• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Rendemen Kunyit Hasil Evaporasi

Dalam dokumen * ABSTRAK (Halaman 68-71)

Studi Kadar Kurkumin Hasil Fermentasi Kunyit (Curcuma longa) Dengan EM4 Menggunakan Metode KLT-Densitometri

HASIL DAN PEMBAHASAN Rendemen Kunyit Hasil Evaporasi

Rendemen ekstrak kunyit dihitung berdasarkan perbandingan antara berat kunyit sebelum fermentasi dengan berat ekstrak hasil evaporasi. Hasil yang

diperoleh dalam bentuk nilai persentase. Hasil perhitungan ditunjukan pada tabel 1.

Kemiripan kepolaran pelarut membuat kontrol 2 memiliki hasil rendemen yang besar. Pada sampel dan kontrol 1 yang dilarutkan dengan senyawa polar hasilnya tidak sebesar dari kontrol 2. rendemen dari sampel lebih besar dibandingkan kontrol 1 yang menggunakan pelarut yang sama. Hal ini disebabkan pada proses fermentasi menggunakan EM4, enzim yang dihasilkan oleh bakteri mengakibatkan senyawa kurkumin lebih mudah terekstrak.

Tabel 1. Rendemen ekstrak kurkumin pada kunyit Uraian Rendemen (%)

Sampel 0,08

Kontrol 1 0,02

Kontrol 2 1,7

Kromatogram KLT

Hasil eluasi dengan menggunakan fase gerak kloroform:etanol:asam asetat glasial (95:5:1). Fase gerak yang bersifat nonpolar membawa senyawa kurkumin terpisah dan memiliki Rf untuk kurkumin hasil fermentasi 0,74, tanpa fermentasi 0,80, hasil ekstraksi dengan kloroform 0,73. Hal ini sesuai dengan nilai dari Rf standar kurkumin sebesar 0,73. Interaksi antara kurkumin dengan eluen yang lebih bersifat nonpolar lebih kuat dibandingkan dengan fase diamnya. Meskipun terdapat interaksi berupa ikatan hidrogen, tetapi karena interaksi dengan eluen lebih kuat membuat sehingga diperoleh pemisahan yang baik antara senyawa kurkumin dengan senyawa lainnya.

Gambar 1.Kromatogramekstrakkunyit

Jumlah spot yang dihasilkan pada ekstrak kunyit hasil fermentasi, kontrol 1, dan kontrol 2 sama. Jumlah spot dan nialai Rf yang sama menunjukkan senyawa yang terekstrak adalah sama. Sampel hasil fermentasi menunjukkan spot kurkumin yang lebih tebal dibandingkan kontrol 1.

Densitogram densitometer

Hasil luas area yang dperoleh menunjukkan luas area pada ekstrak kunyit hasil fermentasi menunjukkan hasil yang lebih besar dibandingkan kontrol 1 yang merupakan ekstrak kunyit tanpa fermentasi. Enzim yang menghidrolisis senyawa polimer pada kunyit membuat kurkumin lebih mudah terekstrak dan menghasilkan kandungan kurkumin yang lebih banyak.

Gambar 2. Densitogram ekstrak kunyit hasil fermentasi

Gambar 3. Densitogram kontrol 1

Gambar 4. Densitogram kontrol 2

KESIMPULAN

Kandungan kurkumin yang diperoleh dengan menggunakan EM4 lebih besar dengan luas area 18975 dibandingkan kandungan kurkumin tanpa proses fermentasi dengan EM4 dengan luas area 3602.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiana. 1996. Pengaruh Pemberian Tepung Kunyit dalam Ransum Ayam Broiler terhadap Kadar air, pH dan total bakteri liter. F. Semarang: Peternakan UNDIP.

Higa, T. and G. N. Wididana. 1991. Changes in soil microflora induced by effective microorganisms. p. 153 – 163. In J.F. Parr, S.B. Hornick and E.C. Whitman (ed.) Proceedings of the first International Conference on Kuysei nature Farming, United States Department of Agriculture, Washington D.C. USA.

Ohshiro, M., Kuroyanagi M, etal. 1990. Structures of Sesquiterpenes from Curcuma longa. Phytochem. 29(7): 2201-2206.

Purwanti. 2008. Kajian Efektifitas Pemberian Kunyit, Bawang Putih dan Mineral Zink terhadap Performa, Kadar Lemak, Kolesterol dan Status Kesehatan Broiler. [Tesis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor]

Sarwoto. 2005. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Syukur. C, dan Hernani, 2001, Budidaya Tanaman Obat Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya.

Zainuddin, D dan E. Wakradihardjo. 2002. Racikan Ramuan Tanaman Obat dalam Bentuk Larutan Jamu dapat Mempertahankan dan Meningkatkan Kesehatan serta Produktivitas Ternak Ayam Buras. Prosiding Bogor: Seminar Nasional XIX Tumbuhan Obat Indonesia. Kerjasama POKJANAS Tumbuhan Obat Indonesia dengan Puslit Perkebunan.

