HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1) Hasil Data
Diperoleh hasil foto spektrum cahaya dari lampu lucutan merkuri,
helium dan neon yang dilewatkan melalui keping kisi untuk dianalisis
menggunakan video analyzer pada software Logger Pro. Dari hasil analisis
foto dapat diketahui nilai jarak antara terang pusat dan setiap warna
spektrum untuk dihitung nilai panjang gelombangnya. Dengan
menggunakan keping kisi yang jumlah celah tiap milimeternya berbeda
yaitu 100, 300 dan 600 celah/mm. Penggunaan kisi 100 dan 300 celah
untuk lampu merkuri, 300 dan 600 celah/mm untuk lampu helium dan 600
celah/mm untuk lampu neon. Seluruh nilai panjang gelombang diperoleh
dengan menggunakan hasil foto. Hasil foto tersebut dianalisis
menggunakan persamaan (8) pada aplikasi video analyzer pada software
Logger Pro 3.12.
a. Penghitungan nilai jarak antarcelah pada kisi
Dengan mengetahui jumlah celah tiap milimeter yang digunakan,
maka dapat diperoleh nilai jarak antar celahnya, yaitu sebesar :
1) 100 celah/mm = 0,00001 m,
2) 300 celah/mm = 0,000003 m, dan
b. Penentuan nilai panjang gelombang
Dalam penelitian ini, jenis sumber cahaya yang digunakan yaitu
lampu lucutan merkuri helium dan neon. Kisi yang digunakan yaitu 100,
300 dan 600 celah/mm. Orde serta jarak L diubah-ubah nilainya sehingga
dapat diperoleh nilai panjang gelombang masing-masing spektrum.
Penghitungan panjang gelombang yaitu dengan persamaan (8) yang
ditulis pada kolom expression pada analisis video Logger Pro, dimana
sebelumnya sudah mengisi terlebih dahulu nilai d dan L yang akan
digunakan.
Jarak antara sumber cahaya yaitu lampu lucutan dan keping kisi
disebut sebagai L, dimana nilai L diperoleh dengan cara mengukur jarak
antara celah dengan lampu. Nilai L ini bisa diubah-ubah maupun tidak.
Jarak terang pusat ke spektrum cahaya diukur dengan menggunakan
aplikasi picture with photo analysis pada software Logger Pro.
Pengukuran dilakukan sebanyak satu kali hanya pada orde pertama pada
masing-masing keping kisi yang digunakan pada sisi sebelah kanan dan
kiri terang pusat.
Pada data ini, spektrum cahaya penyusun lampu merkuri digunakan
sebagai contoh data penentuan nilai P. Digunakan cara yang sama untuk
spektrum dan lampu jenis helium dan neon. Hasil data lengkap dapat
dilihat pada lampiran. Hasil akhir pengukuran jarak terang pusat ke
warna spektrum cahaya menggunakan analisis foto spektrum ditunjukkan
42
Tabel 4.1 Hasil data pengukuran jarak terang pusat ke spektrum cahaya pada lampu lucutan gas merkuri
Kisi = 100 celah/mm L = 0,35 m
n = 1
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa spektrum penyusun lampu lucutan
merkuri terdiri dari warna jingga, hijau dan ungu. Nilai jarak P (m)
merupakan hasil rata-rata antara nilai P1 dan P2. Berikut adalah contoh
perhitungan rata-rata nilai jarak P spektrum warna kuning pada lampu
lucutan merkuri dengan kisi 100 celah/mm. Untuk spektrum warna lain
pada lampu lucutan dihitung dengan cara yang sama.
Warna kuning: P1 = -0,020 P2 = 0,021 m P1 = -(-0,020) P1 = 0,020m Rata-rata P = 𝑃1+ 𝑃2 2 = 0,020+ 0,021 2 = 0,021 m
Warna Jarak P1 (m) Jarak P2 (m) Jarak P (m)
Kuning -0,020 0,021 0,021
Hijau -0,020 0,019 0,019
Ungu -0,015 0,015 0,015
Dari hasil perhitungan nilai P1 dan P2 setiap spektrum dirata-rata
sehingga diperoleh jarak P. Untuk spektrum warna kuning nilai P adalah
0,021 m, spektrum warna hijau nilai P adalah 0,019 m, dan spektrum
warna ungu adalah 0,015 m.
