• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen SITTA AZMI FARCHANY A (Halaman 24-39)

Hasil

Konidisi Umum Penelitian

Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa pH H2O tanah termasuk masam dengan nilai 4.6 dan pH KCl tergolong sangat masam dengan nilai 4.1. Rasio perbandingan C/N termasuk sedang yaitu 15. Kapasitas Tukar Kation (KTK) menunjukkan nilai rendah dengan nilai sebesar 8.97 Cmol(+)/kg. Kejenuhan basa yang terkandung pada tanah sebesar 57% sehingga tergolong tinggi. Tekstur tanah termasuk liat dengan komposisi pasir 19%, debu 13%, dan liat 68%.

Persiapan penelitian dan penelitian berlangsung dari bulan Februari sampai dengan pertengahan bulan Mei 2011. Selama penelitian berlangsung curah hujan sebesar 6.5 mm/hari sedangkan suhu rata-rata sebesar 25.8 oC dengan intensitas penyinaran sebesar 302 cal/cm2/menit (Gambar 2). Hal ini menunjukkan intensitas curah hujan yang cukup tinggi sehingga kelembaban pun tinggi dan menyebabkan tanaman mengalami serangan Psedoumonas sp.

Tindakan pencegahan serangan bakteri dengan melakukan perendaman stek batang dengan bakterisida yang mengandung bahan aktif streptomisin sulfat dengan konsentrasi 2 g/l air dan fungisida berbahan aktif mankozeb dengan konsentrasi 3 g/l air selama 10 detik. Bagian dalam batang tanaman yang mengalami serangan bakteri menunjukkan warna kemerah-merahan. Lambat laun akan mengalami kematian yang juga membuat bentuk daun menggulung ke dalam (Gambar 3). Pencegahan penyebaran penyakit pada tanaman dilakukan dengan cara membuang tanaman yang terkena penyakit.

24,5 25 25,5 26 26,5 1 2 3 4 5 6 7 8 Su h u R ata -r ata ( oC)

Minggu setelah tanam (MST)

0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0 16,0 18,0 1 2 3 4 5 6 7 8 C u rah h u jan ( m m /h ar i)

Minggu setelah tanam (MST)

0 50 100 150 200 250 300 350 400 1 2 3 4 5 6 7 8 In ten sitas P en y in ar an (ca l/c m 2/m e n it)

Minggu setelah tanam (MST)

(a)

Gambar 2. (a) Suhu Rata-Rata, (b) Curah Hujan, dan (c) Intensitas Penyinaran Selama Penelitian

(b)

Gulma yang banyak ditemui di lapangan pada saat penelitian diantaranya

Cynodon dactylon dan Axonopus compresus. Penanggulangan gulma dilakukan

dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di area penanaman. Penyulaman dilakukan pada saat pembibitan langsung di lapang dengan cara mencabut tanaman yang mati dan menggantinya dengan tanaman kolesom yang ditanam di luar petak percobaan. Pembungaan awal terjadi pada umur 3 MST dan pembungaan 75% terjadi pada saat tanaman berumur 4 MST.

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Rekapitulasi Sidik Ragam dapat dilihat pada Tabel 3. Pupuk organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 3, 4 MST dan lebar tajuk pada 3 MST. Komponen produksi berpengaruh nyata diumur 6 MST terhadap bobot basah batang dan pucuk layak jual.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Pertumbuhan dan Produksi Peubah Umur (MST) Pemupukan Koefisien Keragaman (%)

Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar 2 tn 28.67 1 4 tn 19.11 1 6 tn 24.75 Tinggi Tanaman 2 tn 11.61 3 tn 6.18 4 * 4.14 5 * 4.58 6 tn 6.41 Lebar Tajuk 2 tn 10.08 3 * 5.36 4 tn 7.66 5 tn 9.72 6 tn 10.08 Jumlah Cabang 2 tn 18.12 3 tn 15.18 4 tn 22.85 5 tn 20.41 6 tn 18.12