Pengaruh Beberapa Senyawa Denaturan Terhadap Aktivitas Enzim Selulase

Dari Bacillus Subtilis Sf01Asal LimbahAmpasTebu

Kristian Adi S., Emi Sukarti, Henry KurniaSetiawan, Lanny Hartanti*)

FakultasFarmasiUniversitasKatolikWidya Mandala Surabaya

*Email: lanny.hartanti@ukwms.ac.id; lanny.hartanti@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh senyawa ammonium sulfat, sodium azida, dan urea terhadap aktivitas selulase dari Bacillus subtilis SF01.Selulase diproduksi melalui fermentasi dalam media NB + CMC 1%selama 21 jam. Kadar protein dalam ekstrak kasar enzim ditentukan dengan metodeBradford dan pembanding BSA.Aktivitas selulase diuji menggunakan substrat CMC 1% padapH 5,0dan 60oC. Gula pereduksi yang dihasilkan direaksikan dengan asam DNS dan diamati secara spektrofotometri pada 𝝺550 nm, dengan pembanding glukosa. Pengaruh senyawa denaturan diuji dengan mencampur enzim dan larutan senyawa denaturan selama 20 menit, sebelum direaksikan dengan substrat. Hasil penelitian menunjukkan ketigas enyawa uji memberikan hasil peningkatan atau penurunan aktivitas spesifik enzim yang tidak bermakna secara statistik (one way ANOVA, = 95%). Dapat disimpulkan bahwa ketiga senyawa denaturan tidak berpengaruh terhadap aktivitas enzim selulase asal Bacillus subtilis SF01. Kata Kunci: selulase, Bacillus subtilis SF01, denaturan, sodium azida, urea, ammonium sulfat

PENDAHULUAN

Enzim Selulase bermanfaat di segala bidang industri, contohnyadalam pembuatan kertas (Richana 2002).Di bidang kesehatan adalah untuk mengatasi gangguan pencernaan manusia karena tidak mampu mencerna selulosa, berbeda dengan ruminansia yang memiliki mikroorganisme pencerna selulosa. Enzim selulase dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki aktivitas selulolitik. Bacillus subtilis SF01 diisolasi dari ampas tebu memiliki 99% memiliki kemiripan terhadap

Bacillus subtilis dari bank bakteri dengan uji homologi

gen penyandi 16S rRNA. Karena perbedaain 1 % inilah dilakukan karakterisasi lanjutan mengenai enzim selulase yang dihasilkan (Ariputri 2014).

Senyawa-senyawa pemurnian dapat mempengaruhi aktivitas enzim.Senyawa-senyawa seperti Ammonium Sulfat, Urea, dan Sodium Azidebiasa digunakan dalam pemurnian enzim maupun protein. Ammonium sulfat digunakan dengan kadar sekitar 2M digunakan dalam pemurnian protein. Urea juga digunakan kurang sama dengan 8M untukpemurnian protein. Sedangkan Sodium azide merupakan suatu anti mikroba suatu pemurnian protein dan inhibitor suatu enzim tertentu (Ahmed 2005).

METODE PENELITIAN Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain isolate bakteri Bacillus subtilis SF01 asal limbah ampas tebu (Suutanto, 2012). Media nutrient agar (Merck), media nutrient broth (Merck), carboxymethyl cellulose (Sigma), Glukosa Monohidrat (Sigma), K-Na-Tartrrat, asam 3,5dinitrosalisilat (Sigma), Fenol, Na2SO3, Asam Sitrat (Merck), Kalium Fosfat (Merck), Sodium Tetraborat, Tris, HCl, NaOH, Kaliumklorida, Ammonium sulfat (Merck), Urea (Merck), Sodium

azide (Merck), bovine serum albumin (Sigma), akuades, air sterilkualitas I (resistivity 18,2 M𝝮 cm (mQ). Produksienzim

Isolat Bacillus subtilis SF01 dari stok gliserol diambil 1 ose yang telah diremajakan sebanyak 3 kali pada media padat NA ke media cair NB + CMC 1% dishaker 150rpm pada 37o C ±18-20 jam. Di pindahkan ke media produksi menjadi 1% inokulum dalam 100ml, shaker 150rpm pada 37oC, fermentasi 21 jam. Panen dengan sentrifuse dingin (4oC, 3000-3500rpm).

Pengujian Aktivitas Blanko Substrat

Ambil 300µl Buffer Universal pH 5 (Putri 2014), ditambahkan 100µl Substrat (CMC 1%), inkubasi 60oC selama 45 menit, kemudian ambil 200µl tambahkan 1200µl reagen DNS. Panaskan pada air mendidih (100oC) selama 15 menit kemudian didinginkan di dalam air es selama 20 menit. Gunakan sebagai auto zero pada spektrofotometer pada𝝺 550nm.

Uji Blanko Denaturan (0 ppm)

Ambil 300µl Enzim tambahkan 100µl Buffer Universal pH 5 (Putri 2014) ,inkubasi 60oC selama 20 menit. Kemudian diambil 300µl ditambahkan 100µl substrat (CMC 1%), inkubasi 60oC selama 45 menit.Ambil 200µl tambahkan 1200µl reagen DNS, panaskan dalam air mendidih (100oC) selama 15 menit kemudian didinginkan di dalam air es selama 20 menit, amati absorbansi pada spektrofotometer pada𝝺 550 nm. Uji Denaturan

Sama perlakuan dengan uji blangko denaturan dengan menganti buffer dengan variasi konsentrasi denaturan. Ammonium sulfat (0,5; 0,75; 1; 1,25; dan 1,5M), Urea

(1; 2; 3; 4; dan 5M), dan Sodium Azide (0,005; 0,02; 0,05; 0,1; dan 0,5 %). Pengukuran aktivitas enzim menggunakan persamaan garis linear y = a+bx, dengan ketentuan, y = absorbansi, a = intercept, b = slope, x = kadar glukosa (ppm) dan perhitungan Aktivitas Enzim (Ayuningtyas, 2008)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen * ABSTRAK (Halaman 68-71)