Dengan jumlah celah pada kisi, jarak antara terang pusat dengan
spektrum serta jarak antara lampu lucutan dengan kisi sudah diketahui,
maka dengan persamaan (8) dapat ditentukan nilai panjang gelombang
setiap spektrum. Penentuan nilai panjang gelombang ini dilakukan
beberapa variasi berupa variasi orde, jarak L, kisi, serta jenis lampu
lucutan. Variasi tersebut untuk dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap
nilai panjang gelombang, seperti berikut ini:
a) Pengaruh variasi orde terhadap panjang gelombang
Dengan menganalisis nilai panjang gelombang pada orde pertama
dan kedua pada lampu lucutan merkuri dengan kisi dan jarak L tetap,
maka pengaruh orde terhadap nilai panjang gelombangnya dapat
44
Tabel 4.2. Hasil variasi orde terhadap λ pada spektrum kuning lampu lucutan merkuri
Sumber = Lampu Merkuri
L = 0,35 m
Kisi = 100 celah/mm
Warna = Kuning Lampu Merkuri
Panjang Gelombang Kuning Lampu Merkuri Ref = 579 nm No. Orde ke Jarak P (m) Panjang Gelombang (nm) 1 1 0,02 593 ± 3 2 2 0,04 592 ± 3
Dalam penelitian ini, dilakukan variasi orde spektrum cahaya.
Sumber cahaya yang digunakan adalah lampu merkuri. Kamera yang
digunakan yaitu Canon EOS 70 D. Jarak L yang digunakan adalah
0,35 m, sedangkan kisi yang digunakan adalah kisi 100 celah/mm.
Variasi orde spektrum yang akan dianalisis pada penelitian ini dibatasi
hanya sampai orde ke-2. Penyebab pembatasan variasi orde yang
hanya sampai orde ke-2 ini dikarenakan berdasarkan data yang
diperoleh, pemisahan warna terjauh hanya bisa dilakukan sampai orde
kedua saja. Ketika mem-variasikan orde, kisi, jenis lampu dan panjang
L diatur tetap. Sehingga panjang gelombang dari warna kuning
dengan beda orde dapat dilihat pada tabel 4.2.
Dengan cara yang sama, di analisis nilai panjang gelombang pada
rata-ratanya. Setelah mendapatkan nilai panjang gelombang rata-rata
kemudian dihitung nilai ketidakpastiannya untuk warna kuning pada
orde pertama dan kedua. Dari hasil perhitungan, diperoleh
ketidakpastian dari nilai panjang gelombang kuning pada orde
pertama adalah 593 nm dengan nilai ketidakpastiannya ±3 nm dan
orde kedua adalah 592 nm dengan nilai ketidakpastiannya ±3 nm.
Sedangkan menurut Grotrian Diagram untuk Merkuri (terlampir),
pada warna kuning nilai panjang gelombangnya adalah 576 nm [Tim
Penyusun, 2014].
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dengan jenis lampu lucutan
yang sama, kisi yang digunakan sama, jarak L yang sama, dan juga
spektrum warna yang sama dengan orde yang dipilih yaitu sebanyak
2. Dari data tampak bahwa pengaruh banyaknya orde terhadap jarak P
adalah pada orde kedua, jarak P nilainya 2 kali lebih besar daripada
jarak P orde pertama. Nilai panjang gelombang untuk warna kuning
pada lampu merkuri meskipun semakin banyak orde, dan semakin
besar nilai jarak Pnya namun nilai λ nya sama.
Untuk nilai panjang gelombang pada masing-masing orde, jarak
L, kisi, spektrum warna serta jenis lampu yang berbeda digunakan
cara yang sama untuk menentukan nilai panjang gelombangnya.
Kemudian setelah menentukan nilai panjang gelombang, ditentukan
pula nilai ketidakpastiannya. Sebenarnya terdapat 3 nilai panjang
46
sebelah kanan λ1, sebelah kiri λ2 serta panjang gelombang rata-rata λr.
