• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lingkungan pengembangan sistem ini pada sisi perangkat keras menggunakan: 1. Pentium Core 2 Duo 2.0

2. RAM 2 GB

Pada sisi perangkat lunaknya pengembangan sistem ini menggunakan: 1. Editor Notepad ++

2. Browser Mozilla Firefox versi 3.0.11 3. Sistem Operasi Windows XP SP2

Pada sisi lainnya spesifikasi WMS dan KML yang dapat diintegrasikan adalah: 1. WMS versi 1.1.1

2. KML versi 2.0

Definisi Sistem Pertama

Pada awalnya, pengembangan sistem ini menggunakan bantuan framework

OpenLayers. Pemakaian OpenLayers menyebabkan pemunculan peta Google Maps dan WMS dikendalikan oleh OpenLayers. Definisi pertama ini ditolak oleh pengguna karena saat dilakukan uji lamanya waktu menampilkan, sistem yang menggunakan OpenLayers ini membutuhkan waktu rata-rata sekitar 5.24 detik. Hal ini disebabkan karena

4 Pada tahap spesifikasi inkremen sistem

disetujui, tahapan inkremen selanjutnya dilakukan. Jika tidak memenuhi permintaan pengguna, maka sistem didefinisikan dari awal, hingga mempunyai desain arsitektur dan spesifik yang memenuhi.

Pendaftaran Sistem

Sebelum dapat menampilkan suatu peta pada browser, dilakukan pendaftaran untuk mendapatkan Google API key. Dengan mendaftarkan direktori utama, maka dapat ditampilkan peta di seluruh situs tersebut, baik pada direktori utama maupun pada sub-direktori. Alamat yang didaftarkan yaitu

http://pssdal.bakosurtanal.go.id.

Setelah melakukan pendaftaran didapatkan

key beserta template kode program yang diberikan oleh Google Maps API yang selanjutnya bisa dimodifikasi. Secara default

Google Maps menyediakan key yang dapat digunakan seperti terlihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Key yang didapatkan. Beberapa persyaratan penting yang harus dipenuhi ketika mendaftarkan situs ke Google adalah:

1. Tidak ada batasan pada jumlah tampilan halaman yang memakai Maps API. Namun jika menggunakan 500.000 tampilan halaman per hari, diharapkan menghubungi Google Maps Official untuk mendapatkan tambahan kapasitas.

2. Mempunyai batasan pada jumlah permintaan Geocode per hari.

3. Maps API tidak termasuk iklan. 4. Harus dapat diakses secara bebas.

5. Tidak boleh mengganti logo atau atribut peta Google.

Template yang disediakan oleh Google Maps tersebut dapat diubah sesuai dengan keinginan. Key yang didapat adalah

“ABQIAAAAbUZP9JF5NRWZ52aveQc1XRSa on_P9ZMIQjrevEvGh19yVJuHxBStnNjQmOP

ML2Xt3QKw1QsUdDq78g”. Penampilan peta dimulai dengan syarat browser yang digunakan oleh pengguna kompatibel. Google Maps akan menampilkan peta dengan titik tengah peta menunjuk ke koordinat posisi

longitude dan latitude serta memiliki zoom

level berkisar dari 1 sampai 16. Terdapat tiga buah tampilan peta yang dapat dipilih yaitu

map, satellite dan hybrid.

Operasi WMS yang diterapkan pada penelitian ini adalah GetCapabilities, yang berisikan deskripsi informasi yang dimiliki WMS dan parameter yang dapat diterima dan operasi GetMap untuk mendapatkan peta yang didefinisikan dengan jelas. Satu operasi tambahan yang diperlukan adalah GetFeatureInfo yang meminta informasi mengenai fitur tertentu yang ditampilkan pada peta saat dilakukan klik area peta. Setelah integrasi dengan WMS berhasil, dilakukan integrasi dengan KML.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lingkungan Pengembangan

Lingkungan pengembangan sistem ini pada sisi perangkat keras menggunakan: 1. Pentium Core 2 Duo 2.0

2. RAM 2 GB

Pada sisi perangkat lunaknya pengembangan sistem ini menggunakan: 1. Editor Notepad ++

2. Browser Mozilla Firefox versi 3.0.11 3. Sistem Operasi Windows XP SP2

Pada sisi lainnya spesifikasi WMS dan KML yang dapat diintegrasikan adalah: 1. WMS versi 1.1.1

2. KML versi 2.0

Definisi Sistem Pertama

Pada awalnya, pengembangan sistem ini menggunakan bantuan framework

OpenLayers. Pemakaian OpenLayers menyebabkan pemunculan peta Google Maps dan WMS dikendalikan oleh OpenLayers. Definisi pertama ini ditolak oleh pengguna karena saat dilakukan uji lamanya waktu menampilkan, sistem yang menggunakan OpenLayers ini membutuhkan waktu rata-rata sekitar 5.24 detik. Hal ini disebabkan karena

5 kode script, yaitu ke WMS

BAKOSURTANAL dan ke server Google.

