• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari pengamatan secara visual dapat dilihat bahwa perlakuan kontrol (P0A0) menunjukkan tinggi tanaman , bobot kering akar , bobot kering tajuk lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tanpa pemberian pupuk TSP tinggi tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar pada perlakuan P0A2 lebih tinggi dibandingkan perlakuan P0A3, P0A1, dan P0A0 dapat dilihat pada lampiran 13, 15, 17, dan 19.

Dari pengamatan secara visual pada perlakuan pemberian pupuk TSP 1,91g/polybag dapat dilihat bahwa tinggi tanaman, dan bobot kering akar pada perlakuan P1A3 lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan P1A2, P1A1, dan P1A0 dapat dilihat pada lampiran 13, 15, dan 20.

Dari pengamatan secara visual pada perlakuan pemberian pupuk TSP 3,82g/polybag dapat dilihat bahwa tinggi tanaman, bobot kering akar, dan bobot kering tajuk pada perlakuan P2A3 lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan P2A2, P2A1, dan P2A0 dapat dilihat pada lampiran 13, 15, 17, dan 21.

Kemasaman Tanah

Data hasil pengukurn pH tanah (Lampiran 5) dan hasil sidik ragam (Lampiran 6) memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk TSP dan interaksi pupuk TSP dengan pupuk kandang Ayam tidak berpengaruh nyata terhadap nilai pH tanah, namun aplikasi pupuk kandang ayam secara tunggal berpengaruh nyata terhadap nilai pH tanah.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi pupuk TSP dan pupuk kandang ayam terhadap pH tanah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan nilai pH tanah pada beberapa dosis Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Ayam pada Awal Penanaman / setelah inkubasi

Perlakuan A0 (kontrol) A1 (10ton/ha) A2 (20ton/ha) A3 (30ton/ha) Rataan P0 (kontrol) 5,76 6,15 6,76 6,53 6,30 P1 (1,91g/polybag) 5,56 6,18 6,58 6,71 6,26 P2 (3,82g/polybag) 5,78 6,15 6,49 6,43 6,21 Rataan 5,70c 6,16b 6,61a 6,56a

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf A0 (kontrol) berbeda nyata dengan semua taraf lainnya (A1, A2,dan A3). Pemberian pupuk kandang ayam pada taraf A1 (25 gram / polybag) berbeda nyata dengan taraf A2 dan A3 , sedangkan pemberian pupuk kandang ayam pada taraf A2 (50 gram / polybag) tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk kandang ayam pada taraf A3 (75 gram / polibag).

Kandungan Karbon Organik

Data hasil pengukuran C organik tanah (Lampiran 7) dan hasil sidik ragam (Lampiran 8) memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk TSP dan interaksi pupuk TSP dengan pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata untuk terhadap kandungan karbon organik tanah, sedangkan aplikasi pupuk kandang Ayam secara tunggal berpengaruh nyata terhadap kandungan karbon organik tanah .

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi pupuk TSP dan pupuk kandang ayam terhadap C- Organik tanah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Karbon Organik tanah pada beberapa dosis pupuk TSP dan Pupuk Kandang Ayam pada Awal Penanaman / setelah inkubasi.

Perlakuan A0 (kontrol) A1 (10ton/ha) A2 (20ton/ha) A3 (30ton/ha) Rataa n % P0 (kontrol) 1,49 1,52 1,46 1,57 1,51 P1 (1,91g/polybag) 1,36 1,41 1,49 1,74 1,50 P2 (3,82g/polybag) 1,23 1,56 1,52 1,78 1,52 Rataan 1,36b 1,49b 1,49b 1,69a 1,51

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf A0 (kontrol) tidak berbeda nyata dengan taraf A1 dan A2, tetapi berbeda nyata dengan taraf A3 (75 gram / polybag).

Fosfat tersedia

Data hasil pengukuran P tersedia tanah (Lampiran 9) dan hasil sidik ragam (Lampiran 10) memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk TSP dan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap kandungan P- tersedia tanah, sedangkan interaksi pupuk TSP dengan pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan P- tersedia tanah.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi pupuk TSP dan pupuk kandang ayam terhadap P- tersedia tanah dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan nilai P tersedia tanah pada beberapa dosis Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Ayam pada Awal Penanaman / setelah inkubasi.

