• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen Mini Project Imunisasi (Halaman 32-37)

4.1 Profil Komunitas Umum

Puskesmas Teling Atas merupakan salah satu UPT Dinas Kesehatan Kota Manado yang berkewajiban meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kecamatan Wanea yang merupakan wilayah kerjanya.

Puskesmas Teling Atas memiliki visi “Kecamatan Wanea Sehat Menuju Kota Model Ekowisata”. Kecamatan Wanea Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya.

4.2 Data Geografis

Puskesmas Teling Atas mencakup sebagian kelurahan yang termasuk dalam wilayah kecamatan Wanea dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Wenang Sebelah Selatan : Kecamatan Pineleng Sebelah Barat : Kecamatan Sario Sebelah Timur : Kecamatan Tikala

Puskesmas Teling Atas kecamatan Wanea mempunyai 4 wilayah kerja yang terdiri dari :

1. Kelurahan Teling Atas 2. Kelurahan Tingkulu 3. Kelurahan Wanea 4. Kelurahan Tanjung Batu

Adapun luas kecamatan Wanea 313,9 km2 yang umumnya terdiri dari dataran rendah, dengan transport antara kelurahan dapat dicapai melalui jalan darat.

Kependudukan

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Teling Atas pada akhir tahun 2013 berjumlah 30.240 jiwa dengan jumlah rumah tangga 8.106 dimana kelurahan Teling Atas merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak berjumlah 13.682 orang dan kelurahan Tanjung Batu dengan jumlah penduduk paling sedikit berjumlah 4.256 orang. Rata-rata jiwa per rumah tangga adalah 3 orang.

Pendidikan

Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Teling Atas yaitu sekolah menengah kejuruan

Sosio-Ekonomi

Pada tahun 2013 terdapat 4.746 jumlah jiwa miskin dengan 4.746 jiwa miskin yang mendapat kartu miskin diantaranya jamkesmas dan jamkesda.  Sumber Daya Kesehatan

Pada tahun 2013 Puskesmas Teling Atas memiliki tenaga kerja sebanyak 40 orang diantaranya 6 orang tenaga medis, 5 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi. Perawat dan bidan berjumlah 23 orang, farmasi berjumlah 3 orang, tenaga gigi berjumlah 1 orang, sanitasi 1 orang, dan kesmas 1 orang. Staf lainnya adalah pekarya, tata usaha, dan tenaga lainnya. Pada tahun 2013 di kecamatan wilayah kerja Puskesmas Teling Atas terdapat beberapa sarana dasar untuk pelayanan kesehatan seperti:

1. Puskesmas : 1 buah

2. Puskesmas Pembantu : 2 buah 3. Praktek dokter gigi : 1 buah 4. Praktek dokter swasta : 32 orang 5. Sekolah Kesehatan : 2 buah 6. Laboratorium Kesehatan : 1 buah

7. Apotik : 3 buah

4.4 Pembahasan

Merupakan kelanjutan dari bab yang sebelumnya, dan hal ini akan membahas tentang hasil analisa data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilaksanakan di Posyandu Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto pada tanggal 1-31 Desember 2010.

4.4.1 Pengetahuan Ibu

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu setengah dari ibu bayi berpengetahuan baik yaitu 18 orang (50 %) dan hampir setengah berpengetahuan cukup yaitu 11 orang (30 %) dan sebagian kurang yaitu 7 orang (19,4 %).

Di tinjau dari karakteristik tingkat pendidikan ibu bayi menunjukkan bahwa sebagian ibu bayi berpendidikan SMA yaitu sebanyak 25 orang (69,5%) dan sebagian kecil berpendidikan dasar sebanyak 2 orang ( 5,6 % ).

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini adalah setelah orang melakukan pengindraan obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni : indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga ( Notoadmodjo, 2005 )

“Ilmu pengetahuan merupakan suatu wahana untuk mendasari seseorang berfikir tingkatannya tergantung dari ilmu pengetahuan atau dasar pendidikan orang tersebut untuk memperoleh pengetahuan dapat melalui bangku sekolah maupun lingkungannya” (Notoadmodjo : 2005: 34).

