• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Lokasi Penelitian Kota Kotamobagu

Kota Kotamobagu terletak di Pulau Sulawesi bagian utara. Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow, bagian selatan juga berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow, demikian pula bagian timur dan barat juga berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow. Secara nyata batas-batas wilayah Kota Kotamobagu di kelilingi oleh Kabupaten Bolaang Mongondow.

Kota Kotamobagu mempunyai luas wilayah 184,33 km² yang terdiri dari empat kecamatan yaitu Kotamobagu Utara, Kotamobagu Selatan, Kotamobagu Timur dan Kotamobagu Barat. Kecamatan Kotamobagu Utara memiliki tiga desa dan empat kelurahan, Kecamatan Kotamobagu Selatan memiliki tiga desa dan enam kelurahan, Kecamatan Kotamobagu Timur memiliki enam desa dan dua kelurahan dan Kecamatan Kotamobagu Barat memiliki lima desa. Secara keseluruhan Kota Kotamobagu memiliki 17 desa dan 12 kelurahan. Terdapat lima Puskesmas di wilayah Kota Kotamobagu yaitu Puskesmas Kotobangon, Puskesmas Upai, Puskesmas Bilalang, Puskesmas Gogagoman dan Puskesmas Motoboi Kecil.

Wilayah Kota Kotamobagu berada pada ketinggian antara 225 sampai dengan 368 meter dari permukaan laut. Jumlah penduduk di Kota Kotamobagu adalah sebesar 97.633 jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai lebih dari 530 penduduk per km².

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara berada di bagian barat Provinsi Sulawesi Utara yang memanjang dari timur ke barat sampai berbatasan dengan Provinsi Gorontalo di sebelah barat dan Kabupaten Bolaang Mongondow di sebelah timur. Wilayah daratan melebar dari tepi laut Sulawesi di sebelah utara sampai daratan Kabupaten Bolaang Mongondow di sebelah selatan dan juga

merupakan daerah hasil pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow pada tahun 2007.

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki luas wilayah 1.856.,86 km² yang terdiri dari enam kecamatan, 71 desa dan satu kelurahan, dengan ketinggian antara satu sampai dengan 10 meter dari permukaan laut. Terdapat enam Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) kecamatan yang tersebar di Kabupaten ini yaitu Puskesmas Sangkub di Kecamatan Sangkub yang melayani sembilan desa dengan jumlah penduduk 8.602 jiwa, Puskesmas Bintauna di Kecamatan Bintauna yang melayani 13 desa dan satu kelurahan dengan jumlah penduduk 12.021 jiwa, Puskesmas Bohabak di Kecamatan Bolang Itang Timur yang melayani 15 desa dengan jumlah penduduk 11.820 jiwa, Puskesmas Bolang Itang di kecamatan Bolang Itang Barat yang melayani 12 desa dengan jumlah penduduk 13.066 jiwa, Puskesmas Boroko di Kecamatan Kaidipang yang melayani sembilan desa dengan jumlah penduduk 10.399 jiwa dan Puskesmas Buko di Kecamatan Pinogaluman yang melayani 13 desa dengan jumlah penduduk 9.622 jiwa. Dari 6 Puskesmas Kecamatan tersebut terdapat tiga Puskesmas Perawatan dan tiga Puskesmas non Perawatan, 22 Puskesmas Pembantu, enam Puskesmas Keliling, 77 Posyandu, 31 Polindes, satu Toko Obat dan belum memiliki Rumah Sakit Umum (RSU) (Profil Kesehatan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, 2006).

Sebagian besar masyarakat Bolaang Mongondow Utara telah dapat menyelesaikan pendidikan sampai ke Sekolah Dasar. Ini terlihat dari rata-rata lamanya sekolah pada tahun 2002 sebesar 7,1 tahun. Bila dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Sulawesi Utara, masih cukup tertinggal. Berdasar data SUSENAS tahun 2000, penduduk yang tidak tamat SD/MI memiliki presentasi tertinggi sebesar 38%, di susul tamat SD/MI sebesar 34%, tamat SLTP/sederajat sebesar 17,4% dan tamat Perguruan Tinggi sebesar 2,9%. Sedangkan untuk angka melek huruf sebesar 96%.

