• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lilit batang bawah berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan mata stum melentis, persentase stum bertunas 1 - 3 MST, persentase stum yang berhasil 13 MST dan berpengaruh nyata terhadap panjang tunas 3 – 11 MST, lilit batang tunas 3 – 13 MST, dan jumlah daun 3,7,9,11,13 MST.

Pemberian pupuk fosfat berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan mata stum melentis, persentase stum bertunas 1 – 3 MST, panjang tunas 3,5,7 dan 13 MST, lilit batang tunas 3 – 13 MST, jumlah daun 3 – 13 MST, persentase stum yang berpayung satu 13 MST dan berpengaruh nyata terhadap panjang tunas 9,11 MST.

Interaksi antara lilit batang bawah dengan pupuk fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan mata stum melentis, persentase stum bertunas, panjang tunas 3,7,9,11 dan 13 MST, lilit batang tunas 3 – 13 MST, jumlah daun 3 – 13 MST, persentase stum yang berpayung satu 13 MST dan berpengaruh nyata terhadap panjang tunas 5 MST.

Kecepatan Mata Stum Melentis

Data dan daftar sidik ragam kecepatan mata stum melentis dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7. Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa lilit batang bawah dan pupuk fosfat berpengaruh tidak nyata. Interaksi lilit batang bawah dan pupuk fosfat juga berpengaruh tidak nyata.

Rataan kecepatan mata stum melentis dari perlakuan lilit batang bawah dan pupuk fosfat dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan kecepatan mata stum melentis stum karet (hari) akibat perlakuan lilit batang bawah dan pemberian pupuk fosfat pada 1 – 21 HST

Lilit Batang Bawah Rataan

L1 = 3,6 – 4,6 cm 14.67a L2 = 4,7 – 5,7 cm 14.03a L3 = 5,8 – 6,8 cm 15.85a Pupuk Fosfat F0 = 0 g 14.57a F1 = 15 g 14.45a F2 = 30 g 14.79a F3 = 45 g 15.57a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%

Dari tabel 1 diketahui bahwa rataan kecepatan mata stum melentis dengan perlakuan lilit batang bawah tertinggi pada L3 (15,85 hari) yang berbeda tidak nyata dengan L1 (14,67 hari) dan L2 (14,03 hari). Pada perlakuan pupuk fosfat tertinggi pada F3 (15,57 hari) yang berbeda tidak nyata dengan F0 (14,57 hari), F1 (14,45 hari) F2 (14,79 hari).

Persentase Stum Bertunas (%)

Data dan daftar sidik ragam persentase stum bertunas 1 – 3 MST dapat dilihat masing-masing pada lampiran 7 – 12. Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lilit batang bawah dan pupuk fosfat berpengaruh tidak nyata terhadap persentase stum bertunas 1 – 3 MST. Interaksi kedua perlakuan juga menunjukkan berpengaruh tidak nyata terhadap persentase stum bertunas.

Rataan persentase stum bertunas dari perlakuan lilit batang bawah dan pupuk fosfat dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rataan persentase stum bertunas stum karet (%) dengan perlakuan lilit batang bawah dan pemberian pupuk fosfat pada 1 – 3 MST

Perlakuan

Minggu ke

1 2 3

(%) (%) (%)

Lilit Batang Bawah

L1 = 3,6 – 4,6 cm 0 45.83a 54.17a L2 = 4,7 – 5,7 cm 0 39.59a 60.42a L3 = 5,8 – 6,8 cm 0 33.33a 58.33a Pupuk Fosfat F0 = 0 g 0 36.11a 63.89a F1 = 15 g 0 41.67a 61.11a F2 = 30 g 0 41.67a 55.55a F3 = 45 g 0 38.89a 50a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%

Dari tabel 2 diketahui bahwa rataan persentase stum bertunas dengan perlakuan lilit batang bawah pada 1 - 3 MST. Pada 2 MST tertinggi pada perlakuan L1 (45,83%) yang berbeda tidak nyata dengan L2 (39,59%) dan L3 (33,33%). Pada 3 MST tertinggi pada perlakuan L2 (60,42%) yang berbeda tidak nyata dengan L1 (54,17%) dan L3 (58,33%).

Dari tabel 2 diketahui bahwa rataan persentase stum bertunas karena perlakuan pupuk fosfat pada 1 – 3 MST. Pada 2 MST tertinggi pada perlakuan F1 dan F2 (41,67%) yang berbeda tidak nyata dengan F0 (36,11%) dan F3 (38,89%). Pada 3 MST tertinggi pada perlakuan F0 (63,89%) yang berbeda tidak nyata dengan F1 (61,11%), F2 (55,55%) dan F3 (50%).