Gambar 7 Uji coba OpenLayers. Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa untuk menampilkan komposisi petanya, OpenLayers membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan tanpa pemakaian OpenLayers. Oleh karena itu, pengembangan selanjutnya memakai JavaScript Google Maps API.

Validasi Pertama

Pengajuan sistem menggunakan OpenLayers ini ditolak oleh pengguna. Pengguna tersebut adalah Dr. Gatot Pramono, yang merupakan pengembang sistem GMRIS-MCRMP. Dengan tidak validnya sistem ini sesuai dengan keinginan pengguna, maka spesifikasi tersebut diulang dari tahap awal, dengan tidak menggunakan OpenLayers.

Google Maps API

Pendefinisan sistem yang ke dua meninggalkan pemakaian OpenLayers dan menggunakan secara penuh pemrogaman

Google Maps API. Dengan pemakaian kode-kode yang diberikan Google Maps API ini, peta Google Map dapat diintegrasikan dengan format WMS maupun KML. Pada tahap ini, integrasi WMS dengan Google Maps menggunakan kode program JavaScript yang telah dikembangkan John Deck, Universitas California Berkeley. Penggunaan definisi sistem ini, menghasilkan rancangan arsitektur sistem, dan spesifikasi sistem yang lebih rinci.

Arsitektur Sistem

Arsitektur yang terbentuk terlihat seperti pada Gambar 8. Untuk penyajian petanya, sistem ini menggunakan Google Maps sebagai peta dasar dari semua layer. Data spasial berformat WMS nantinya akan diintegrasikan dengan menjadi sebuah layer yang menumpuk di atas peta dasar Google Maps.

` CLIENT HTML WITH JAVASCRIPT OVERLAY OVERLAY KML WMS Google Maps

Gambar 8 Arsitektur sistem.

Selain mengintegrasikan data spasial berformat WMS, sistem ini juga dapat mengintegrasikan dengan data spasial berformat KML. Semua KML versi 2.0 yang terdapat pada berbagai situs, dapat ditampilkan di sistem ini. Integrasi kedua jenis

layer tersebut ditampilkan ke dalam browser

yang kompatibel terhadap kode-kode Google.

Spesifikasi Inkremen Sistem

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini menggunakan kode program JavaScript yang telah dibuat John Deck, University California Berkeley. Penggunaan kode program ini mempunyai keterbatasan pada spesifikasi WMS yang digunakan. Keterbatasan tersebut adalah layanan WMS yang dipakai merupakan WMS dengan versi 1.1.1. Dengan demikian jika menggunakan WMS yang berbeda versinya, maka layer

tersebut tidak akan muncul atau saat dilakukan klik peta, tidak akan dilakukan operasi GetFeatureInfo. Operasi WMS yang diterapkan pada penelitian ini adalah GetMap, GetCapabilities, dan GetFeatureInfo. GetMap digunakan untuk mendapatkan peta WMS yang berupa layer untuk ditampilkan di atas peta Google Maps. Parameter yang diperlukan untuk mendapatkan petanya adalah alamat WMS, nama layer yang ingin ditampilkan serta format layer tersebut. GetCapabilities didapat dengan cara memasukkan alamat URL WMS, menghasilkan sebuah link, yang akan melakukan pengunduhan sebuah berkas XML yang isinya informasi-informasi WMS tersebut. Operasi tambahan lainnya yang digunakan pada penelitian ini adalah GetFeatureInfo. Operasi ini akan dijalankan ketika pengguna melakukan klik pada peta, menghasilkan informasi yang terdapat pada

layer yang diklik tersebut. Operasi ini menggunakan kode program yang dibuat oleh Lance Dyas, pengembang Google Maps.

6

Validasi Inkremen

Setelah pendefinisian ulang serta spesifikasi tersebut disepakati, dilakukan pengujian spesifikasi inkremen. Pengujian ini dilakukan dengan membuat sistem menjadi statis, yaitu terlebih dahulu parameter-parameternya didefinisikan. Setelah validnya hasil inkremen ini, dilakukan tahap pengembangan lebih lanjut.

Proses Floating Layer

Pada penelitian ini digunakan teknik yang ke dua, yakni layer WMS dijadikan floating layer atau tetap berada di atas dari semua jenis peta dasar Google Maps. Pada Gambar 9 dapat dilihat proses floating layer. Setelah permintaan pengguna tereksekusi, layer

tersebut akan terlihat pada peta menjadi tumpukan layer dengan peta dasar Google Maps selalu menempati urutan terbawah.

` BROWSER Objek layer terrain Hybrid sattelite Tipe Peta Google Maps Map GOOGLE WMS

Gambar 9 Ilustrasi floating layer.

