• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Saat persiapan pembibitan (Gambar 3 dan 4), curah hujan di lokasi penelitian sebesar 151.5 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 5/bulan. Menurut Oldeman (Kartasapoetra, 1993), bulan ini dikategorikan sebagai bulan kering dimana kriteria curah hujan yang lebih rendah dari 200 mm/bulan termasuk bulan kering. Dengan kondisi curah hujan tersebut diperlukan penyiraman bibit pegagan secara rutin agar bibit pegagan tidak mengalami kekeringan.

Gambar 5 Bibit pegagan umur 1 Gambar 6 Bibit pegagan umur 3 minggu minggu

Pegagan ditanam pada bulan September dimana kondisi curah hujan di lokasi penelitian tergolong tinggi yaitu dengan curah hujan sebesar 412.5 mm/bulan dan jumlah hari hujan 9/bulan. Bulan ini dikategorikan sebagai bulan basah, sehingga akar, stolon dan anakan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik karena suplai air mencukupi. Kondisi curah hujan mulai tanam sampai dengan panen di lokasi penelitian tergolong tinggi dengan kategori bulan basah. Diagram curah hujan bulanan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5. Kondisi seperti ini mendukung pertumbuhan tanaman pegagan, di alam pegagan mudah dijumpai pada musim hujan karena ketersediaan air cukup dan intensitas cahaya yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan musim kemarau. Kondisi tanaman di lapangan pada umur 16 MST dapat dilihat pada Gambar 6. Saat musim kemarau pegagan masih dapat tumbuh dan hanya dijumpai pada

tempat-tempat yang teduh dan tanah yang lembab serta cukup air, diantaranya di sela-sela tanaman maupun pematang sawah beririgasi.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 Agu stus Sep tem ber Okt obe r Nopem ber Des ember Januar i Pebru ari Mar et Bulan C u ra h h u ja n b u la n a n ( m m )

Gambar 7 Diagram curah hujan bulanan di Gunung Putri (2008-2009)

Gambar 8 Centella asiatica L. Urban umur 16 MST

Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan di Laboratorium Kimia

Balai Penelitian Tanah, kriteria lahan penelitian tergolong netral dengan pH H2O

6.7. Lahan penelitian mempunyai kelas tekstur tanah pasir liat berlempung berdasarkan segitiga tekstur tanah, dengan kandungan pasir 70 %. Total bahan organik khususnya C tergolong rendah (1.85%), N tergolong sedang (0.30%),

22

dengan nilai C/N tergolong rendah (7), P tergolong sedang (12 mg/kg), K tergolong sangat tinggi (113 mg/kg), Ca sangat tinggi (2087 mg/kg), Mg sangat

tinggi (70 mg/kg), Fe sedang (10 mg/kg), pH (H2O= 6.7, KCl= 5.8).

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Rekapitulasi sidik ragam karakter agronomi dan fisiologi Centella

asiatica L. Urban pada perlakuan pupuk kandang sapi dan batuan fosfat dapat dilihat pada Tabel 2. Karakter agronomi terdiri atas jumlah daun, jumlah stolon, panjang stolon, indeks luas daun, prosentase penutupan tanaman, bobot basah (daun, tangkai daun, stolon, akar), bobot kering (daun, tangkai daun, stolon, akar). Karakter fisiologi terdiri atas kandungan klorofil daun (klorofil a, b, dan klorofil total) dan kandungan NPK jaringan tanaman.

Interaksi antara pupuk kandang sapi dan batuan fosfat tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hampir semua karakter agronomi, kecuali pada jumlah daun umur 16 MST. Untuk karakter fisiologi, interaksi antara pupuk kandang sapi dan batuan fosfat memberikan pengaruh yang nyata pada kandungan hara jaringan tanaman (P dan K). Pada umur 16 MST, penambahan batuan fosfat nyata meningkatkan jumlah daun, fenomena ini disebabkan karena jumlah stolon yang meningkat sehingga mempengaruhi jumlah daun. Penggunaan pupuk kandang sebagai faktor tunggal nyata mempengaruhi prosentase penutupan dan kandungan hara K jaringan tanaman.