Deskripsi Petugas Kesehatan Puskesmas

Petugas kesehatan Puskesmas Kecamatan terdapat di Puskesmas Kecamatan yang berada di wilayah Kota Kotamobagu dan Kabupaten Bolaang Mongondow, yang terbagi atas petugas medik (dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis), petugas paramedik (perawat, perawat gigi, bidan, petugas gizi, sanitarian, penyuluh kesehatan dan penanggung jawab program yang lain) serta petugas pendukung administrasi (pekarya). Deskripsi mengenai keahlian, umur, status kepegawaian, jenis kelamin, gaji tetap, penghasilan luar gaji dan lamanya bekerja di puskesmas dari petugas kesehatan medik Puskesmas di Kota Kotamobagu dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dapat dilihat pada Tabel 5.

Rasio dokter umum Puskesmas dengan jumlah penduduk di Kota Kotamobagu adalah 1 per 10.000 penduduk. Rasio dokter umum Puskesmas dengan jumlah penduduk di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara adalah 1 per 10.000 penduduk dan rasio dokter gigi Puskesmas di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan jumlah penduduk adalah 0,15 per 10.000 penduduk. Di Kota Kotamobagu belum terdapat Dokter Gigi demikian juga halnya di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang hanya terdapat seorang dokter gigi di Puskesmas Buko kecamatan Pinogaluman. Ini terkait dengan isu strategis ketenagaan kesehatan. Masalah-masalah yang terkait dengan ketenagaan kesehatan antara lain: 1) Kurang serasinya produksi/pendidikan dan pendayagunaan (termasuk daya serap) tenaga kesehatan; 2) Rendahnya kualitas tenaga kerja; 3) Kurang meratanya penyebaran tenaga kesehatan; 4) Lemahnya manajemen SDM kesehatan dan 5) Rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk masih rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya ketimpangan antara perkotaan dan pedesaan, bahkan sekitar 25 sampai 40 persen Puskesmas tidak mempunyai dokter khususnya di daerah dengan geografis sulit seperti kawasan timur Indonesia (Adisasmito, 2007).

Tabel 5. Deskripsi Petugas Kesehatan Medik Puskesmas di Dua Lokasi Penelitian

Uraian Kota Kotamobagu Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara Jumlah % Jumlah % 1. Keahlian Dokter Umum Dokter Gigi Dokter Spesialis Total 6 100,0 - 0 - 0 6 100,0 5 83,3 1 16,7 - 0 6 100,0 2. Umur (tahun) a. < 31 b. 32-37 c. > 38 Total 4 66,6 1 16,7 1 16,7 6 100,0 5 83,3 1 16,7 - 0 6 100,0 3. Status kepegawaian a. PNS b. Kontrak/PTT c. Sukarela Total 4 66,7 2 33,3 - 0 6 100,0 1 16,7 5 83,3 - 0 6 100,0 4. Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Total 6 100,0 - 0 6 100,0 3 50,0 3 50,0 6 100,0 5. Gaji Tetap a. <Rp.1,5jt b. Rp.1,5jt-2,5jt c. >Rp.2,5jt Total - 0 5 83,3 1 16,7 6 100,0 - 0 4 66,7 2 33,3 6 100,0

6. Penghasilan luar gaji a. Tidak ada b. Rp.500rb-1jt c. Rp.1,5jt-2jt d. >Rp.2jt Total 3 50,0 1 16,7 1 16,7 1 16,7 6 100,0 1 16,7 3 50,0 - 0 2 33,3 6 100,0 7. Lamanya bekerja (Puskesmas ybs ; tahun) a. < 1 b. 1 -3 c. 4 -6 d. > 6 Total 1 16,7 4 66,7 - 0 1 16,7 6 100,0 2 33,3 4 66,7 - 0 - 0 6 100,0