Laju Tumbuh Relatif 2-4 tn 27.05

1

4-6 tn 4.94 2

Laju Asimilasi Bersih 2-4 tn 33.91

1

4-6 tn 13.14 1

Bobot Basah Daun 2 tn 17.16 2

4 tn 34.77

6 tn 17.51 1

Bobot Basah Akar 2 tn 31.39

4 tn 33.98

6 tn 20.20

Bobot Basah Tajuk 2 tn 33.96

4 tn 18.19 1

6 tn 19.16 1

Bobot Basah Batang 2 tn 30.40

4 tn 20.01

6 * 23.23

Bobot Basah Pucuk Layak

Jual 2 tn 31.26

4 tn 21.47 1

Peubah Pengamatan Umur (MST) Pemupukan Koefisien Keragaman (%)

6 * 15.90

Bobot Kering Daun 2 tn 27.02

4 tn 20.23 1

6 tn 27.01

Bobot Kering Akar 2 tn 33.23

1

4 tn 24.35 1

6 tn 23.81

Bobot Kering Tajuk 2 tn 34.19

4 tn 18.80 1

6 tn 24.18

Bobot kering Batang 2 tn 21.27 1

4 tn 18.12 1

6 tn 13.08

Bobot kering Pucuk Layak Jual

2 tn 26.28

4 tn 30.15

6 tn 28.96

Keterangan: (tn) Tidak berbeda nyata; (1) hasil transformasi 𝑥; (2)hasil trasformasi 𝑥 + 0.5.

Pengaruh Pupuk Organik terhadap Komponen Pertumbuhan Kolesom

Tinggi Tanaman

Perlakuan kombinasi pupuk organik berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan lebar tajuk, sedangkan pada peubah rasio bobot kering tajuk/akar, jumlah cabang, laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih kombinasi pemupukan menunjukkan pengaruh yang tidak nyata.

Secara keseluruhan tanaman kolesom mengalami peningkatan tinggi selama penelitian. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman menunjukkan beda nyata tertinggi pada umur 4 dan 5 MST. Perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam memiliki nilai rata-rata nyata tertinggi berturut-turut sebesar 11.45, 11.95, 12.32, dan 10.85% dibandingkan dengan perlakuan lain selama pengamatan berlangsung kecuali pada umur 2 MST. Berdasarkan uji Dunnett pada umur 4 dan 5 MST perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam tinggi tanaman menunjukkan nyata tertinggi sebesar 15.59 dan 18.03% dibanding kontrol. Hal ini karena tinggi tanaman meningkat dengan semakin banyaknya dosis pemupukan yang diberikan.

Tabel 4. Tinggi Tanaman Setiap Minggu Umur Perlakuan 1 2 3 4 5 Kontrol 2 MST 24.79 27.81 24.89 28.98 26.33 24.90 3 MST 31.41 35.07 33.67 35.50 37.71 34.53 4 MST 40.49c 43.09bc 43.14bc 44.60b 47.89a+ 41.43 5 MST 47.41b 48.93b 49.25b 49.81b 54.85a+ 46.47 6 MST 49.52 53.12a 53.17 56.57 58.73 50.67 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Jumlah Cabang

Jumlah cabang tertinggi ditunjukkan pada perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam untuk setiap minggunya kecuali pada umur 4 MST mengalami penurunan. Umur 3 MST semua perlakuan yang mengalami penurunan kecuali perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam yang mengalami kenaikan dan menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Walaupun secara statistik peubah jumlah cabang tanaman menunjukkan perbedaan yang tidak nyata.

Jumlah cabang mempengaruhi produksi daun, semakin banyak cabang maka semakin banyak daun yang diproduksi dan juga akan berpengaruh terhadap Laju Asimilasi Bersih (LAB) tanaman. Jumlah cabang tanaman mengalami peningkatan pada umur 4-5 MST. Akan tetapi terjadi penurunan dibeberapa perlakuan sebesar 5.38 % pada umur 2-3, 3-4, dan 5-6 MST. Penurunan jumlah cabang diduga karena adanya pembungaan dan pembentukan umbi yang terjadi pada tanaman, sehingga unsur hara yang terserap dialokasikan untuk pembentukan bunga dan umbi.