Berikut adalah contoh untuk menentukan nilai ketidakpastian panjang
gelombang dari warna kuning pada orde pertama:
Ketidakpastian = √( 𝜆1− 𝜆𝑟)2+( 𝜆2− 𝜆𝑟)2 𝑛−1 Ketidakpastian λkuning = √( 𝜆1− 𝜆𝑟)2+( 𝜆2− 𝜆𝑟)2 𝑛 = √(591,3 − 593 )2 + (595,2−593)2 2−1 = 3 nm
Dari hasil perhitungan ketidakpastian nilai panjang gelombang,
dapat diperoleh bahwa nilai panjang gelombang warna kuning lampu
lucutan merkuri dengan kisi 100 celah/mm dengan jarak L 0,35 m
pada orde pertama ialah 593±3 nm. Dengan cara yang sama,
penghitungan nilai ketidakpastian dihitung untuk masing-masing nilai
panjang gelombang.
a) Pengaruh variasi jarak L terhadap panjang gelombang
Dengan mengubah nilai jarak antara lampu lucutan dengan kisi
(L) pada jenis lampu dan kisi yang digunakan sama, maka pengaruh
nilai jarak L terhadap nilai panjang gelombangnya dapat dilihat pada
Tabel 4.3. Hasil variasi jarak L terhadap panjang gelombang pada spektrum kuning lampu lucutan merkuri
Sumber = Lampu Merkuri Warna = Kuning lampu merkuri Orde = 1
Kisi = 100 celah/mm
Panjang Gelombang Kuning Lampu Merkuri Ref = 576 nm No. Jarak L (m) Jarak P (m) Panjang Gelombang (nm) 1 0,35 0,02 593 ± 3 2 0,82 0,05 591 ± 1
Dalam penelitian ini, dilakukan variasi jarak L. Sumber cahaya
yang digunakan adalah lampu merkuri. Kamera yang digunakan yaitu
Canon EOS 70 D. Sedangkan kisi yang digunakan adalah kisi 100
celah/mm dan foto spektrum di analisis hanya pada orde pertama.
Dengan cara yang sama, foto spektrum kuning di analisis nilai
panjang gelombangnya pada masing-masing jarak L dan nilai
ketidakpastiannya. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai panjang
gelombang kuning lampu merkuri pada jarak L 0,35 m adalah 593 nm
dengan ketidakpastian ±3 nm dan jarak L 0,82 m adalah 591 dengan
ketidakpastian ±1 nm. Sedangkan menurut Grotrian Diagram untuk
Merkuri (terlampir), pada warna kuning nilai panjang gelombangnya
48
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dengan jenis lampu lucutan
yang sama, kisi yang digunakan sama, spektrum kuning pada orde
pertama namun jarak L yang di ubah nilainya tampak bahwa jarak P
juga berubah. Semakin jauh jarak antara kamera dan lampu (L), maka
semakin jauh pula jarak dari terang pusat ke spektrum kuning lampu
lucutan merkuri (P). Nilai panjang gelombang untuk warna kuning
pada lampu merkuri meskipun semakin besar jarak L, dan semakin
besar pula jarak Pnya namun nilai λ nya sama.
b) Variasi kisi terhadap panjang gelombang
Jumlah celah pada keping kisi yang digunakan diganti dari 100
celah/mm menjadi 300 celah/mm. Jenis lampu lucutan yang
digunakan juga sama yaitu merkuri. Oleh karena itu, pengaruh
banyaknya kisi yang digunakan terhadap nilai panjang gelombang
dapat dilihat berdasarkan hasil analisis foto spektrum kuningnya
Tabel 4.4. Hasil variasi jumlah celah pada kisi terhadap panjang gelombang spektrum kuning pada lampu lucutan gas
merkuri
Sumber = Lampu Merkuri
n = 1
Spektrum = Kuning lampu merkuri
Panjang Gelombang Kuning Lampu Merkuri Ref = 576 nm
No. Kisi (celah/mm) Jarak L (m) Jarak P (m) Panjang Gelombang (nm) 1 100 0,35 0,02 593 ± 3 2 300 0,39 0,07 594 ± 1
Dalam penelitian ini, dilakukan variasi jumlah celah tiap
milimeter pada kisi dari 100 celah/mm menjadi 300 celah/mm.