Perlakuan A0 (kontrol) A1 (10ton/ha) A2 (20ton/ha) A3 (30ton/ha) Rataan ppm P0 (kontrol) 16,17 84,76 452,59 380,28 233,45b P1 (1,91g/polybag) 100,44 266,19 484,17 675,61 381,60a P2 (3,82g/polybag) 185,48 367,63 624,00 471,80 412,23a Rataan 100,70b 239,53b 520,26a 509,23a 342,43 Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak

nyata (5%) menurut uji DMRT

Hasil uji beda rataan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk TSP pada taraf P0 (kontrol) berbeda nyata dengan taraf lainnya (P1, P2) , namun aplikasi pupuk TSP pada taraf P1 (1,91 gram / polybag) tidak berbeda nyata dengan taraf P2 (3,82 gram / polybag). Aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf A0 (kontrol) tidak berbeda nyata dengan taraf A1 (25 gram / polybag), tetapi berbeda nyata dengan taraf A2 (50 gram / polybag) dan A3 (75 gram / polybag), sedangkan aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf A2 (50 gram / polybag) tidak berbeda nyata dengan taraf A3 (75 gram / polybag).

Serapan P

Data hasil pengukuran serapan P tanaman (Lampiran 11) dan hasil sidik ragam (Lampiran 12) memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk TSP dan interaksi pupuk TSP dengan pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap nilai serapan P tanaman, namun aplikasi pupuk kandang ayam secara tunggal berpengaruh nyata terhadap nilai serapan P tanaman.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi pupuk TSP dan pupuk kandang ayam terhadap serapan P disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan nilai serapan P tanaman pada beberapa dosis Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Ayam pada Akhir Masa Vegetatif.

Perlakuan A0 (kontrol) A1 (10ton/ha) A2 (20ton/ha) A3 (30ton/ha) Rataan mg/tanaman P0 (kontrol) 12,60 108,22 171,84 236,36 132,25 P1 (1,91g/polybag) 60,24 144,79 222,18 234,90 165,53 P2 (3,82g/polybag) 103,09 189,62 195,63 294,95 195,82 Rataan 58,64c 147,54b 196,55ab 255,40a 164,53 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Hasil uji beda rataan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf A0 (kontrol) berbeda nyata dengan taraf lainnya ( A1, A2, A3 ), aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf A1 (25 gram / polybag) tidak berbeda nyata dengan taraf A2 (50 gram / polybag) namun berbeda nyata dengan taraf A3 (75 gram / polybag), sedangkan aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf A2 (50 gram / polybag)tidak berbeda nyata dengan taraf A3 (75 gram / polybag).

Tinggi Tanaman

Data hasil pengukuran tinggi tanaman (Lampiran 13) dan hasil sidik ragam (Lampiran 14) memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk TSP dan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, sedangkan interaksi pupuk TSP dengan pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi pupuk TSP dan pupuk kandang ayam terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan nilai tinggi tanaman pada beberapa dosis Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Ayam pada Akhir Masa Vegetatif

Perlakuan A0 (kontrol) A1 (10ton/ha) A2 (20ton/ha) A3 (30ton/ha) Rataan cm P0 (kontrol) 104,67 179,00 203,67 181,67 167,25b P1 (1,91g/polybag) 179,00 182,33 197,00 214,67 193,25a P2 (3,82g/polybag) 167,00 200,00 206,67 208,00 195,42a Rataan 150,22b 187,11a 202,44a 201,44a 185,31 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada tabel 5 dapat diketahui bahwa aplikasi pupuk TSP pada taraf P0 (kontrol) berbeda nyata dengan taraf lainnya ( P1, P2 ), namun aplikasi pupuk TSP pada taraf P1 (1,91 gram / polybag) tidak berbeda nyata dengan taraf P2 (3,82 gram / polybag). Aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf A0 (kontrol) berbeda nyata dengan taraf lainnya ( A1, A2 dan A3 ), dan aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf A1 (25 gram / polybag), A2 (50 gram / polybag) dan A3 (75 gram / polybag) tidak berbeda nyata.

