• Tidak ada hasil yang ditemukan

NO NAMA DISKUSI PERTANYAAN, SARAN DAN MASUKAN : TANGGAPAN 1 Lukman (Dinas Kehutanan Kab. Banjarnegara ) Makalah 1 :

Makalah mengenai aspek hukum Pengelolaan DAS harus ada keterpaduan antar pemangku

kepentingan. Dikarenakan instansi yang menangani masalah kehutanan sangat banyak, sehingga untuk di daerah sering dijadikan sebagai leading sector dalam Pengelolaan DAS. Kesulitan yang dihadapi untuk mencapai keterpaduan. Bagaimana langkah yang harus dilakukan untuk membangun keterpaduan?

Makalah 2 :

Apakah benar bahwa hutan pinus rakus terhadap air?

Makalah 1 :

Memang banyak SKPD yang mempunyai tupoksi terkait dengan DAS, lalu bagaimana cara untuk membangun keterpaduan?

Pengikatnya yakni grand desain RPDAST yang secara partisipasif yang dibangun oleh lembaga formal dan non formal secara bersama. Implementasinya pada stake holder terkait, masing-masing akan melakukan sesuai konteks besar yg telah disepakati bersama. (tidak membuat organisasi baru. Makalah 2 : Hasil penelitian sebelumnya memang menyebutkan kebutuhan air di Jawa sangat tinggi. Namun bergantung pada curah hujan yg ada, karena tidak semua daerah menghadapi masalah. Masalah kebutuhan air tergantung pada site

232

NO NAMA DISKUSI

spesifik. Untuk mengetahui tentang kebutuhan air tanaman bisa di cari hasil penelitian di website www.google.com 2 Tuti (Fakultas Kehutanan UGM) Makalah 1 :

Komitmen dan kontribusi berbagai lembaga terhadap Pengelolaan DAS sudah banyak tetapi kalau ada peraturan yang kurang tepat, siapa yang akan menjadi “wasit” (penengah) ? (karena masing-masing lembaga tidak punya kekuatan)

Makalah 2 :

Saya senang sekali karena meneliti tentang berapa luas hutan pinus yang ada dan hubungannya dengan air tersedia, sarannya agar dilanjutkan lagi dan ditambahkan dengan rumus barrens yakni untuk mengetahui sampai berapa hari hutan pinus bisa mengeluarkan air.

Makalah 1 :

Didalam norma sudah ada, sebagai contoh ada peraturan daerah yang mengsle (kurang tepat) karena ada kepentingan ada beberapa

kepentingan tertentu dan itu sudah dibatalkan. Seringnya Perda dibuat agak lama tergantung pada komitmen dan dari akademisi, forum, maupun yang lain dapat mendesak legislatif dan eksekutif agar cepat. Bilamana ada peraturan yang cacat tidak apa-apa asalkan dalam

pelaksanaan punya komitmen bagus pasti hasilnya juga akan bagus.

Makalah 2 :

Dari segi banjir, hutan pinus bisa mencegah banjir 33% dan jati 55%. Untuk aliran dasar, karena baru awal, jadi baru dilihat pada 52% luas. Terimakasih atas sarannya, dan penelitian nantinya bisa

233

NO NAMA DISKUSI

3 Supriyadi (Forum DAS)

Makalah 1 :

Di Jawa Tengah ada forum DAS, di Jawa Timur juga, dll, tapi payung hukum forum DAS belum ada. Apakah memang seharusnya forum DAS bersifat sektoral atau lintas sektoral?

Makalah 2 : Didalam penelitian menunjukkan ada korelasi antara beberapa faktor terhadap aliran dasar, namun masih perlu kejelasan hubungan antara luas hutan dgn aliran dasar karena belum diuji korelasinya.

Makalah 1 :

Forum DAS memang ada banyak dan territorial (terkapling-kapling), kenapa begitu? Penyebabnya yaitu UU no 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah karena wewenang ada pada wilayah. Jadi dari banyaknya forum perlu dipadukan, yang penting berjalan bersama-sama atau kolaborasi. Sekarang sedang digodok peraturan Menteri Kehutanan terkait dengan keberadaan forum das dan rencana akan dituangkan dalam 2 peraturan menteri.

