Perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2013 menjadi objek pada penelitian ini. Terdapat 507 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai akhir tahun 2013.
Tabel 1.
Hasil Pemilihan Sampel
No Kriteria
Jumlah Pengamatan
Perusahaan Sampel 1
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 yang mengeluarkan dividen berturut-turut.
128
1659
2 Tidak menerbitkan laporan keuangan secara lengkap (32)
3 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data-data yang
mendukung penelitian (51)
Total amatan yang memenuhi kriteria sampling. 45
Sumber: Hasil pengolahan data tahun, 2015
Tabel 1 menunjukan bahwa 128 perusahaan manufaktur yang terdaftar selama periode pengamatan 2010-2013 di Bursa Efek Indonesia dan secara berturut-turut melaporkan laporan keuangan. Perusahaan yang laporannya tidak lengkap berjumlah 32 dan 51 perusahaan yang tidak memiliki data-data yang mendukung penelitian ini, sehingga total amatan yang digunakan sebagai sampel untuk penelitian ini sebanyak 45.
Tabel 2.
Hasil Analisis Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Manajemen Laba 45 0.01 0,32 0,1024 0,06840
Kebijakan Dividen 45 0,00 0,99 0,3442 0,16762
Return Saham 45 0,01 2,06 0,3847 0,36653
Sumber: Hasil pengolahan data tahun, 2015
Tabel 2 menunjukan hasil deskriptif dari pengolahan data melalui SPSS.
Nilai terendah ditunjukkan pada kolom minimum, sedangkan nilai tertinggi ditunjukan pada kolom maksimum pada perusahaan manufaktur. Rata-rata
1660 ditunjukkan pada kolom mean dan penyimpangan dari rata-ratanya ditunjukkan dalam kolom deviasi standar.
Berdasarkan Tabel 2, melihat nilai minimum manajemen laba adalah 0,1 dan nilai maksimumnya adalah 0,32. Perusahaan yang memiliki nilai manajemen laba terendah adalah PT. Surya Toto Indonesia Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT. Tempo Scan Pacific Tbk yaitu sebesar 0,01. Sedangkan perusahaan yang memiliki nilai manajemen laba tertinggi adalah PT. Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk, yaitu sebesar 0,32. Mean untuk manajemen laba adalah 0,1024, hal ini berarti rata-rata manajemen laba sebesar 0,1024. Deviasi standar untuk manajemen laba adalah 0,0684. Artinya terjadi penyimpangan nilai manajemen laba terhadap rata-ratanya sebesar 0,0684.
Nilai minimum untuk kebikan dividen adalah 0,00 dan nilai maksimumnya adalah 0,99. Perusahaan yang memiliki nilai kebijakan dividen terendah adalah PT. Merck Tbk, yaitu sebesar 0,00. lalu entitas dengan nilai kebijakan dividen tertinggi adalah PT. Mustika Ratu Tbk, yaitu sebesar 0,99. Mean dari kebijakan dividen adalah 0,3442, artinya bahwa rata-rata kebijakan dividen sebesar 0,3442.
Deviasi standar untuk kebijakan dividen adalah 0,16762. Berarti penyimpangan nilai kebijakan dividen terhadap nilai rata-ratanya sebesar 0,16762.
Nilai minimum untuk return saham adalah 0,01 dan nilai maksimumnya adalah 2.06. entitas dengan nilai return saham paling rendah adalah PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk, yaitu sebesar 0,01. Lalu entitas dengan nilai return saham tertinggi adalah PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk, yaitu sebesar 2.06. Mean variabel return saham adalah 0,3847, hal ini berarti
rata-1661 rata return saham sebesar 0,3847. Deviasi standar untuk return saham adalah 0,36653. Artinya terjadi penyimpangan nilai return saham terhadap nilai rata-ratanya sebesar 0,36653.
Tabel 3.
Hasil Uji Multikoleniaritas
Variabel Tolerance VIF
Manajemen Laba 0,969 1,032
Kebijakan Dividen 0,969 1,032
Sumber: Hasil pengolahan data tahun, 2015
Untuk mengetahui korelasi antar variabel bebas digunakan uji multikolinearitas. Uji multikolinearitas bertujuan untuk tahu terdapat atau tidak hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Tabel 3 menunjukkan hasil dari uji multikoleniaritas, penelitian dianggap lolos uji multikoliniaritas jika besar nilai tolerance > 0,1 dan besar nilai VIF < 10. Pada penelitian ini besar nilai tolerance untuk variabel manajemen laba dan kebijakan dividen bernilai 0,969. Besar nilai VIF dari variabel manajemen laba dan kebijakan dividen bernilai 1,032. Dapat dikatakan penelitian ini lolos uji multikoleniarisme. Unstandardized Residual is normal with mean 0,000 and
1662
standard deviation 0,35.