Bobot kering akar

Data hasil pengukuran bobot kering akar (Lampiran 15) dan hasil sidik ragam (Lampiran 16) memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk TSP dan pupuk kandang Ayam berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, sedangkan interaksi pupuk TSP dengan pupuk kandang Ayam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi pupuk TSP dan pupuk kandang ayam terhadap bobot kering akar dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh Aplikasi Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Ayam terhadap bobot kering akar pada akhir masa vegetatif

Perlakuan A0 (kontrol) A1 (10ton/ha) A2 (20ton/ha) A3 (30ton/ha) Rataan g P0 (kontrol) 1,64 11,23 12,95 12,89 9,68b P1 (1,91g/polybag) 6,15 12,06 15,13 16,48 12,46a P2 (3,82g/polybag) 8,16 16,06 13,93 16,73 13,72a Rataan 5,32b 13,12a 14,01a 15,37a 11,95 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada tabel 6 dapat diketahui bahwa aplikasi pupuk TSP pada taraf P0 (kontrol) berbeda nyata dengan taraf lainnya ( P1, P2 ), namun aplikasi pupuk TSP pada taraf P1 (1,91 gram / polybag) tidak berbeda nyata dengan taraf P2 (3,82 gram / polybag). Aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf A0 (kontrol) berbeda nyata dengan taraf lainnya ( A1, A2 dan A3 ), dan aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf A1 (25 gram / polybag), A2 (50 gram / polybag), dan A3 (75 gram / polybag) tidak berbeda nyata.

Bobot kering tajuk

Data hasil pengukuran bobot kering tajuk (Lampiran 17) dan hasil sidik ragam (Lampiran 18) memperlihatkan bahwa aplikasi pupuk TSP dan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk, sedangkan interaksi pupuk TSP dengan pupuk kandang ayam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi pupuk TSP dan pupuk kandang ayam terhadap bobot kering tajuk dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Raataan nilai bobot kering tajuk pada beberapa dosis Pupuk TSP dan Pupuk Kandang Ayam tajuk pada akhir masa vegetatif

Perlakuan A0 (kontrol) A1 (10ton/ha) A2 (20ton/ha) A3 (30ton/ha) Rataan g P0 (kontrol) 5,8 42,1 63,1 58,3 42,3b P1 (1,91g/polybag) 24,2 42,4 69,6 69,1 51,3ab P2 (3,82g/polybag) 35,9 63,6 60,9 74,7 58,7a Rataan 21,9c 49,3b 64,5a 67,3a 50,8 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada tabel 7 dapat diketahui bahwa aplikasi pupuk TSP pada taraf P0 (kontrol) tidak berbeda nyata dengan taraf P1(1,91 gram / polybag), namun berbeda nyata dengan taraf P2 (3,82 gram / polybag), aplikasi pupuk TSP pada taraf P1 (1,91 gram / polybag) tidak berbeda nyata dengan taraf P2 (3,82 gram / polybag). Aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf A0 (kontrol) berbeda nyata dengan taraf lainnya ( A1, A2 dan A3 ), aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf A1 (25 gram / polybag) berbeda nyata dengan taraf A2 (50 gram / polybag), dan A3 (75 gram / polybag) , sedangkan aplikasi pupuk kandang pada taraf A2 (50 gram / polybag) tidak berbeda nyata dengan taraf A3(75 gram / polybag).

Pembahasan

Dari hasil analisis sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah, dimana pH tertinggi terdapat pada A2 (6,61) dan terendah terdapat pada A0 (5,70).

Peningkatan pH tanah inceptisol Kwala Bekala yang tergolong rendah dikarenakan pemberian pupuk kandang ayam dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah, bahan organik tanah yang bersifat humus dapat mengkelat logam logam berat seperti Aluminium sehingga Hal ini sesuai dengan literatur Tan (1995) dalam Ginting (2003) melaporkan bahwa bahan organik tanah mempunyai pengaruh terhadap pelapupuk kandang . Melalui dekomposisi bahan organik, sejumlah senyawa organik dilepaskan atau dibentuk. Kebanyakan dari senyawa tersebut, seperti asam fulfat dan humat mempunyai kapasitas untuk mengkhelat atau mengkompleksi ion logam. Sehingga dengan terjadinya pengkhelatan ion logam oleh bahan organik pH tanah dapat meningkat.