Makalah 2 : Dalam penelitian ini hutan merupakan salah satu faktor, faktor lain yang berpengaruh yakni geologi dan jenis tanah. Misal di hutan jati, ada pengaruh dari aquifer. Untuk itu kedepannya akan dilihat lagi korelasinya. 4 Nur Sumedi Makalah 1 :

Dlm pengelolaan DAS ada pemikiran (sederhana): 1) Pengelolaan das difokuskan pada wilayah berdasarkan Makalah 1 : Langkah-langkah tersebut sangat setuju. Munculnya PP 37 karena amanat undang-undang, karena pada UU

234

NO NAMA DISKUSI

pada ekosistem (misal pegunungan, pesisir), sehingga kemungkinan ada das lintas wilayah. 2) Negara ikut berperan

dalam penentuan status hutan, sesuai dengan ketinggian (berdasarkan penelitian terdahulu). 3) Ada model agroforestry

yang tepat untuk solusi di wilayah

pegunungan.

Banyaknya stake holder memperumit sehingga harus ada 1 lembaga yang berperan sebagai pemimpin tapi selalu masih ada masalah.

Makalah 3 :

Saya mencoba memberi saran, ada salah satu metode cepat untuk bisa diadopsi sebagai penduga kejadian banjir (contoh di kalimantan) ada spesies burung yang membuat sarang secara alami sehingga selalu terhindar dari banjir. Mungkin bisa jadi bahan referensi.

Kehutanan cuma 3 pasal dan UU sda hanya ada 1 pasal itupun hanya pengertian.

Oleh karena itu, meski rohnya dari kehutanan, tapi otomatis semua sektor harus taat karena peraturan pemerintah. Di Jakarta, para mentri dikabarkan sudah menyetujui sehingga tinggal menunggu implementasi (tindak lanjut). Makalah 3 :

Terimakasih, atas saran. Seperti diketahui pada penelitian ini

sebenarnya sudah menambahkan AMC namun masih kurang tepat karena ada faktor evapotranspirasi yang perlu dipertimbangkan, sehingga untuk kedepannya perlu ditambahkan lagi. 5 Marto Makalah 1 :

Kata kunci dari makalah yakni perlu membangun keterpaduan. Apa sudah ada sosialisasi PP Kehutanan terhadap kementerian lain.

Makalah 1 :

Sudah disosialisasikan tapi masih terbatas Kemenhut Kemendagri dan Kemenlh,

khususnya yang di Kemenhut sedang

235

NO NAMA DISKUSI

Makalah 2 :

Dalam penelitian lanjutan, faktor geologi seperti bagaimana yang akan dihitung.

Makalah 3 :

Bila dilihat dari koefisien yang dihasilkan yang nilainya kecil apakah itu akan berpengaruh terhadap debit puncaknya? digodog 9 Permenhut (draft sdh jadi). Makalah 2 : Geologi fulkan tua, dengan solum dalam. Bila diterapkan di geologi lain misal di cepu kurang berpengaruh. Makalah 3 :

Rencana akan ditambah data mengenai puncak-puncak banjir yang lain.

6 Hardono

(Forum DAS Cidanau)

Makalah 1 :

Sebenarnya pada era tahun 80-an Kemenhut sudah bikin RTLRLKT yang seiring berjalannya waktu ganti-ganti namanya, namun intinya tentang pengelolaan das terpadu. Masalah yang utama yakni kejar-kejaran untuk membuat pola (grand desain). Masih ragu kira-kira berjalan sampai berapa tahun PP ini. Selain itu, karena saling kejar-kejaran kenapa tidak dibuat UU yang 1 saja terhadap das. Forum das juga sudah mencoba dalam skala kecil, caranya dengan menunjuk SKPD dengan metode kekeluargaan yang hal ini padahal sebenarnya tugas ada di

Makalah 1 : Saya sependapat, memang pejabat selalu mengklaim produk baru. Yang penting tinggal menyikapi dan implementasi. Lembaga meskipun banyak tapi yang penting fungsinya. Kalau tupoksinya baik idealnya hasilnya pun akan baik.