Panjang Tunas (cm)

Data dan daftar sidik ragam panjang tunas 3–13 MST dapat dilihat masing-masing pada lampiran 13–24. Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lilit batang bawah berpengaruh nyata terhadap panjang tunas pada 3–11 MST tetapi pada 13 MST berpengaruh tidak nyata dan pupuk fofat berpengaruh nyata

pada 9 MST dan 11 MST. Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh nyata pada 5 MST.

Rataan panjang tunas 3-13 MST dengan perlakuan lilit batang bawah dan pupuk fosfat dan rataan panjang tunas stum karet pada 5 MST dengan interaksi perlakuan lilit batang bawah dengan pupuk fosfat 5 MST dapat dilihat pada tabel3.

Tabel 3. Rataan panjang tunas stum karet (cm) dengan perlakuan lilit batang bawah dan pemberian pupuk fosfat pada 3 – 13 MST dan rataan panjang tunas stum karet (cm) dengan interaksi perlakuan lilit batang bawah dan pemberian pupuk fosfat 5 MST

Perlakuan Minggu ke 3 5 7 9 11 13 (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) Lilit Batang L1 = 3,6 - 4,6 cm 18.32a 20.57b 20.86b 21.31b 22.42b 26.86a L2 = 4,7 - 5,7 cm 14.58b 19.27b 20.39b 20.63b 21.60b 27.59a L3 = 5,8 - 6,8 cm 15.38b 22.74a 23.45a 23.70a 24.19a 28.38a

Pupuk Fosfat

F0 = 0 g 17.56a 22.26a 22.55a 22.93a 23.51a 26.64a

F1 = 15 g 15.58a 19.74a 20.64a 20.63b 21.09b 25.13a

F2 = 30 g 14.95a 20.07a 20.49a 21.04ab 22.08ab 28.18a

F3 = 45 g 16.29a 21.36a 22.58a 22.91a 24.26a 30.49a

Interaksi Minggu Ke 5 ( cm ) L1F0 21.49abcd L1F1 18.02de L1F2 19.26bcde L1F3 23.51ab L2F0 22.10abcd L2F1 16.34e L2F2 19.81bcde L2F3 18.82de L3F0 23.19abc L3F1 24.86a L3F2 21.13abcd L3F3 21.76abcd

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan berbeda tidak nyata dan angka yang diikuti huruf yang berbeda pada setiap kolom menunjukkan berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa pengaruh lilit batang bawah terhadap panjang tunas pada 3 - 13 MST. Pada 3 MST tertinggi pada perlakuan L1 (18,32

cm) yang berbeda nyata dengan L2 (14,58 cm) dan L3 (15,38 cm). Pada 5 MST tertinggi pada perlakuan L3 (22,74 cm) yang berbeda nyata dengan L1 (20,57 cm) dan L2 (19,27 cm). Pada 7 MST tertinggi pada perlakuan L3 (23,45 cm) yang berbeda nyata dengan L1 (20,86 cm) dan L2 (20,39 cm). Pada 9 MST tertinggi pada perlakuan L3 (23,70 cm) yang berbeda nyata dengan L1 (21,31 cm) dan L2 (20,63 cm). Pada 11 MST tertinggi pada perlakuan L3 (24,19 cm) yang berbeda nyata dengan L1 (22,42 cm) dan L2 (21,60 cm). Pada 13 MST tertinggi pada perlakuan L3 (28,38 cm) yang berbeda tidak nyata dengan L1 (26,86 cm) dan L2 (27,59 cm).

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa pengaruh pupuk fosfat terhadap panjang tunas pada 3 - 13 MST. Pada 3 MST tertinggi pada perlakuan F0 (17,56 cm) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan F1 (15,58 cm), F2 (14,95 cm) dan F3 (16,29 cm). Pada 5 MST tertinggi pada perlakuan F0 (22,26 cm) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan F1 (19,74 cm), F2 (20,07 cm) dan F3 (21,36 cm). Pada 7 MST tertinggi pada perlakuan F3 (22,58 cm) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan F0 (22,55 cm), F1 (20,64 cm) dan F2 (20,49 cm). Pada 9 MST tertinggi pada perlakuan F0 (22,93 cm) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan F3 (22,91 cm), F2 (21,04 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan F1 (20,63 cm). Pada 11 MST tertinggi pada perlakuan F3 (24,26 cm) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan F0 (23,51 cm), F2 (22,08 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan F1 (21,09 cm). Pada 13 MST tertinggi pada perlakuan F3 (30,49 cm) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan F0 (26,64 cm), F1 (25,13 cm) dan F2 (28,18 cm).