Dari hasil analisis sidik ragam pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata dalam meningkatkan C- Organik tanah, dimana kandungan C- Organik tertinggi terdapat pada A3 (1,69%) dan terendah terdapat pada A0 (1,36%).

Peningkatan kandungan C-organik setelah inkubasi pupuk kandang ayam selama 2 minggu dari analisis awal tanah sebesar 1,33 % menjadi 1,69 % diperoleh pada aplikasi pupuk kandang ayam dengan dosis 30 ton/ha hal ini dikarenakan kandungan C organik pada pupuk kandang ayam sangat tinggi sehingga ada input bahan organik ke dalam tanah inceptisol yang mampu

meningkatkan kadar C organik. Hal ini didukung oleh Hakim, dkk (1986) yang mengatakan penambahan bahan organik pada tanah masam akan mempercepat proses pembebasan karbon sehingga C-organik tanah akan meningkat. Rasyid dan Inayanti (2010) mengatakan inkubasi kotoran ayam selama 2 minggu merupakan waktu terbaik dalam meningkatkan C-organik tanah akibat adanya proses dekomposisi pada tanah yang dipercepat proses penguraian oleh mikroba tanah.

Dari hasil sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk TSP berpengaruh nyata meningkatkan P-tersedia tanah hingga pada awal masa penanaman dimana P tersedia tertinggi terdapat pada aplikasi P3 (412,23 ppm) dan terendah pada P0 (233,45ppm). Aplikasi pupuk kandang ayam juga berpengaruh nyata meningkatkan P- tersedia tanah dimana P tersedia tertinggi terdapat pada aplikasi A2 (520,26ppm) dan yang terendah pada A0 (100,70ppm). Hal ini sesuai dengan penelitian Tufaila (2014) yang menyatakan bahwa setelah pemberian pupuk kandang ayam pada dosis 25 ton/ha terjadi peningkatan P dalam tanah yang paling tinggi sebesar 30,64 mg/100 g tanah

Adanya peningkatan P tersedia tanah disebabkan oleh pengaplikasian pupuk TSP yang memiliki kandungan P2O5 sebesar 46% yang terbuat dari campuran batuan fosfat dengan asam sulfat dan pengaplikasian pupuk kandang ayam yang memiliki kandungan P2O5 yang sangat tinggi . Hal ini sesuai dengan SNI (2005) yang menyatakan bahwa pupuk fosfat buatan berbentuk butiran (granular) yang dibuat dari batuan fosfat dengan campuran asam fosfat dengan asam sulfat yang komponen utamanya mengandung unsur hara fosfor berupa mono kalsium fosfat Ca(H2PO4) dan Nursyamsi, dkk (1995) yang menyatakan pemberian kotoran ayam dapat meningkatkan ketersediaan P tanah akibat

pembentukan senyawa kompleks yang mengkelat logam Al dan Fe sehingga hara P lebih tersedia di tanah.

Dari hasil analisis sidik ragam pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam berpengaruh nyata dalam meningkatkan serapan P tanaman , dimana serapan P tertinggi terdapat pada aplikasi pupuk kandang ayam dengan taraf perlakuan A3 (255,40 mg P/tanaman) dan terendah terdapat pada A0 (58,64 mg P/tanaman).

Serapan P yang tinggi oleh tanaman dipengaruhi oleh kandungan unsur hara P tersedia pada tanah yang sangat tinggi , ketersediaan P yang tinggi pada tanah juga dipengaruhi oleh pH dan kandungan bahan organik , semakin pH tanah menuju netral maka logam berat seperti Al akan terkhelat sehingga unsur hara P tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai berdasarkan hasil penelitian Simangunsong (2006) bahwa perlakuan interaksi pemberian pupuk kandang ayam berbeda sangat nyata dalam meningkatkan serapan P, berat kering atas tanaman, berat kering bawah tanaman. Hal ini dikarenakan pupuk kandang ayam dapat memperbesar ketersedian P tanah melalui dekomposisi yang menghasilkan asam organik di dalam tanah Asam tersebut menghasilkan ion yang dapat memutuskan ikatan antara P dengan unsur Al, Fe dan Mn sehingga P menjadi tersedia.

