• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ransum yang ditambahkan bahan perekat bentonit memiliki warna yang lebih gelap dibandingkan dengan ransum kontrol. Semakin tinggi taraf penambahan maka warna semakin lebih gelap yaitu tampak berwarna coklat pekat, hal ini disebabkan karena bentonit dalam keadaan kering memiliki warna dasar coklat dan juga adanya kemungkinan proses maillard. Proses perubahan warna dan reaksi maillard pada ransum salah satunya adalah karena pemkaian bentonit dan sumber karbohidrat. Winarno (1992) menyatakan bahwa proses panas pada bahan pangan dapat menyebabkan reaksi maillard yang terjadi akibat reaksi antara karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer. Perbedaan warna pakan bentuk crumble dalam taraf penambahan bentonit dan air panas dapat dilihat pada Gambar 5.

Keterangan : - A1B1  =  Ransum  basal;  A1B2  =  ransom  basal  +  air  panas  2,5%;  A1B3=    ransom basal + air panas 5%

- A2B1  = Ransum  basal  +  bentonit  2%;  A2B2  =  bentonit  2%  +  air  panas  2,5%; A2B3 = bentonit 2% + air panas 5%

- A3B1  = Ransum  basal  +  bentonit  4%;  A3B2  =  bentonit  4%  +  air  panas  2,5%; A3B3 = bentonit 4% + air panas 5%.

Gambar 5. Perbedan Warna Pakan Bentuk Crumble dalam Taraf Penambahan Bentonit dan Air Panas

Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Kadar Air Crumble Penelitian

Hasil analis ragam nilai interaksi antara penambahan bentonit dan penambahan air panas sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi kadar air ransum bentuk

crumble. Pengaruh penambahan bentonit dan air panas pada kadar air crumble

penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Kadar Air

Crumble Penelitian Perlakuan B1 B2 B3 Rataan --- (%)--- A1 11,30±1,08DE 13,74±0,60ABC 14,14±0,76AB 13,06±1,52a A2 11,11±0,19DE 13,14±1,20BC 14,83±1,93A 13,02±1,99a A3 12,35±0,80CD 10,29±0,54E 13,57±0,96ABC 12,07±1,58b Rataan 11,58±0,9B 12,39±1,74B 14,18±1,31A

Keterangan : - superskrip dengan huruf kecil menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) pada kolom yang sama

- superskrip dengan huruf besar menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada baris yang sama

- A1= Ransum Basal; A2= Ransum basal + bentonit 2%; A3= Ransum basal + bentonit 4%

- B1= penambahan air panas 0%; B2= penambahan air panas 2,5%; penambahan air panas 5%

Perlakuan dengan penambahan bentonit 2% dan penambahan air panas 5% mempunyai kadar air tertinggi, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa penambahan bentonit dan penambahan air panas 5% yaitu masing-masing sebesar 14,83% dan 14,14%. Nilai terendah adalah dengan penambahan bentonit 4% dan penambahan air panas 2,5% yaitu sebesar 10,29%. Hasil ini disebabkan karena adanya ikatan antara bentonit dengan air panas, sehingga bentonit akan meningkatkan daya serapnya. Aktivasi bentonit dengan penambahan air panas bertujuan agar air yang terikat dicelah-celah molekul dalam ransum berbentuk

crumble dapat menguap, sehingga porositasnya meningkat. Bentonit yang berikatan

dengan air panas mampu meningkatkan kemampuan daya serapnya sehingga mampu menurunkan kadar air dalam crumble. Grafik interaksi antara bentonit dan air panas ditunjukkan pada Gambar 6.