Dari tabel 3 menunjukkan bahwa interaksi lilit batang bawah dengan pupuk fosfat terhadap panjang tunas pada 5 MST tertinggi pada perlakuan L3F1 (24,86 cm) yang berbeda nyata dengan L1F1 (18,02 cm), L1F2 (19,26 cm), L2F1 (16,34 cm), L2F2 (19,81 cm), L2F3 (18,82 cm), dan berbeda tidak nyata dengan L1F0 (21,49 cm), L1F3 (23,51 cm), L2F0 (22,10 cm), L3F0 (23,19 cm), L3F2 (21,13 cm) dan L3F3 (21,76 cm).

Hubungan pertumbuhan panjang tunas secara umum karena pengaruh lilit batang bawah dan pupuk fosfat dapat dilihat masing-masing pada gambar 1 dan 2.

0 5 10 15 20 25 30 3 5 7 9 11 13 Minggu Ke Pa nj an g T un as (c m ) L1 (3,6 - 4,6 cm) L2 (4,7 - 5,7 cm) L3 (5,8 - 6,8 cm)

Gambar 1. Hubungan pertumbuhan panjang tunas stum karet dengan perlakuan lilit batang bawah pada 3 – 13 MST.

Dari gambar 1 menunjukkan bahwa pengaruh lilit batang bawah terhadap panjang tunas pada 3 – 13 MST. Pada 3 MST pertumbuhan panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan L1 (18,32 cm) dan terendah pada perlakuan L2 (14,58 cm). Pada 5 MST pertumbuhan panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (122,74 cm) dan terendah pada perlakuan L2 (19,27 cm). Pada 7 MST pertumbuhan panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (23,45 cm) dan terendah pada perlakuan L2 (20,39 cm). Pada 9 MST pertumbuhan panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (23,70 cm) dan terendah pada perlakuan L2 (20,63 cm). Pada 11 MST pertumbuhan panjang tunas tertinggi

terdapat pada perlakuan L3 (24,19 cm) dan terendah pada perlakuan L2 (21,60 cm). Pada 13 MST pertumbuhan panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (28,38 cm) dan terendah pada perlakuan L1 (26,86 cm).

0 10 20 30 40 3 5 7 9 11 13 Minggu Ke

Pa

nj

an

g T

un

as

(c

m

)

F0 (0 g) F1 (15 g) F2 (30 g) F3 (45 g)

Gambar 2. Hubungan pertumbuhan panjang tunas tanaman stum karet dengan perlakuan pupuk fosfat pada 3- 13 MST.

Dari gambar 2 menunjukkan bahwa pengaruh pupuk fosfat terhadap panjang tunas pada 3 – 13 MST. Pada 3 MST pertumbuhan panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan F0 (17,56 cm) dan terendah pada perlakuan F2 (14,95 cm). Pada 5 MST pertumbuhan panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan F0 (22,26 cm) dan terendah pada perlakuan F1 (19,74 cm). Pada 7 MST pertumbuhan panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan F3 (22,58 cm) dan terendah pada perlakuan F2 (20,49 cm). Pada 9 MST pertumbuhan panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan F0 (22,93 cm) dan terendah pada perlakuan F1 (20,63 cm). Pada 11 MST pertumbuhan panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan F3 (24,26 cm) dan terendah pada perlakuan F1 (21,09 cm). Pada 13 MST pertumbuhan panjang tunas tertinggi terdapat pada perlakuan F3 (30,49 cm) dan terendah pada perlakuan F1 (25,13 cm)

Hubungan pertumbuhan panjang tunas dengan perlakuan pupuk fosfat pada 9 dan 11 MST dapat dilihat pada gambar 3 dan 4.

ŷ = 0,0046x2 - 0,2062x + 22,868 R2 = 0,9824 20 20,5 21 21,5 22 22,5 23 23,5 0 10 20 30 40 50 Pupuk Fosfat (g) P a n ja n g T u n a s ( c m )

Gambar 3. Hubungan pertumbuhan panjang tunas stum karet dengan perlakuan pupuk fosfat pada 9 MST.

Dari gambar 3 menunjukkan bahwa pengaruh pupuk fosfat terhadap pertumbuhan panjang tunas pada 9 MST yang tertinggi terdapat pada perlakuan F0 (22,93 cm) dan terendah pada perlakuan F1 (20,63 cm)

ŷ = 0,0051x2 - 0,2084x + 23,399 R2 = 0,9593 20,5 21 21,5 22 22,5 23 23,5 24 24,5 25 0 10 20 30 40 50 Pupuk Fosfat (g) P a n ja n g T u n a s ( c m )

Gambar 4. Hubungan pertumbuhan panjang tunas stum karet dengan perlakuan pupuk fosfat pada 11 MST.