Tenaga medik yang berusia muda (31 tahun ke bawah) lebih banyak di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang sebagian besar merupakan tenaga kontrak, akibat permintaan masyarakat untuk pelayanan kesehatan modern makin meningkat dan jumlah lulusan Fakultas kedokteran juga makin banyak. Pada tanggal 13 Agustus 1991 Pemerintah menerbitkan Keputusan Presiden No.37 yang mewajibkan para dokter bekerja pada Pemerintah Departemen Kesehatan selama periode tiga tahun dengan sebutan Dokter Pekerja Tidak Tetap (PTT). Secara umum dokter PTT didistribusikan ke seluruh negeri dan ditunjuk sebagai Kepala Puskesmas di tingkat Kecamatan.akan tetapi dokter PTT juga dapat diangkat sebagai staf medis di Puskesmas yang telah

mempunyai dokter PNS. Kota Kotamobagu, lebih besar terdapat tenaga medik usia 38 tahun ke atas di mana sebagian besar sudah memiliki status sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Gaji tetap tenaga medik yang terbesar berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara adalah di atas Rp.2,5 juta per bulan, ini ada kaitannya juga dengan penempatan dokter di daerah terpencil, yakni sebagai dokter PTT mereka akan memperoleh gaji pokok dan beberapa bantuan keuangan lainnya dalam hal ini daerah kerja yang berbeda, baik daerah normal, terpencil atau sangat terpencil mempunyai imbalan finansial yang berbeda. Demikian pula dengan penghasilan di luar gaji, yang tertinggi adalah tenaga medik di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (di atas 2 juta rupiah per bulan), di mana salah satu hak sebagai dokter PTT adalah dapat melakukan praktek pribadi di luar jam kerja.

Lamanya bekerja di Puskesmas bagi petugas kesehatan medik pada di bawah satu tahun lebih banyak terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yaitu seorang dokter umum yang baru bekerja selama 1 minggu dan seorang dokter gigi yang baru bekerja selama 10 bulan, keduanya terdapat di Puskesmas Buko Kecamatan Pinogaluman dan merupakan tenaga kontak/dokter PTT. Petugas kesehatan medik yang bekerja lebih dari 6 tahun terdapat di Kota Kotamobagu, yaitu seorang dokter umum yang sudah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil dan juga sebagai Kepala di Puskesmas Bilalang Kecamatan Kotamobagu Utara.

Semua petugas medik menyatakan bahwa mereka memberikan respon yang baik terhadap pasien dan sudah seharusnya demikian sesuai dengan tanggung jawab profesi dan kepuasan pelayanan pasien, yaitu dengan pemberian obat pertama. Petugas medik umumnya tidak menghadapi kendala dalam pemberian respon kecuali pasien yang susah menjelaskan gejalanya, pasien usia lanjut yang tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan kendala adat istiadat setempat yang kurang dipahami petugas medik yang bersangkutan.

Sebagian besar petugas medik menyatakan bahwa mereka dapat memberikan layanan walau sarana dan prasarana yang kurang memadai karena tindakan harus dilakukan walau sarana dan prasarana yang kurang yaitu memberikan pelayanan maksimal dengan alat yang minimal untuk kepuasan pasien. Di satu sisi, sebagian yang lain menyatakan tidak mungkin pelayanan yang akurat akan terwujud tanpa sarana dan prasarana yang memadai.

Semua petugas medik menyatakan bahwa mereka tidak melakukan diskriminasi dalam pelayanan kesehatan terhadap pasien. Demikian juga dengan tersedianya waktu yang cukup bagi pasien, semua petugas medik menyatakan bahwa waktu yang tersedia cukup untuk melayani baik dalam diagnosis dan terapi serta jumlah kunjungan yang masih dapat dilayani dengan waktu yang ada.

Menyangkut efektivitas diagnosis, semua petugas medik mengemukakan bahwa mereka terlebih dahulu melakukan wawancara (anamnesis) dan untuk pemeriksaan lebih pasti baru kemudian menggunakan stetoskop, di mana 70 persen melakukan wawancara mengenai riwayat penyakit dan sisanya pemeriksaan fisik. Apabila diperlukan, dilakukan pemeriksaan laboratorium dan jika memang diperlukan, dilakukan rujukan. Semua petugas medik juga mencari tanda-tanda klinis dan gejala-gejala lain karena akan memperkuat diagnosis dan minimal mendekati perkiraan jenis penyakit yang diderita pasien.

