Gambar 11 Lokasi wilayah penelitian
Wilayah studi dari penelitian ini mencakup daerah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor serta sekitarnya (sedikit wilayah Kabupaten Cianjur dan Kota Depok), dengan spesifikasi wilayah berada pada rentang 6°23’42”–6°44’20,4” LS dan 106°26’34,8”–107°12’54” BT. Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’48’ BT dan 6’26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara. Luas wilayah Kota Bogor sebesar 11.850 HA dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Secara administratif Kota Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 31 kelurahan dan 37 desa, 210 dusun, 623 RW, 2.712 RT, dan dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Bogor. Adapun wilayah Kabupaten Bogor yang dimaksudadalah sebagai berikut.
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.
Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Dengan Cibinong sebagai pusat pemerintahan yang berada di sebelah utara Kota Bogor. Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 6°190’– 6°470’ LS dan 106°01’–107°103’ BT dengan luas wilayah sekitar 2.301,95 km2. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Tangerang (Banten), Kota Depok, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi di utara, Kabupaten Karawang di timur, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi di selatan, serta Kabupaten Lebak
(Banten) di barat. Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan, 16 kelurahan, dan 410 desa.
Pada daerah penelitian yang mencakup wilayah Kabupaten dan Kota Bogor dapat dilihat beberapa titik/tempat yang berpotensi menjadi sumber pencemaran NO2. Pada daerah Kabupaten dan Kota Bogor terdapat banyak titik-titik keramaian lalulintas serta pada daerah ini terdapat kawasan industri menengah maupun kecil yang tersebar di berbagai daerah.
Pencemaran NO2 di Daerah Kabupaten dan Kota Bogor
Pada penelitian ini didapatkan hasil yang berupa besarnya tingkatan pencemaran NO2 di lapisan atmosfer yang berada di atas wilayah penelitian serta visualisasinya. Besaran tingkat pencemaran yang disajikan dalam satuan unit molec/cm2.
Hasil visualisasi dapat dilihat dalam bentuk peta yang memperlihatkan pola radial sebaran tingkat pencemaran NO2 di atmosfer dalam rentang daerah penelitian. Pengambilan data penelitian yang dilakukan dalam rentang waktu 5 tahun (2006–2010) dan didapatkan bahwa tingkat kandungan NO2 di atmosferKota dan Kabupaten Bogor paling tinggi terjadi pada bulan Juli 2008, dengan hasilsebesar 10 × 1015 molec/cm2, sedangkan paling rendah terjadi pada bulan Januari 2006 sebesar 2 × 1015molec/cm2. Hal itu dapat dilihat dari grafik pada Gambar 12 dan 13.
22
Gambar 13 Grafik besaran pencemar NO2 pada tahun 2006
Selain grafik tersebut,dapat dilihat juga sebaran pencemar yang terjadi pada bulan November 2010 dan Juni 2006 pada Gambar 14 dan 15. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa besarnya tingkat densitas NO2 di lapisan atmosfer pada bulan Juli 2008 sangat besar dan terdapat nilai yang cukup tinggi pada daerah Bogor Timur dan Bogor Tengah. Sedangkan pada bulan Januari 2006 dapat dilihat tingkat densitas NO2 di lapisan atmosfer yang terendah berada pada wilayah Cianten.
Gambar 15 Sebaran polutan NO2 pada Januari 2006
Pola Distribusi Total Kolom NO2 di Bogor
Berdasarkan data curah hujan rata-rata dari 7 stasiun curah hujan yaitu stasiun Cianten, Cibinong, Darmaga, Dayeuh-Jonggol, Gunung Mas, dan Katulampa, diperoleh data yang dapat dilihat di Gambar 16. Menurut Tjasyono (2004) pembagian musim berdasarkan perubahan musim di Indonesia yang terdiri dari musim hujan pada bulan-bulan DJF (Desember-Januari-Februari), kemarau pada bulan JJA (Juni-Juli-Agustus) dan dua musim peralihan yaitu bulan-bulan MAM (Maret-April-Mei) dan SON(September-Oktober-November).
Gambar 16 Curah hujan rata-rata di 7 stasiun curah hujan Kabupaten Bogor tahun 2006–2010 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
C u ra h H u ja n ( mm) Bulan
24
(a)
(b)
Gambar 17 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim DJF dan (b) musim MAMpada tahun 2006 di setiap musim
Di tahun 2006 pada musim hujan yang terjadi pada bulan DJF (Gambar 17), pola penyebaran total kolom NO2 di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, pada wilayah Nanggung dan Cianten memiliki nilai total kolom NO2 terendahsebesar 2 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Cibarusah (Bekasi) memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 6 × 1015molec/cm2. Pada musim peralihan MAM dapat dilihat dari hasil visualisasinya (Gambar 17), pada daerah Nanggung, Tenjolaya, Cianten, Leuwiliang, Pamijahan, dan sebagian wilayah Cigombong memiliki nilai total kolom NO2 terendah dengan kisaran nilai 3 × 1015molec/cm2. Wilayah Cileungsi dan sebagian wilayah Gunung Putri memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 8 × 1015molec/cm2. Hal itu bisa disebabkan dengan adanya arus transportasi yang tinggi di daerah tersebut yang merupakan jalan penghubung menuju Depok, Tangerang, dan Jakarta, serta banyaknya pabrik yang beroperasi di daerah tersebut dikarenakan wilayah tersebut berbatasan dengan kota besar lainnya yaitu Kota Depok dan Tangerang.