Tabel 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh pupuk kandang sapi dan batuan

fosfat terhadap karakter agronomi dan fisiologi tanaman Centella

asiatica L. Urban

Perlakuan KK (%)

Variabel pengamatan Pukan Batuan Fosfat Interaksi K P

(K) (P) (K x P) A. Karakter Agronomi: Jumlah daun 6 MST tn tn tn 34.1 25.46 Jumlah daun 8 MST tn tn tn 28.7 14.92 Jumlah daun 10 MST tn tn tn 28.3 16.24 Jumlah daun 12 MST tn tn tn 27 15.26 Jumlah daun 14 MST tn tn tn 20.2 14.69 Jumlah daun 16 MST tn * * 24.2 10.11 Jumlah daun 20 MST tn tn tn 35 29.76 Jumlah stolon 6 MST tn tn tn 32.9 23.76 Jumlah stolon 8 MST tn tn tn 30.9 25.55 Jumlah stolon 10 MST tn tn tn 33.3 15.28 Jumlah stolon 12 MST tn tn tn 25.7 14.15 Jumlah stolon 14 MST tn tn tn 20.1 13.15 Jumlah stolon 16 MST tn * tn 30.5 13.49 Jumlah stolon 20 MST tn tn tn 26.4 22.8 Panjang stolon 6 MST tn tn tn 32.8 17.85 Panjang stolon 8 MST tn tn tn 17.4 13.65 Panjang stolon 10 MST tn * tn 12.1 11.72 Panjang stolon 12 MST tn tn tn 9.9 8.64 Panjang stolon 14 MST tn * tn 9.4 6.94 Panjang stolon 16 MST tn tn tn 10.5 9.37 Panjang stolon 20 MST tn tn tn 14.7 13.95 ILD tn tn tn 30.8 35.6 Persentase penutupan * * tn 13.8 10.38

Bobot basah daun tn tn tn 14.8 13.62

Bobot basah tangkai daun

1)

tn tn tn 23.8 0.77

Bobot basah stolon

1)

tn tn tn 16.7 14.61

Bobot basah akar

1)

tn tn tn 24.4 22.51

Bobot total basah

1)

tn tn tn 11.3 10.58

Bobot kering daun

1)

tn tn tn 39.8 39.71

Bobot kering tangkai daun tn tn tn 3.96 3.83

Bobot kering stolon

1)

tn tn tn 39.49 39.52

Bobot kering akar tn tn tn 37.9 38.74

Bobot kering total tn tn tn 26.9 23.06

B. Karakter Fisiologi:

1)

Klorofil a tn tn tn 15.3 9.29

Klorofil b tn tn tn 15.9 11.13

Klorofil total tn tn tn 15.4 9.65

Hara jaringan tanaman:

N tn * tn 7.7 5.62

P tn * * 5.88 5.83

K * tn * 8.5 6.06

KK: koefisien keragaman tn: tidak berbeda nyata *: berbeda nyata pada taraf kepercayaan 1)

24

Karakter Agronomi

Perlakuan 6 8 10 12 14 16 20 Jumlah Daun

Pupuk kandang sapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun pada semua umur tanaman. Batuan fosfat memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun hanya pada 16 MST (minggu setelah tanam). Interaksi antara pupuk kandang sapi dan batuan fosfat memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun hanya pada umur 16 MST (data disajikan pada Tabel 3). Tabel 3. Pengaruh pupuk kandang sapi dan batuan fosfat terhadap jumlah daun Centella asiatica L. Urban

________________________________________________________________ Minggu setelah tanam ke-

Pupuk Kandang (ton/ha)

0 9.7 20.2 39.3 69.5 89.8 141.6 176.4 10 10.8 24.5 45.8 72.5 89.6 149.8 171.8 20 11.9 27.5 52.7 82.7 99.6 167.4 192.5 30 11.4 26.5 49.1 80.4 99.4 151.7 186.3 40 10.2 23.9 48.1 85.6 106.1 153.5 151.5 Batuan fosfat (kg/ha)

0 10.3 23.8 46.6 75.8 95.2 145.7 b 186.5 300 11.3 25.3 47.4 80.4 98.6 159.9 a 164.9 Interaksi perlakuan

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata; *: berbeda nyata pada uji F dengan taraf α=5%. Angka-

yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT.