Bappeda hanya sebagai fungsi strategis. Undang-undang yang tidak sinkron memang benar.

236

NO NAMA DISKUSI

bappeda.

Makalah 2 :

Sebenarnya hutan itu yang bagus seperti apa? Sebaiknya Kemenhut meneliti terkait homogenitas tanaman, jangan-jangan karena homogennya jadi penyebab kurang air.

Makalah 2 :

Hutan yang bagus yakni hutan campuran multi stratum, namun karena masalah ekonomi beberapa daerah jadi monokultur.

7 Paimin Saran : Tolong yang

disampaikan jangan hanya usulan kegiatan, namun masalah. Kalau itu sudah terjadi maka akan terwujud RPJM. Harus bisa menselaraskan antara alam dengan administrasi. Alami hanya alat untuk membuat analisis. Kita harus tahu bagamana

menghubungkan

(membangun komunikasi) tanpa konflik.

PP 37 prosesnya tidak mandiri kehutanan tapi juga kementerian lain dan terasa di pasal-pasalnya. Misal di Kementerian PU.

Sesi II NO NAMA DISKUSI PERTANYAAN, SARAN DAN MASUKAN : TANGGAPAN 1 Bowo (Kadin Hut Jateng)

Hasil penelitian harus bisa ditindaklanjuti dan disosialisasi-kan sehingga

237

NO NAMA DISKUSI

lebih membumi.

Makalah 4 :

a) Data itu mahal, apa dengan data yang gratis validasinya dapat dipertanggung-jawabkan (akurat)? b) Seberapa persen akurasinya kalau memang bisa? Makalah 5 :

Kenapa tidak dengan kelompok tani yang sudah ada? Kan lebih baik menggunakan kelompok yang ada dengan menggunakan metode yang pelan-pelan dan diterima masyarakat.

Makalah 6 :

Apakah yang dilakukan di taman nasional di bali bisa direplika di jateng? Melihat kondisi hutan yg ada.

a) Bila melihat jurnal internasional, ada suatu web yg menunjukan bahwa banyak peneliti yang sudah menggunakan google earth sebagai sumber data citra. Selain itu google earth juga dapat digunakan untuk validasi. b) Caranya dengan melakukan groundcek. Perlu validasi dengan georeferencing agar selisih tidak terlalu besar.

Makalah 5 : Memang sedang dilakukan dengan kelompok tani yang sudah ada.

Makalah 6 :

Model yg sudah dipublis merupakan model universal, di TNBB model bersifat statis, untuk daerah yang lebih luas perlu model yang dinamis dengan mempertimbangkan faktor lain.

238 NO NAMA DISKUSI 2 Kabid Dinas Kehutanan Jateng Makalah 5 : Apakah sudah diinformasikan pada instansi terkait di daerah tersebut agar bisa ditindak lanjuti? Makalah 5 : Sudah diinfokan 3 Supriyadi (Forum DAS) Saran: a) Hindari kata-kata mungkin, atau banyak analisis kualitatif. b) Penelitian diarahkan

kepada tren terkini.

Makalah 4 : Bila data tersebut diperoleh secara tunda, perlu dipertimbangkan waktu apabila yang akan dianalisis merupakan lahan pertanian.

Makalah 5 : Pembentukan kelembagaan berbasis konservasi rawan gagal karena ada 3 aspek lain yg perlu diperhatikan (menimbulkan sesat pikir)

Makalah 4 : Salah satu caranya dengan pengecekan lapangan dan wawancara dengan penduduk setempat. 4 Kurniawan Sigit (univ brawijaya malang) Makalah 4 :

a) Data dem merupakan data permukaan, apabila dibikin lereng bisa rancu. Apakah ada algoritma tertentu untuk membuat itu? b) Usle untuk skala plot

oke, tapi bila luas akan over estimate. Apa ada cara lain? Makalah 4 : a) Apakah ada algoritma belum diketahui secara pasti.

b) Yang diukur tingkat land unit kemudian diambil rata-rata tertimbang. Hasil cukup mendekati, namun masih perlu validasi.