(a)
(b)
Gambar 18 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim JJA dan (b) musim SONpada tahun 2006 di setiap musim
Pada musim kemarau yang terjadi di musim JJA (Gambar 18), pada sebagian wilayah Nanggung dan Cianten memiliki nilai total kolom NO2 sebesar 4 × 102molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Gunung Putri, Cileungsi, dan Depok memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 9 × 1015molec/cm2. Untuk musim peralihan di bulan SON (Gambar 18), nilai total kolom NO2 di wilayah Cianten sebesar 4 × 1015molec/cm2merupakan nilai yang terendah pada wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, sedangkan pada wilayah Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Gunung Putri, Gunung sindur, dan sebagian wilayah kota Depok memiliki nilai total kolom terbesar dengan kisaran nilai 9 sampai 10 × 1015molec/cm2. Hal itu semua terjadi dikarenakan berkurangnya intesitas hujan pada musim kemarau dan musim peralihan dari musim kemarau menuju musim penghujan, serta adanya kontribusi dari kegiatan transportasi dan industri pada wilayah tersebut.
26
(a)
(b)
Gambar 19 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim DJFdan (b) musim MAMpada tahun 2007 di setiap musim
Tahun 2007 pada musim hujan yang terjadi pada bulan DJF (Gambar 19), pola penyebaran total kolom NO2 di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, pada wilayah Jasinga, Cigombong, Nanggung, Leuwiliang, Pamijahan, Caringin, dan sebagian wilayah Ciawi memiliki nilai total kolom NO2 terendahsebesar 3 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Gunung Sindur, Parung, dan Kota Depok memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 7 × 1015molec/cm2. Pada musim peralihan MAM dapat dilihat dari hasil visualisasinya (Gambar 19), pada daerah Nanggung, Jasinga, Cianten, Leuwiliang, Pamijahan, dan sebagian wilayah Cikalong Kulon (Cianjur) memiliki nilai total kolom NO2 terendah dengan kisaran nilai 3 × 1015molec/cm2. Wilayah Cileungsi dan wilayah Gunung Putri memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 6 × 1015molec/cm2.
(a)
(b)
Gambar 20 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim JJAdan (b) musim SON pada tahun 2007 di setiap musim
Pada musim kemarau yang terjadi di musim JJA (Gambar 20), pada sebagian wilayah kawasan Gunung Halimun memiliki nilai total kolom NO2 terendah sebesar 3 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Gunung Putri dan Cileungsi memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 10 × 1015molec/cm2. Untuk musim peralihan di bulan SON (Gambar 20), nilai total kolom NO2 di sebagian wilayah Cianten dan kawasan Gunung Halimun sebesar3 × 1015molec/cm2merupakan nilai yang terendah pada wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, sedangkan pada wilayah Gunung Putri, Cileungsi, dan sebagian wilayah Kota Depok memiliki nilai total kolom terbesar dengan kisaran nilai10 × 1015molec/cm2.
28
(a)
(b)
Gambar 21 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim DJFdan (b) musim MAM pada tahun 2008 di setiap musim
Tahun 2008 pada musim hujan yang terjadi pada bulan DJF (Gambar 19a), pola penyebaran total kolom NO2 di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, pada wilayah Tendolaya, Cianten, Pamijahan, Cigombong, sebagian wilayah Taman Sari, dan Caringin memiliki nilai total kolom NO2 terendahsebesar 2 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Cileungsi, Cibarusah (Bekasi), dan sebagian wilayah Gunung Putri memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 6 × 1015molec/cm2. Pada musim peralihan MAM dapat dilihat dari hasil visualisasinya (Gambar 19b), pada daerah Cianten memiliki nilai total kolom NO2 terendah dengan kisaran nilai 2 × 1015molec/cm2. Wilayah Cileungsi memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 8 × 1015molec/cm2.
(a)
(b)
Gambar 22 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim JJAdan (b) musim
SONpada tahun 2008 di setiap musim
Pada musim kemarau yang terjadi di musim JJA (Gambar 22), pada sebagian wilayah kawasan Gunung Halimun dan Cikalong Kulon (Cianjur) memiliki nilai total kolom NO2 terendah sebesar 3 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Gunung Sindur, Parung, Kota Depok, sebagian wilayah Ciseeng, dan Tajur Halang memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 10 × 1015molec/cm2. Untuk musim peralihan di bulan SON (Gambar 22), nilai total kolom NO2 di sebagian wilayah Cianten dan kawasan Gunung Halimun sebesar3 × 1015molec/cm2 merupakan nilai yang terendah pada wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, sedangkan pada wilayah Kota Depok, sebagian wilayah Gunung Sindur dan Parung memiliki nilai total kolom terbesar dengan kisaran nilai9 × 1015molec/cm2.