Dari gambar 4 menunjukkan bahwa pengaruh pupuk fosfat terhadap pertumbuhan panjang tunas pada 11 MST yang tertinggi terdapat pada perlakuan F3 (24,26 cm) dan terendah pada perlakuan F1 (21,09 cm)

Hubungan pupuk fosfat dan panjang tunas stum karet pada lilit batang bawah dapat dilihat pada gambar 5.

ŷ2= 0,0053x2 - 0,281x + 21,416 R2 = 0,4516 ŷ3 = -0,0012x2 - 0,0015x + 23,678 R2 = 0,4226 ŷ1 = 0,0086x2 - 0,3373x + 21,405 R2 = 0,9918 0 5 10 15 20 25 30 0 10 20 30 40 50 Pupuk Fosfat (g) P an ja n g T u n as ( cm ) L1 (3,6 - 4,6 cm) L2 (4,7 - 5,7 cm) L3 (5,8 - 6,8 cm)

Gambar 5. Pengaruh interaksi pupuk fosfat dan berbagai ukuran lilit batang bawah terhadap panjang tunas stum karet pada 5 MST

Dari gambar 5 menunjukkan bahwa pengaruh pupuk fosfat terhadap pertumbuhan panjang tunas pada berbagai lilit batang bawah pada 5 MST yang tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan L3F1 dan yang terendah terdapat pada kombinasi perlakuan L2F1.

Lilit Batang Tunas (mm)

Data dan daftar sidik ragam lilit batang tunas 3 – 13 MST dapat dilihat masing-masing pada lampiran 25 – 36. Dari sidik ragam menunjukkan bahwa lilit batang bawah berpengaruh nyata terhadap lilit batang tunas pada 3 – 13 MST dan

pupuk fosfat tidak berpengaruh nyata pada 3 – 13 MST. Sedangkan interaksi antara kedua perlakuan menunjukkan tidak berpengaruh nyata.

Rataan lilit batang tunas 3 – 13 MST dapat dilihat pada tabel 4

Tabel 4. Rataan lilit batang tunas (mm) stum karet dengan perlakuan lilit batang bawah dan pupuk fosfat pada 3 – 13 MST

Perlakuan Minggu ke 3 5 7 9 11 13 (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) Lilit Batang L1 = 3,6 - 4,6 cm 14.52b 15.65b 16.65b 17.23c 18.31b 19.71c L2 = 4,7 - 5,7 cm 14.71b 16.08b 16.94b 18.10b 18.67b 21.13b L3 = 5,8 - 6,8 cm 16.04a 17.61a 18.67a 19.54a 20.48a 21.94a

Pupuk Fosfat

F0 = 0 g 15.44a 16.67a 17.64a 18.72a 19.47a 21.03a

F1 = 15 g 15.25a 16.36a 17.14a 18.08a 19a 20.8a

F2 = 30 g 14.61a 16.22a 17.17a 17.97a 18.55a 20.33a

F3 = 45 g 15.06a 16.53a 17.72a 18.39a 19.58a 21.53a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan berbeda tidak nyata dan angka yang diikuti huruf yang berbeda pada setiap kolom menunjukkan berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan lilit batang bawah terhadap lilit batang tunas pada 3-13 MST. Pada 3 MST tertinggi pada perlakuan L3 (16,04 mm) yang berbeda nyata dengan L2 (14,71 mm) dan L1 (14,52 mm). Pada 5 MST tertinggi pada perlakuan L3 (17,61 mm) yang berbeda nyata dengan L2 (16,08 mm) dan L1 (15,65 mm). Pada 7 MST tertinggi pada perlakuan L3 (18,67 mm) yang berbeda nyata dengan L2 (16,94 mm) dan L1 (16,65 mm). Pada 9 MST tertinggi pada perlakuan L3 (19,54 mm) yang berbeda nyata dengan L2 (18,10 mm) dan L1 (17,23 mm). Pada 11 MST tertinggi pada perlakuan L3 (20,48 mm) yang berbeda nyata dengan L2 (18,67 mm) dan L1 (18,31 mm). Pada 13 MST tertinggi pada perlakuan L3 (21,94 mm) yang berbeda nyata dengan L2 (21,13 mm) dan L1 (19,71 mm).

