

Gambar 14. Frekuensi Tingkahlaku Istirahat Ular Sanca Hijau

Dengan pengamatan selama 24 jam didapatkan persentase tingkahlaku istirahat ular sanca hijau sebesar 34,70%, yang sebagian besar diekspresikan mulai pukul 05.00 sampai dengan pukul 17.00 WIB. Pada grafik hanya ditampilkan pola tingkahlaku istirahat dimulai sejak pukul 16.00 sampai dengan pukul 06.00, hal ini karena pada pengamatan pagi dan siang hari ular hanya beristirahat konstan tanpa melakukan gerakan apapun. Persentase tingkahlaku istirahat ular sanca hijau perekor sebagai berikut: Aru 1 (5,70%), Aru 2 (6,50%), Aru 3 (5,70%), Biak 1 (5,60%), Biak 2 (5,60%), dan Biak 3 (5,60%), dengan rerata 5,78%, simpangan baku 0,35%, dan koefisien keragaman 0,06.

Tingkahlaku Bergerak (Lokomotive)

Perilaku bergerak dilakukan ular sanca hijau dengan memanfaatkan otot-otot dan sisik yang berada di sepanjang perutnya. Ular sanca hijau melakukan perilaku tersebut pada potongan batang kayu yang dibentangkan secara horizontal didalam kandang soliter. Ular sanca hijau bukan ular yang aktif seperti kebanyakan ular arboreal yang lain, ular ini bergerak dengan sangat efisien. Setelah melakukan gerakan sekali atau dua kali merayap di batang kayu maka ular sanca hijau akan berhenti untuk beristirahat, sesekali terlihat mejulurkan lidahnya berulang-ulang untuk merasakan keadaan sekelilingnya (Gambar 15). Selama pengamatan jarang sekali terjadi ular sanca hijau berpindah tempat secara utuh, yang sering terjadi hanya melakukan gerakan dengan ekor menjadi tumpuan mencengkram pada batang kayu.

Gambar 15. Tingkahlaku Bergerak

Hal ini karena luasan kandang yang kurang memadai, sehingga sulit untuk berpindah tempat secara utuh. Gerakan lain yang sering terlihat adalah ular sanca hijau mendorong-dorong tutup kandang, hal ini dikarenakan ular dapat merasakan adanya aliran udara yang masuk melalui ventilasi udara disekitar tutup kandang.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

06-07WIB08-09WIB10-11WIB01-12WIB14-15WIB16-17WIB18-19WIB20-21WIB22-23WIB24-01WIB02-03WIB04-05WIB

Waktu Pengamatan Frekuensi (kali) Aru 1 Aru 2 Aru 3 Biak 1 Biak 2 Biak 3

Dengan pengamatan selama 24 jam didapatkan persentase tingkahlaku

bergerak ular sanca hijau sebesar 33,70%, yang sebagian besar diekspresikan mulai pukul 17.00 sampai dengan pukul 05.00 WIB (Gambar 16). Persentase tingkahlaku bergerak ular sanca hijau perekor sebagai berikut: Aru 1 (6,20%), Aru 2 (6,20%), Aru 3 (6,40%), Biak 1 (4,90%), Biak 2 (4,40%), dan Biak 3 (5,60%), dengan rerata 5,62%, simpangan baku 0,81%, dan koefisien keragaman 0,14.

Tingkahlaku Memeriksa (Investigative)

Perilaku memeiksa dilkukan oleh ular sanca hijau pada saat memulai aktivitasnya, perilaku memeriksa dilakukan antara pukul 17.00 sampai dengan 05.00 WIB. Pemeriksaan keadaan sekeliling dilakukan dengan cara memandang dan menjulurkan lidahnya secara berulang-ulang, semakin cepat frekuensi menjulurkan lidahnya ular akan merasakan adanya ancaman (Gambar 17). Jika dirasakan aman, ular sanca hijau akan mulai bergerak dengan cara melata di batang kayu yang telah disediakan. Perilaku memeriksa juga diekspresikan oleh ular sanca hijau pada saat sebelum makan dan minum. Pakan atau air yang telah tersedia terlebih dahulu diperhatikan dan diperiksa sebelum dikonsumsi.