Keterangan A1 = Ransum basal

A2 = Ransum basal + bentonit 2 % A3 = Ransum basal + bentonit 4 %

Gambar 6. Grafik Interaksi antara Bentonit dengan Air Panas terhadap Kadar Air

Berdasarkan grafik interaksi antara bentonit dengan air panas menunjukkan bahwa penambahan bentonit 4% memiliki nilai kadar air tertinggi dibandingkan dengan tanpa penambahan bentonit dan penambahan bentonit 2% pada ransum basal. Penambahan air panas menyebabkan terjadi perubahan nilai kadar air dari masing-masing perlakuan tanpa bentonit, ransum basal dengan penambahan bentonit 2%, dan ransum basal dengan penambahan bentonit 4%. Pada penambahan bentonit 4% terjadi penurunan nilai kadar air setelah ditambahkan air panas 2,5%, akan tetapi meningkat kembali setelah penambahan air panas 5%. Perlakuan tanpa bentonit dan penambahan bentonit mengalami perubahan nilai kadar air yang terus meningkat saat penambahan air panas sampai mencapai 5%. Hasil ini sesuai dengan pendapat Thomas et. al (1996) dengan penambahan uap air (steam) atau penambahan air panas dapat meningkatkan kadar air ransum. Penambahan air panas yang terjadi pada saat proses mixing mampu meningkatkan nilai kadar air ransum. Penambahan air panas pada mash saat mixing tidak hanya menambah kadar air mash tetapi juga menambah temperatur mash. Peningkatan suhu pada mash disebabkan karena proses

conditioning pada polimer protein dan terjadinya gelatinisasi (Briggs et al., 1999).

Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Ukuran Partikel Crumble Penelitian

Perlakuan dengan penambahan bentonit tidak mempengaruhi ukuran partikel, sedangkan penambahan air panas sangat nyata (P<0,01) meningkatkan ukuran

partikel. Tidak terdapat interaksi antara penambahan bentonit dan penambahan air panas terhadap ukuran pertikel. Pengaruh penambahan bentonit dan air panas pada ukuran partikel crumble penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Ukuran Partikel

Crumble Penelitian Perlakuan B1 B2 B3 Rataan --- (mm)--- A1 1,69±0,24 1,89±0,062 2,01±0,25 1,87±0,23 A2 1,67±0,07 2,00±0,123 1,83±0,17 1,81±0,17 A3 1,63±0,04 1,79±0,090 1,79±0,11 1,73±0,11 Rataan 1,66±0,13B 1,88±0,112A 1,87±0,20A

Keterangan : - superskrip dengan huruf besar menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) pada baris yang sama

- A1= Ransum Basal; A2= Ransum basal + bentonit 2%; A3= Ransum basal + bentonit 4%

- B1= penambahan air panas 0%; B2= penambahan air panas 2,5%; penambahan air panas 5%.

Nilai ukuran partikel tertinggi ditunjukkan pada penambahan air panas 2,5% akan tetapi tidak berbeda dengan penambahan air panas 5% yaitu masing-masing sebesar 1,88 mm dan 1,87 mm. Nilai terendah dihasilkan dari tanpa penambahan air panas yaitu sebesar 1,66 mm, hasil ini karena pemanasan lewat penambahan air panas dalam bahan ransum mengakibatkan terjadinya perekatan sintetis dalam bahan dan akan membentuk gel. Gel akan terbentuk untuk mengikat komponen bahan sehingga crumble akan lebih kompak, kokoh, dan tidak mudah hancur.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Meyer (1961) dalam Hasanah (2002) yaitu pemanasan pada saat pembuatan pelet dapat mengakibatkan terjadinya gelatinisasi, sehingga menyebabkan partikel-partikel bahan dapat merekat satusama lain. Hasilnya crumble yang terbentuk akan lebih kompak dan ukuran partikel

crumble yang dihasilkan akan lebih besar.

Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Berat Jenis Crumble Penelitian

Penambahan bentonit dapat meningkatkan berat jenis (P< 0,05), sedangkan penambahan air panas nyata (P<0,05) menurunkan berat jenis. Interaksi antara penambahan bentonit dan air panas tidak memberikan pengaruh terhadap berat jenis. Pengaruh penambahan bentonit dan air panas pada berat jenis crumble penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Berat Jenis Crumble Penelitian Perlakuan B1 B2 B3 Rataan ---(kg/m3)--- A1 1451±0,06 1361±0,03 1409±0,04 1407±0,06b A2 1488±0,05 1454±0,03 1430±0,05 1457±0,07a A3 1512±0,06 1522±0,05 1399±0,03 1478±0,08a Rataan 1484±0,06a 1446±0,09ab 1413±0,04b

Keterangan : - superskrip dengan huruf kecil menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) - A1= Ransum Basal; A2= Ransum basal + bentonit 2%; A3= Ransum basal +

bentonit 4%

- B1= penambahan air panas 0%; B2= penambahan air panas 2,5%; penambahan air panas 5%.

Rataan berat jenis tertinggi dihasilkan dari penambahan bentonit 4 % sebesar 1478 kg/m3, akan tetapi nilai tersebut tidak berbeda nyata dengan penambahan bentonit 2% sebesar 1457 kg/m3. Nilai terendah berat jenis ransum ditunjukkan perlakuan dengan tanpa penambahan bentonit. Berat jenis tertinggi diperoleh perlakuan dengan tanpa penambahan air panas, dibandingkan dengan penambahan air panas 2,5% dan 5% masing-masing sebesar 1446 kg/m3 dan 1413 kg/m3. Semakin tinggi taraf pemberian air panas maka berat jenis ransum crumble semakin rendah. Berat jenis memiliki peranan penting berbagai proses pengolahan, penanganan, dan penyimpanan. Berat jenis juga sangat menentukan tingkat ketelitian dalam proses penakaran secara otomatis.

Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Kerapatan Tumpukan Crumble Penelitian

Penambahan bentonit tidak berpengaruh terhadap kerapatan tumpukan, sedangkan penambahan air panas sangat nyata (P<0,01) menurunkan kerapatan tumpukan. Interaksi antara penambahan bentonit dan penambahan air panas tidak memberikan pengaruh terhadap kerapatan tumpukan. Nilai rataan kerapatan tumpukan tertinggi untuk penambahan bentonit ditunjukkan oleh perlakuan tanpa penambahan air panas yaitu sebesar 588 kg/m3, sedangkan nilai terendah dengan penambahan air panas 5% yaitu sebesar 561 kg/m3. Pengaruh penambahan bentonit dan air panas pada kerapatan tumpukan crumble penelitian dapat dilihat Tabel 10.

Tabel 10. Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Kerapatan Tumpukan Crumble Penelitian

Perlakuan B1 B2 B3 Rataan ---(kg/m3)--- A1 597±0,01 565±0,02 562±0,02 572±0,02 A2 584±0,01 580±0,02 564±0,02 576±0,01 A3 583±0,01 573±0,01 557±0,01 571±0,02 Rataan 588±0,01A 573±0,02B 561±0,01C

Keterangan : - superskrip dengan huruf besar menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

- A1= Ransum Basal; A2= Ransum basal + bentonit 2%; A3= Ransum basal + bentonit 4%

- B1= penambahan air panas0%;B2= penambahan air panas 2,5%; penambahan air panas 5%.

Nilai kerapatan tumpukan yang rendah menyebabkan volume ruang yang dibutuhkan besar karena berat crumble berkurang. Nilai kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya kadar air, karena bahan akan mengembang dan dengan semakin tingginya kadar air menyebabkan volume ruang yang dibutuhkan menjadi lebih besar (Suadnyana, 1998). Menurut Ruttlof (1981) dalam Suadyana (1998), bahan dengan kerapatan tumpukan rendah sebesar 450 kg/m3 membutuhkan waktu jatuh dan mengalir yang lama sehingga dapat ditimbang dengan teliti, sedangkan bahan yang kerapatan tumpukan yang tinggi sebesar 500 kg/m3 mampu bersifat sebaliknya.

Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Kerapatan Pemadatan Tumpukan Crumble Penelitian

Analisis ragam menunjukkan interaksi antara penambahan bentonit dan air panas sangat nyata (P<0,01) mempengaruhi kerapatan pemadatan tumpukan. Pengaruh penambahan bentonit dan air panas pada kerapatan pemadatan tumpukan

Tabel 11. Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Kerapatan Pemadatan Tumpukan Crumble Penelitian

Perlakuan B1 B2 B3 Rataan ---(kg/m3)--- A1 759±0,03A 648±0,02E 680±0,02CD 696±0,05 A2 731±0,02AB 695±0,02CD 692±0,02CD 706±0,03 A3 744±0,01A 705±0,01BC 672±0,03DE 707±0,04 Rataan 745±0,02A 683±0,03B 681±0,02B

Keterangan : - superskrip dengan huruf besar menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

- A1= Ransum Basal; A2= Ransum basal + bentonit 2%; A3= Ransum basal + bentonit 4%

- B1= penambahan air panas 0%; B2= penambahan air panas 2,5%; penambahan air panas 5%.

Nilai interaksi antara bentonit dan air panas berkisar antara 648 kg/m3 sampai 759 kg/m3. Perlakuan ransum basal tanpa bentonit dengan tanpa air panas menunjukkan nilai kerapatan pemadatan tumpukan paling tinggi yaitu sebesar 759 kg/m3, sedangkan nilai terendah ditunjukkan perlakuan tanpa bentonit dan penambahan air panas 2,5% yaitu sebesar 648 kg/m3. Grafik interaksi antara bentonit dan air panas dapat dilihat pada Gambar 7.

Keterangan : A1 = Ransum basal

A2 = Ransum basal + bentonit 2 % A3 = Rnsum bsl + bentonit 4 %

Gambar 7. Grafik Interaksi antara Bentonit dengan Air Panas terhadap Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Ransum tanpa penambahan bentonit memiliki nilai kerapatan pemadatan tumpukan tertinggi, akan tetapi menurun pada penambahan air panas 2,5%, dan terjadi kenaikan nilai kerapatan pemadatan tumpukan pada penambahan air panas

5% (Gambar 7). Ransum basal dengan penambahan bentonit 2% dan 4% cenderung turun saat penambahan air panas 2,5% dan 5%, hal ini disebabkan karena penambahan air panas pada level yang tinggi menyebabkan bentonit tidak mampu berfungsi sebagai pengisi rongga antar pertikel, sehingga terbukanya pori-pori permukaan pertikel bahan.

Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Sudut Tumpukan Crumble Penelitian

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan bentonit, penambahan air panas dan interaksi antara bentonit dan air panas tidak mempengaruhi sudut tumpukan. Pengaruh penambahan bentonit dan air panas pada sudut tumpukan

crumble penelitian dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Sudut Tumpukan Crumble Penelitian

Perlakuan B1 B2 B3 Rataan ---(o)--- A1 32,09±0,72 32,99±0,09 31,964±0,57 32,149±0,52 A2 31,51±0,85 32,74±0,71 33,106±0,84 32,451±1,02 A3 32,51±0,62 32,76±0,47 32,325±0,97 32,530±0,68 Rataan 32,03±0,79 32,63±0,48 32,465±0,89

Keterangan : - A1= Ransum Basal; A2= Ransum basal + bentonit 2%; A3= Ransum basal + bentonit 4%

- B1= penambahan air panas 0%; B2= penambahan air panas 2,5%; penambahan air panas 5%.

Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Durability Crumble Penelitian

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan bentonit nyata (P<0,05) menurunkan nilai durability, sedangkan penambahan air panas sangat nyata (P<0,01) meningkatkan nilai durability. Interaksi antara bentonit dan air panas sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai durability.

