• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Hasil Ekstraksi Serbuk Daun Afrika

dalam daun Afrika seperti besi, zink, mangan, dsb. Hasil penetapan kadar dapat

dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Karakterisasi Simplisia

No Parameter Hasil

1. Penetapan kadar air 7,99%

2. Penetapan kadar sari larut air 25,88%

3. Penetapan kadar sari larut etanol 14,89%

4. Penetapan kadar abu total 9,74%

5. Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam 0,70%

4.3 Hasil Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan terhadap simplisia untuk mengetahui

senyawa kimia yang terkandung dalam daun Afrika. Hasil skrining fitokimia

dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia Daun Afrika

No Skrining Hasil 1. Alkaloid - 2. Flavanoid + 3. Glikosida + 4. Saponin + 5. Tanin + 6. Triterpenoid/ Steroid +

Keterangan: + = memberikan hasil; - = tidak memberikan hasil

4.4 Hasil Ekstraksi Serbuk Daun Afrika

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi menggunakan

pelarut etanol 96%. Hasil maserasi dari 400 g serbuk simplisia diperoleh ekstrak

kental 37,81 g (rendemen 9,45%).

4.5 Hasil Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol Daun Afrika (EEDA) Terhadap Sel HeLa dan Vero Menggunakan Metode MTT

42

Metode MTT [3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium bromida]

adalah salah satu uji sitotoksisitas yang bersifat kuantitatif. Uji ini berdasarkan

pengukuran intensitas warna (kolorimetri) yang terjadi sebagai hasil

metabolisme suatu substrat oleh sel hidup menjadi produk berwarna. Pada uji ini

digunakan garam MTT. Garam ini akan terlibat pada kerja enzim dehidrogenase.

MTT akan direduksi menjadi kristal formazan oleh sistem reduktase suksinat

tetrazolium, yang terdapat di mitokondria pada sel hidup (Cree, 2011).

Hasil pengamatan dengan menggunakan mikroskop inverted dengan

perbesaran 10x10 menunjukkan adanya perbedaan morfologi antara sel HeLa

dan Vero kontrol dan sel HeLa dan Vero yang diberi perlakuan ekstrak. Sel

HeLa dan Vero kontrol yang hidup tampak lonjong, saling berdempet dengan sel

lain yang berada disekitarnya dan menempel di dasar sumuran dapat dilihat pada

Gambar 4.1 (a, b).

Gambar 4.1 Kontrol Sel HeLa (a) Kontrol Sel Vero (b)

Hasil pengamatan sel HeLa dan Vero yang mati karena perlakuan

pemberian ekstrak tampak berubah dari bentuk semula dan bagian tengah

berwarna hitam, cenderung tersebar dan mengapung dapat dilihat pada Gambar

43

Gambar 4.2 Sel HeLa setelah Sel Vero setelah

pemberian ekstrak (a) pemberian ekstrak (b)

Warna gelap dan berserabut yang nampak pada pengamatan Gambar 4.3

merupakan kristal formazan setelah pemberian MTT. Kristal-kristal formazan

tersebut dapat menembus membran sel dan terakumulasi di dalam sel sehat.

Jumlah produk formazan secara langsung proposional dengan jumlah sel hidup.

Semakin banyak sel hidup maka semakin banyak sel yang aktif melakukan

metabolisme sehingga jumlah produk formazan yang terbentuk juga semakin

banyak. Semakin banyak produk formazan yang terakumulasi ini menyebabkan

intensitas warna ungu meningkat dalam plate. Sel yang mati tidak dapat

terwarnai oleh garam MTT sehingga tidak membentuk warna ungu seperti pada

sel hidup. Akibatnya pada sel mati tidak terbentuk formazan yang berwarna

44

Gambar 4.3 Kristal Formazan

Perbedaan warna pada media kultur sel HeLa dan sel Vero setelah pemberi

an ekstrak dari konsentrasi tertinggi hingga terendah dapat dilihat pada

Gambar 4.4 (a, b)

Sel HeLa (a) Sel Vero (b)

Gambar 4.4 Perbedaan warna media berisi sel HeLa, Vero dan larutan uji setelah pemberian MTT (3 x pengulangan).