Dari hasil sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk TSP berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman jagung hingga akhir masa vegetatif dimana tinggi tanaman jagung tertinggi terdapat pada aplikasi pupuk TSP pada taraf perlakuan P2 (195,42 cm) dan terendah pada taraf perlakuan P0 (167,25 cm). Aplikasi pupuk kandang ayam juga berpengaruh nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman. Tinggi tanaman jagung yang tertinggi terdapat

pada aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf perlakuan A2 (202,44 cm) dan yang terendah pada perlakuan A0 (150,22 cm) .

Peningkatan tinggi tanaman jagung dikarenakan tercukupinya unsur hara makro dan unsur hara mikro pada tanah akibat aplikasi pupuk TSP dan pupuk kandang ayam sehingga tanaman dapat memanfaatkannya untuk pertumbuhannya. Kekurangan unsur hara makro dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan Damanik, dkk, (2011) yang menyatakan bahwa peranan utama fosfor dalam metabolisme tanaman dan langsung sebagai pembawa energi. Oleh karena itu kekuranagan unsur fosfor dapat menyebabkan gangguan hebat terhadap pertumbuhan tanaman.

Dari hasil sidik ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk TSP berpengaruh nyata meningkatkan bobot kering tajuk tanaman jagung hingga akhir masa vegetatif dimana bobot kering tajuk tanaman jagung tertinggi terdapat pada aplikasi pupuk TSP pada taraf perlakuan P2 (13,72 g) dan terendah pada taraf perlakuan P0 (9,68 g). Aplikasi pupuk kandang ayam juga berpengaruh nyata dalam meningkatkan bobot kering tajuk tanaman jagung. Bobot kering tanamanjagung yang tertinggi terdapat pada aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf perlakuan A3 (15,37 g) dan yang terendah pada perlakuan A0 (5,32 g) .

Unsur hara yang tersedia pada tanah membuat akar tanaman semakin berkebang untuk dapat mengangkut unsur hara terutama unsur hara P dan air untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Winarso (2005) yang menyatakan bahwa peranan utama P pada metabolisme tanaman dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Peranan P ini penting dalam proses fotosintesis, respirasi, dan perkembangan sel tanaman sehingga membantu dalam

merangsang pertumbuhan akar, pertumbuhan tajuk tanaman, dan pertambahan tinggi tanaman.

Dari hasil sidik ragam pada Tabel 7 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk TSP berpengaruh nyata meningkatkan bobot kering tajuk tanaman jagung hingga akhir masa vegetatif dimana bobot kering tajuk tanaman jagung tertinggi terdapat pada aplikasi pupuk TSP pada taraf perlakuan P2 (58,7 g) dan terendah pada taraf perlakuan P0 (42,3 g). Aplikasi pupuk kandang ayam juga berpengaruh nyata dalam meningkatkan bobot kering tajuk tanaman jagung. Bobot kering tanaman jagung yang tertinggi terdapat pada aplikasi pupuk kandang ayam pada taraf perlakuan A3 (67,3 g) dan yang terendah pada perlakuan A0 (21,9 g) .

Peningkatan bobot kering tajuk tanaman jagung terjadi karena aplikasi pupuk kandang ayam yang mampu meningkatkan pH tanah , C-organik tanah serta unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannhya sehingga bobot tanaman meningkat .Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nuraratih (2013) yang menyatakan bahwa Pemberian pupuk kandang kotoran ayam memiliki nilai bobot kering tanaman tertinggi dibandingkan bahan organik lain dikarenakan sifatnya yang mudah terdekomposisi sehingga dapat menyediakan unsur hara lebih cepat untuk pertumbuhan tanaman.

Dokumen terkait