Gambar 17. Tingkahlaku Memeriksa

Berdasarkan pengamatan mengenai tingkahlaku memeriksa ular sanca hijau di kandang penangkaran didapatkan grafik pada Gambar 18 :

0 5 10 15 20 25 06-0 7W IB 08-0 9W IB 10-1 1W IB 01-1 2W IB 14-1 5W IB 16-1 7W IB 18-1 9W IB 20-2 1W IB 22-2 3W IB 24-0 1W IB 02-0 3W IB 04-0 5W IB Waktu Pengamatan F re k u e n s i ( k a li ) Aru 1 Aru 2 Aru 3 Biak 1 Biak 2 Biak 3

Gambar 18. Frekuensi Tingkahlaku Memeriksa Ular Sanca Hijau

Dengan pengamatan selama 24 jam didapatkan persentase tingkahlaku memeriksa ular sanca hijau sebesar 30,90%, yang sebagian besar diekspresikan mulai pukul 17.00 sampai dengan pukul 05.00 WIB. Persentase tingkahlaku bergerak ular sanca hijau perekor sebagai berikut: Aru 1 (5,00%), Aru 2 (5,20%), Aru 3 (5,00%), Biak 1 (7,00%), Biak 2 (2,00%), dan Biak 3 (6,70%), dengan rerata 5,15%, simpangan baku 1,78%, dan koefisien keragaman 0,34. Pada ular Biak 2 dapat dilihat memiliki nilai persentase yang kecil jika dibandingkan dengan ular yang lain. Hal ini karena pada waktu pengamatan ular tersebut baru saja makan.

Tingkahlaku Minum (Ingestive)

Ular sanca hijau cukup efisien dalam menggunakan air. Selama pengamatan jarang sekali terlihat ular sanca hijau menghampiri air minum yang tersedia di dasar kandang, hanya lima kali tercatat ular sanca hijau minum. Perilaku minum ular sanca hijau dilakukan dengan cara medekatkan mulutnya ke tempat air minum yang telah disediakan kemudian lidahnya dijulurkan ke dalam air secara berulang-ulang (Gambar 19). Selama pegamatan juga terlihat ular sanca hijau menjilat air yang melekat pada sisi kandang.

Gambar 19. Tingkahlaku Minum

Dengan pengamatan selama 24 jam didapatkan persentase tingkahlaku minum ular sanca hijau hanya sebesar 0,25%. Selama pengamatan hanya lima kali tercatat ular sanca hijau minum. Dari enam ekor ular yang diamati hanya tiga ekor ular yang tercatat melakukan tingkahlaku minum yaitu Aru 1, Aru 3, dan Biak 1. Persentase tingkahlaku minum ular sanca hijau perekor sebagai berikut: Aru 1 (0,10%), Aru 2 (0,00%), Aru 3 (0,05%), Biak 1 (0,10%), Biak 2 (0,00%), dan Biak 3 (0,00%), dengan rerata 0,04%, simpangan baku 0,05%, dan koefisien keragaman 1,25.

Tingkahlaku Epimiletic (Merawat Tubuh)

Tingkahlaku merawat tubuh ular sanca hijau dilakukan tidak dipegaruhi oleh waktu. Selama pengamatan tercatat hanya sembilan kali ular sanca hijau melakukan perilaku merawat tubuhnya, yaitu dengan menguap. Perilaku menguap yaitu, ular sanca hijau membuka mulutnya dengan cara meregangkan kedua rahangnya ke arah atas dan bawah selama beberapa detik (Gambar 20). Perilaku menguap dilakukan ular sanca hijau dengan tujuan untuk memperbaiki posisi rahang agar tetap berada pada posisinya, dan untuk pertukaran antara oksigen dan karbondioksida. Selama pengamatan sempat terlihat ular sanca hijau merawat tubuhnya dengan cara menggesekkan bagian tubuhnya pada sisi kandang atau dengan batang kayu. Gerakan tersebut dilakukan karena terdapat bagian tubuh ular sanca hijau yang gatal.

Gambar 20. Tingkahlaku Menguap

Dengan pengamatan selama 24 jam didapatkan persentase tingkahlaku merawat tubuh ular sanca hijau hanya sebesar 0,45%. Selama pengamatan hanya sembilan kali tercatat ular sanca hijau melakukan tingkahlaku merawat tubuh. Dari enam ekor ular yang diamati hanya empat ekor ular yang tercatat melakukan tingkahlaku merawat tubuh yaitu Aru 1, Aru 2, Aru 3, dan Biak 1. Persentase tingkahlaku merawat tubuh ular sanca hijau perekor sebagai berikut: Aru 1 (0,15%), Aru 2 (0,05%), Aru 3 (0,05%), Biak 1 (0,20%), Biak 2 (0,00%), dan Biak 3 (0,00%), dengan rerata 0,07%, simpangan baku 0,08%, dan koefisien keragaman 1,14.