239

NO NAMA DISKUSI

Makalah 6: a) Buffer jalan yang

dilakukan gimana? b) Validasi seperti apa

yang dilakukan? c) Groundcek, ada satelit

yang bisa membaca titik api.

Makalah 6:

a) Buffering dilakukan pada 1 jalan b) Validasi dilakukan

pada lokasi yang pernah ada di TNBB c) Masukan diterima 5. Giring (Mahasiswa UGM) Makalah 4 :

Bagaimana cara agar bisa meningkatkan akurasi

Makalah 6 :

Apa ada pertimbangan untuk pemilihan lokasi

Makalah 4 :

Meningkatkan akurasi dengan menggunakan multiband spectral, bisa digunakan dengan subpixel klasifikasi.

Makalah 6 : Lokasi dipilih

berdasarkan informasi kerawanan yang tinggi

6. Syamsudi (Pusdiklathut)

Penelitian makalah 5,6 mempelajari kasus. Mestinya ada beberapa tempat yang diteliti agar mendapat kesimpulan yg bisa dipakai oleh pengguna dari beberapa tempat.

Membangun kelompok merupakan tugas seorang penyuluh, harapannya peneliti bisa meneliti dari banyak tempat.

7. Sunarto Gunadi

Makalah 6 :

Formula itu awalnya pada hipotesis seperti apa? Apakah sama dengan model awal?

Makalah 6 :

Model tersebut awalnya berawal dari turki, penulis mencari metode yang simple untuk mengembangkan model statis di taman nasional. Dari literature

240

NO NAMA DISKUSI

banyak model untuk bisa digunakan, namun bergantung pada tujuan. Model yg rumit

terkadang akurasi malah lebih rendah, sehingga digunakan model dengan akurasi yang lebih tinggi.

SIDANG KOMISI II “Teknologi Pengelolaan DAS” Moderator : Ir. Agustinus P. Tampubolon, M.Sc Perumus : Agung Wahyu Nugroho, S.Hut, M.Sc Notulis : Wiwin Budiarti, S.Hut

SESI I :

1. Makalah I Model Pengendalian Banjir Terpadu Berdasarkan

Parameter Utama Penyebab Banjir di DAS Bengawan Solo Hulu (Alif Noor Anna)

Tujuan : menganalisis pengaruh faktor utama penyebab banjir dan

membuat model pengendalian banjir terpadu

 Hasil : 3 faktor penyebab banjir : kondisi iklim, perubahan tata

guna lahan dan kondisi morfologi sungai

 Pengaruh iklim : pada bulan basah CH tinggi  debit air tinggi

 Pengaruh alih fungsi lahan : hutan berkurang, kebun

bertambah, pemukiman bertambah. Ada pergeseran alih fungsi hutan dari hutan ke lahan yang dibudidayakan (kebun dan pemukiman)  2,5x maksimal.

 Pengaruh dari besarnya alih fungsi lahan : debit akan

meningkat

 Surakarta morfologi wilayah termasuk cekung

 Pelurusan Sungai Bengawan Solo Hulu  menyebabkan laju air

dan debit meningkat yang menyebabkan erosi tebing dan sedimentasi.

 Model pengendalian banjir yang dapat diterapkan berdasarkan

parameter CH  metode sumur resapan, metode river side polder, metode kolam konservasi, metode perlindungan air tanah dan metode biopori.

241

Model Pengendalian Banjir Terpadu  dengan

mengikutsertakan masyarakat (selaku pelaku utama) dan

pemerintah (fasilitator) dalam upaya pengelolaan sumber daya air.

2. Makalah II. Evaluasi Pertumbuhan Sengon dan Jabon dalam Rehabilitasi Lahan Terdegradasi di Tlogowungu Pati (Heru Dwi Riyanto)

 Tujuan : mengevaluasi pemilihan jenis yang sesuai dalam

upaya rehabilitasi lahan dan KTA berlereng.