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan pupuk fosfat terhadap lilit batang tunas pada 3 - 13 MST. Pada 3 MST tertinggi pada perlakuan

F0 (15,44 mm) yang berbeda tidak nyata dengan F1 (15,25 mm), F2 (14,61 mm) dan F3 (15,06 mm). Pada 5 MST tertinggi pada perlakuan F0 (16,67 mm) yang berbeda tidak nyata dengan F1 (16,36 mm), F2 (16,22 mm) dan F3 (16,53 mm). Pada 7 MST tertinggi pada perlakuan F3 (17,72 mm) yang berbeda tidak nyata dengan F0 (17,64 mm), F1 (17,14 mm) dan F2 (17,17 mm). Pada 9 MST tertinggi pada perlakuan F0 (18,72 mm) yang berbeda tidak nyata dengan F1 (18,08 mm), F2 (17,97 mm) dan F3 (18,39 mm). Pada 11 MST tertinggi pada perlakuan F0 (15,44 mm) yang berbeda tidak nyata dengan F1 (15,25 mm), F2 (14,61 mm) dan F3 (15,06 mm) terendah pada perlakuan F2 (20,33 mm). Pada 13 MST tertinggi pada perlakuan F3 (21,53 mm) yang berbeda tidak nyata dengan F0 (21,03 mm), F1 (20,08 mm) dan F3 (20,33 mm).

Hubungan pertumbuhan lilit batang tunas stum karet karena pengaruh lilit batang bawah dapat dilihat pada gambar 6.

0 5 10 15 20 25 3 5 7 9 11 13 Minggu Ke L Ilit B ata ng T un as (m m ) L1 (3,6 - 4,6 cm) L2 (4,7 - 5,7 cm) L3 (5,8 - 6,8 cm) Gambar 6. Hubungan pertumbuhan lilit batang tunas stum karet dengan perlakuan

lilit batang bawah pada 3 – 13 MST.

Dari gambar 6 menunjukkan bahwa pengaruh lilit batang bawah terhadap lilit batang tunas stum karet pada 3 – 13 MST. Pada 3 MST pertumbuhan lilit batang tunas stum karet tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (16,04 mm) dan terendah pada perlakuan L1 (14,52 mm). Pada 5 MST pertumbuhan lilit batang

tunas stum karet tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (17,61 mm) dan terendah pada perlakuan L1 (15,65 mm). Pada 7 MST pertumbuhan lilit batang tunas stum karet tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (18,67 mm) dan terendah pada perlakuan L1 (16,65 mm). Pada 9 MST pertumbuhan lilit batang tunas stum karet tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (19,54 mm) dan terendah pada perlakuan L1 (17,23 mm). Pada 11 MST pertumbuhan lilit batang tunas stum karet tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (20,48 mm) dan terendah pada perlakuan L1 (18,31 mm). Pada 13 MST pertumbuhan lilit batang tunas stum karet tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (21,94 mm) dan terendah pada perlakuan L1 (19,71 mm).

Hubungan pertumbuhan lilit batang tunas stum karet dengan perlakuan pupuk fosfat dapat dilihat pada gambar 7.

0 5 10 15 20 25 3 5 7 9 11 13 Minggu Ke

L

ilit B

ata

ng

T

un

as

(m

m

F0 (0 g) F1 (15 g) F2 (30 g) F3 (45 g)

Gambar 7. Hubungan pertumbuhan lilit batang tunas stum karet dengan perlakuan pupuk fosfat pada 3 – 13 MST.

Dari gambar 7 menunjukkan bahwa pengaruh pupuk fosfat terhadap lilit batang tunas stum karet pada 3 – 13 MST. Pada 3 MST pertumbuhan lilit batang tunas stum karet tertinggi terdapat pada perlakuan F0 (15,44 mm) dan terendah pada perlakuan F2 (14,61 mm). Pada 5 MST pertumbuhan lilit batang tunas stum karet tertinggi terdapat pada perlakuan F0 (16,67 mm) dan terendah pada perlakuan F2 (16,22 mm). Pada 7 MST pertumbuhan lilit batang tunas stum karet

tertinggi terdapat pada perlakuan F3 (17,72 mm) dan terendah pada perlakuan F1 (17,14 mm). Pada 9 MST pertumbuhan lilit batang tunas stum karet tertinggi terdapat pada perlakuan F0 (18,72 mm) dan terendah pada perlakuan F2 (17,97 mm). Pada 11 MST pertumbuhan lilit batang tunas stum karet tertinggi terdapat pada perlakuan F3 (19,58 mm) dan terendah pada perlakuan F2 (18,55 mm). Pada 13 MST pertumbuhan lilit batang tunas stum karet tertinggi terdapat pada perlakuan F3 (21,53 mm) dan terendah pada perlakuan F2 (20,33 mm),

Jumlah Daun (helai)

Data daftar sidik ragam jumlah daun 3 – 13 MST dapat dilihat masing-masing pda lampiran 22 – 27. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa lilit batang bawah berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada pengamatan 3,7,9,11,13 MST, sedangkan pupuk fosfat berpengaruh tidak nyata. Interaksi kedua perlakuan menunjukkan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.

Rataan jumlah daun dari perlakuan lilit batang bawah dan pupuk fosfat dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan jumlah daun (helai) stum karet dengan perlakuan lilit batang bawah dan pupuk fosfat pada 3 – 13 MST.