Tingkahlaku Makan

Ular sanca hijau termasuk satwa karnivora, yang hanya memakan daging. Ular sanca hijau yang berada di CV Terraria Indonesia hanya diberikan pakan berupa mencit dan tikus. Mencit dan tikus yang berfungsi sebagai pakan sebagian besar satwa reptil yang berada di CV Terraria Indonesia merupakan hasil ternak yang diusahakan sendiri oleh perusahaan. Mencit dan tikus yang diberikan sebagai pakan mempunyai perbedaan ukuran sesuai dengan kebutuhan, artinya untuk ular ukuran kecil sampai sedang diberikan pakan berupa mencit. Sedangkan untuk ular ukuran besar diberikan pakan berupa tikus. Mencit dan tikus yang diberikan di CV Terraria Indonesia sebagai pakan hidup (Gambar 21).

Gambar 21. Bebagai Ukuran Mencit dan Tikus Sebagai Pakan Ular

Waktu yang diperlukan pada perilaku makan sangat bervariasi, tergantung pada kondisi ular. Selama pengamatan tercatat waktu terlama yang dibutuhkan ular sanca hijau dalam perilaku makan adalah 75 menit oleh individu Merauke 3, hal ini berkaitan dengan proses menelan tikus dimulai dari bagian ekor. Sedangkan waktu tercepat adalah 27 menit oleh individu Aru 3, dan rata-rata waktu yang dibutuhkan pada perilaku makan ini adalah 44,5 menit (Gambar 22).

0 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 Meng am ati/m em erik s Mene rkam /men ggi gi Mem bel it Mene lan Istir ahat T in g k ah L ak u W akt u ( m e ni t A r u 1 A r u 3 B ia k 1 B ia k 2 B ia k 3 Me r a u ke 1 Me r a u ke 2 Me r a u ke 3

Gambar 22. Grafik Tingkahlaku Makan Ular Sanca Hijau

Waktu yang diperlukan pada perilaku makan ular sanca hijau perekor sebagai berikut: Aru 1 (42 menit), Aru 3 (27 menit), Biak 1 (42 menit), Biak 2 (45 menit), Biak 3 (33 menit), Merauke 1 (44 menit), Merauke 2 (48 menit), dan Merauke 3 (75 menit), dengan rerata 44,5 menit, simpangan baku 14,12 menit, dan koefisien keragaman 0,32. Persentase tingkahlaku makan ular sanca hijau sebagai berikut: mengamati/memeriksa (3,65%), menerkam/menggigit (2,25%), membelit (20,80%),

menelan (45,00%), dan istirahat (28,30%), dengan rerata 20,00%, simpangan baku

17,87%, dan koefisien keragaman 0,89.

Tingkahlaku mengamati/memeriksa. Pada tahap ini ular sanca hijau mengamati dan memeriksa pakan berupa tikus dengan cara bagian depan tubuhnya membentuk huruf ā€˜sā€™, mengarahkan padangan ke arah tutup kandang sambil menjulurkan lidahnya secara berulang-ulang dengan frekuensi yang semakin cepat (Gambar 23). Ular akan terus merasakan keberadaan dari mangsanya melalui panas tubuh yang dikeluarkan dari mangsanya yang ketakutan karena adanya ancaman dari pemangsa, sehingga membuat tikus panik dan membuat tikus semakin aktif bergerak mencari cara untuk menghindari serangan dari pemangsa.

Gambar 23. Tingkahlaku Mengamati/Memeriksa

Semakin aktif gerakan dari mangsanya membuat keberadaannya semakin mudah untuk dideteksi oleh ular. Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh satu ekor ular sanca hijau dalam tingkahlaku mengamati atau memeriksa selama pengamatan adalah 1,6 menit.

Tingkahlaku menerkam/menggigit. Perilaku menerkam atau menggigit ular sanca hijau dilakukan setelah dengan pasti mengetahui jenis dan jarak mangsanya. Ular sanca hijau mengetahui jenis dan jarak mangsanya dengan cara merasakan panas dan bau yang dikeluarkan oleh mangsanya melalui media udara. Panas dan bau tersebut ditangkap oleh indera perasa ular yaitu lidah yang bercabang, guna menangkapnya secara stereo.

Gambar 24. Tingkahlaku Menerkam/Menggigit

Setelah semua partikel di udara ditangkap dengan lidah, akan ditransfer ke unit khusus yang berada di langit-langit mulut yaitu organ jacobson. Organ jacobson kemudian meneruskannya ke otak, yang kemudian meneruskan menjadi sebuah tindakan menerkam/menggigit (Gambar 24). Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh satu ekor ular sanca hijau dalam tingkahlaku menerkam atau menggigit selama pengamatan adalah 1,0 menit.