Penggunaan pupuk kandang sapi tidak memberikan pengaruh nyata secara statistik terhadap jumlah daun yang dihasilkan pada semua umur tanaman. Namun jika dilihat dari umur 6–20 MST, data yang diperoleh menunjukkan adanya kecenderungan terjadinya peningkatan jumlah daun. Jumlah daun terbanyak pada dosis pupuk kandang sapi 20 t/ha, kemudian terjadi penurunan jumlah daun pada dosis 30 dan 40 t/ha.

tn tn tn tn tn * tn

Penggunaan batuan fosfat berpengaruh nyata hanya pada umur 16 MST, kondisi ini karena didukung oleh jumlah stolon yang meningkat pada umur 16 MST. Jika dilihat data dari umur 6–14 MST terlihat bahwa dengan penggunaan batuan fosfat 300 kg/ha terdapat kecenderungan peningkatan jumlah daun. Tanaman yang dipupuk dengan batuan fosfat, pada umur 6–14 MST mempunyai

jumlah daun lebih tinggi 9.7, 6.3, 1.7, 6.1, 3.6, dan 9.7% jika dibandingkan dengan yang tanpa dipupuk batuan fosfat. Perlakuan yang menghasilkan jumlah daun terendah adalah kombinasi perlakuan 10 t/ha pupuk kandang sapi tanpa batuan fosfat dan tertinggi adalah kombinasi perlakuan 20 t/ha pupuk kandang sapi tanpa penggunaan batuan fosfat.

Perlakuan 6 8 10 12 14 16 20 Jumlah Stolon

Penggunaan pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah stolon pada semua umur tanaman. Penggunaan batuan fosfat berpengaruh nyata terhadap jumlah stolon pada 16 MST (Tabel 4). Interaksi antara pupuk kandang sapi dan batuan fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah stolon pada semua umur tanaman.

Tabel 4. Pengaruh pupuk kandang sapi dan batuan fosfat terhadap jumlah stolon Centella asiatica L. Urban

________________________________________________________________ Minggu setelah tanam ke-

Pupuk Kandang (ton/ha)

0 2.2 3.5 5.4 7.8 10.6 15.6 10.3 10 2.1 4.3 5.9 8.5 11.9 19 11.7 20 2.3 5 7.4 10.8 13.8 20.3 14.1 30 2.4 4.9 6.9 10.5 12.9 18.5 12.9 40 2 4.2 6.5 9.8 13.1 17.9 12.3 Batuan fosfat (kg/ha)

0 2.4 4.3 6.4 9.4 12 17.3 b 12.4 300 2.1 4.5 6.5 9.6 12.9 19.2 a 12.1 Interaksi perlakuan

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata. Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT.

tn tn tn tn tn tn tn

Secara statistik, kombinasi perlakuan pupuk kandang sapi dan batuan fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah stolon. Namun jika dilihat sebagai faktor tunggal dari penggunaan pupuk kandang sapi terlihat bahwa dari data terdapat adanya kecenderungan terjadinya peningkatan jumlah stolon pada umur 8–20 MST. Jumlah stolon yang dihasilkan pada 8–20 MST mempunyai kecenderungan yang sama yaitu peningkatan jumlah stolon terjadi sampai pada

26

dosis 20 t/ha, artinya pada umur 8–20 MST penggunaan pupuk kandang sapi menghasilkan jumlah stolon terbanyak pada dosis 20 t/ha dan terendah pada dosis 40 t/ha. Jumlah stolon sebagai akibat dari penggunaan pupuk kandang sapi cenderung meningkat dengan kisaran antara 13.6-36.9%.

Secara statistik, penggunaan batuan fosfat berpengaruh nyata terhadap jumlah stolon hanya pada 16 MST. Hal ini disebabkan karena sifat batuan fosfat

yang lambat tersedia oleh tanaman (slow release) sehingga akan berpengaruh

terhadap pola respon oleh tanaman.

Perlakuan 6 8 10 12 14 16 20 Panjang Stolon

Pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap panjang stolon pada semua umur tanaman. Batuan fosfat berpengaruh nyata terhadap panjang stolon pada umur 10 dan 14 MST. Interaksi pupuk kandang sapi dengan batuan fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap panjang stolon pada semua umur tanaman (Tabel 5).