Perlakuan

Minggu ke

3 5 7 9 11 13

(helai) (helai) (helai) (helai) (helai) (helai) Lilit Batang

L1 = 3,6 – 4,6 cm 4.48a 8.89a 9.58b 9.63b 9.83b 10.35b

L2 = 4,7 – 5,7 cm 2.75b 8.64a 9.94b 10.02b 10.27b 10.94b

L3 = 5,8 – 6,8 cm 2.35b 9.42a 11.56a 11.60a 11.75a 12.13a Pupuk Fosfat

F0 = 0 g 3.86a 9.5a 10.53a 10.61a 10.97a 11.14a

F1 = 15 g 3.14a 8.53a 9.94a 9.97a 10.08a 10.47a

F2 = 30 g 3.03a 8.88a 10.47a 10.53a 10.64a 11.22a

F3 = 45 g 2.75a 9.03a 10.47a 10.58a 10.78a 11.72a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan berbeda tidak nyata dan angka yang diikuti huruf yang berbeda pada setiap kolom menunjukkan berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa pengaruh lilit batang bawah terhadap pertumbuhan jumlah daun stum karet pada 3 - 13 MST. Pada 3 MST tertinggi pada perlakuan L1 (4,48 helai) yang berbeda nyata dengan L2 (2,75 helai) dan L3 (2,35 helai). Pada 5 MST tertinggi pada perlakuan L3 (9,42 helai) yang berbeda tidak nyata dengan L1 (8,89 helai) dan L2 (8,64 helai). Pada 7 MST tertinggi pada perlakuan L3 (11,56 helai) yang berbeda nyata dengan L1 (9,58 helai) dan L2 (9,94 helai). Pada 9 MST tertinggi pada perlakuan L3 (11,60 helai) yang berbeda nyata dengan L1 (9,63 helai) dan L2 (10,02 helai). Pada 11 MST tertinggi pada perlakuan L3 (11,75 helai) yang berbeda nyata dengan L1 (9,83 helai) dan L2 (10,27 helai). Pada 13 MST tertinggi pada perlakuan L3 (12,13 helai) yang berbeda nyata dengan L1 (10,35 helai) dan L2 (10,94 helai).

Dari tabel 5 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan pupuk fosfat terhadap pertumbuhan jumlah daun stum karet pada 3 - 13 MST. Pada 3 MST tertinggi pada perlakuan F0 (3,86 helai) yang berbeda tidak nyata dengan F1 (3,14 helai), F2 (3,03 helai) dan F3 (2,75 helai). Pada 5 MST tertinggi pada perlakuan

F0 (9,50 helai) yang berbeda tidak nyata dengan F1 (8,53 helai), F2 (8,88 helai) dan F3 (9,03 helai). Pada 7 MST tertinggi pada perlakuan F0 (10,53 helai) yang berbeda tidak nyata dengan F1 (9,94 helai), F2 (10,47 helai) dan F3 (10,47 helai). Pada 9 MST tertinggi pada perlakuan F0 (10,61 helai) yang berbeda tidak nyata dengan F1 (9,97 helai), F2 (10,53 helai) dan F3 (10,58 helai). Pada 11 MST tertinggi pada perlakuan F0 (10,97 helai) yang berbeda tidak nyata dengan F1 (10,08 helai), F2 (10,64 helai) dan F3 (10,78 helai). Pada 13 MST tertinggi pada perlakuan F3 (11,72 helai) yang berbeda tidak nyata dengan F0 (11,14 helai), F1 (10,47 helai) dan F2 (11,22 helai).

Hubungan pertumbuhan jumlah daun karena pengaruh lilit batang bawah dapat dilihat pada gambar 8.

0 5 10 15 3 5 7 9 11 13 Minggu Ke Ju m la h D au n ( he la i) L1 (3,6 - 4,6 cm) L2 (4,7 - 5,7 cm) L3 (5,8 - 6,8 cm)

Gambar 8. Hubungan pertumbuhan jumlah daun stum karet dengan perlakuan lilit batang bawah pada 3 – 13 MST.

Dari gambar 8 menunjukkan bahwa pengaruh lilit batang bawah terhadap pertumbuhan jumlah daun stum karet pada 3 – 13 MST. Pada 3 MST pertumbuhan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan L1 (4,48 helai) dan terendah terdapat pada perlakuan L3 (2,35 helai). Pada 5 MST pertumbuhan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (9,42 helai) dan terendah terdapat pada perlakuan L2 (8,64 helai). Pada 7 MST pertumbuhan jumlah daun

tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (11,56 helai) dan terendah terdapat pada perlakuan L1 (9,58 helai). Pada 9 MST pertumbuhan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan L1 (11,60 helai) dan terendah terdapat pada perlakuan L1 (9,63 helai). Pada 11 MST pertumbuhan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (11,75 helai) dan terendah terdapat pada perlakuan L1 (9,83 helai). Pada 13 MST pertumbuhan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (12,13 helai) dan terendah terdapat pada perlakuan L1 (10,35 helai),

Hubungan pertumbuhan jumlah daun dengan perlakuan pupuk fosfat dapat dilihat pada gambar 11.