Tabel 5. Jumlah Cabang Tanaman Setiap Minggu Umur Tanaman Perlakuan 1 2 3 4 5 Kontrol 2 MST 6.33 5.00 6.67 7.33 6.33 5.67 3 MST 6.00 4.67 7.00 7.00 6.00 5.67 4 MST 5.67 5.33 6.00 6.33 5.33 5.67 5 MST 6.67 4.00 6.67 6.67 6.67 5.33 6 MST 6.33 5.00 6.67 7.33 6.33 5.00 Rata-Rata

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Lebar Tajuk

Lebar tajuk tanaman mengalami pertumbuhan maksimal di minggu ke-5. Kombinasi pupuk organik memberikan pengaruh nyata terhadap lebar tajuk tanaman di umur 3 MST pada perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tanaman kolesom setelah umur 5 MST serentak mengalami penurunan lebar tajuk tanaman, hal ini dimungkinkan adanya perbahan tanaman yang diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi (Lampiran 1).

Tabel 6. Lebar Tajuk Tanaman Setiap Minggu

Umur Tanaman Perlakuan

1 2 3 4 5 Kontrol

2 MST 30.15 30.69 34.12 31.87 34.14 32.59 3 MST 36.89b 40.67ab 43.57a 42.65a 44.03a 41.29

4 MST 50.44 52.64 54.75 52.76 57.53 58.29 5 MST 52.38 62.81 58.95 56.82 60.93 63.24 6 MST 30.15 30.69 34.12 31.87 34.14 63.32 Rata-Rata

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Laju Asimilasi Bersih (LAB)

Pada penelitian ini tidak ada pengaruh nyata antara kombinasi pupuk organik yang diberikan terhadap LAB dan LTR. Akan tetapi LAB mengalami penurunan di minggu 4-6 MST (Gambar 4). Laju asimilasi bersih kontrol menunjukkan nilai paling tinggi di usia 2-4 MST. Hal ini diduga bahwa penyediaan unsur hara oleh pupuk anorganik lebih cepat tersedia. Pada minggu 4-6 MST kombinasi pupuk organik menunjukkan peningkatan dan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Penyediaan hara pupuk organik lebih lambat (slow release) bagi tanaman karena melalui berbagai proses perubahan terlebih dahulu (Yuliarti, 2009).

Gambar 4. Laju Asimilasi Bersih (g/cm2/hari)

Laju Tumbuh Relatif (LTR)

LTR berfungsi untuk mengukur kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering per satuan bahan kering awal (Sitompul dan Guritno, 1995). Pemberian kombinasi pupuk menunjukkan hasil LTR yang berbeda-beda sesuai dengan dosis yang diberikan (Gambar 4). Nilai LTR terendah dimiliki oleh perlakuan 1.8 ton/ha pupuk kandang sapi + 27.6 kg/ha guano + 2.7 ton/ha abu sekam diminggu 2-4 dan 4-6 MST. Penurunan nilai LTR terjadi pada semua perlakuan diminggu 4-6 MST.

0,34 1 0,58 0,36 0,33 0,32 0,58 0,7 0,72 0,33 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1 2 3 4 5 2-4 MST 4-6 MST Kontrol 4-6 MST Kontrol 2-4 MST

Memperkuat penelitian Susanti et al. (2008), pemberian kandungan hara yang berbeda pada tanaman menyebabkan perbedaan nilai LTR yang dihasilkan.

Gambar 4. Laju Tumbuh Relatif (g/hari)

Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar

Pemberian perlakuan kombinasi pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap rasio bobot kering tajuk/akar. Namun dengan demikian pada beberapa perlakuan rasio bobot kering tajuk/akar mengalami kenaikan kecuali pada perlakuan 2.7 ton/ha pupuk kandang sapi + 55.2 kg/ha guano + 4.1 ton/ha abu sekam dan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam.

Pada umur 4 MST rasio bobot kering tajuk/akar menunjukkan rasio tertinggi di perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam, hal ini menunjukkan bahwa penyerapan unsur hara optimum digunakan oleh tajuk dibandingkan penyerapan oleh akar. Tanaman yang mempunyai nisbah tajuk/akar yang tinggi dengan produksi biomassa total yang besar pada tanah yang subur secara tidak langsung menunjukkan bahwa akar yang relatif sedikit cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang relatif besar dalam penyediaan air dan unsur hara (Sitompul dan Guritno, 1995).