Metode : menerapkan 4 model RLKT kombinasi jenis tanaman

Model A : Sengon Model B : Jabon

Model C : campuran sengon dan jabon Kontrol

Hasil : Untuk parameter rata-rata pertumbuhan tinggi (riap tinggi) untuk jenis tanaman Sengon lebih bagus daripada Jabon

Untuk parameter rata-rata pertumbuhan diameter (riap diameter) untuk jenis tanaman Sengon lebih bagus daripada Jabon

Persen hidup sengon lebih tinggi (88 %) daripada jabon (74 %)

3. Makalah III. Penggunaan Air oleh Tanaman (crop water requirements) Beberapa Jenis Pohon Cepat Tumbuh (Agung B. Supangat)

Tujuan : mengetahui besarnya penggunaan air oleh tanaman dari beberapa jenis spesies cepat tumbuh di Indonesia.

Manfaat : untuk pemilihan jenis dan perencanaan pengelolaan tanaman

Metode : 6 jenis tanaman yang diteliti (Sengon, Mahoni, Akasia, Nyamplung, Ekaliptus dan Kayu Putih). Menggunakan instrument plot lisimeter.

3 faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi : faktor iklim, faktor tanaman dan faktor tanah (edafis).

Hasil :

Nilai ET tahunan rata-rata  tertinggi jenis tanaman Ekaliptus (1.450 mm/ 59,7 %) terendah Nyamplung (497 mm/ 25 %).

Jenis tanaman yang sama jikan ditanam ditempat yang berbeda karakteristik

Keberadaan kondisi tanaman bawah ikut berpengaruh terhadap nilai ET.

242 DISKUSI :

No Nama Diskusi

1. Drs. Ugro H M, M.Si a. Banjir di DAS Solo, ada 2 parameter alami dan manajemen. Beberapa parameter belum disinggung diantaranya parameter tentang morfometri DAS (bulat vs memanjang)  waktu mencapai puncak lebih cepat dibanding DAS memanjang. Pola aliran . bagaimana kondisi morfometri DAS di Bengawan solo ?

2. Dr. Evi Irawan a. UMS  permodelan tentang pengendalian banjir di DAS Solo seperti apa belum terlihat, faktor kependudukan (termasuk sebaran penduduk, growth) belum

disampaikan apakah berpengaruh terhadap banjir itu sendiri. Untuk naturalisasi sungai perlu melihat kondisi ekologis sungai. Terkait partisipasi dalam PDAS yang seperti apa apakah bentuk partisipasinya

representative atau di atau dalam tataran desa

b. Heru  untuk kasus di Pati tergantung kondisi lahan, introduksi teknologi agroforestry yang seperti apa yang pelu dipaparkan untuk lahan yang sempit sehingga stabilitas keluarga di sekitar lahan tersebut masih bertahan

3. Sukirno, Fapertan UGM

a. Agung  bagaimana merubah satuan % kedalam mm

b. Hasil penelitian bagus, perlu masukan nilai ET sangat tergantung pada lingkungan, ETO, indeks tanaman (KC), dan status lengasnya (KS), dalam penelitian ini KS adalah CH. Penelitian ini sangat bermanfaat apabila bisa menetapkan nilai KC dari masing-masing tanaman yang tidak berubah hanya tergantung jenis dan umur. Kalau nilai KC sudah ketemu maka akan mudah untuk menentukan standar ETO dan KS.

c. UMS  intensitas CH dengan hidrograf dari sungai tersebut sehingga lebih mudah untuk menggambarkan kondisi banjir

4. Amin Nugroho, BPBD Jateng

a. UMS  data citra satelit yang ditampilkan (th 1998 – 2002) perubahan alih guna lahan

243

No Nama Diskusi

sangat signifikan. Apakah dari citra tersebut hasil mendekati sama kondisinya dengan th 2013.

b. Mana model yang paling unggul ? Apakah metode pengendalian banjir yang dihasilkan relevan untuk diterapkan di Waduk

Wonogiri ?

c. Model pengendalian banjir dengan

keterlibatan masyarakat contoh yang seperti apa ?