Tabel 5. Pengaruh pupuk kandang sapi dan batuan fosfat terhadap panjang stolon

Centella asiatica L. Urban

________________________________________________________________ Minggu setelah tanam ke-

... cm ... Pupuk Kandang (ton/ha)

0 24.3 35.9 50.9 64.8 83.3 88.2 87.3 10 24.5 38.5 53.9 68.8 83.5 88.7 91.6 20 23.9 38 53.8 67.9 85.3 88.7 100.2 30 24.9 40.3 55.6 68.8 86.9 91.9 95.9 40 23.7 39 54.8 72.7 88.8 94.7 98.4 Batuan fosfat (kg/ha)

0 24.4 37.1 51.7 b 67.2 82.9 b 89.1 96.9 300 24.1 39.6 55.9 a 70.1 88.1 a 91.8 92.6 Interaksi perlakuan

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata. Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT.

tn tn tn tn tn tn tn

Penggunaan pupuk kandang sapi dengan dosis 30 t/ha menghasilkan panjang stolon terpanjang pada umur 6-10 MST. Penggunaan pupuk kandang sapi dengan dosis 40 ton/ha menghasilkan panjang stolon terpanjang pada umur

12-16 MST, pada 20 MST panjang stolon terpanjang dihasilkan dari penggunaan pupuk kandang sapi 20 t/ha.

Penggunaan batuan fosfat perpengaruh nyata terhadap panjang stolon pada umur 10 dan 14 MST. Dengan penggunaan batuan fosfat terjadi peningkatan panjang stolon yaitu masing-masing 8.1 dan 6.3%. Meskipun secara statistik penggunaan batuan fosfat hanya berpengaruh terhadap panjang stolon pada umur 10 dan 14 MST saja, jika dilihat pada umur 8, 12 dan 16 MST menunjukkan bahwa dengan penggunaan batuan fosfat, panjang stolon cenderung meningkat masing-masing sebesar 6.7, 4.3 dan 3%.

Indeks Luas Daun (ILD) dan Persentase Penutupan

Nilai ILD pegagan berdasarkan hasil uji statistik tidak memberikan pengaruh secara nyata. Nilai ILD tertinggi pada perlakuan tanpa penambahan batuan fosfat diperoleh pada dosis pupuk kandang sapi 40 t/ha yaitu sebesar 1.06 dan terendah kontrol sebesar 0.61 (Tabel 6). Penambahan batuan fosfat, nilai ILD tertinggi diperoleh pada dosis 40 t/ha (1.1) dan terendah kontrol (0.5) Persentase penutupan secara statistik berpengaruh nyata, persentase tertinggi pada dosis 40 ton/ha (tanpa batuan fosfat maupun dengan batuan fosfat) yaitu masing-masing sebesar 91 dan 95%, dan terendah pada kontrol masing-masing 61 dan 68%. ILD merupakan salah satu peubah yang diperlukan dalam

memprediksi hasil dan pertumbuhan suatu tanaman. Hasil penelitian Booij et al.

(1996) menunjukkan bahwa nitrogen merupakan faktor yang terpenting dalam mempengaruhi ILD tanaman pada fase pertumbuhan maupun keseluruhan fase pertumbuhan tanaman. Melalui penggunaan pupuk kandang sapi, nilai ILD

cenderung meningkat, menurut Simanungkalit et al. (2006) hal ini dapat

disebabkan karena nitrogen merupakan salah satu hara utama bagi sebagian besar tanaman yang dapat diperoleh dari pupuk kandang. Nilai ILD pada dosis 20 t/ha pupuk kandang sapi dan 300 kg/ha batuan fosfat mempunyai nilai yang cenderung rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh karena ukuran daun yang lebih kecil tetapi dengan ketebalan daun yang meningkat, sehingga bobot daun menjadi meningkat.