Keterangan : A (1, 2, 3) = konsentrasi larutan uji 500 µg/ml B (1, 2, 3) = konsentrasi larutan uji 250 µg/ml C (1, 2, 3) = konsentrasi larutan uji 125 µg/ml D (1, 2, 3) = konsentrasi larutan uji 62,5 µg/ml E (1, 2, 3) = konsentrasi larutan uji 31,25 µg/ml F (1, 2, 3) = konsentrasi larutan uji 15,625 µg/ml A B C D E F 1 2 3 A B C D E F 1 2 3

45

Hasil pengukuran dengan menggunakan ELISA reader menunjukkan

bahwa persentase sel Hela dan Vero yang hidup terus menurun berbanding

terbalik dengan kenaikan konsentrasi ekstrak yang diberikan. Dimana artinya

semakin besar konsentrasi ekstrak yang diberikan maka persentase kematian sel

HeLa dan Vero semakin meningkat. Persentase sel HeLa hidup terbesar terdapat

pada pemberian konsentrasi 62,5 µg/ml yaitu sebesar 77% dan sel Vero hidup

terbesar terdapat pada pemberian konsentrasi 31,25 µg/ml yaitu sebesar 73% ,

sedangkan sel HeLa pada pada pemberian konsentrasi 500 µ g/ml persentase sel

hidup hanya sebesar 11% dan sel Vero pada pemberian konsentrasi 500 µg/ml

persentase sel hidup hanya sebesar 8% (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Persentase sel HeLa dan Vero hidup dengan perlakuan EEDA

Bahan Uji Konsentrasi EEDA (µg/ml) % sel HeLa hidup % sel Vero hidup Ekstrak Etanol Daun Afrika (EEDA) 500 11 8 250 11 8 125 32 58 62,5 77 71 31,25 58 73 15,625 71 70 Kontrol SelHela - - - Kontrol Media - - -

46

Data lengkap absorbansi sel HeLa kontrol media, dan sel setelah pemberian

ekstrak dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 69. Grafik hubungan konsentrasi

larutan uji terhadap jumlah persentase sel HeLa hidup dapat lihat pada Gambar

4.5.

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Konsentrasi Larutan Uji Terhadap Persentasi Sel HeLa Hidup

Berdasarkan hasil uji sitotoksik dengan metode MTT assay, ekstrak etanol

daun Afrika terhadap sel HeLa memiliki persen sel hidup yang cenderung

mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya konsentrasi sedangkan

pada konsentrasi 62,5 µg/ml persen sel hidup mengalami kenaikan. Dengan

rentang konsentrasi 15,625 µg/ml sampai 500 µg/ml. Sehingga dapat dilihat

hasil uji statistik ANOVA pada Tabel 4.4 persentasi sel hidup ekstrak etanol

daun Afrika terhadap sel HeLa.

71 58 77 32 11 11 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 15,625 31,25 62,5 125 250 500 15,625 31,25 62,5 125 250 500

Hubungan konsentrasi larutan uji terhadap jumlah persentase sel HeLa hidup

Konsentrasi (µg/ml)

%

se

l hi

47

Tabel 4.4 Persentase Sel Hidup Ekstrak Etanol Daun Afrika terhadap Sel HeLa Konsentrasi (µg/ml) Sel HeLa (%) MEAN±SEM 500 0,15±0,009 250 0,15±0,032 125 0,28±0,021 62,5 0,54±0,033 31,25 0,43±0,064 15,625 0,51±0,001

Keterangan: terdapat perbedaan statistik yang signifikan pada p< 0,05

Berdasarkan hasil uji ANOVA (Lampiran 17.) pada sel HeLa

menunjukkan pada konsentrasi 500 µg/ml terhadap konsentrasi 250 µg/ml dan

125 µg/ml tidak terdapat perbedaan yang signifikan, sedangkan konsentrasi 62,5

µg/ml, 31,25 µg/ml dan 15,625 µ g/ml terdapat perbedaan yang signifikan.