Semua petugas medik melakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan pasien, selain merupakan keharusan, seperti pasien penderita hipertensi dan tbc tidak cukup hanya mendengar keluhan saja. Pemeriksaan fisik lengkap dapat juga dilakukan jika waktu yang tersedia cukup. Pemeriksaan laboratorium dan atau foto rontgen tidak selalu dilaksanakan, tergantung pada jenis penyakit atau jika ada indikasi yang memerlukan pemeriksaan lanjut.

Hampir semua Petugas medik menyatakan bahwa umumnya pasien yang datang berobat sembuh setelah pemeriksaan dan pengobatan pertama (penyakit infeksi biasa), sebagian lagi menyatakan tidak, karena tergantung penyakit yang diderita, datang berobat sudah pada stadium lanjut dan ada yang

memerlukan kontrol rutin. Mengenai pasien yang perlu beberapa kali datang berobat dijelaskan karena untuk penderita seperti tbc, jantung dan hipertensi harus selalu dikontrol untuk mengetahui perubahan kondisi pasien, observasi perkembangan pengobatan dan perawatan selanjutnya. Umumnya pasien yang harus datang kembali ke Puskesmas karena ingin bertanya penyakit apa sebenarnya yang mereka derita, ada yang meminta tambahan obat khususnya pasien dengan penyakit kronis, obat yang diberikan tidak cocok (alergi) ataupun minta tambahan obat karena cocok.

Para petugas medik mengungkapkan bahwa pasien datang berobat umumnya karena dorongan sendiri sebab mereka merasa terganggu aktifitasnya jika sakit ataupun karena penyakitnya semakin memburuk selain itu juga sudah ada kesadaran dari pasien untuk menjaga kesehatannya. Para petugas medik juga memberi tanggapan bahwa sebagian besar pasien datang berobat pada stadium dini di mana penyakit masih ringan atau bila gejala mulai mengganggu, sebagian lagi mengungkapkan mereka datang pada stadium sedang. Seorang dokter umum di Puskesmas Bolang Itang Kecamatan Bolang Itang Barat mengemukakan bahwa ia belum pernah menemukan pasien CA (Kanker) selama bertugas.

Obat-obat yang diberikan oleh para petugas medik bagi pasien yang datang berobat ke Puskesmas umumnya adalah obat-obat generik berupa antibiotik, simptosomatik, analgetik, obat panas dan pereda nyeri (paracetamol), obat batuk (gg, dmp, sirup), flu, ctm, efedrin, obat hipertensi, antipiretik, antasida, bcom, vit c dan antiinflamasi. Penyakit yang umumnya ditemukan pada pasien yang berobat di Puskesmas menurut mereka yaitu ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), rematik, malaria, diare, hipertensi (darah tinggi), TBC, panas, batuk, penyakit kulit (gatal-gatal) dan demam.

Golongan usia yang paling banyak diperiksa oleh para petugas medik di Puskesmas selama 3 bulan terakhir adalah golongan usia lanjut, diikuti oleh golongan usia produktif, neonatus, usia pra sekolah dan usia sekolah. Sementara gejala penyakit yang paling banyak diderita selama 3 bulan terakhir sebagian besar adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), diikuti rematik

dan hipertensi, malaria, panas, batuk, pilek, sakit kepala dan sakit maag. Menurut semua petugas medik, setiap pasien yang berobat diberikan penyuluhan berkaitan dengan penyakit yang diderita yaitu diberikan cara pencegahan dan diberikan informasi mengenai komplikasi yang akan didapat bila tidak berobat dengan baik.

Petugas medik umumnya memberikan pengertian malpraktek sebagai tindakan yang tidak sesuai standard dan prosedur atau kerja yang tidak sesuai dengan wewenang dan kompetensi, tindakan sesuai prosedur tetapi tidak ada ijin, ada juga yang mengartikan sebagai malapetaka praktek. Umumnya mereka beranggapan kasus malpraktek terjadi karena kesalahan manusia

(human error), respon individu terhadap obat yang diberikan dan kesalahan

diagnosa. Rata-rata mereka berpendapat bahwa sikap yang harus diambil jika terjadi malpraktek adalah mengkaji kembali kejadian, menelusuri sebab-sebabnya dan mengacu kembali pada kode etik kedokteran.