28

Tabel 6. Pengaruh pupuk kandang sapi dan batuan fosfat terhadap indeks luas

daun dan prosentase penutupan tanaman Centella asiatica L. Urban

________________________________________________________________ Peubah

Perlakuan ILD Prosentase penutupan (%) Pupuk Kandang (ton/ha)

0 0.61 61 b 10 0.86 75 b 20 0.80 83 a 30 0.86 83 a 40 1.06 91 a Batuan fosfat (kg/ha)

0 0.85 75.8 b 300 0.82 81.6 a

Interaksi perlakuan

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata. Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT.

Prosentase penutupan tanaman dipengaruhi oleh penggunaan pupuk kandang sapi. Pupuk kandang sapi meningkatkan prosentase penutupan tanaman sebesar 22.9-49.2%. Prosentase penutupan tanaman juga dipengaruhi oleh penggunaan batuan fosfat. Dengan penggunaan batuan fosfat, prosentase penutupan tanaman meningkat.

tn tn

Gambar 9 Penutupan tanaman tanpa Gambar 10 Penutupan tanaman pupuk kandang sapi dan dengan perlakuan batuan fosfat batuan fosfat

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 11. Penutupan tanaman dengan perlakuan 10 (a), 20 (b), (30), dan 40 t/ha (d)

Bobot Basah

Bobot basah meliputi bobot basah daun, tangkai daun, stolon, akar, dan bobot total (biomass). Secara statistik, bobot basah tidak dipengaruhi oleh pupuk kandang sapi, batuan fosfat, maupun interaksi keduanya (data disajikan pada Tabel 7). Bobot basah daun dan bobot total basah per petak disajikan pada Tabel 8.

30

Tabel 7. Pengaruh pupuk kandang sapi dan batuan fosfat terhadap bobot basah daun, tangkai daun, stolon, akar, dan bobot total per tanaman Centella asiatica L. Urban

________________________________________________________________ Bagian tanaman

Perlakuan Daun Tangkai daun Stolon Akar Bobot total ... ... g/tanaman ...

Pupuk Kandang (ton/ha)

0 20.64 11.85 12.46 6.18 51.13 10 23.83 14.53 14.13 6.06 58.55 20 27.71 18.77 16.77 8.19 71.44 30 24.32 15.83 13.89 7.21 61.76 40 23.98 16.71 15.71 6.75 63.13 Batuan fosfat (kg/ha)

0 24.17 14.67 13.96 6.91 59.92 300 24.02 16.39 15.22 6.84 62.49 Interaksi perlakuan

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata

Meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan nyata, namun terlihat bahwa bobot basah daun, tangkai daun, stolon, akar dan bobot total tertinggi pada perlakuan pupuk kandang sapi dosis 20 t/ha. Demikian juga dengan penggunaan batuan fosfat terdapat kecenderungan bobot basah pada tangkai daun, stolon dan bobot total mempunyai nilai rata-rata yang lebih tinggi.

Tabel 8. Pengaruh pupuk kandang sapi dan batuan fosfat terhadap bobot basah

daun dan bobot total basah per petak pada tanaman Centella asiatica L.

Urban

________________________________________________________________ Perlakuan Daun Total

_____________________________________________________________________________ ...kg/2.4m

tn tn tn tn tn

2

... Pupuk Kandang (ton/ha)

0 0.59 1.47 10 0.74 1.69

20 0.80 2.06 30 0.57 1.76 40 0.69 1.82 Batuan fosfat (kg/ha)

0 0.69 1.72 300 0.66 1.79 Interaksi perlakuan

tn tn Ket: tn= tidak berbeda nyata

Perlakuan Daun Tangkai daun Stolon Akar Bobot total Bobot Kering

Bobot kering meliputi bobot kering bagian daun, tangkai daun, stolon, akar, dan bobot total. Penggunaan pupuk kandang sapi dan batuan fosfat, baik

secara tunggal maupun interaksinya tidak mempengaruhi bobot kering Centella

asiatica L. Urban (dapat dilihat pada Tabel 9). Bobot kering daun dan bobot total kering per petak disajikan pada Tabel 10.

Angka rata-rata pada tabel 9 terlihat bahwa dengan penggunaan pupuk kandang sapi secara tunggal, bobot kering daun, tangkai daun, stolon, akar dan total cenderung meningkat sampai pada dosis 20 t/ha. Demikian juga dengan penggunaan batuan fosfat secara tunggal bobot kering cenderung meningkat kecuali pada bobot kering akar.