Sumber cahaya yang digunakan adalah lampu merkuri. Kamera yang
digunakan yaitu Canon EOS 70 D. Sedangkan jarak L yang digunakan
seharusnya tetap, namun pada penelitian ini jarak L 0,35 m dan 0,39
m digunakan karena keterbatasan alat ketika digunakan untuk
memfoto spektrum pada kisi 100 celah/mm. Pada kisi 300 celah/mm
digunakan jarak L 0,39 m karena ketika menggunakan jarak yang
sama pada kisi 100 celah/mm hasil fotonya kurang fokus sehingga
letak kamera sedikit dijauhkan dari lampu namun jarak Lnya tidak
jauh berbeda dengan jarak L pada kisi 100 celah/mm. Sehingga
diharapkan meskipun jarak L pada kisi 100 celah/mm dengan 300
celah/mm selisih 2 cm, hal ini bisa dilihat pengaruh kisi terhadap jarak
50
Dengan cara yang sama, foto spektrum kuning di analisis nilai
panjang gelombangnya pada masing-masing kisi dan nilai
ketidakpastiannya. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai panjang
gelombang kuning lampu merkuri pada kisi 100 celah/mm adalah 593
nm dengan ketidakpastiannya ±3 nm dan kisi 300 celah/mm adalah
594 nm dengan ketidakpastiannya ±1 nm. Sedangkan menurut
Grotrian Diagram untuk Merkuri (terlampir), pada warna kuning nilai
panjang gelombangnya adalah 576 nm [Tim Penyusun, 2014].
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada jenis lampu lucutan yang
sama, jarak L sama, spektrum kuning pada orde pertama namun
jumlah celah pada kisi yang di ubah, tampak bahwa jarak P juga
berubah. Semakin banyak celah pada kisi yang digunakan (d), maka
semakin jauh pula jarak dari terang pusat ke spektrum kuning lampu
lucutan merkuri (P). Hal ini dapat dibuktikan jika mula-mula jumlah
celah pada kisi adalah 100 celah/mm diganti menjadi 3 kali lipatnya
yaitu 300 celah/mm, maka nilai jarak P juga akan berubah menjadi 3
kali lipatnya dimana jarak P mula-mula adalah 0,02 m berubah
menjadi 0,07 m. Nilai panjang gelombang untuk warna kuning pada
lampu merkuri meskipun semakin banyak jumlah celah tiap milimeter
c) Variasi jenis lampu lucutan terhadap panjang gelombang
Jenis lampu lucutan yang digunakan diganti menjadi helium dan
neon. Kamera yang digunakan juga berbeda dengan penelitian
sebelumnya yaitu menggunakan Fujifilm XS-1. Hal ini karena adanya
keterbatasan alat sebelumnya ketika digunakan untuk memfoto
spektrum cahaya pada kedua jenis lampu ini.
Kisi yang digunakan adalah 600 celah/mm. Jarak L yang
digunakan adalah 0,075 m sedangkan spektrum yang di analisis hanya
orde pertama. Hal ini dikarenakan spektrum yang tampak hanya satu
orde saja. Adapun spektrum yang digunakan sebagai pembanding
adalah spektrum kuning. Hal ini karena spektrum kuning merupakan
salah satu warna yang sama yang menjadi spektrum penyusun
masing-masing lampu tersebut Oleh karena itu, pengaruh beda jenis lampu
lucutan yang digunakan terhadap nilai panjang gelombang dapat
dilihat berdasarkan hasil analisis foto spektrum kuningnya seperti
52
Tabel 4.5. Hasil variasi jenis lampu lucutan terhadap panjang gelombang spektrum kuning pada jarak L dan kisi yang sama
Kisi = 600 celah/mm
L = 0,075 m
Spektrum = warna kuning
n = 1 Kamera = FujiFilm X-S1 No. Jenis Lampu Lucutan Jarak P (m) Panjang Gelombang (nm) Panjang Gelombang Ref (nm) 1. Helium 0,03 586 ± 5 588 2. Neon 0,04 587 ± 14 598
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa terdapat kesamaan spektrum
penyusun antara lampu lucutan helium dan neon. Karakteristik lampu
lucutan helium adalah terdiri dari warna ungu, biru, hijau kuning dan
merah. Sedangkan karakteristik lampu lucutan neon adalah terdiri dari
spektrum kuning dan merah. Spektrum kuning merupakan salah satu
warna yang sama dari kedua jenis lampu tersebut. Sehingga warna
kuning digunakan sebagai pembandingnya pada penelitian ini.