Sumber: Hasil pengolahan data tahun, 2015
Ghozali (2011) bahwa uji data adalah yang berfungsi untuk tahu data yang digunakan apakah telah berdistribusi normal apa tidak. Model regresi yang koefisien Asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari α = 0,05 maka dapat dikatakan mendekati normal atau normal. Tabel 3 menunjukkan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh 0,103 sehingga data yang akan dianalisis berdistribusi normal.
Sumber: Hasil pengolahan data tahun, 2015
Uji heteroskedastisidas adalah pengujian data regresi apakah terjadi ketidaksamaan varians dari residual antar amatan pada regresi penelitian (Ghozali, 2011). Apabila Asymp. Sig (p value) > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas.. Tabel 5 menunjukan dapat dilihat bahwa nilai semua variabel memiliki Asymp. Sig (p value) > 0,05, ini berarti lolos uji heteroskedastisitas.
Tabel 6.
Hasil Uji Autokorelasi
1663
Sumber: Hasil pengolahan data tahun, 2015
Pengujian yang bertujuan menguji satuan model regresi untuk mengetahuiterjadi atau tidaknya korelasi antar kesalahan pengganggu periode sekarang dengan periode sebelumnya (Ghozali, 2001). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Dari Tabel 6, nilai DW sebesar 1.609. Dengan total (n) = 45 dan total variabel bebas (k) = 2 serta =5%, didapatkan angka dl=1,43 dan du=1,61.
Karena DW sebesar 1.609 terletak antara batas atas (du) dan (4-du), ini menggambarkan bahwa regresi ini lolos uji autokorelasi.
Tabel 7.
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Model
Sumber: Hasil pengolahan data tahun, 2015
Berdasarkan Tabel 7, maka model regresi yang terbentuk adalah:
Model R R Square Adjusted R
1664 Y = b0 + b1X1 + b2X2 + e ……… (1)
Berdasarkan hasil tersebut dapat diartikan sebagai berikut; 1) Nilai konstanta return saham -0,114 berarti ketika variabel manajemen laba dan kebijkan dividen dianggap nol (tetap atau tidak ada perubahan), maka return saham sebesar -0,114, 2) Nilai koefisien manajemen laba sebesar 1,671 berarti jika nilai manajemen laba naik sebesar satu satuan maka return saham naik sebesar 1,671 dengan asumsi variabel kebijakan dividen tetap konstan, 3) Koefisien kebijakan dividen bernilai 0,823 berarti jika nilai variabel kebijakan dividen meningkat sebesar satu satuan maka return saham meningkat sebesar 0,823 dengan asumsi variabel manajemen laba tetap konstan.
Goodness Of fit yang di amati dari analisis regresi nilainya adalah sebagai
berikut:
a) Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,153. artinya 15,3% dari indikasi variansi return saham dijelaskan oleh variansi manajemen laba dan kebijakan dividen.
b) Uji F bernilai sig. Fhitung = 0,082 > α = 0,05. Ini berarti variabel independen yaitu manajemen laba dan kebijakan dividen merupakan penjelas yang signifikan secara statistik pada return saham.
Pengujian parsial (t-test) dalam penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku manajemen laba (X1) berpengaruh positif dan signifikan secara statistik pada return saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa landasan teori yang dibahas sembelumnya terdukung yang menyebutkan bahwa perilaku oportunistik yang di lakukan manajemen dengan tujuan memaksimalkan utiltas dalam
1665 menghadapi perjanjian bonus, biaya politik, perjanjian utang, dan manajemen laba dari perspektif fleksibilitas dalam mempertahankan diri dan perusahaan dalam mencari jalan keluar dari peristiwa yang tak terduga untuk mencapai keuntungan pihak yang terlibat dalam perjanjian.
Pengujian parsial (t-test) dalam penelitian ini mengidentifikasikan bahwa kebijakan dividen (X2) berpengaruh positif dan signifikan secara statistik pada return saham. Penelitian dari Siaptra dan Admadja (2006) terdukung dari hasil
penelitian ini yang pernelitian tersebut menyimpulkan perubahan harga saham sesudah dan sebelum ex-dividend date terdapat perbedaan harga saham yang signifikan setelah dividen diumumkan.