Tabel 9. Pengaruh pupuk kandang sapi dan batuan fosfat terhadap bobot kering daun, tangkai daun, stolon, dan akar Centella asiatica L. Urban

________________________________________________________________ Bagian tanaman

... g/tanaman ... Pupuk Kandang (t/ha)

0 4.60 2.21 3.11 1.48 6.81 10 4.40 2.39 3.08 1.28 6.79 20 5.25 2.81 3.69 1.59 8.05 30 4.52 2.54 3.04 1.57 7.05 40 4.01 2.39 3.13 1.29 6.39 Batuan fosfat (kg/ha)

0 4.52 2.36 3.07 1.45 6.87 300 4.59 2.57 3.35 1.43 7.17

Interaksi perlakuan

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata

32

Tabel 10. Pengaruh pupuk kandang sapi dan batuan fosfat terhadap bobot kering

daun dan bobot total basah per petak pada tanaman Centella asiatica L.

Urban

________________________________________________________________ Perlakuan Daun Total

_____________________________________________________________________________

... g/2.4 m2...

Pupuk Kandang (t/ha)

0 132.58 328.42 10 126.82 321.22

20 151.10 384.19 30 130.08 336.10 40 115.15 311.71 Batuan fosfat (kg/ha)

0 130.06 328.43 300 132.23 344.22

Interaksi perlakuan

Ket: tn= tidak berbeda nyata

tn tn

Kandungan dan Produksi Asiatikosida

Kandungan asiatikosida tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk kandang sapi 20 t/ha dengan pemberian batuan fosfat 300 kg/ha, pada perlakuan tanpa pupuk kandang sapi dan tanpa batuan fosfat mempunyai kandungan asiatikosida terendah. Produksi asiatikosida secara nyata dipengaruhi oleh penggunaan pupuk kandang sapi (data disajikan pada Tabel 11).

Kandungan asiatikosida tertinggi mencapai 6.91%. Jika dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dari semua perlakuan mempunyai kandungan asiatikosida lebih tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pramono dan Ajiastuti (2004) dan Sutardi (2008), mempunyai kandungan asiatikosida masing-masing sebesar 1.34 dan 1.5%. Tingginya kandungan asiatikosida disebabkan karena bagian yang diambil untuk analisis kandungan asiatikosida adalah daun, sedangkan pada hasil penelitian sebelumnya analisis kandungan asiatikosida pada semua bagian (terna). Diduga, kandungan asiatikosida tertinggi terdapat pada bagian daun

Tabel 11. Pengaruh pupuk kandang sapi dan batuan fosfat terhadap kandungan dan produksi asiatiosida Centella asiatica L. Urban

________________________________________________________________ Batuan fosfat Pupuk kandang (t/ha)

(kg/ha) 0 10 20 30 40 Rata-rata _____________________________________________________________________________ ... Kandungan asiatikosida (%) ... 0 2.53 4.16 3.91 5.84 4.61 4.21 300 4.05 6.47 6.91 4.87 3.71 5.20 Rata-rata 3.29 5.31 5.41 5.35 4.16

... Bobot kering daun (g/2.4 m2) ...

0 126.53 140.35 143.42 120.58 119.42 130.06 300 138.62 113.28 158.78 139.58 110.88 132.23 Rata-rata 132.57 126.81 151.1 130.08 115.15 131.14 ... Produksi asiatikosida (g/2.4 m2) ... 0 3.20 5.84 5.61 7.04 5.50 5.44 300 5.61 7.33 10.97 6.79 4.14 6.97 Rata-rata 4.40 b 6.58 a 8.29 a 6.91 a 4.82 ab _____________________________________________________________________________ Ket: Angka –angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata pada uji DMRT.

Produksi asiatikosida pegagan umur 20 MST pada dosis pupuk kandang

yang berbeda mengikuti persamaan kuadratik Y = -0.0085x2 + 0.3563x + 4.1629

(R2 y = -0.0085x2 + 0.3563x + 4.1629 R2 = 0.9688 (*) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 10 20 30 40

Pupuk kandang sapi (t/ha)

P roduks i A si at ikos ida /pe ta k ( g) = 0.9688*) (Gambar 12).