Tingkahlaku membelit. Setelah menggigit mangsanya dengan cepat ular akan membelitnya. Ular sanca hijau membelit memanfaatkan seperempat panjang tubuh bagian depan. Ular sanca hijau membelit dengan cara melilit dengan membuat lingkaran pada badan mangsanya (Gambar 25). Perilaku membelit ini dilakukan oleh ular sanca hijau untuk melumpuhkan mangsanya. Mangsa akan pingsan ataupun mati karena belitan ini, tapi tidak akan mematahkan tulang dari mangsanya.

Gambar 25. Tingkahlaku Membelit

Prinsip kerja dari belitan ini adalah ular akan merasakan detak jantung dan gerakan yang ditimbulkan oleh mangsanya. Setiap gerakan dan detak jantung mangsa yang dirasakan oleh ular, ular tersebut akan mengencangkan belitan sampai pada akhirnya paru-paru korban tidak lagi dapat terisi oleh oksigen dan pada akhirnya mati lemas atau hanya pingsan. Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh satu ekor ular sanca hijau dalam tingkahlaku membelit selama pengamatan adalah 9,2 menit.

Tingkahlaku menelan. Proses menelan dilakukan setelah ular dengan pasti mengetahui mangsanya telah pingsan atau mati. Perilaku menelan pada tahap awal adalah melepaskan gigitan yang pertama untuk kemudian mencari bagian kepala mangsanya, atau dengan kata lain menelan searah dengan tumbuhnya rambut atau bulu mangsa. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam proses menelan. Dalam proses menelan ular sanca hijau dibantu dengan lekukan-lekukan tubuhnya dan tekanan peristaltik.

Selama pengamatan hanya terdapat satu kali ular sanca hijau menelan dari bagian ekor, hal ini memakan waktu lebih lama jika dibandingkan dengan ular yang menelan melalui bagian kepala. Secara normal ular akan memulai menelan dari bagian kepala mangsanya. Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh satu ekor ular sanca hijau dalam tingkahlaku menelan selama pengamatan adalah 20,0 menit.

Gambar 26. Tingkahlaku Menelan

Proses tingkahlaku menelan (Gambar 26) ular sanca hijau dimulai dengan a) setelah mendapatkan posisi kepala dari mangsanya ular sanca hijau akan memulai menggigit, kemudian proses menelan dimulai, b) ular sanca hijau dengan mudah melanjutkan proses menelan setelah bagian kepala mangsanya telah tertelan lebih dahulu, c) proses menelan sudah sampai tahap akhir yaitu tinggal menyisakan bagian kaki belakang dan ekor dari mangsanya yaitu tikus, dan d) proses menelan telah selesai, kemudian ular sanca hijau akan kembali beristirahat dan memulai proses pencernaan.

Tingkahlaku istirahat. Setelah selesai proses menelan, ular akan melakukan perilaku istirahat dengan membuat gulungan. Sementara proses menelan masih berlangsung sampai pada akhirnya posisi mangsa berada tepat di bagian perut ular dengan bantuan tekanan selama proses menggulung pada batang kayu berlangsung. Ular memanfaatkan tekanan yang dihasilkan dari gesekkan yang terjadi selama proses menggulung. Rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh satu ekor ular sanca hijau dalam tingkahlaku istirahat selama pengamatan adalah 12,6 menit.

a b

d

c

Gambar 27. Tingkahlaku Istirahat

Tingkahlaku istirahat yang dilakukan oleh ular sanca hijau setelah proses menelan selesai dalam pengamatan ini berupa sikap ular diam menggulung tubuhnya di batang pohon yang telah disediakan di dalam kandang (Gambar 27). Tingkahlaku istirahat yaitu apabila ular sanca hijau menggulung tubuhnya di batang pohon dengan posisi kepala disembunyikan atau dikeluarkan berada tepat ditengah gulungan bagian depan, dan bagian ekor dapat disembunyikan atau dikeluarkan tepat ditengah gulungan bagian belakang tanpa melakukan tingkahlaku lain. Sesekali dalam posisi istirahat setelah tingkahlaku makan selesai ular sanca hijau akan menguap atau membuka mulutnya dengan lebar. Hal ini dilakukan oleh ular sanca hijau untuk mengembalikan letak rahangnya sehingga tepat berada di posisi yang benar, karena selama proses menggigit dan menelan rahang atas dan bawah dari ular sanca hijau sering kali bergeser dari posisinya untuk memudahkan dalam proses menelan, sehingga perlu dikembalikan ke posisi semula.

Dokumen terkait