0,05 0,09 0,08 0,07 0,07 0,02 0,02 0,04 0,04 0,03 0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 0,1 1 2 3 4 5 2-4 MST 4-6 MST Kontrol 4-6 MST Kontrol 2-4 MST

Tabel 7. Rasio Bobot Kering Tajuk/Akar pada 2, 4 dan 6 MST

Umur Tanaman Perlakuan

1 2 3 4 5 Kontrol

2 MST 11.35 17.98 14.76 14.46 11.84 13.75 4 MST 14.44 11.92 15.19 9.39 14.78 14.80 6 MST 20.52 18.35 15.89 16.88 16.89 21.99 Rata-Rata 15.44 16.08 15.28 13.58 14.50 16.85

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Pengaruh Pupuk Organik terhadap Produksi Kolesom

Bobot Pucuk Layak Jual

Tabel 8 menunjukkan bahwa bobot pucuk layak jual mengalami penambahan di setiap minggunya, kecuali perlakuan 1.8 ton/ha pupuk kandang sapi + 27.6 kg/ha guano + 2.7 ton/ha abu sekam, perlakuan 2.7 ton/ha pupuk kandang sapi + 55.2 kg/ha guano + 4.1 ton/ha abu sekam dan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam yang mengalami penurunan bobot di minggu ke-6.

Perlakuan pemberian kombinasi pupuk pada perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam di umur 6 MST berpengaruh nyata 34.55% lebih tinggi dibanding perlakuan kontrol dan 179.54% lebih tinggi dibandingkan dengan nilai terendah. Meskipun berdasarkan uji lanjut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Tabel 8. Bobot Pucuk Layak Jual pada 2, 4, dan 6 MST Umur Tanaman Perlakuan 1 2 3 4 5 Kontrol 2 MST 69.46 52.74 56.30 69.56 87.47 52.52 4 MST 130.74 120.98 224.10 110.52 122.06 103.91 6 MST 70.38b 94.10b 108.34b 130.64ab 196.74a 146.22 Total 270.58 267.83 388.74 310.71 406.27 302.65

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Bobot Basah dan Kering Batang

Produksi bobot basah batang (Tabel 9) di umur 6 MST pada perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam memberikan hasil berpengaruh 73.86% lebih tinggi dibandingkan dengan nilai terendah yaitu perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam.

Uji lanjut terhadap produksi bobot basah; akar, daun, dan tajuk serta bobot kering; akar, batang, daun, dan tajuk menunjukkan hasil berpengaruh tidak nyata, namun pada beberapa peubah perlakuan 18.4 ton/ha pupuk kandang + 378 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam menunjukkan hasil tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya.

Tabel 9. Bobot Basah dan Kering Batang pada 2, 4, dan 6 MST Umur

Tanaman

Perlakuan

1 2 3 4 5 Kontrol

………..………….. Bobot Basah Batang ……….. 2 MST 25.58 22.19 18.41 22.43 30.28 23.51 4 MST 39.63 44.86 37.90 35.69 44.35 47.44

6 MST 26.75b 26.57b 25.52b 46.51a 45.84a 31.68

………..………….. Bobot Kering Batang ………..

2 MST 2.56 2.33 1.84 2.23 2.13 2.86

4 MST 6.33 4.37 3.98 4.13 5.51 4.04

6 MST 3.87 4.41 4.55 5.14 4.30 4.26

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Bobot Basah dan Kering Akar

Produksi bobot basah akar bertambah pada umur 2 sampai 4 MST di setiap perlakuan kombinasi pupuk organik dan serentak mengalami penurunan di umur 6 MST. Hanya perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam yang terus bertambah hingga 6 MST. Bobot kering akar yang dihasilkan tidak menunjukkan pola yang sama dengan bobot basah akar, karena kadar air yang dihasilkan dipengaruhi oleh jumlah pupuk yang diberikan.