Gambar 12 Produksi asiatikosida pada Centella asiatica L. Urban pada berbagai dosis pupuk kandang sapi umur 20 MST

34

Meningkatnya produksi asiatikosida disebabkan karena kandungan asiatikosida yang tinggi. Kandungan asiatikosida yang tinggi diduga karena kandungan hara N jaringan tanaman rendah, tetapi kandungan hara P dan K yang tinggi. Selain itu diduga bahwa kandungan asiatikosida terbanyak terdapat pada bagian daun. Kandungan asiatikosida daun pegagan tertinggi pada dosis pupuk kandang sapi 20 t/ha dengan penambahan batuan fosfat 300 kg/ha dan terendah pada perlakuan tanpa pupuk kandang sapi dan tanpa batuan fosfat yaitu masing-masing sebesar 6.91 dan 2.53%. Tingginya kandungan asiatikosida diduga bahwa dengan penggunaan pupuk kandang sapi, tanaman masih kekurangan unsur hara (berada dalam keadaan tercekam), kondisi ini yang memacu terbentuknya senyawa metabolit sekunder.

Karakter Fisiologi

Kandungan Klorofil

Interaksi antara pupuk kandang sapi dengan batuan fosfat tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil a, klorofil b, maupun total klorofil. Demikian juga masing-masing faktor secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil (data disajikan pada Tabel 12). Rata-rata klorofil a, klorofil b, dan total klorofil terdapat kecenderungan bahwa penggunaan pupuk kandang sapi sebagai faktor tunggal memberikan nilai tertinggi pada dosis 20 t/ha. Demikian juga dengan penggunaan batuan fosfat secara tunggal memberikan kandungan klorofil a, klorofil b, dan total klorofil yang cenderung lebih tinggi. Nilai yang cenderung tinggi menunjukkan warna daun yang lebih hijau, dimana daun yang lebih hijau mempunyai efisiensi dalam menangkap cahaya untuk fotosintesis (Taiz and Zeiger, 2002).

Tabel 12. Pengaruh pupuk kandang sapi dan batuan fosfat terhadap kandungan

klorofil daun Centella asiatica L. Urban pada umur 20 MST

_____________________________________________________________________________ Perlakuan Klorofil a Klorofil b Total klorofil

...µmol/g...

Keterangan: tn: tidak berbeda nyata Pupuk kandang sapi (t/ha)

0 2.35 0.88 3.23 10 2.43 0.89 3.31 20 2.50 0.93 3.43 30 2.46 0.89 3.34 40 2.35 0.84 3.19 Batuan fosfat (kg/ha)

0 2.36 0.87 3.23 300 2.47 0.90 3.37 Interaksi tn tn tn

Kandungan Hara Jaringan Tanaman

Interaksi antara pupuk kandang sapi dan batuan fosfat berpengaruh nyata terhadap kandungan hara P dan K pada jaringan tanaman (Tabel 13). Kandungan hara P tertinggi diperoleh pada dosis pupuk kandang sapi 20 t/ha dengan batuan fosfat 300 kg/ha, kandungan hara K tertinggi pada dosis 20 t/ha tanpa batuan fosfat (Tabel 14). Pupuk kandang sapi sebagai faktor tunggal berpengaruh nyata terhadap kandungan hara K, batuan fosfat sebagai faktor tunggal berpengaruh nyata terhadap kandungan hara N dan P jaringan tanaman.

Ghulamahdi et al. (2008) melaporkan bahwa dengan penggunaan pupuk

anorganik, kandungan hara N, P, dan K tertinggi masing-masing adalah 3.867, 0.262, dan 4.24% dengan kandungan asiatikosida antara 1-2%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan hara N mempunyai nilai yang lebih rendah, hara P dan K mempunyai nilai yang lebih tinggi (Tabel 1 dan 2) jika

dibandingkan dengan hasil penelitian Ghulamahdi et al. (2008). Walaupun

kandungan hara N yang masih rendah pada penelitian ini, dari segi kandungan asiatikosida jauh lebih tinggi yaitu berkisar antara 2-6%. Hasil ini tergolong paling tinggi jika dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya.