Dengan cara yang sama, foto spektrum kuning di analisis nilai
panjang gelombangnya pada masing-masing jenis lampu lucutan dan
nilai ketidakpastiannya. Dari hasil perhitungan, diperoleh dari nilai
panjang gelombang kuning pada lampu helium yang berjarak L 0,50
m adalah 586 nm dengan ketidakpastiannya ±5 nm dan lampu neon
nm. Sedangkan menurut Grotrian Diagram untuk Helium (terlampir),
pada warna kuning nilai panjang gelombangnya adalah 588 nm [Lo
Presto, 1998] dan untuk warna kuning pada Neon nilai panjang
gelombangnya adalah 598 nm [Deomedes et al, 2012].
Dari tabel 4.5 dapat dilihat pula bahwa meskipun kamera, orde,
kisi dan jarak L yang digunakan sama namun jenis lampu yang
digunakan berbeda, namun pengaruhnya terhadap nilai jarak P nya
terdapat selisih jarak 1 cm. Panjang gelombang spektrum kuning pada
lampu lucutan helium sebenarnya berbeda dengan lampu lucutan
neon. Hal ini karena jenis lampu lucutan yang digunakan juga
berbeda. Daya pisah antar spektrum sangatlah kecil sehingga
mengakibatkan warna-warna spektrtum terlihat bercampur. Selain itu,
pada lampu lucutan neon terdapat kesulitan untuk memfoto spektrum
cahayanya karena keterbatasan alat.
c. Perhitungan nilai tenaga yang dipancarkan (ΔE)
1) Nilai tenaga yang dipancarkan pada jenis lampu yang sama
Dari nilai panjang gelombang yang sudah diperoleh, maka dengan
persamaan (13) dapat dihitung nilai tenaga yang dipancarkanuntuk
memancarkan atom pada saat proses deeksitasi (ΔE). Lampu lucutan
merkuri digunakan sebagai contoh data sedangkan data selengkapnya
sudah tercantum pada lampiran. Oleh karena itu, pengaruh nilai
panjang gelombang terhadap nilai tenaga yang dipancarkan pada
54
Tabel 4.6. Hasil pengaruh nilai panjang gelombang terhadap tenaga yang dipancarkan
Kisi = 100 celah/mm
Sumber = Lampu Lucutan Merkuri L = 0,35 m Warna Jarak P (m) Orde ke λ (nm) λ ref (nm) ΔE (eV) Kuning 0,020 1 593 ± 3 579 2,10 ± 0,01 Hijau 0,019 1 557 ± 3 492 2,20 ± 0,01 Ungu 0,015 1 443 ± 5 366 2,80 ± 0,03
Dari tabel 4.6 satu nilai panjang gelombang akan digunakan
sebagai contoh perhitungan yaitu pada spektrum kuning lampu lucutan
merkuri yang berkisi 100 celah/mm, berjarak L 0,35 m dan pada orde
pertama. Panjang gelombang tersebut adalah 593 dengan
ketidakpastian sebesar ± 3 nm. Perhitungan tenaga yang dipancarkan
adalah sebagai berikut:
ΔE = ℎ 𝑐 𝜆 ΔE = 4,136 𝑥 10−15 𝑥 3 𝑥 108 593 𝑥 10−9 𝑒𝑉.𝑠 .𝑚𝑠−1 𝑚 ΔE = 2,10 eV
Nilai ketidakpastian dari tenaga yang dipancarkan pada spektrum
kuning diperoleh dari:
Ketidakpastian : δE = 𝛥𝐸 . 𝛥𝜆 . 𝜆
δE= 2,09 . 3 . 593
Dari hasil perhitungan yang telah dicantumkan ke dalam tabel 4.6,
dapat dilihat bahwa pada lampu lucutan merkuri, pengaruh nilai
panjang gelombang λ yang semakin kecil, maka nilai ΔE nya semakin besar. Hal ini dikarenakan pada saat lampu lucutan dinyalakan, terjadi
proses pelepasan (eksitasi) dan penyerapan (deeksitasi) atom-atom
yang diskrit dari tingkat energi terendah ke tingkat yang lebih tinggi.