Interaksi antara bentonit dan air panas terhadap nilai durability berkisar antara 87,59% sampai 93,94%. Nilai durability paling tinggi ditunjukkan pada perlakuan tanpa penambahan bentonit dan penambahan air panas 5% yaitu sebesar 93,94%. Nilai terendah ditunjukkan pada penambahan bentonit 4% dan tanpa penambahan air panas yaitu sebesar 87,59%. Pengaruh penambahan bentonit dan air panas pada durability crumble penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Durability Crumble Penelitian Perlakuan B1 B2 B3 Rataan --- (%)--- A1 90,35±2,05BC 90,80±1,65B 93,94±2,48A 91,70±2,52a A2 87,98±2,54CD 92,66±0,57AB 89,99±1,51BCD 90,21±2,54b A3 87,59±0,23D 92,42±1,13AB 90,45±1,82AB 90,15±2,36b Rataan 88,64±2,13B 91,96±1,39A 91,46±2,57A

Keterangan : - superskrip dengan huruf besar menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

- superskrip dengan huruf kecil menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) - A1= Ransum Basal; A2= Ransum basal + bentonit 2%; A3= Ransum basal +

bentonit 4%

- B1= Penambahan air panas 0%; B2= penambahan air panas 2,5%; penambahan air panas 5%.

Gambar 8 menunjukkan grafik interaksi antara bentonit dan air panas terhadap nilai durability. Puncak nilai durability tertinggi ditunjukkan pada ransum yang tidak ditambahkan bentonit. Penambahan bentonit pada level pemberian 2% dan 4% menyebabkan kenaikan nilai durability sejalan dengan meningkatnya level pemberian air panas sebesar 2,5%, akan tetapi dengan penambahan air panas mencapai 5% cenderung menurunkan nilai durability. Sedangkan ransum tanpa penambahan bentonit atau terjadi kenaikan secara signifikan.

Keterangan : A1 = Ransum basal

A2 = Ransum basal + bentonit 2 % A3 = Ransum basal + bentonit 4 %

Gambar 8. Grafik Interaksi antara Bentonit dengan Air Panas terhadap

Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Ketahanan Benturan Crumble Penelitian

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan bentonit berpengaruh sangat nyata (P<0,01) dan penambahan air panas nyata (P<0,05) meningkatkan ketahanan benturan. Interaksi antara bentonit dan air panas berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap ketahanan benturan. Pengaruh penambahan bentonit dan air panas pada ketahanan benturan crumble penelitian dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Pengaruh Penambahan Bentonit dan Air Panas pada Ketahanan Benturan Crumble Penelitian

Perlakuan B1 B2 B3 Rataan --- (%)--- A1 98,15±0,34ab 97,39±0,60abc 98,26±0,54a 97,92±0,61A A2 95,11±1,31d 96,85±0,47bc 97,17±0,57abc 96,37±1,23C A3 96,78± 0,99c 97,56±1,09abc 97,20±0,39abc 97,18±0,86B Rataan 96,64±1,55b 97,27±0,72ab 97,54±0,70a

Keterangan : - superskrip dengan huruf besar menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

- superskrip dengan huruf kecil menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) - A1= Ransum Basal; A2= Ransum basal + bentonit 2%; A3= Ransum basal +

bentonit 4%

- B1= penambahan air panas 0%; B2= penambahan air panas 2,5%; penambahan air panas 5%.

Nilai interaksi antara bentonit dan air panas terhadap nilai ketahanan benturan berkisar antara 95,12% sampai 98,26%. Nilai tertinggi ditunjukkan perlakuan ransum basal tanpa bentonit dan penambahan air panas 5% yaitu sebesar 98,26%, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa penambahan bentonit dan air panas serta perlakuan tanpa penambahan bentonit dan air panas 2,5% . Nilai terendah pada perlakuan dengan penambahan bentonit 2% dan tanpa penambahan air panas yaitu sebesar 95,11%. Briggs et al., 1999, menyatakan bahwa peningkatan suhu pada mash disebabkan karena proses conditioning pada polimer protein dan terjadinya gelatinisasi. Suhu yang tinggi karena penambahan air panas 5% menyebabkan pati tergelatinisasi sehingga akan terbentuk struktur gel yang akan merekatkan pakan, sehingga pakan akan kompak dan tidak mudah hancur oleh benturan.