36

Tabel 13. Pengaruh pupuk kandang sapi dan batuan fosfat terhadap kandungan hara nitrogen, fosfor dan kalium jaringan tanaman Centella asiatica L. Urban umur 20 MST

_____________________________________________________________________________ Perlakuan N P K

... % bobot kering...

Keterangan: *: berbeda nyata pada uji F dengan taraf α=5%. Angka-angka yang diikuti oleh

huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT.

Tabel 14. Interaksi antara pupuk kandang sapi dan batuan fosfat terhadap

kandungan hara fosfor dan kalium pada jaringan tanaman Centella

asiatica umur 20 MST

_____________________________________________________________________________ Pupuk kandang sapi (t/ha)

0 2.72 0.32 2.63 c 10 2.54 0.32 4.01 b 20 2.43 0.34 4.32 ab 30 2.47 0.33 4.37 ab 40 2.55 0.33 4.62 a Batuan fosfat (kg/ha)

0 2.66 a 0.27 b 4.06 300 2.42 b 0.38 a 3.92 Interaksi tn * *

Perlakuan P K ...% bobot kering... Pupuk kandang sapi (ton/ha) dan

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji DMRT.

Anatomi Daun

Batuan fosfat (kg/ha)

0 dan 0 0.27 i 2.2 g 0 dan 300 0.36 d 3.06 f 10 dan 0 0.29 g 3.94 de 10 dan 300 0.35 e 4.07 cd 20 dan 0 0.24 j 5.23 a 20 dan 300 0.44 a 3.41 ef 30 dan 0 0.28 h 4.23 bcd 30 dan 300 0.39 b 4.51 bc 40 dan 0 0.29 f 4.70 ab 40 dan 300 0.37 c 4.55 bc

Rata-rata tebal daun Centella asiatica L. Urban dapat dilihat pada Tabel

sapi 20 t/ha dengan batuan fosfat 300 kg/ha dan terendah pada perlakuan pupuk kandang sapi 10 t/ha dan tanpa pemberian batuan fosfat 300 kg/ha.

Tabel 15. Rata-rata tebal daun Centella asiatica L. Urban umur 20 MST dengan

kombinasi perlakuan pupuk kandang sapi dan batuan fosfat.

________________________________________________________________ Perlakuan Tebal daun

...µm... Tanpa pupuk kandang sapi + tanpa batuan fosfat 16.0 Tanpa pupuk kandang sapi + 300 kg/ha batuan fosfat 16.0 10 ton/ha pupuk kandang sapi + tanpa batuan fosfat 15.3 10 ton/ha pupuk kandang sapi + 300 kg/ha batuan fosfat 16.0 20 ton/ha pupuk kandang sapi + tanpa batuan fosfat 19.3 20 ton/ha pupuk kandang sapi + 300 kg/ha batuan fosfat 21.3 30 ton.ha pupuk kandang sapi + tanpa batuan fosfat 17.3 30 ton/ha pupuk kandang sapi + 300 kg/ha batuan fosfat 15.7 40 ton/ha pupuk kandang sapi + tanpa batuan fosfat 20.0 40 ton/ha pupuk kandang sapi + 300 kg/ha batuan fosfat 18.8

_____________________________________________________________________________ Keterangan: data tidak dianalisis statistik

Dari rata-rata tebal daun terlihat bahwa dengan perlakuan pupuk kandang sapi dan batuan batuan fosfat, tebal daun cenderung lebih tinggi. Peningkatan

tebal daun Centella asiatica L. Urban pada tanaman yang dipupuk disebabkan

oleh peningkatan jumlah sel mesofil baik mesofil bagian atas maupun mesofil bunga karang (Gambar 16).

A B

Gambar 13 Penampakan anatomi daun Centella asiatica L. Urban secara melin

tang pada perlakuan pupuk kandang sapi dan batuan fosfat (20MST, perbesaran 100 x). (A) Tanpa pupuk kandang sapi dan batuan fosfat (B) 20 t/ha pupuk kandang sapi dan 300 kg/ha batuan fosfat.

Peningkatan tebal daun merupakan salah satu bentuk pertumbuhan yang

Dokumen terkait