Atom-atom gas tersebut mengalami proses deeksitasi karena
elektron ditembakkan dipercepat dengan tegangan tinggi dalam
tabung lampu lucutannya. Cahaya yang dipancarkan oleh sumber
demikian tidak terdiri atas spektrum yang kontinu. Sehingga ketika
cahaya dari lampu tersebut melewati kisi dengan jumlah celah yang
banyak tiap milimeternya, maka dalam hal ini adalah atom, akan
terdifraksi sehingga membentuk spektrum-spektrum cahaya. Namun,
spektrum tersebut hanya terdiri atas panjang gelombang tertentu yang
merupakan karakteristik atom dalam sumber tersebut [Johan, 2008].
Karakteristik dari lampu lucutan merkuri terdiri atas spektrum
kuning, hijau, dan ungu. Spektrum penyusun lampu lucutan merkuri
ini berbeda dengan spektrum penyusun lampu lucutan helium dan
neon. Hal ini dikarenakan karakteristik dari masing-masing lampu
tersebut juga berbeda.
2) Nilai tenaga yang dipancarkan pada jenis lampu yang berbeda
Dari nilai panjang gelombang yang sudah diperoleh, maka dengan
56
pada lampu lucutan helium dan neon digunakan sebagai contoh
data sedangkan data selengkapnya sudah tercantum pada lampiran.
Oleh karena itu, pengaruh jenis lampu lucutan yang berbeda terhadap
nilai tenaga transisinya, hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Pengaruh jenis lampu yang berbeda terhadap ΔE
Kisi = 600 celah/mm Spektrum = warna kuning L = 0,075 m Jenis Lampu Lucutan Jarak P (m) Orde ke λ (nm) λ ref (nm) ΔE (eV) Helium 0,026 1 586 ± 5 588 2,12 ± 0,02 Neon 0,040 1 587 ± 14 598 2,11 ± 0,05
Untuk menghitung nilai tenaga yang dipancarkan digunakan cara
yang sama, sehingga perhitungan ΔE untuk masing-masing spektrum
warna pada masing-masing jenis lampu selengkapnya tercantum pada
lampiran.
Dari hasil perhitugan yang telah dicantumkan ke dalam tabel 4.7,
dapat dilihat bahwa nilai ΔE spektrum kuning pada lampu neon dan
lampu helium berbeda. Hal ini dikarenakan nilai panjang gelombang
pada spektrum kuning lampu helium berbeda dengan lampu neon
karena jenis lampunya juga berbeda. Oleh sebab itu, pada jenis lampu
lucutan berbeda, tenaga yang dipancarkan juga berbeda sehingga
B. Pembahasan
Panjang gelombang λ adalah jarak ketika pola gelombang itu berulang
(Young dan Freedman, 2003). Pola gelombang dalam penelitian ini berupa
spektrum cahaya. Untuk bisa menentukan nilai panjang gelombang maka
diperlukan alat untuk melihat spektrum cahaya dari sebuah sumber cahaya
yang digunakan. Spektrum cahaya yang terdiri dari beberapa warna ini akan
berulang pada jarak berikutnya. Pengulangan warna ini disebut dengan orde.
Pada penelitian ini digunakan lampu lucutan sebagai sumber cahaya.
Kemudian digunakan kisi difraksi untuk menguraikan atau memisahkan
cahaya tersebut dengan cara mendifraksikannya menjadi warna-warna atau
spektrum penyusun lampu tersebut (Tipler, 2001). Selanjutnya digunakan
kamera untuk melihat atau memfoto spektrum cahaya penyusun lampu.