0 2 4 6 8 10 12 14 3 5 7 9 11 13 Minggu Ke Ju m la h D au n ( he la i) F0 (0 g) F1 (15 g) F2 (30 g) F3 (45 g)

Gambar 9. Hubungan pertumbuhan jumlah daun stum karet dengan perlakuan pupuk fosfat pada 3 – 13 MST.

Dari gambar 9 menunjukkan bahwa pengaruh pupuk fosfat terhadap pertumbuhan jumlah daun stum karet pada 3 – 13 MST. Pada 3 MST pertumbuhan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan F0 (3,86 helai) dan terendah terdapat pada perlakuan F3 (2,75 helai). Pada 5 MST pertumbuhan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan F0 (9,50 helai) dan terendah terdapat pada perlakuan F2 (8,88 helai). Pada 7 MST pertumbuhan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan F0 (10,53 helai) dan terendah terdapat pada

perlakuan F1 (9,94 helai). Pada 9 MST pertumbuhan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan F0 (10,61 helai) dan terendah terdapat pada perlakuan F1 (9,97 helai). Pada 11 MST pertumbuhan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan F0 (10,97 helai) dan terendah terdapat pada perlakuan F1 (10,08 helai). Pada 13 MST pertumbuhan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan F3 (11,72 helai) dan terendah terdapat pada perlakuan F1 (10,47 helai).

Persentase Stum Berpayung Satu (%)

Data dan daftar sidik ragam persentase stum berpayung satu 13 MST dapat dilihat pada lampiran 28. Dari sidik ragam menunjukkan bahwa lilit batang bawah dan pupuk fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap persentase stum berpayung satu. Sedangkan interkasi antara kedua perlakuan juga menunjukkan tidak berpengaruh nyata.

Rataan persentase stum berpayung satu 13 MST dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Rataan persentase stum berpayung satu (%) stum karet dengan perlakuan

lilit batang bawah dan pupuk fosfat pada 13 MST.

Perlakuan Minggu ke 13 (%) Lilit Batang L1 = 3,6 - 4,6 cm 93.75a L2 = 4,7 - 5,7 cm 89.59a L3 = 5,8 - 6,8 cm 83.31a Pupuk Fosfat F0 = 0 g 90.28a F1 = 15 g 84.71a F2 = 30 g 88.87a F3 = 45 g 91.67a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%

Dari tabel 6 menunjukkan bahwa pengaruh lilit batang bawah terhadap persentase stum berpayung satu pada 13 MST, tertinggi terdapat pada taraf perlakuan L1 (93,75 %) yang berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan L2

(89,59 %) dan L3 (83,31 %), sedangkan dengan perlakuan pupuk fosfat, tertinggi pada taraf perlakuan F3 (91,67 %)yang berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan F0 (90,28 %), F1 (84,71 %) dan F2 (88,87 %).

Pembahasan

Pengararuh Lilit Batang Bawah Terhadap Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

Hasil analisis data penelitian secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan lilit batang bawah tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan mata stum melentis. Perlakuan L3 (5,8 – 6,8 cm) menunjukkan kecepatan mata stum melentis tertinggi, karena pada perlakuan L3 mata entris dan batang bawah yang digunakan sebagai bahan okulasi mempunyai daya kompatibel yang baik dan didukung besar lilit batang bawah yang sesuai serta mampu mendorong pertumbuhan stum menjadi lebih optimal. Dengan ukuran lilit batang bawah 5,8 – 6,8 cm diduga pada batang bawah cukup menyimpan cadangan makanan untuk pertumbuhan awal stum. Tetapi pada kenyataannya cadangan makanan tersebut digunakan untuk merangsang pertumbuhan sistem perakaran. Dengan terbentuknya sistem perakaran di awal pertumbuhan menyebabkan pengaruh lilit batang bawah tidak berpengaruh nyata.