Deskripsi ketrampilan, umur, status kepegawaian, jenis kelamin, gaji tetap, penghasilan luar gaji dan lamanya bekerja di Puskesmas dari petugas kesehatan paramedik di dua lokasi penelitian selanjutnya disajikan pada Tabel 6.

Keseluruhan petugas paramedik dalam pengumpulan data primer melalui wawancara kuisioner di Kota Kotamobagu sebanyak 76 orang dengan rasio 1 per 1.250 penduduk dan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara sebanyak 65 orang dengan rasio 1 per 1.000 penduduk (Tabel 6). Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dengan jumlah Puskesmas yang lebih banyak (6 buah) jika dibanding dengan Kota Kotamobagu (5 buah), memiliki jumlah perawat yang lebih banyak dibanding dengan di Kota Kotamobagu. Perawat gigi tidak ditemukan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, namun terdapat Dokter Gigi di Puskesmas Buko Kecamatan Pinogaluman, sedangkan di Kota Kotamobagu terdapat 5 orang perawat gigi (6,6 persen) yang tersebar di Puskesmas Motoboi Kecil Kecamatan Kotamobagu Selatan (2 orang) dan di Puskesmas Gogagoman Kecamatan Kotamobagu Barat (3 orang).

Tabel 6. Deskripsi Petugas Kesehatan Paramedik di Dua Lokasi Penelitian

Uraian Kota Kotamobagu Kabupaten Bolaang

Mongondow Utara Jumlah Persentase (orang) ( %) Jumlah Persentase (orang) (%) 1. Ketrampilan a. Perawat b. Perawat Gigi c. Bidan d. Petugas Gizi e. Sanitarian f. Farmasi g. Tenaga Lab h. Tenaga Surveilence i. Juru Imunisasi j. Penyuluh Kesehatan k. Tenaga Kesling l. Lainnya Total 25 32,9 5 6,6 13 17,1 9 11,8 5 6,6 12 15,8 1 1,3 1 1,3 3 3,9 1 1,3 1 1,3 - 0 76 100,0 36 55,4 - 0 6 9,2 4 6,2 4 6,2 1 1,5 3 4,6 1 1,5 3 4,6 5 7,7 1 1,5 1 1,5 65 100,0 2. Umur (tahun) a. 20 – 29 b. 30 – 39 c. 40 – 49 d. > 50 Total 27 35,5 29 38,2 16 21,1 4 5,3 76 100,0 26 40,0 25 38,5 7 10,8 7 10,8 65 100,0 3. Status Kepegawaian a. PNS b. Kontrak c. Sukarela Total 67 88,2 9 11,8 - 0 76 100,0 42 64,6 21 32,3 2 3,1 65 100,0 4. Jenis kelamin a. Pria b. Wanita Total 13 17,1 63 82,9 76 100,0 21 32,3 44 67,7 65 100,0 5. Gaji Tetap (per bulan)

a. Rp.500rb-1,5jt b. Rp.1,5jt-2,5jt Total 39 51,3 37 48,7 76 100,0 42 64,6 23 35,4 65 100,0 6. Penghasilan Luar Gaji

(per bln) c. Rp.500rb-1jt d. Rp.1jt-1,5jt e. Rp.1,5jt-2jt f. >Rp.2jt Total 65 85,5 2 2,6 4 5,3 5 6,6 76 100,0 61 93,8 1 1,5 - 0 3 4,6 65 100,0 7. Lamanya bekerja

(Puskesmas ybs ; tahun) a. < 1 b. 1 -3 c. 4 -6 d. > 6 Total 8 10,5 46 60,5 7 9,2 15 19,7 76 100,0 5 7,7 19 29,2 12 18,5 29 44,6 65 100,0

Tenaga Bidan lebih banyak ditemukan di Kota Kotamobagu. Demikian juga petugas gizi, sanitarian dan farmasi yang lebih banyak di Kota Kotamobagu. Tenaga Laboratorium dan Penyuluh Kesehatan lebih banyak ditemukan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yaitu di Puskesmas Bohabak Kecamatan Bolang Itang Timur dan Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna

(masing-masing 2 orang dan seorang tenaga laboratorium) serta Puskesmas Boroko Kecamatan Kaidipang (5 orang penyuluh kesehatan).