Konsentrasi 250 µg/ml terhadap konsentrasi 500 µg/ml dan 125 µg/ml tidak

terdapat perbedaan yang signifikan, sedangkan pada konsentrasi 62,5 µg/ml,

31,25 µg/ml dan 15,625 µg/ml terdapat perbedaan yang signifikan. Konsentrasi

125 µg/ml terhadapkonsentrasi 500 µg/ml dan 250 µg/ml tidak terdapat

perbedaan yang signifikan, sedangkan pada konsentrasi 62,5 µg/ml, 31,25 µg/ml

dan 15,625 µ g/ml terdapat perbedaan yang signifikan. Konsentrasi 62,5 µ g/ml

terhadap konsentrasi 500 µg/ml, 250 µg/ml dan 125 µg/ml terdapat perbedaan

yang signifikan, sedangkan terhadap konsentrasi 31,25 µg/ml dan 15,626 µg/ml

tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Konsentrasi 31,25 µ g/ml terhadap

konsentrasi 500 µg/ml, 250 µg/ml dan 125 µg/ml terdapat perbedaan yang

signifikan, sedangkan terhadap konsentrasi 62,5 µg/ml dan 15,625 µg/ml tidak

48

konsentrasi 500 µg/ml, 250 µg/ml dan 125 µg/ml terdapat perbedaan yang

signifikan, sedangkan pada konsentrasi 62,5 µg/ml dan 31,25 µg/ml tidak

terdapat perbedaan yang signifikan.

Data lengkap absorbansi sel Vero kontrol media, dan sel setelah pemberian

ekstrak dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 70. Grafik hubungan konsentrasi

larutan uji terhadap jumlah persentase sel Vero hidup dapat lihat pada Gambar

4.6.

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Konsentrasi Larutan Uji Terhadap Persentasi Sel Vero Hidup

Dengan metode uji yang sama, ekstrak etanol daun Afrika terhadap sel

Vero (Gambar 3.6) memiliki nilai persen hidup yang hampir sama dengan

ekstrak etanol daun Afrika terhadap sel HeLa. Pada ekstrak etanol daun Afrika

terhadap sel Vero memiliki persen hidup yang cenderung mengalami penurunan

seiring dengan bertambahnya konsentrasi, dengan rentang 15,625 µg/ml sampai

70 73 71 58 8 8 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 15,625 31,23 62,5 125 250 500 15,625 31,23 62,5 125 250 500 Konsentrasi µg/ml % se l hi dup

Hubungan konsentrasi larutan uji terhadap jumlah persentase sel Vero hidup

49

500 µg/ml. Tetapi pada konsentrasi 31,25 µg/ml persen hidup mengalami

kenaikan. Sehingga dapat dilihat hasil uji statistik ANOVA pada Tabel 4.5

persentasi sel hidup ekstrak etanol daun Afrika terhadap sel Vero.

Tabel 4.5 Persentase Sel Hidup Ekstrak Etanol Daun Afrika terhadap Sel Vero Konsentrasi (µg/ml) Sel Vero (%) MEAN±SEM 500 0,12325±0,26653 250 0,12175±0,25539 125 0,54550±0,110969 62,5 0,65275±0,148447 31,25 0,66850±0,150838 15,625 0,64250±0,155439

Keterangan: terdapat perbedaan statistik yang signifikan pada p< 0,05

Hasil uji ANOVA (Lampiran 18.) pada sel Vero menunjukkan pada

konsentrasi 500 µg/ml terhadap konsentrasi 250 µg/ml dan 125 µg/ml tidak

terdapat perbedaan yang signifikan, sedangkan konsentrasi 62,5 µg/ml, 31,25

µg/ml dan 15,625 µ g/ml terdapat perbedaan yang signifikan. Konsentrasi 250

µg/ml terhadap konsentrasi 500 µg/ml dan 125 µg/ml tidak terdapat perbedaan

yang signifikan, sedangkan pada konsentrasi 62,5 µg/ml, 31,25 µg/ml dan

15,625 µg/ml terdapat perbedaan yang signifikan. Konsentrasi 125 µg/ml

terhadap konsentrasi 500 µg/ml, 250 µg/ml, 62,5 µg/ml, 31,25 µg/ml dan 15,625

µg/ml tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Konsentrasi 62,5 µg/ml

terhadap konsentrasi 500 µg/ml, 250 µg/ml dan 125 µg/ml terdapat perbedaan

yang signifikan, sedangkan terhadap konsentrasi 31,25 µg/ml dan 15,626 µg/ml

tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Konsentrasi 31,25 µ g/ml terhadap