Persentase stum bertunas dipengaruhi oleh lilit batang bawah. Hal ini disebabkan oleh kecepatan pembentukan sistem perakaran, karena dari akar diserap zat-zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman tetapi sebelum sistem perakaran terbentuk pembentukan tunas untuk sementara memperoleh cadangan yang berasal dari batang bawah tanaman. Cadangan makanan sementara pada stum ketika sistem perakaran belum terbentuk berasal dari batang bawah hal ini sesuai dengan literatur Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005) yang menyatakan pemilihan lilit batang bawah tanaman karet yang tepat merupakan salah satu faktor yang menentukan. Lilit batang yang dianjurkan untuk okulasi coklat yaitu yang berukuran 4,5 – 9 cm (Sagay dan Omakhafe, 1997)

Perlakuan lilit batang bawah berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas. Hal ini terlihat pada hampir setiap pengamatan. Panjang tunas berbeda nyata sejak pengamatan 3 - 11 MST, dimana taraf perlakuan tertinggi L3 yang berbeda nyata dengan perlakuan L1 dan L2 sejak 5 – 13 MST. Panjang tunas pada suatu tanaman dipengaruhi oleh lingkungan dan genetik tanaman tersebut. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005) menyatakan pemilihan lilit batang bawah pada stum sangat menentukan dalam menyediakan cadangan makanan yang dibutuhkan oleh entris untuk pembentukan tunas.

Lilit batang tunas secara umum dipengaruhi oleh perlakuan lilit batang bawah. Hal ini terlihat pada hampir setiap pengamatan. Lilit batang tunas berbeda nyata sejak pengamatan 3 – 13 MST, dimana taraf perlakuan tertinggi L3 berbeda nyata dengan pelakuan L1 dan L2 sejak 3 -13 MST. Lilit batang tunas pada stum mata tidur karet dipengaruhi pembentukan sistem perakaran yang berfungsi sebagai pengangkut air dan hara yang di simpan di batang tunas. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan dalam pembentukan akar lanjutan dari akar-akar lateral yaitu pada pembentukan rambut-rambut akar. Yang berfungsi untuk mengangkut air dan hara dari dalam tanah, yang berfungsi sebagai sumber makanan bagi tunas.

Jumlah daun secara umum dipengaruhi oleh lilit batang bawah. Hal ini terlihat pada hampir setiap pengamatan. Jumlah daun berbeda nyata sejak pengamatan 3 – 13 MST, dimana taraf perlakuan tertinggi L3 berbeda nyata dengan L1 dan L2 sejak 5 – 13 MST. Jumlah daun pada stump karet dipengaruhi oleh lingkungan dan genetik tanaman tersebut (Salisbury dan Ross, 1995) dan kelihatan pengaruh genetik lebih dominan dari pengaruh lingkungan pada pengamatan parameter ini.

Persentase stum berpayung satu dipengaruhi oleh lilit batang bawah, hal ini terlihat pada saat pengamatan, persentase stum berpayung satu dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan ketersediaan hara, yang mana pada stum saat awal pertumbuhan suplai cadangan makanan berasal dari batang bawah. Balai Penelitian Sumbawa (2005) menyatakan dengan batang bawah yang sesuai dengan entris yang ditempel (kompatibel) pertumbuhan stum akan tumbuh lebih baik.

Pengaruh Pupuk Fosfat Terhadap Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.)

Pupuk fosfat menunjukkan pengaruh nyata terhadap panjang tunas pada 9 dan 11 MST. Pemberian pupuk fosfat yang terbaik pada penelitian ini ditunjukkan pada F3 (45g). Menurut Hasibuan (2006) pupuk fosfat adalah pupuk yang mempunyai ketersediaan tinggi pada pH 5,5 – 7. Kepekatan H2PO4 yang tinggi dalam larutan memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam takaran besar. Dalam hal ini pupuk fosfat yang diserap oleh tanaman dalam jumlah yang banyak disimpan di batang tunas yang tumbuh pada stum.

Pupuk fosfat menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap parameter waktu mata melentis, persentase stum bertunas, lilit batang tunas, jumlah daun dan persentase stum berpayung satu. Dalam hal ini pupuk fosfat adalah pupuk yang mempunyai waktu ketersediaan untuk diserap oleh tanaman dalam waktu yang relatif lama atau biasa disebut sebagai pupuk yang memiliki time release yang lama untuk tanaman (Hasibuan, 2006). Sementara itu menurut Sivandyan (1981) pemberian pupuk fosfat pada stum karet merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memberi rangsangan ke sel-sel akar stum yang telah terpotong sewaktu pembongkaran stum. Dan dari hasil analisis tanah yang dilakukan

diketahui bahwa kandungan pupuk fosfat yang tersimpan pada media yang digunakan sangat sedikit sekali hal inilah yang menyebabkan pupuk fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap parameter yang disebut diatas. Berdasarkan data dan literatur yang kita peroleh diatas dapat kita ketahui bahwa pemberian dosis pupuk fosfat yang kita berikan pada stum dapat kita tingkatkan sampai titik yang

Dokumen terkait