Lampu lucutan yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 jenis, yaitu
merkuri, helium dan neon. Sedangkan kamera yang digunakan ada 2 buah
yaitu Canon 70 D dan Fujifilm X-S1.
Pengukuran panjang gelombang spektrum cahaya lampu lucutan gas
merkuri yang dihasilkan kisi difraksi di analisis menggunakan aplikasi video
analyzer pada software Logger Pro. Selama percobaan dilakukan, pada layar
LCD kamera terlihat beberapa orde warna-warna spektrum cahaya secara
berurutan dengan cahaya lampu warna putih sebagai terang pusatnya.
Beberapa orde warna-warna spektrum cahaya tersebut kemudian difoto
menggunakan kamera. Data ialah hasil foto yang kemudian dianalisis
58
Dari hasil foto spektrum cahaya, dapat dilihat bahwa karakteristik yang
dimiliki oleh lampu lucutan gas merkuri adalah tersusun dari spektrum
penyusunnya yaitu ungu, hijau, dan ungu. Karakteristik yang dimiliki oleh
lampu lucutan helium adalah terdiri dari spektrums ungu, biru, hijau, kuning
dan merah. Selain itu, karakteristik yang dimiliki oleh lampu lucutan neon
adalah terdiri dari spektrum kuning dan merah.
Lampu lucutan yang dilewatkan melalui kisi akan terlihat beberapa
spektrum cahaya yang terbentuk yang dapat dilihat melalui LCD kamera.
Pada lampu lucutan gas neon, spektrum penyusunnya mungkin tidak hanya 2
warna saja , akan tetapi pada saat penelitian, pengamat hanya bisa melihat
warna kuning dan merah saja karna kedua warna tersebutlah yang paling
mencolok atau bisa dilihat dengan jelas, lalu sepertinya warna lainnya
bercampur jadi satu. Sehinga diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat
dikembangkan agar bisa melihat dan menganalisis dengan lebih jelas
warna-warna penyusun lampu lucutan gas neon.
Jika cahaya dengan panjang gelombang tertentu λ dipancarkan oleh sumbernya, maksimum interferensi pertama dilihat pada sudut θ yang diberikan oleh rumus, dengan m = 1. Setiap panjang gelombang yang
dipancarkan oleh sumbernya akan menghasilkan bayangan terpisah celah
pengkolimasi dalam spektroskop yang disebut garis spektrum. Seberkas garis
yang bersesuaian dengan m = 1 disebut spektrum orde-pertama. Spektrum
Orde yang lebih tinggi dapat dilihat jika sudut θ yang diberikan oleh persamaan lebih kecil dari 90°. Tergantung pada panjang gelombang dan
jarak-pisah celah dalam kisinya, orde tersebut dapat bercampur; dengan kata
lain, garis orde-ketiga untuk satu panjang gelombang dapat terjadi sebelum
garis orde-kedua untuk panjang gelombang lain. Jika jarak-pisah celah dalam
kisinya diketahui, panjang gelombang yang dipancarkan oleh sumbernya
dapat ditentukan dengan mengukur sudutnya [Tipler, 2001].
Hanya bagian yang sangat kecil dari spektrum ini yang dapat dideteksi
secara langsung melalui indera penglihatan manusia. Jangkauan ini
dinamakan dengan cahaya tampak. Panjang gelombangnya kira-kira 480
sampai 700 nm (400 sampai 700 x 10-9 m), dengan frekuensi yang
bersesuaian dengan kira-kira 750 sampai 430 Hz (7,5 sampai 4,3 x 1014 Hz).
Bagian-bagian yang berbeda dari spektrum untuk menimbulkan sensasi
manusia mengenai warna-warna yang berbeda.
Berikut akan dibahas mengenai rangkaian alat dan analisis data:
a. Setting alat
Pada penelitian ini dengan memanfaatkan kamera sebagai pengganti
fungsi mata dan alat spektrometer konvensional untuk melihat spektrum
cahaya dan menentukan nilai panjang gelombang. Pemanfaatan kamera