Perlakuan 1.8 ton/ha pupuk kandang sapi + 27.6 kg/ha guano + 2.7 ton/ha abu sekam dan 2.7 ton/ha pupuk kandang sapi + 55.2 kg/ha guano + 4.1 ton/ha abu sekam mengalami penurunan bobot kering akar di umur 6 MST, sedangkan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam, perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam, perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam mengalami kenaikan bobot kering akar berturut-turut 47.34, 12.19, dan 11.11 %.

Tabel 10. Bobot Basah dan Kering Akar pada 2, 4, dan 6 MST Umur

Tanaman

Perlakuan

1 2 3 4 5 Kontrol

………..………….. Bobot Basah Akar ………..

2 MST 2.56 2.33 1.84 2.23 2.44 2.54

4 MST 4.04 5.51 4.63 3.98 4.38 6.33

6 MST 3.87 4.41 4.04 5.14 4.28 4.26

………..………….. Bobot Kering Akar ………..

2 MST 0.85 0.60 0.51 0.65 0.88 0.63

4 MST 1.66 3.00 1.88 2.05 2.34 2.14

6 MST 1.63 1.94 2.77 2.30 2.60 2.11

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Bobot Basah Daun dan Tajuk

Bobot basah daun dan tajuk mengalami kenaikan pada minggu ke-4 dan mengalami penurunan pada minggu ke-6. Hanya saja pada perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam bobot basah dan dan tajuk terus bertambah dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Produksi total bobot basah daun tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam, akan tetapi sebenarnya pada perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam memiliki nilai yang mendekati perlakuan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano

+ 5.5 ton/ha abu sekam untuk memproduksi bobot daun sudah dapat menggantikan pemberian pupuk anorganik pada kontrol.

Produksi total bobot basah tajuk juga menunjukkan hal yang serupa, bahkan dengan menggunakan perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam sudah dapat meningkatkan 6.98% produksi total bobot basah tajuk dibandingkan kontol.

Tabel 11. Bobot Basah Daun dan Tajuk pada 2, 4, dan 6 MST Umur

Tanaman

Perlakuan

1 2 3 4 5 Kontrol

………..………….. Bobot Basah Daun ……….. 2 MST 38.42 34.00 48.98 78.70 37.11 40.12 4 MST 218.05 229.67 252.19 209.19 266.56 230.42 6 MST 124.91 140.42 166.26 208.89 296.99 205.61

Total 381.38b 404.10b 467.43b 496.78ab 600.66a 476.15

………..………….. Bobot Basah Tajuk ……….. 2 MST 155.41 95.73 109.00 131.18 211.59 94.31 4 MST 460.30 520.80 547.90 464.90 596.50 515.10 6 MST 296.20 343.70 430.40 498.10 702.20 402.00 Total 911.80 960.30 1087.30 1094.20 1510.30 1011.40

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Bobot Kering Daun dan Tajuk

Bobot kering yang dihasilkan umumnya mengalami peningkatan di minggu ke-4 dan ke-6. Hasil tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam yaitu sebesar 31.87 % untuk bobot kering akar dan perlakuan 4.5 ton/ha pupuk kandang sapi + 110.5 kg/ha guano + 6.8 ton/ha abu sekam sebesar 20.65 % untuk bobot kering batang masing-masing pada minggu ke-6. Kenaikan bobot kering daun yang ditunjukkan pada minggu ke-6 tidak terlalu signifikan. Hal ini mendukung penelitian Susanti (2006) bahwa produksi bobot kering daun dipengaruhi oleh laju asimilasi bersih yang pada penelitian ini menunjukkan penurunan.

Tabel 13. Bobot Kering Daun dan Tajuk Umur

Tanaman

Perlakuan

1 2 3 4 5 Kontrol

………..………….. Bobot Kering Daun ………..

2 MST 5.55 4.21 4.96 4.89 6.18 4.78

4 MST 13.91 12.65 14.53 11.12 14.52 14.94 6 MST 11.00 13.00 14.65 12.51 15.18 18.05

………..………….. Bobot Kering Tajuk ………..