Kelompok Umur petugas kesehatan paramedik baik 20 sampai dengan 29 tahun, 30 sampai dengan 39 tahun dan 40 sampai dengan 49 tahun lebih banyak terdapat di Kota Kotamobagu, sedangkan umur petugas kesehatan paramedik 50 tahun ke atas lebih banyak ditemukan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

Status kepegawaian sebagai Pegawai Negeri Sipil lebih banyak terdapat di Kota Kotamobagu, sedangkan di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat lebih banyak tenaga kontrak. Tenaga sukarela tidak ditemukan di Kota Kotamobagu sedangkan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara terdapat 2 tenaga sukarela yaitu di Puskesmas Bintauna Kecamatan Bintauna sebagai tenaga pembantu loket dan Puskesmas Bolang Itang Kecamatan Bolang Itang Barat sebagai tenaga kebersihan (cleaning service).

Petugas Kesehatan Paramedik Pria lebih banyak terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, sementara Petugas Kesehatan Paramedik wanita lebih banyak terdapat di Kota Kotamobagu. Prosentase petugas kesehatan pria yang lebih banyak berada di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara karena wilayah ini lebih terpencil (+ 300 km dari Kota Kotamobagu dan + 450 km dari Kota Manado) sehingga penetapan petugas kesehatan pada saat wilayah ini menjadi daerah otonom baru atau dimekarkan pada tahun 2007, pihak Kabupaten Bolaang Mongondow sebagai kabupaten induk lebih banyak mendistribusi tenaga kesehatan pria, di sisi lain, banyak petugas kesehatan wanita yang bermohon untuk ditempatkan di wilayah Kota Kotamobagu.

Petugas kesehatan paramedik berstatus tenaga kontrak di Kota Kotamobagu sebanyak 11,8 persen, yang berstatus pegawai negeri sipil dengan pangkat/golongan II (dua) sebanyak 38,2 persen dan dengan Pangkat/Golongan III sebanyak 48,7 persen. Untuk petugas kesehatan paramedik di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara yang berstatus tenaga kontrak dan sukarela

sudah menjadi PNS dengan Pangkat/Golongan II sebanyak 27,7 persen dan dengan Pangkat/Golongan III sebanyak 36,9 persen.

Terdapat lebih sedikit Petugas kesehatan paramedik di Kota Kotamobagu yang belum pernah mengikuti pelatihan fungsional jika dibanding dengan yang pernah mengikuti pelatihan tersebut. Di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara terdapat petugas paramedik lebih sedikit yang belum pernah mengikuti pelatihan fungsional jika dibandingkan dengan yang sudah pernah mengikuti pelatihan-pelatihan, ini menunjukkan petugas kesehatan yang pernah mengikuti pelatihan sesuai dengan profesinya lebih banyak sehingga pemahaman dan kinerja terhadap tugas dan fungsinya seharusnya makin baik. Pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti oleh tenaga paramedik yaitu pengelola obat puskesmas, sistem informasi manajemen puskesmas, manajemen penanggulangan bencana, manajemen kesehatan, manajemen laktasi, petkes lingkungan, ketahanan pangan, penyakit kesmas, sanitasi, water test, imunisasi, ISPA, diare, P2 TB Paru dan Kusta, bidan fungsional, implant, IUD, asuhan persalinan normal (APN), resiko tinggi bumil, MP ASI, P2 kanker leher rahim, gizi buruk, manajemen mutu puskesmas, manajemen kepemimpinan puskesmas, kadarzi, malaria, kesehatan jiwa, surveilence, amdal, UKS, lab dasar-lanjutan, hiv/aids, epidemologi, pembentukan desa siaga, fungsional perawat, manajemen keperawatan, radiomedik, PHBS dan penyuluhan kesehatan.