5. UMS a. Ugro, Sukirno  lebih berkonsentrasi pada banjir di atas rata-rata. Morfometri DAS sangat berpengaruh termasuk kapasitas air, dan pola aliran. Penelitian lingkup luas sehingga tidak menghitung morfometri DAS, lebih berkonsentrasi potensi aliran

permukaan, sehingga yang diteliti ada 3 parameter, CH, tekstur tanah dan perubahan penggunaan lahan. Kalau ditambah lagi dengan bentuk hidrograf akan sangat luas lagi, tetapi disini cukup menampilkan trend debit terhadap curah hujannya.

b. Nugroho, Evi  penelitian sudah dilakukan sebelumnya dimana landsat 2013 belum ada, jadi menggunakan landsat 2002, tentunya kalau 2013 perubahan

penggunaan lahan lebih signifikan. Tahun ini sudah dilakukan lagi menggunakan ikonos lebih detail lagi. Model pengendalian masih bersifat konseptual/ referensi, belum membuat demplot sehingga mana model yang paling unggul belum bisa ditetapkan. Dalam penentuan model pengendalian banjir yang sesuai perlu melihat

morfometri/karakter sungai, topografi dan tanah dimana aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap model yang akan diterapkan.

c. Evi  kependudukan sangat penting, bagaimana tekanan penduduk terhadap kondisi lahan, belum masuk kesana. Pendekatan menggunakan luasan

244

No Nama Diskusi

yang timbul dari masyarakat itu sendiri melalui FGD dengan didukung oleh pemerintah sebagai fasilitator.

6. Heru D R a. Evi  model agroforestry yang seperti apa yang cocok untuk diterapkan ? Tidak mudah untuk menggabungkan kegiatan teknis dan sosial secara bersam-sama dengan hasil yang sama-sama besar. Mencoba dengan membagi space lahan yang agak luas dengan jartan 5x5 m2 dengan jenis tanaman fast wood dengan mengembangkan tanaman pertanian misalnya tanaman bawah untuk pakan ternak (konsep tebang butuh). 7. Agung B S a. Sukirno  prinsip perhitungan untuk

pengukuran evapotranspirasi menggunakan plot lisimeter dengan perhitungan detil mm/tahun. Indeks tanaman (KC) setuju, pada penelitian ini belum ada penelitian masih berlanjut, nantinya akan ditentukan KC.

8. Ibu NN a. Heru  pemanfaatan lahan dibawah tegakan untuk mengakomodir kebutuhan petani, dengan penanaman empon-empon atau tanaman pertanian bernilai ekonomi tinggi misalnya Porang.

b. Konsep tebang butuh tidak mengharapkan adanya kondisi tersebut. Sekarang ini untuk menghindari adanya tebang butuh ada pinjaman lunak.

9. Rahardyan N. A. a. UMS  dari ketiga itu sudah dibandingkan belum potensi banjir terbesar yang mana sehingga penanganan akan lebih difokuskan ke tempat yang berpotensi besar

b. Agung  Implementasi terhadap luasan yang lebih luas. Perlu ditelusur jumlah transpirasi dari tanaman seberapa besar ? 10. Dishutbun

Wonogiri

a. UMS  data yang dipakai s/d 2002, hasil apakah masih relevan dengan tahun sekarang.

b. Heru  Sifat karakteristik jabon dibanding sengon dari fungsi ekonomi, karakteristik kayu, hubungannya terhadap manfaat, dari fungsi ekologis ?

245

No Nama Diskusi

11. UMS a. < 40 %  Klaten

b. > 50 %  Sragen, Madiun, Karanganyar c. Tadi sudah dijawab di atas.

12. Heru a. Pemanfaatan lahan sudah memberikan

space untuk ditanami tanaman pertanian, salah satunya singkong. Konsep tebang butuh untuk aspek konservasi masih cocok untuk diterapkan (lereng miring) tetapi kalau untuk aspek produksi memang tidak cocok.

13. Agung B S a. Rahardyan  akan dihitung nilai ET tertimbang.

14. Agus Tampubolon a. Model pengendalian banjir di DAS Solo Hulu merupakan kombinasi dari parameter CH, morfometri lahan dan perubahan alih guna lahan. Perlu model pengendalian terpadu dengan partisipasi masyarakat  perlu lebih detil lagi

b. Model agroforestry di HR lahan sempt perlu digali lagi untuk meningkatkan daya dukung DAS

c.