Tidak semua berpendidikan tinggi mempengaruhi perilaku seseorang. Ketakutan dan kecemasan juga mempengaruhi perilaku seseorang akan bertindak melakukan sesuatu. Jadi dalam hal ini, pengetahuan ibu sangat berbeda-beda dan sangat dipengaruhi banyak faktor, sehingga pengetahuan yang dimiliki ibu akan dapat berpengaruh terhadap prilaku ibu itu sendiri. Maka untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang ketepatan waktu pemberian imunisasi DPT HB Kombinasi bayi, diperlukan kerja sama antara petugas kesehatan (bidan) bersama dengan tokoh masyarakat dapat memberikan pendidikan kesehatan (konseling) kesehatan dan melakukan penyuluhan tentang ketepatan waktu, pemberian imunisasi DPT HB Kombinasi pada bayi usia 2-11 bulan.

4.4.2 Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi DPT HB Kombinasi I, II, III

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa setengah dari ibu bayi yang memberikan imunisasi DPT HB Kombinasi I, II, III yang tidak tepat sebanyak 18 ibu bayi (50 %) dan setengah dari ibu bayi yang tepat pemberian imunisasi DPT HB Kombinasi I, II, III sebanyak 18 ibu bayi (50 %).

Ketepatan adalah kepatuhan untuk mentaati suatu yang sudah diatur atau kebiasaan (rutinitas) melakukan suatu yang sudah diatur (Wikiped Indonesian Ensiklopedia Berbahasa Indonesia).

Imunisasi DPT HB Kombinasi ini diberikan 3 kali sejak bayi berusia 2 bulan dengan selang waktu antara penyuntikan I, II, III minimal 4 minggu. Dengan selang waktu tersebut vaksin HB dapat bekerja dengan efektif dan perlindungan yang diberikan bisa mencapai maksimal, sehingga dapat mengurangi terjadi diphteria, pertusis, tetanus dan

hepatitis B (IKA FKUI, 1985).

Pada ibu yang memberikan imunisasi DPT HB Kombinasi secara tepat pada bayinya didapatkan alasan agar bayinya tetap sehat juga karena anjuran dari petugas kesehatan atau bidan untuk datang tepat waktu pemberian imunisasi ulang, ketidak tepatan waktu pemberianimunisasi DPT HB Kombinasi I, II, III dapat terjadi di Posyandu Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas masih rendah dengan target 100 % dan tercapai 50%, karena berbagai sebab antara lain, karena ibu bekerja pengasuh pengganti ibu enggan membawa bayi ke Posyandu, sebab- sebab lain yaitu bayi sakit sehingga pemberian imunisasi ulang menjadi mundur dan tidak tepat, juga disebabkan karena ibu tidak tahu jadwal kegiatan Posyandu.

4.4.3 Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Dengan Ketepatan Waktu Pemberian imunisasi DPT HB Kombinasi I, II, III pada bayi

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa setengah dari ibu bayi18 (50%) berpengetahuan baik dan tepat dalam pemberian imunisasi DPT HB Kombinasi dan hampir setengah ibu bayi 11 (30,5%) berpengetahuan cukup dan tepat dalam pemberian imunisasi DPT HB Kombinasi dan sebagian kecil ibu bayi berpengetahuan kurang 7

( 19,4 % ) dan tepat dalam memberikan Imunisasi DPT HB Kombinasi. Pengetahuan atau kognitif merupakan Domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( over behavior ), karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan ( Notoadmodjo, 1997 )

Dengan pengetahuan yang baik tentang imunisasi DPT HB Kombinasi akan mendorong ibu untuk memberikan imunisasi tersebut dengan tepat waktu dengan interval waktu pemberiannya sesuai sehingga tercapai target imunisasi DPT HB Kombinasi.

Dari hasil Uji Statistik Chi-Square di dapatkan nilai x2 hitung < x2 tabel, maka H0 diterima yang artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan ketepatan waktu pemberian imunisasi DPT HB Kombinasi pada bayi usia 0-11 bulan di Posyandu Desa Ketapanrame Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto.

BAB 5

Dalam dokumen Mini Project Imunisasi (Halaman 32-37)

Dokumen terkait