50

signifikan, sedangkan terhadap konsentrasi 62,5 µg/ml dan 15,625 µg/ml tidak

terdapat perbedaan yang signifikan. Konsentrasi 15,625 µg/ml terhadap

konsentrasi 500 µg/ml, 250 µg/ml dan 125 µg/ml terdapat perbedaan yang

signifikan, sedangkan pada konsentrasi 62,5 µg/ml dan 31,25 µg/ml tidak

terdapat perbedaan yang signifikan.

Perhitungan nilai IC50 ditentukan dengan menggunakan analisis probit

pada program SPSS Windows 22. Nilai IC50 digunakan sebagai parameter untuk

mengevaluasi potensi sitotoksisitas EEDA terhadap sel HeLa dan Vero. Suatu

ekstrak dikatakan berpotensi menghambat pertumbuhan sel kanker jika memiliki

nilai IC50 ≤ 100 µg/ml (Kamuhabwa, et al., 2000). Semakin kecil nilai IC50

berarti semakin tinggi nilai aktivitas sitotoksiknya (Winarno, dkk., 2010).

Karena harga IC50 dari EEDA adalah 61,357 µg/ml, maka dapat dikatakan

bahwa EEDA mempunyai aktivitas sitotoksik yang poten terhadap sel kanker

serviks HeLa. Nilai IC50 yang sangat kecil bukan memberikan arti bahwa ekstrak

tersebut semakin berpotensi. Hal tersebut dikarenakan kekhawatiran dari sifat

toksisitas yang berlebih akan menyebabkan kematian pada jaringan yang lain,

sehingga ekstrak tersebut bukan hanya menghambat pertumbuhan sel kanker

tetapi juga sel normal (Andriyani, et al., 2010).

Banyak penelitian dilakukan untuk mencari senyawa antikanker baru

dengan harapan sifat yang lebih baik. Selektivitas suatu obat dapat digunakan

sebagai tolak ukur baik dan buruknya suatu obat serta keamanannya. Oleh

karena permasalahan tersebut di atas, maka perlu dilakukan penentuan indeks

selektivitas. Selektivitas obat antikanker dapat diukur dengan cara menghitung

51

kanker (Dewi, dkk., 2015). Nilai IC50 EEDA terhadap sel Vero adalah 79,561

µg/mL sedangkan nilai IC50 EEDA terhadap sel HeLa adalah 61,357 µg/mL

sehingga diperoleh nilai IS 1,29 untul sel HeLa. Ekstrak dikatakan memiliki

selektivitas tinggi apabila nilai IS lebih besar dari 3 sehingga dalam hal ini dapat

dikatakan bahwa EEDA tidak selektif terhadap sel kanker HeLa (Prayong, et al.,

2008).

Hasil penelitian (Ijeh, 2010) menunjukkan bahwa tanaman daun Afrika

banyak mengandung saponin, seskuiterpen lakton, flavonoid. Hasil penelitian

(Setiawan, 2012) menunjukkan bahwa daun Afrika mengandung flavonoid,

glikosida, saponin, tannin, dan triterpenoid/steroid.

Kandungan steroid/triterpenoid daun afrika diduga berperan dalam

menyebabkan ketoksikan pada sel kanker serviks (HeLa) dan sel Vero.

Triterpenoid memiliki aktivitas untuk mengatasi inflamasi, proliferasi,

apoptosis, invasi, metastasis, dan angiogenesis. Senyawa ini menunjukkan

potensi yang baik dalam menangani kanker dengan berbagai mekanisme seperti

mengatur regulasi dari faktor transkripsi (contoh: nuclear factor-kappaB

[NF-κB), protein anti-apoptotik (contoh: Bcl-2, Bcl-xL), pencetus dari proliferasi sel metalloproteinases [MMPs], intraseluler adhesi molekul-1 (ICAM-1), dan

protein angiogenik VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) (Yadav, et al.,

52

BAB V

Dokumen terkait