SESI II :

1. Makalah I. Kandungan Hara dan Tingkat Erosi pada Lahan Miring

Bersolum Dangkal (Nining Wahyuningrum)

Tujuan : memaparkan efek dari erosi dan penutupan lahan terhadap kesuburan tanah yang diwakili oleh kandungan unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh secara normal  unsur N, C org (BO), P, K, kapasitas pertukaran kattion (KPK) dan kejenuhan basa (KB).

Lokasi : Sub DAS Keduang, Wonogiri

Analisis data  parameter sifat fisik dan kimia tanah. Prediksi erosi menggunakan rumus USLE.

Hasil : Meskipun didominasi oleh lereng terjal, erosi yang terjadi di lokasi penelitian masih pada taraf sangat ringan – ringan (> 50%). Hal ini disebabkan oleh jenis penutupan lahan yang berupa hutan jati dan gamal yang mempunyai nilai C rendah.

Tingkat erosi ringan mempengaruhi kandungan P dan K dengan memberikan nilai rendah – sangat rendah. Sedangkan untuk N, C organik, KTK dan KB tidak begitu berpengaruh karena ada pada tingkat sedang-tinggi-sangat tinggi.

246

2. Makalah II. Identifikasi Karakteristik Morfometri DAS dengan Menggunakan Teknologi PJ dan SIG (Agus Wuryanta)

Tujuan : untuk menghitung dan menentukan morfometri DAS (bentuk DAS, kerapatan drainase, pola aliran, dan kelerengan wilayah DAS) dan penutupan penggunaan lahan pada DAS Musi.

Lokasi DAS Musi mencakup 4 provinsi (Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu dan Lampung), 14 Sub DAS.

Citra digital : citra landsat 5 TM (thematic mapper) Hasil :

a. Kelerengan  DAS Musi hampir > 80% kelerengan datar. b. Bentuk DAS  secara keseluruhan DAS Musi memanjang. Hanya

2 Sub DAS yaitu Sub DAS Kikin dan Sub DAS Deras bentuk DAS membulat. Bentuk DAS membulat hidrograf tinggi daerah potensi banjir, sedangkan memanjang hidrograf landai sehingga daerah berpotensi banjir, tetapi faktor tidak berdiri sendiri masih dipengaruhi faktor2 yang lain.

c. Kerapatan aliran  tingkat kerapatan DAS Musi sangat jarang. d. Penutupan/Penggunaan Lahan  luas keseluruhan di DAS Musi

(hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan rawa sekunder dan hutan tanaman) masih kurang dari 30 %.

3. Makalah III. Kajian Unsur Hara Tanah pada Tegakan Cemara Laut

(Casuarina equisetifolia) di Pantai berpasir Petanahan Kebumen

(Beni Harjadi)

Tujuan : mengkaji status unsur hara tanah pada lahan berpasir yang telah ditanami cemara laut.

Lokasi  Ds. Karanggadung, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen.

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada 3 tipe penggunaan lahan : pasir terbuka, dibawah tegakan cemara laut dan dibawah tegakan tanaman semusim

Hasil :

a. Secara berurutan status unsur hara tanah

DISKUSI :

No Nama Diskusi

1. Alif, Fakultas Geografi, UMS

a. Nining  Perbedaan kandungan unsur hara dari setiap satuan lahan belum terlihat ?. dari informasi tersebut bisa untuk mengidentifikasi tingkat erosi. Pengaruh perbedaan solum terhadap besarnya nilai erosi.

247

No Nama Diskusi

b. Agus  hasil merupakan database yang sangat penting. Terkait hasil penutupan lahan akan lebih baik jika

mengklasifikasikan lahan ke satuan terkecil (Sub DAS).

c. Beny  satuan wilayah yang digunakan (berbentuk segiempat) apakah berdasarkan letak geografisnya bukan geomorfologisnya ?

2. Budi, Dishutbun Sragen

a. Agus  DAS Musi memiliki tingkat kerapatan sangat jarang, masukan di kesimpulan ditambahkan deskripsi disebabkan apa dan impact seperti apa ?. GIS yang digunakan tidak nampak agar

Dokumen terkait