Penghasilan Petugas Kesehatan Paramedik di luar gaji sejumlah Rp. 500 ribu sampai dengan Rp. 1 juta rupiah di Kota Kotamobagu terdapat lebih banyak dibandingkan dengan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Penghasilan di luar gaji sejumlah Rp. 1 juta sampai dengan Rp. 1 juta 500 ribu, Rp. 1 juta 500 ribu sampai dengan Rp. 2 juta dan Rp. 2 juta ke atas, rasionya lebih banyak terdapat di Kota Kotamobagu.

Lamanya bekerja di Puskesmas bagi petugas kesehatan paramedik di bawah 1 tahun lebih banyak terdapat di Kota Kotamobagu, sedangkan yang telah bekerja lebih dari 6 tahun lebih banyak terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.

Respon yang baik diberikan oleh petugas kesehatan paramedik, khususnya perawat, perawat gigi dan bidan, terhadap keluhan pasien, bahwa mereka memberi respon yang baik karena sudah menjadi tugas dan kewajiban dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. yaitu dengan mendengarkan keluhan, menangani keluhan, dengan bahasa tubuh yang baik untuk dapat menegakkan diagnosis serta memberi penjelasan pada pasien yang ditangani. Sebagian perawat gigi di yang tersebar di Puskesmas di wilayah Kota Kotamobagu, setelah melakukan pemeriksaan, merujuk ke dokter gigi di luar puskesmas karena belum terdapat dokter gigi di Puskesmas wilayah Kota Kotamobagu. Keseluruhan respon yang baik ditujukan untuk mendapatkan kepuasan dari pelanggan Puskesmas.

Sebagian besar petugas kesehatan paramedik tidak menghadapi kendala dalam memberikan respon yang baik karena dapat ditegakkan diagnosa dan dilakukan terapi yang sesuai, demikian pula dengan pelanggan yang cepat memahami apa yang dimaksudkan oleh petugas, kecuali pelanggan dengan tingkat pendidikan yang rendah yang agak sulit dapat memahami. Sebagian kecil menyatakan cukup menghadapi kendala dalam pemberian respon yang baik akibat keterbatasan sarana dan prasarana Puskesmas serta kendala bahasa. Sebanyak 16,31 persen dari petugas kesehatan paramedik menyatakan tidak dapat melakukan kualitas layanan yang tinggi tanpa sarana dan prasarana memadai karena tidak akan tercipta mutu layanan prima serta menghambat proses pelayanan dan pemberian tindakan yang diperlukan walaupun ada semangat yang tinggi. Di sisi lain, sebagian besar petugas paramedik atau sebesar 83,69 persen menyatakan dapat memberi kualitas layanan yang tinggi karena menurut mereka yang penting adalah adanya respon yang sesuai dengan keadaan, di mana usaha pemberian layanan diberikan walaupun sarana dan prasarana yang kurang memadai, sesuai tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan.

Semua petugas paramedik menyatakan tidak melakukan diskriminasi pelayanan kesehatan terhadap pelanggan. Mereka berpendapat bahwa semua pasien adalah sama baik pelanggan umum, askes maupun askeskin. Mereka

lebih menekankan pada keluhan (penyakit yang diderita) daripada keberadaan pelanggan dan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ada, juga sesuai dengan sumpah yang telah mereka lakukan.

Ketersediaan waktu untuk berinteraksi dengan pelanggan Puskesmas, sebagian besar petugas paramedik menyatakan bahwa mereka memiliki waktu yang cukup, yaitu melakukan anamnesis, memberikan pelayanan sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan dari pasien termasuk penjelasan kesehatan, dorongan untuk sembuh, penjelasan tentang lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat. Ada yang mengemukakan selama pasien tidak banyak/antri maka waktu interaksi bisa lebih banyak sesuai dengan jam kerja, sementara ada yang mengungkapkan di mana saja dan kapan saja bertemu bisa dilakukan penjelasan tentang masalah kesehatan.

Umumnya petugas paramedik menyatakan pekerjaan dapat diselesaikan sesuai target, baik menyelesaikan pengobatan pasien sampai sembuh, pembuatan laporan setiap bulannya, melakukan pekerjaan dengan tidak menunda, serta waktu yang cukup tersedia. Sebagian yang lain tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai target, akibat dari kendala-kendala teknis

Dokumen terkait