2 MST 8.67 6.28 7.52 8.06 9.46 7.52

4 MST 22.51 27.93 29.33 19.20 31.90 31.23 6 MST 32.22 34.79 44.13 38.82 42.72 42.56

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 0.05; Huruf yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada 5% berdasarkan uji Dunnett.

Pembahasan

Pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang menentukan hasil tanaman. Pertambahan ukuran tumbuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari pertambahan ukuran bagian-bagian (organ-organ) tanaman akibat dari pertambahan jaringan sel yang dihasilkan oleh pertumbuhan sel (Sitompul dan Guritno, 1995).

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan hara tanah yang dapat dipenuhi melalui pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk anorganik (kimiawi) ataupun pupuk organik. Penelitian sebelumnya mengenai budidaya kolesom, menggunakan beberapa macam pupuk anorganik dan cara penggunaannya. Pada penelitian ini menggunakan perlakuan kombinasi pupuk organik yang menunjukkan hasil, bahwa pemberian kombinasi pupuk organik memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, lebar tajuk tanaman, bobot pucuk layak jual, dan bobot basah batang tanaman.

Secara keseluruhan pertumbuhan dan produksi kolesom menunjukkan nilai yang lebih baik seiring dengan penambahan dosis kombinasi pupuk organik yang diberikan. Pada tinggi tanaman menunjukkan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dengan dosis 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam menghasilkan tinggi tanaman yang tertinggi dibandingkan

dengan kontrol dan perlakuan lainnya. Penurunan lebar tajuk dialami oleh hampir setiap perlakuan pada umur 6 MST. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan lebar tajuk maksimal terjadi di minggu ke-5. Pada minggu ke-5 mulai adanya pembentukan umbi sehingga terjadi pengalokasian asimilat hara ke bagian tanaman yang berperan sebagai sink (umbi).

Laju Asimlasi Bersih berkaitan erat dengan banyaknya jumlah klorofil yang dikandung oleh tanaman sehingga dapat meningkatkan produk hasil fotosintesis (Loveless, 1991). Pada penelitian ini, LAB yang dihasilkan oleh seluruh perlakuan kombinasi pupuk organik cenderung rendah di 2-4 MST. Akan tetapi mengalami peningkatan dan berada di atas kontrol di 4-6 MST. Ini diduga karena faktor dari penyediaan pupuk organik membutuhkan waktu yang lama untuk bisa menyediakan hara bagi tanaman. Sutanto (2002) menyatakan nitrogen dan unsur hara lain yang dikandung pupuk organk dilepaskan secara perlahan-lahan. Penggunaan secara berkesinambungan akan banyak membantu dalam membangun kesuburan tanah, terutama apabila dilaksanakan dalam waktu panjang.

Rasio bobot kering tajuk/akar rata-rata mengalami kenaikan pada setiap minggu. Rasio bobot kering tajuk/akar yang tinggi menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman lebih besar kearah tajuk. Pertumbuhan ujung yang baru dirangsang oleh N, merupakan tempat pemanfaatan hasil asimilasi yang lebih kuat dibandingkan dengan akar. Pertumbuhan ujung lebih digalakkan apabila tersedia N dan air yang banyak sedangkan pertumbuhan akar lebih digalakkan apabila faktor-faktor N dan air menjadi terbatas (Gardner et al., 1991).

Pemanenan destruktif berkala dilakukan pada 2, 4, dan 6 MST. Produksi bobot basah daun pada minggu 4 dan 6 MST dan total bobot basah daun tertinggi dihasilkan oleh perlakuan 5.3 ton/ha pupuk kandang sapi + 138.1 kg/ha guano + 8.2 ton/ha abu sekam. Namun sebenarnya pada perlakuan 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam nilai total bobot basah daun sudah menunjukkan hasil (467.43) yang mendekati kontrol (476.15). Sehingga dapat diketahui bahwa penggunaan perlakuan kombinasi pupuk 3.6 ton/ha pupuk kandang sapi + 82.9 kg/ha guano + 5.5 ton/ha abu sekam dapat menggantikan penggunaan pupuk anorganik (kontrol).

Dalam dokumen SITTA AZMI FARCHANY A (Halaman 24-39)

Dokumen terkait