Interaksi antara bentonit dan air panas terhadap ketahanan benturan memiliki nilai puncak tertinggi pada perlakuan dengan ransum tanpa penambahan bentonit,

kemudian semakin menurun dengan semakin meningkatnya level penambahan bentonit. Penambahan air panas 2,5% mampu meningkatkan nilai ketahanan benturan, karena antara air panas dan bentonit jika berikatan akan membentuk gel sehingga ransum akan lebih kokoh terhadap benturan, sedangkan penambahan air panas 5% hanya mampu meningkatkan nilai ketahanan benturan pada ransum dengan penambahan bentonit 2% dan tanpa penambahan bentonit. Grafik interaksi antara bentonit dengan air panas terhadap ketahanan benturan dapat dilihat pada gambar 9.

Keterangan : A1 = Ransum basal

A2 = Ransum basal + bentonit 2 % A3 = Ransum basal + bentonit 4 %

Gambar 9. Grafik Interaksi antara Bentonit dengan Air Panas terhadap Ketahanan Benturan

Hubungan Antar Sifat Fisik Hubungan antara Kadar Air dengan Berat Jenis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air mempengaruhi berat jenis, kerapatan tumpukan, dan kerapatan pemadatan tumpukan. Hubungan antara kadar air dengan berat jenis mengikuti suatu persamaan linear y = -22,726x + 1736,4 dengan keeratan hubungan sebesar 54,7% (Gambar 10). Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi negatif yaitu bahwa semakin tinggi nilai kadar air maka berat jenis semakin rendah.

Gambar 10. Grafik Hubungan antara Kadar Air dan Berat Jenis Hubungan antara Kadar Air dengan Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Hubungan antara kadar air dan kerapatan pemadatan tumpukan menunjukkan hasil yang berkorelasi negatif dengan keeratan hubungan sebesar 52,55% (Gambar 11). Hubungan persaman linearnya y = -11,728x+851,9. Kerapatan tumpukan dipengaruhi oleh kadar air, semakin tinggi kadar air maka kerapatan pemadatan tumpukan semakin rendah, sehingga kapasitas bahan pada tempat penyimpanan seperti dalam silo, container dan kemasan berkurang karena volume ruang yang dibutuhkan menjadi besar. Menurut Suadnyana (1998) nilai kerapatan pemadatan tumpukan menurun dengan semakin meningkatnya kandungan air sehingga volume ruang yang dibutuhkan menjadi besar.

Gambar 11. Grafik Hubungan antara Kadar Air dengan Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Hubungan antara Kadar Air dengan Kerapatan Tumpukan

Hubungan antara kadar air dan kerapatan tumpukan mempunyai korelasi negatif dengan keeratan hubungan sebesar 54,38% dan mengikuti persamaan y = -5,382x +642,3 (Gambar 12). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Suadnyana

(1998) bahwa kerapatan tumpukan akan menurun sejalan dengan meningkatnya kandungan air dan ukuran partikel sehingga volume ruang yang dibutuhkan lebih besar.

Gambar 12. Grafik Hubungan antara Kadar Air dengan Kerapatan Tumpukan Hubungan antara Ukuran Partikel dengan Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara ukuran partikel dengan kerapatan pemadatan tumpukan mempunyai korelasi negatif yang mengikuti persamaan linear y = -0,107+896,32 dengan keeratan hubungan sebesar 50,25% (Gambar 13), hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ukuran partikel maka semakin rendah nilai kerapatan tumpukan.

Gambar 13. Grafik Hubungan antara Ukuran Partikel dengan Kerapatan Pemadatan Tumpukan

Dokumen terkait