30
(a)
(b)
Gambar 23 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim DJFdan (b) musim
MAMpada tahun 2009 di setiap musim
Tahun 2009 pada musim hujan yang terjadi pada bulan DJF (Gambar 23), pola penyebaran total kolom NO2 di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, pada wilayah Cianten dan Pamijahan memiliki nilai total kolom NO2 terendahsebesar 2 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Cileungsi, Cibarusah (Bekasi), Jonggol, Cariu, dan Gunung Putri memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 5 × 1015molec/cm2. Pada musim peralihan MAM dapat dilihat dari hasil visualisasinya (Gambar 23), pada wilayah selatan dan timur Kabupaten Bogor memiliki nilai total kolom NO2 terendah dengan kisaran nilai 2 × 1015molec/cm2. Wilayah Cileungsi dan Gunung Putri memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar6 × 1015molec/cm2.
(a)
(b)
Gambar 24 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim JJAdan (b) musim
SONpada tahun 2009 di setiap musim
Pada musim kemarau yang terjadi di musim JJA (Gambar 24), pada kawasan Gunung Halimun dan sebagian wilayah Cianten memiliki nilai total kolom NO2 terendah sebesar 3 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, dan Kota Depok memiliki nilai total kolom NO2tertinggi sebesar 8 × 1015molec/cm2. Untuk musim peralihan di bulan SON (Gambar 24), nilai total kolom NO2 di sebagian wilayah Cianten dan kawasan Gunung Halimun sebesar 3 × 1015molec/cm2merupakan nilai yang terendah pada wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, sedangkan pada wilayah Kota Depok, Gunung Sindur, Ciseeng, Tajur Halang, Cileungsi, Gunung Putri, dan Parung memiliki nilai total kolom terbesar dengan kisaran nilai 7 sampai 8 × 1015molec/cm2.
32
(a)
(b)
Gambar 25 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim DJFdan (b) musim
MAMpada tahun 2010 di setiap musim
Tahun 2010 pada musim hujan yang terjadi pada bulan DJF (Gambar 25), pola penyebaran total kolom NO2 di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, pada wilayah Nanggung, Pamijahan, Cianten, dan sebagian wilayah Jasinga memiliki nilai total kolom NO2terendahsebesar2 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Cileungsi, Cibarusah (Bekasi), Jonggol, dan Cariu memiliki nilai total kolom NO2 tertinggi sebesar 5 × 1015molec/cm2. Pada musim peralihan MAM dapat dilihat dari hasil visualisasinya (Gambar 25), pada sebagian wilayah Cianten memiliki nilai total kolom NO2 terendah dengan kisaran nilai 2 × 1015molec/cm2. Wilayah Cileungsi, Cibarusah (Bekasi), Jonggol, dan Gunung Putri memiliki nilai total kolom NO2tertinggi sebesar 6 × 1015molec/cm2.
(a)
(b)
Gambar 26 Visualisasi sebaran kolom NO2(a) musim JJAdan (b) musim
SONpada tahun 2010 di setiap musim
Pada musim kemarau yang terjadi di musim JJA (Gambar 26), pada kawasan Gunung Halimun memiliki nilai total kolom NO2 terendah sebesar 2 × 1015molec/cm2, sedangkan pada sebagian wilayah Gunung Sindur, Parung, Kota Depok memiliki nilai total kolom NO2tertinggi sebesar9 × 1015molec/cm2. Untuk musim peralihan di bulan SON (Gambar 26), nilai total kolom NO2 di sebagian wilayah Cianten dan kawasan Gunung Halimun sebesar 2 × 1015molec/cm2 merupakan nilai yang terendah pada wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, sedangkan pada sebagian wilayah Cileungsi memiliki nilai total kolom terbesar dengan kisaran nilai8 × 1015molec/cm2.
Berdasarkan hasil visualisaisi selama kurun waktu 5 tahun, terlihat adanya pola sebaran NO2di wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya, yaitu antara lain saat bulan Desember, Januari, Februari (musim hujan) dan Maret, April, Mei (musim peralihan) yang memiliki intesitas hujan tinggi menunjukkan nilai total kolom NO2 yang kecil dibandingkan dengan nilai yang didapat pada musim kemarau (Juni, Juli, dan Agustus). Sedangkan padabulan Juni, Juli, Agustus (musim kemarau) dan September, Oktober, November (musim peralihan) menunjukan nilai total kolom NO2 yang tinggi. Hal ini terlihat pada meningkatnya nilai total kolom pada titik-titik yang memiliki kepadatan aktifitas transportasi dan
34
industri seperti Parung, Gunung Putri, Tajur Halang, Ciseeng, Cileungsi, Gunung Sindur,dan Jonggol.
Perlu adanya pengendalian serta pencegahan yang dapat dilakukan seperti menghimbau kepada pemerintah untuk memperbaiki sarana dan prasarana transportasi publik agar terjadi penurunan kegiatan transportasi, tidak menambah lagi pabrik atau industri pada wilayah yang telah memiliki banyak pabrik atau industri, penambahan ruang terbuka hijau, serta pemeriksaan mesin kendaraan secara berkala.