Penggunaan JSON

JSON digunakan sebagai objek penampung layer yang telah diciptakan. Implementasi layer penampung hasil query

ditempatkan pada sebuah objek. Objek inilah yang merupakan bentuk dari JSON tersebut. Urutan penumpukan di floating layer

tergantung pada urutan pemanggilan layer

yang tercipta di JSON. Struktur JSON dapat dilihat pada Gambar 10.

Pada penelitian ini dibuat sebuah objek

bernama „layer‟ yang menampung objek -objek dari hasil query operasi WMS maupun integrasi KML. Penggunaan objek ini mampu mempercepat pemanggilan sebuah layer yang tercipta. Dengan begitu, JSON ini meningkatkan kinerja AJAX pada proses pengiriman datanya ke server Google untuk pemunculan layer. GOOGLE FLOATING LAYER BASE MAP ` BROWSER OBJECT LAYER WMS KML

Gambar 10 Penggunaan JSON.

Integrasi dengan KML

Banyak institusi atau organisasi yang memiliki berkas KML yang disebarluaskan secara umum. KML ini merupakan teknik yang sangat sederhana untuk menampilkan data di dalam Google Maps sebagai GOverlay.

KML ini dibangun dengan membuat sebuah objek GeoXML (Google Server Upload). Objek tersebut digunakan untuk menspesifikasikan sebuah alamat menuju akses KML atau GeoRSS yang telah dipublikasi. Dengan menggunakan script yang ada di Google Maps, maka dari alamat tersebut akan tercipta sebuah layer yang akan menimpa peta dasar Google Maps sebagai

overlay layer. Seperti halnya integrasi dengan WMS, layer yang dihasilkan ini menjadi

overlay layer. Salah satu contoh KML adalah wikimapia. Wikimapia merupakan situs pencarian peta berupa nama-nama daerah yang telah ditandai oleh pengguna wikimapia. Wikimapia mempunyai data spasial berformat KML yang dapat diakses di

http://wikimapia.org/ge.kml. KML tersebut berisi data nama-nama daerah yang telah ditandai pada peta Google Maps.

Integrasi Inkremen Sistem

Setelah semua spesifikasi inkremen telah divalidasi, dan hasilnya diterima, maka spesifikasi inkremen tersebut digabung menjadi satu kesatuan. Perancangan antarmuka dilakukan sesuai dengan permintaan pengguna. Di samping kanan terlihat menu overlay layer hasil integrasi WMS ataupun KML. Menu overlay ini berisikan layer-layer pada satu daerah yang terpilih saat dilakukan query. Secara default, tema yang terpilih langsung ditampilkan di dalam peta Google Maps. Tampilan peta dapat dilihat pada Lampiran 2.

7

Pengujian Sistem

Pengujian dilakukan untuk melihat perbedaan lamanya waktu yang dibutuhkan memuat peta dari Google Maps maupun pemetaan lama yang menggunakan Chameleon. Pengujian dilakukan pada 22 Juni 2009 di BAKOSURTANAL sekitar pukul 10.36 WIB. Skenario pengujian yaitu dengan menampilkan layer bertema Batimetri provinsi Kalimantan Timur. Setelah ditampilkan layer, pengujian ke dua yaitu menghitung lamanya waktu untuk operasi

zoom. Hasil pengujian sistem dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12.

Gambar 11 Pengujian pemuatan peta.

Gambar 12 Pengujian Operasi Zoom. Dari Gambar 11 dan Gambar 12, dapat dilihat bahwa penggunaan Google Maps sebagai penyaji peta dasar sangat membantu dalam mengurangi lamanya pemunculan layer tema ke dalam sistem pemetaan yang dibuat. Hasil berupa tabel dapat dilihat pada Lampiran.

Evaluasi Sistem

Evaluasi dilakukan di BAKOSURTANAL di hadapan pengguna Ibu Suzan N. Gill, S.Kom, Bapak Dr. Gatot Pramono, Bapak Suseno, S.T, dan Ibu Ati Rahadiyati, M.Sc. Pada tahap ini dilakukan simulasi percobaan pada sistem. Sistem pemetaan telah berhasil mengintegrasikan serta menampilkan layer

hasil query operasi WMS. Pengintegrasian dengan KML juga berhasil menampilkan

layer. Namun, ketika operasi GetFeatureInfo dijalankan (saat klik layer WMS), WMS tidak

menampilkan informasi secara detail, seperti pada Gambar 13. Lain halnya pengujian terhadap alamat WMS

http://thewildwoodstudios.com/cgi-bin/mapserv?map=../roadlessland/maps/ira.ma p&, akan menampilkan informasi layer secara rinci seperti pada Gambar 14. Hal ini dikarenakan struktur WMS Bakosurtanal berbeda dengan struktur WMS pada umumnya sehingga operasi GetFeaturInfo saat dilakukan tidak mengeluarkan keluaran informasi layer.

Gambar 13 GetFeatureInfo pada layer WMS.

Gambar 14 GetFeatureInfo pada layer

roadlessland.

Dokumen terkait